Anda di halaman 1dari 29

TUGAS INDIVIDU

KEPERAWATAN PALIATIF
“ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF
DOSEN MK : Ns. Mirdat Hitiyaut, S.Kep.,M.Kep

NAMA : RIKA SANTI LA SAHIRUN

NPM : 14201220242

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MALUKU HUSADA


AMBON
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gagal jantung merupakan salah satu masalah kesehatan dalam system
kardiovaskular yang angka kejadiannya terus meningkat . Gagal jantung juga
merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortilitas. Menurut Abdullah (2005)
gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa tidak
mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolism jaringan . Ciri-diri yang
penting dari defisini ini adalah pertama definisi gagal adalah relative terhadap
kebutuhan metabolic tubuh kedua penekanan arti gagal ditujukan pada fungsi pompa
jantung secara keseluruhan
Menurut WHO (2016) penyakit-penyakit yang termasuk dalam perawatan
paliatif seperti penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi 38.5%, kanker 34%,
penyakit pernapasan kronis 10.3%, HIV/AIDS 5.7%, diabetes 4.6% dan memerlukan
perawatan paliatif sekitas 40-60%. Pada tahun 2011 terdapat 29 juta orang meninggal
di karenakan penyakit yang membutuhkan perawatan paliatif. Kebanyakan orang
yang membutuhkan perawatan paliatif berada pada kelompok dewasa 60% dengan
usia lebih dari 60 tahun, dewasa (usia 15-59 tahun) 25%, pada usia 0-14 tahun yaitu
6%. Prevelensi penyakit paliatif didunia berdasarkan kasus tertinggi yaitu Benua
pasifik Barat 29% di ikuti Eropa dan Asia tenggara masing- masing 22 %
(WHO,2014). Kasus penyakit jantung dan penyakit diabetes sekitar 1,5%
(KEMENKES, 2014). Penyakit dengan perawatan paliatif merupakan penyakit yang
sulit atau sudah tidak dapat disembuhkan, perawatan paliatif ini bersifat
meningkatkan kualiatas hidup .
Menurut data WHO dilaporkan bahwa ada sekitar 3000 warga Amerika Serikat
menderita Congestive Heart Failure. Menurut American Heart Association (AHA)
tahun 2012 dilaporkan bahwa ada 5,7 juta penduduk Amerika Serikat yang menderita
gagal jantung (Padila, 2012). Penderita gagal jantung di Indonesia pada tahun 2012
menurut data Departemen Kesehatan mencapai 14.449 jiwa penderita yang menjalani
rawat inap di rumah sakit. Resiko kematian yag diakibatkan oleh Congestive Heart
Failure adalah skitar 5-10% per tahun pada kasus gagal jantung ringan, dan
meningkat menjadi 30-40% pada gagal jantung berat. Menurut penelitia, sebagian
besar lansia yang didiagnosis menderita Congestive Heart Failure tidak dapat hidup
lebih dari 5 tahun (Kowalak, 2011).
Pendekatan perawatan paliatif bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien (dewasa dan anak-anak ) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang
mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderita dari rasa nyeri serta masalah
lainnya baik fisik, psikologis, social atau spiritual (WHO, 2016). Perawatan paliatif
dilakukan sejak awal perjalanan penyakit, bersamaan dengan terapi lain dan
menggunakan pendekatan tim kesehatan yang serius. Perawat paliatif pada penyakit
kardiovaskuler meliputi manajemen nyeri dan gejala, dukungan psikososial,
emosional, dukungan spiritual dan kondisi hidup nyaman dengan perawatan yang
tepat baik di rumah, rumah sakit atau tempat lain sesuai pilihan pasien .
Berdasarkan paparan diatas penulis tertarik untuk mengangkat tema tentang
Asuhan keperawatan paliatif pada pasien gagal jantung.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis dapat merumuskan masalah
bagaimana asuhan keperawatan paliatif pada pasien gagal jantung?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan paliatif pada pasien gagal
jantung
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apa konsep gagal jantung
b. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan paliatif pada pasien gagal
jantung

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dalam dunia keperawatan hasil ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan/wawasan tentang asuhan keperawatan paliatif pada pasien gagal
jantung.
2. Manfaat Praktis
Bagi Peneliti Meningkatkan pengetahuan dan wawasan perawat mengenai
bagaimana asuhan keperawatan paliatif pada pasien gagal jantung.
3. Bagi Pengembangan Ilmu
Menambah informasi lebih lanjut bagi akademik atau institusi pendidikan
menganai asuhan keperawatan paliatif pada pasien gagal jantung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP GAGAL JANTUNG


A. Definisi
Pada saat ini gagal jantung kongesti merupakan satu-satunya penyakit
kariovaskuler yang terus meningkat insiden dan prevalensinya. Risiko kematian
akibat gagal jantung berkisar antara 5- 10 % pertahun pada gagal jantung ringan
yang akan meningkat menjadi 30-40% pada gagal jantung kongestif merupakan
penyakit yang paling sering memerlukan perawatan ulang di Rumah Sakit meskipun
pengobatan rawat jalan telah diberikan secara optimal. (R. Miftah,2004)
World Health Organization menyatakan bahwa pada tahun 2011, lebih dari 29
juta orang (29.063.194) meninggal dunia akibat penyakit terminal. Di perkirakan
jumlahorang yang membutuhkan perawatan paliatif sebesar 20.4 juta orang. Proporsi
terbesar 94% pada orang dewasa sedangkan 6% pada anak-anak. Apabila dilihat dari
penyebaran penyakit yang membutuhkan perawatan paliatif adalah penyakit jantung
(38,5%) dan kanker (34%) kemudian diikuti oleh gangguan pernapasan kronik
(10,3%), HIV/AIDS (5,7%) dan diabetes (4,5%). Sedangkan berdasarkan diagnosis
dokter prevalensi penyakit gagal jantung di Indonesia tahun 2013 sebesar 0,13% atau
diperkirakan sekitar 229.696 orang, sedangkan berdasarkan diagnosis dokter/ gejala
sebesar 0,3% atau diperkirakan sekitar 530.068 orang.
Perawatan paliatif (dari bahasa Latin''palliare,''untuk jubah) adalah setiap
bentuk perawatan medis atau perawatan yang berkonsentrasi pada pengurangan
keparahan gejala penyakit, daripada berusaha untuk menghentikan, menunda, atau
sebaliknya perkembangan dari penyakit itu sendiri atau memberikan
menyembuhkan..Tujuannya adalah untuk mencegah dan mengurangi penderitaan dan
meningkatkan kualitas hidup orang menghadapi yang serius, penyakit yang kompleks.
Gagal jantung adalah keadaan di mana jantung tidak mampu memompa darah
untuk mencukupi kebutuhan jaringan melakukan metabolisme dengan kata lain,
diperlukan peningkatan tekanan yang abnormal pada jantung untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan (Harrison, 2013; Saputra, 2013). Pada kondisi gagal
jantung kongestif ada peningkatan tekanan vaskular pulmonal akibat gagal jantung
kiri menyebabkan overload tekanan serta gagal jantung kanan (Aaronson&Ward,
2010).

B. Etiologi
Menurut Wajan Juni Udjianti (2010) etiologi gagal jantung dikelompokkan
berdasarkan faktor etiologi eksterna maupun interna, yaitu:
1. Faktor eksterna
Meliputi hipertensi renal, hipertiroid, dan anemia kronik.
2. Faktor interna
a. Disfungsi katup : Ventricular septum defect (VSD),Atria Septum
Defect(ASD), Stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.
b. Distritmia : Atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block.
c. Kerusakan miokard : Kardiomiopati, miokrditis, dan infark miokard.
d. Infeksi : Endokarditis bacterial sub akut.

C. Manifestasi Klinik
1. Peningkatan volume intravaskular (gambaran dominan)
2. kongesti jaringan
3. peningkatan desakan vena pulmonal (edema pulmonal) ditandai oleh batuk
dan sesak nafas.
4. peningkatan desakan vena sistemik seperti yang terlihat pada edema perifer
umum dan penambahan berat badan.
5. penurunan curah jantung dengan disertai pening, kekacauan mental,
keletihan, intoleransi jantung terhadap latihan, ekstremitas dingin dan
oliguria (Jayanthi Niken,2010).

D. Pathway

E. Klasifikasi
New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4
kelas meliputi :
1 Kelas I : Bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tanpa keluhan
2 Kelas II : Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih beratatau aktivitas
sehari – hari
3 Kelas III : Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-haritanpa
keluhan
4 Kelas IV : Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun dan
harus tirah baring (Mansjoer dan Triyanti, 2007).
F. Tahapan Perawatan pada Pasien Gagal Jantung
1. Fase Manajemen Penyakit Kronis (NYHA I-III)
Tujuan perawatan termasuk pemantauan aktif, terapi yang efektif untuk
memperpanjang kelangsungan hidup, kontrol gejala, pendidikan pasien dan
pengasuh, dan didukung manajemen diri pasien diberi penjelasan yang jelas
tentang kondisi mereka termasuk nama, etiologi, pengobatan, dan prognosisnya.
Pemantauan reguler dan peninjauan yang tepat sesuai dengan pedoman nasional
dan protokol lokal.

2. Fase Perawatan Suportif dan Paliatif (NYHA III-IV)


Penerimaan ke rumah sakit dapat menandai fase ini Seorang profesional
kunci diidentifikasi di masyarakat untuk mengkoordinasikan perawatan dan
bekerja sama dengan spesialis gagal jantung, perawatan paliatif, dan layanan
lainnya Tujuan perawatan bergeser untuk mempertahankan kontrol gejala dan
kualitas hidup yang optimal Sebuah penilaian holistik dan multidisipliner terhadap
kebutuhan pasien dan perawat dilakukan Kesempatan untuk mendiskusikan
prognosis dan kemungkinan penyakit yang diderita secara lebih rinci disediakan
oleh para profesional, termasuk rekomendasi untuk menyelesaikan rencana
perawatan lanjutan layanan di luar jam kerja didokumentasikan dalam rencana
perawatan jika terjadi kerusakan akut.

3. Fase Perawatan Terminal


Indikator klinis termasuk, meskipun pengobatan maksimal, gangguan ginjal,
hipotensi, edema persisten, kelelahan, anoreksia Pengobatan gagal jantung untuk
kontrol gejala dilanjutkan dan status resusitasi diklarifikasi, didokumentasikan,
dan dikomunikasikan kepada semua penyedia perawatan Jalur perawatan terpadu
untuk orang yang sekarat dapat diperkenalkan untuk menyusun perencanaan
perawatan Peningkatan dukungan praktis dan emosional untuk pengasuh
disediakan, terus mendukung berkabung
Penyediaan dan akses ke tingkat yang sama perawatan generalis dan
spesialis untuk pasien di semua pengaturan perawatan sesuai dengan kebutuhan
mereka (Jaarsma, 2009).
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF GAGAL JANTUNG DALAM
KONTEKS PALIATIF
A. Pengkajian
1. Identitas
Identitas Klien
Nama :
Tempat dan Tanggal lahir :
Usia :
Jenis kelamin :
Agama :
Alamat :
Pendidikan terakhir :
Status Perkawinan :
No. RM :
Diagnosa Medis :
Tanggal masuk RS :
Tanggal pengkajian :
Identitas Penanggung Jawab Nama :
Usia :
Agama :
Pendidikan terakhir :
Hubungan dengan klien :

2. Keluhan utama :

3. Riwayat Kesehatan
- Riwayat kesehatan saat ini :
- Riwayat kesehatan masa lalu :
- Riwayat kesehatan keluarga :

4. Pola kebiasaan sehari hari


- Nutrisi :
- Eliminasi :
- Olahraga dan Aktivitas :
- Istirahat dan Tidur :
- Personal Hygiene :

5. Pemeriksaan Fisik
- Kesadaran umum :
- Tanda-tanda vital :
- Head to toe :

6. Pemeriksaan Penunjang
- Tes Laboratorium :
- Pemeriksaan EKG :
7. Pengkajian Sosial dan Dukungan Keluarga
a. Dukungan keluarga
1) Siapa yang tinggal bersama anda?
2) Adakah anggota keluarga (anak/orang dewasa) yang tergantung kepada
anda?
3) Adakah kecemasan mengenai keluarga anda?
b. Dukungan emosional dan sosial
1) Apakah anda memiliki dukungan pihak lain misal teman, tetangga, dll
2) Apakah anda memerlukan dukungan dari pihak lain
c. Kondisi praktikal
1) Apakah ada kesulitan dala mobilisasi, naik turun tangga, melakukan
pekerjaan rumah dll
2) Apakah ada kekhawatiran terhadap kebutuhan perawatan,
penghasilan, keuangan?
8. Pengkajian Psikologis
a. Mood dan interest
1) Bagaimana suasana hati anda?
2) Dalam sebulan terakhir apakah anda merasa putus asa serta kehilangan
minat dalam melakukan hal yang anda sukai?
3) Apakah anda merasa depresi?
4) Apakah anda merasa tegang dan cemas?
5) Apakah anda pernah merasakan panic attack?
b. Penyesuian terhadap sakit
1) Apa pemahaman anda terhadap sakit saat ini?
2) Gali dengan hati-hati ekspektasi paseien
c. Sumber daya dan kekuatan
1) Apa sumber dukungan anda? (orang lain, hobi, kepercayaan, agama)
d. Nyeri multidimensi yang tidak terkontrol
1) Nyeri multidimensional yang tidak terkontrol misal psikososial, spritual
e. Penyakit mental yang sudah ada sebelumnya
1) Pasien yang telah mimiliki penyakit mental sebelumnya beresiko
mengalami distress psikososial
9. Pengkajian Sprititual (Format HOPE)
H : Sources of Hope/Sumber Harapan
Apa yang memberi anda harapan (kekuatan, nyaman, dan kedamaian) pada
saat sakit?
O : Organised Religion/Organisasi keagamaan
 Apakah anda bagian dari organisasi keagamaan atau kepercayaan?
 Dalam hal apa dan bagaimana hal tersebut membantu anda?
P : Personal spirituality and practices/Spiritualitas pribadi dan praktik
 Bagian apa dalam kepercayaan spiritual anda yang paing bermakna
secara pribadi?
E : Effect on medical care and end of life issues/Efek dari perawatan dan isu
akhir kehidupan
10. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Yang Lazim Ditemukan Pada Pasien Paliatif:
a. Gangguan pola nafas berhubungan dengan penumpukan sekret.
b. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan fungsi fisik dan
psikologis
c. Kurang perawatan diri (berdandan dan berpakaian) berhubungan dengan
gangguan fungsi fisik dan psikologis
d. Ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi berhubungan dengan
perkembangan penyakit / efek samping pengobatan (ansietas, iritasi mukosa
saluran cerna , obstruksi usus, konstipasi dan kompresi lambung).
e. Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan gangguan fungsi fisik dan
psikologis.
f. Resiko cedera berhubungan dengan keterbatasan fisik dan psikologis.
g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan takut akan kematian dan
prognosa yang tidak pasti.
h. Perubahan membran mukosa mulut berhubungan dengan intake cairan
yang tidak adekuat
i. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan efek kemoterapi terhadap
mekanisme pertahanan tubuh
j. Nyeri kronis berhubungan dengan perkembangan penyakit kanker.
k. Kelemahan fisik berhubungan dengan perubahan fisiologi tubuh terhadap
chemoterapi.
l. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan efek tirah baring yang lama.
m. Perubahan pola seksual berhubungan dengan proses penyakit.
n. Perubahan proses berfikir berhubungan dengan proses penyakit.
o. Berduka berhubungan dengan proses kehilangan.
p. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan adanya lesi kanker.
q. Perubahan gambaran diri berhubungan dengan dampak pengobatan,
Kehilangan organ tubuh.
r. Takut berhubungan dengan proses penyakit (diagnosis kanker).Gangguan
fungsi keluarga dirumah berhubungan dengan penyakit dan program
pengobatan yang dialami.
s. Perubahan interaksi keluarga berhubungan dengan dampak dari prognosis
yang pasti.
11. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA HASIL RENCANA TINDAKAN EVALUASI


1 Gangguan pola Pola nafas 1. Pernafasan reguler, dalam 1. Auskultasi bunyi nafas, perhatikanbunyi 1. Pernafasan reguler,
nafas berhubungan efektif dankecepatan nafas teratur. nafas abnormal. dalamdan kecepatan
dengan 2. Batuk efektif. 2. Monitor usaha pernafasan, rasio inspirasi nafas teratur.
penumpukan 3. Tanda dan gejala obstruksi maupun ekspirasi, penggunaan otot 2. Batuk efektif.
sekret. pernafasan tambahan pernafasan. 3. Tanda dan gejala
Tidak ada : stridor(-), sesak 3. Observasi produk sputum, jumlah, obstruksipernafasan tidak
nafas (-), weezing (-). warna, kekentalan. ada : stridor (-), sesak
4. Suara nafas : vesikuler 4. Berikan posisi semi fowler atau berikan nafas (-), weezing (-)
kanandan kiri. posisi miring aman. 4. Suara nafas :
5. Sputum jernih, jumlah normal, 5. Ajarkan pasien untuk nafas dalam dan vesikulerkanan dan kiri.
tidak berbau dan tidak batuk efektif. 5. Sputum jernih, jumlah
berwarna. 6. Berikan air putih hangat 2000 cc perhari normal, tidak berbau
6. Tanda-tanda sekresi tertahan jika tidak ada kontra indikasi. dantidak berwarna.
Tidak ada : demam (-), 7. Lakukan phisioterapi data sesuai 6. Tanda-tanda sekresi
takhikardi(-), takipneu (-). indikasi. tertahan tidak ada:
8. Lakukan suction bila perlu. demam (-), takikardia (-),
takipneu (-)
2 Kurang perawatan Kebutuhan 1. Pasien tampak bersih dansegar 1. Kaji kemampuan pasien dalam 1. Pasien tampak bersih
diri berhubungan akan 2. Mulut bersih dan tidak berbau melaksanakan kegiatan sehari- hari. dansegar
dengan keterbatasan perawatan 3. Kulit tidak kering 2. Motivasi untuk 2. Mulut bersih dan
fungsi fisik dan diri melakukankegiatansehari-hari. tidakberbau
psikologis 3. Bantu pasien untuk mandi baik ditempat 3. Kulit tidak kering
terpenuhi
tidur atau menggunakanshower.
4. Cuci rambut pasien sesuai
dengankebutuhan.
5. Lakukan perawatan kaki.
6. Bantu untuk perawatan perineal.
7. Pantau kondisi kulit.
8. Berikan pelembab/lotion padakulit.
9. Bersihkan tangan pasien
setelahmakan/toileting.
10. Bantu pasien untuk oral higiene.
3 Kurang perawatan Pasien mau 1. Pasien berpakaian dengan rapih 1. Kaji kemampuan pasien untuk 1. Pasien berpakaian dengan
diri (berdandan dan berpakaian 2. Pasien mau berdandan berpakaian dan berdandan sendiri. rapi.
berpakaian) dengan 2. Demonstrasikan cara berpakaian pada 2. Pasien mau berdandan.
berhubungan rapih dan pasien.
dengan gangguan berdandan 3. Kenakan pakaian pasien setelah personal
higiene selesai.
fungsi fisik dan
4. Motivasi pasien untuk berpartisipasi
psikologis dalam memilih pakaian sendiri.
5. Bantu dan motivasi pasien untuk
berdandan.
4 Ketidakmampuan Pasien 1. Pasien mampu memakan 1. Pasien mempunyai jadwal BAB/BAK. 1. Buat jadwal toileting.
dalam memenuhi mampu makanan dalam jumlah yang 2. Pasien BAB/BAK sesuai dengan jadwal. 2. Anjurkan pasien untuk
kebutuhan nutrisi memakan adekuat. BAB/BAK sesuai dengan
berhubungan makanan 2. Keluarga dapat menerima jadwal.
kemampuan pasien untuk 3. Bantu pasien untuk
dengan yang
makan. melepaskan pakaian
perkembangan disenangi dalam.
penyakit / efek sesuai 4. Bantu pasien
samping dengan menggunakan
pengobatan jumlah dan toilet/pispot/urinal pada
(ansietas, iritasi waktu nya. interval waktu tertentu.
mukosa saluran 5. Jaga privasi pasien selama
cerna , obstruksi BAB/BAK.
usus, konstipasi 6. Fasilitasi higiene toilet
dan kompresi setelah selesai BAB/BAK.
lambung). 7. Ganti pakaian pasien
setelah BAB/BAK kalau
perlu.
8. Siram toilet/bersihkan alat.
5 Gangguan pola Pasien akan 1. Pasien mempunyai jadwal
eliminasi melakukan BAB/BAK.
berhubungan BAB/BAK 2. Pasien BAB/BAK sesuai
dengan gangguan secara dengan jadwal.
fungsi fisik dan teratur.
psikologis.
6 Resiko cedera Pasien tidak 1. pasien tidak jatuh. 1. Identifikasi kebutuhan rasa aman pasien. 1. Pasien tidak jatuh.
berhubungan mengalami 2. pasien mampu menggunakan 2. Identifikasi lingkungan yang 2. Pasien mampu
dengan cedera. sumber daya yang dimilliki membahayakan. menggunakan sumber
keterbatasan fisik 3. Identifikasi keterbatasan fisik terhadap daya yang dimilliki.
dan psikologis. jatuh.
4. Pantau kemampuan pasien untuk berjalan.
5. Hindarkan sumber-sumber yang
berbahaya.
6. Atur lingkungan untuk meminimalkan
pasien dari bahaya.
7. Berikan alat bantu bila diperlukan.
8. Dekatkan barang-barang yang dibutuhkan
dengan jangkauan pasien.
9. Gunakan alat pelindung ( penghalang
tempat tidur ).
10.Beritahu keluarga resiko berbahaya dari
lingkungan.
11.Atur penerangan yang cukup adekuat.
12.Anjurkan pasien untuk meminta bantuan
jika diperlukan.
7 Gangguan pola Pasien 1. Pasien akan tidur malam hari 1. Kaji pola tidur dan aktifitas pasien 1. Pasien akan tidur malam
tidur berhubungan mampu dan terbangun dengan perasaan 2. Pantau dan catat pola tidur/istirahat dan hari dan terbangun dengan
dengan takut akan menciptaka enak. jumlah jam tidur pasien. perasaan enak.
kematian dan n kembali 2. Pasien/keluarga menyebutkan 3. Kaji faktor yang memperberat masalah 2. Pasien/keluarga
tindakan yang digunakan untuk tidur/istirahat. menyebutkan tindakan
prognosa yang pola
meningkatkan tidur. 4. Berikan support emosional/konseling yang digunakan untuk
tidak pasti. tidur/istirah untuk membantu Menghilangkan meningkatkan tidur.
at. kecemasan.
5. Atur lingkungan yang nyaman untuk
meningkatkan tidur.
6. Berikan massage pada punggung dan atur
posisi yang nyaman.
7. Berikan terapi antidepressan sesuai
kebutuhan.
8. Berikan antiansietas sesuai kebutuhan.
9. Berikan aktivitas yang meningkatkan
waktu bangun atau mengurangi tidur
siang hari.
10.Anjurkan penggunaan obat tidur.
11.Informasikan pasien/keluarga tentang
faktor-faktor yang memperberat gangguan
tidur/istirahat.
8 Perubahan Membran 1. Mukosa mulut lembab dan 1. Lakukan pengkajian oral terhadap 1. Mukosa mulut lembab dan
membran mukosa mukosa berwarna merah muda kebersihan,kekeringan, ulserasi dan tanda- berwarna merah muda.
mulut berhubungan yang 2. Pasien dan keluarga mampu tanda infeksi. 2. Pasien dan keluarga
dengan intake mengalami melakukan tindakan untuk 2. Bantu untuk melakukan perawatan mulut mampu melakukan
meningkatkan kesehatan mulut setelah makan. tindakan untuk
cairan yang tidak lesi sembuh
3. Lakukan tindakan perawatan mulut jika meningkatkan kesehatan
adekuat dan infeksi terjadi stomatitis. mulut.
oral 4. Berikan es batu atau permen yang agak
tertangani keras dan basahi dengan cairan jika
dengan mukosa mulut mengalami kekeringan.
baik. 5. Anjurkan untuk mencuci mulut dengan
teratur.
6. Anjurkan untuk tidak merokok dan
minuman alkohol.
7. Hindari penggunaan pencuci mulut yang
dujual bebas.
8. Kolaborasi pemberian obat untuk infeksi
mulut.
9 Resiko tinggi Tidak ada 1. Pasien/keluarga mampu 1. Kaji tanda-tanda infeksi. 1. Pasien/keluarga mampu
infeksi tanda- tanda mendemonstrasikan tidakan- 2. Lakukan teknik a/antiseptik. mendemonstrasikna
berhubungan infeksi. tindakan pencegahan infeksi. 3. Pantau hasil laboratorium lekosit. tidakan-tindakan
dengan efek 2. Pasien/keluarga akan 4. Pantau tanda-tanda vital. pencegahan infeksi.
melaporkan bila terjadi 5. Anjurkan pasien untuk cukup beristirahat. 2. Pasien/keluarga akan
kemoterapi
peningkatan suhu. 6. Ajarkan pasien dan keluarga mengenal melaporkan bila terjadi
terhadap tanda-tanda infeksi dan menurunkan peningkatan suhu.
mekanisme resiko infeksi.
pertahanan tubuh. 7. Anjurkan keluarga untuk menggunakan
masker apabila sedang infeksi saluran
nafas atas.
8. Laporkan bila terjadi peningkatan suhu
tubuh.
9. Pantau intake output.
10.Anjurkan pasien untuk banyak minum.
11.Berikan antibiotika sesuai anjuran.
10 Nyeri kronis Nyeri 1. Pasien/keluarga mampu 1. Kaji karakteristik nyeri. 1. Pasien/keluarga mampu
berhubungan terkontrol mengidentifikasi tindakan- 2. Evaluasi tindakan kontrol nyeri. mengidentifikasi
dengan pada tingkat tindakan untuk mengontrol 3. Evaluasi asal nyeri dan atasi jika tindakan- tindakan untuk
perkembangan yang dapat nyeri. mungkin. mengontrol nyeri.
penyakit kanker. ditoleransi. 2. Pasien/keluarga mampu 4. Lakukan tindakan untuk meningkatkan 2. Pasien/keluarga mampu
melakukan tindakan-tindakan kenyamanan fisik dengan cara : melakukan tindakan-
untuk mengontrol nyeri. Mempertahankan posisi, penggunaan tindakan untuk
3. Nyeri hilang/terkontrol. tempat tidur khusus, penggunaan mengontrol nyeri.
kompres, mengurangi stimuli lingkungan. 3. Nyeri hilang/terkontrol.
5. Anjurkan dan ajarkan teknik relaksasi.
6. Anjurkan untuk menggunakan teknik
distraksi.
7. Berikan analgetik.
8. Pantau dan atasi efek samping pemberian
analgetik.
9. Beritahu pasien/keluarga tentang
pengunaan obat yang benar, efek samping
obat dan yang dapat dilakukan jika terjadi.
11 Kelemahan fisik Pasien 1. Pasien mampu beristirahat 1. Kaji tingkat kelelahan pasien. 1. Pasien mampu beristirahat
berhubungan mempunyai sesuai kebutuhan. 2. Anjurkan pasien untuk mempertahankan sesuai kebutuhan.
dengan perubahan tenaga yang 2. Pasien akan tetap melakukan pola istirahat dan tidur. 2. Pasien akan tetap
fisiologi tubuh maksimal aktivitas sesuai kemampuan. 3. Anjurkan pasien untuk mengekspresikan melakukan aktivitas
perasaannya tentang keterbatasan yang sesuai kemampuan.
terhadap sesuai
ada.
chemoterapi. kebutuhan. 4. Bantu pasien untuk merencanakan
aktivitas dan istirahat.
5. ajarkan pasien tekhnik relaksasi, distraksi,
diet imagary, relaksasi.
12 Perubahan Tidak 1. Gangguan/kerusakan kulit tidak 1. Hindari penekanan yang terus menerus. 1. Gangguan/kerusakan kulit
integritas kulit terjadi ada (kulit utuh). 2. Hindari penggunaan talk. tidak ada (kulit utuh).
berhubungan gangguan 2. Kulit bebas dari implamasi dan 3. Lakukan dan ajarkan pada keluarga untuk 2. Kulit bebas dari
dengan efek tirah integritas iritasi. massage bagian punggung. 3. implamasi dan iritasi.
4. Buat jadwal perubahan posisi.
baring yang lama. kulit (kulit
5. Lakukan dan anjurkan keluarga untuk
pasien utuh) merubah posisi pasien sesuai dengan
dan jadwal.
terbebas 6. Pantau kondisi kulit.
dari trauma. 7. Jaga linen tetap bersih, kering dan bebas
dari lipatan.
8. Beritahu pasien/keluarga untuk
melaporkan bila terdapat tanda- tanda
kemerahan, rasa tidak nyaman dan nyeri
pada daerah yang tertekan.
13 Perubahan pola Pasien/ 1. Pasien menunjukan faktor resiko 1. Ciptakan hubungan terapeutik atas dasar 1. Pasien menunjukan faktor
seksual orang terhadap kegagalan fungsi saling percaya dan saling menghargai dan resiko terhadap kegagalan
berhubungan terdekat seksual dan perubahan metode menjaga privasi. fungsi seksual dan
dengan proses kembali seksual yang dapat diterima. 2. Kaji pengaruh penyakit/pengobatan perubahan metode seksual
2. Pasien mampu mendiskusikan terhadap seksualitas sesuai kebutuhan. yang dapat diterima.
penyakit. untuk
pilihan untuk menjaga fungsi 3. Anjurkan pasien untuk mengungkapkan 2. Pasien mampu
mendapatka reproduksi yang sesuai. ketakutan dan menanyakan masalahnya. mendiskusikan pilihan
n kepuasan 4. Diskusikan tentang alternatif ekspresi untuk menjaga fungsi
hubungan seksual yang dapat diterima. reproduksi yang sesuai.
seksual. 5. Libatkan keluarga dalam diskusi.
6. Rujuk kalau perlu ke ahli seksiolog.
7. Anjurkan pasien untuk menghindari
kehamilan.
8. Beritahu pasien/pasangan tentang
kemungkinan efek jangka panjang pada
fungsi seksual sehubungan dengan
chemoterapi, radiasi dan pembedahan
sesuai kebutuhan.
14 Perubahan proses Pasien 1. Fungsi mental dan psikologis 1. Kaji riwayat fisik, sosial dan psikologis 1. Fungsi mental dan
berfikir menunjukan pada tingkat optimal. pasien sebelumnya. psikologis pada tingkat
berhubungan perbaikan/te 2. Tidak ada tanda- tanda 2. Kaji tingkat orientasi pasien. optimal.
dengan proses rpelih peningkatan tekanan intra 3. Kaji adanya perubahan kesadaran, pusing 2. Tidak ada tanda-tanda
kranial. dan sinkope. peningkatan tekanan intra
penyakit. aranya
4. Pantau status neorologis secara ketat. kranial.
proses 5. Kurangi stimulus pada pasien.
berfikir. 6. Berikan terapi sesuai program.
7. Pantau intake output.
8. Bila kejang lakukan. penatalaksanaan
kejang.
9. Identifikasi lingkungan yang dapat
membahayakan pasien. Batasi keinginan
pasien hanya pada hal-hal yang
diinginkan.
10. Hindari pengkajian yang tidak mungkin
dijawab pasien.
11. Panggil nama pasien ketika mulai
berinteraksi.
12. Berikan pengarahan pada hal- hal yang
sederhana.
13. Orientasikan pasien terhadap
orang,waktu dan tempat.
14. Informasikan keluarga tentang
pembatasan pengunjung.
15. Jelaskan pembatasan kunjungan
keluarga/teman.
15 Berduka Pasien 1. Pasien mampu mendiskusikan 1. Bantu pasien dalam mengidentifikasi 1. Pasien mampu
berhubungan mampu perasaannya. kehilangan. mendiskusikan
dengan proses mengungka 2. Pasien mampu 2. Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
kehilangan. pkan mempertahankan hubungan perasaannya. 2. Pasien mampu
dengan orang lain/keluarga. 3. Bantu pasien dalam mengungkapkan mempertahankan
perasaan
3. Pasien mampu mempertahankan strategi koping pribadi. hubungan dengan orang
sedih atau perawatan diri. 4. Bantu pasien/keluarga untuk lain/keluarga.
kehilangann 4. Pasien mampu mengidentifikasi mengidentifikasi harapan hidup. 3. Pasien mampu
ya. sumber- sumber yang ada. 5. Bantu pasien untuk dapat menyampaikan mempertahankan
hal-hal yang sangat diharapkan pasien. perawatan diri.
6. Hindari menutup kenyataan. 4. Pasien mampu
7. Dorong hubungan terapeutik. mengidentifikasi sumber-
8. Support dengan pendekatan spiritual. sumber yang ada.
9. Ajarkan pasien tentang aspek- aspek
harapan yang positif.
16 Gangguan Bau dan 1. Lesi bersih dan tidak berbau. 1. Kaji kondisi lesi. 1. Lesi bersih dan tidak
gambaran diri drainage 2. Pasien/keluarga mampu 2. Bersikan luka dengan menggunakan berbau.
berhubungan dapat mendemonstrasi perawatan luka antiseptik. 2. Pasien/keluarga mampu
dengan adanya lesi terkontrol. yang direkomendasikan. 3. Demonstrasikan prosedur perawatan mendemonstrasi
kulit. perawatan luka yang
kanker.
4. Berikan antibiotik sesuai dengan direkomendasikan.
program.
5. Sediakan ventilasi yang cukup.
6. Berikan kesempatan klien
mengekspresikan penilaian terhadap
dirinya.
7. Berikan penjelasan sumber bau dan
proses terjadinya lesi.
5. Berikan kesempatan menilai
perkembangan luka.
17 Perubahan Pasien 1. Pasien mampu mengidentifikasi 1. Kaji rencana chemoterapi 1. Pasien mampu
gambaran diri dapat tindakan- tidakan untuk terhadap obat yang mengidentifikasi
berhubungan menerima meminimalkan akibat dapat menyebabkan alopesia. tindakan-tidakan untuk
dengan dampak terhadap kehilangan rambut. 2. Kaji dampak alopesia terhada gaya hidup meminimalkan akibat
2. Pasien mampu melakukan pasien. kehilangan rambut.
pengobatan, perubahan
tindakan-tidakan untuk 3. Bantu pasien untuk mendiskusikan 2. Pasien mampu
Kehilangan organ yang terjadi. meminimalkan akibat perasaan tentang perubahan citra tubuh. melakukan tindakan-
tubuh. kehilangan rambut. 4. Identifikasi tindakan untuk mengurangi tidakan untuk
dampak rambut rontok. meminimalkan akibat
5. Anjurkan pasien untuk memotong rambut kehilangan rambut.
yang panjang.
6. Bantu pasien untuk mendapatkan rambut
palsu/wig selama rambut belum tumbuh
kembali.
7. Informasikan pasien tentang dampak dari
chemoterapi.
8. Anjurkan pasien/keluarga untuk
melakukan perawatan kulit kepala.
9. Evaluasi perasaan pasien terhadap
kehilangan organ tubuhnya.
10. Bantu pasien untuk membedakan
penampilan fisik dan arti hidup.
11. Berikan Motivasi pasien untuk
mengungkapkan eperasaannya.
12. Anjurkan untuk melakukan
komunikasi terbuka antara pasien dan
keluarga.
13. Diskusikan tentang rekonstruksi/
menggunakan organ tiruan jika perlu.
14. Berikan kesempatan pasien untuk
bertemu dengan orang yang mempunyai
pengalaman yang sama dengan
kemampuan koping yang baik.
18 Takut berhubungan Klien 1.Pasien dapat mempercayai orang 1.Kaji perasaan takutnya. 1.Pasien dapat mempercayai
dengan proses mampu yang diajak bicara. 2.Berikan penjelasan terkait sumber yang orang yang diajak bicara.
penyakit (diagnosis mengatasi 2.Pasien mampu mengungkapkan ditakuti. 2.Pasien mampu
kanker). perasaan perasaannya denga baik. 3.Tunjukan perhatian terhadap hal- hal yang mengungkapkan
disampaikan. perasaannya dengan baik.
takutnya.
4.Dengarkan pesan-pesan yang disampaikan.
5.Berikan respon tentang pemahaman yang
disampaikan.
6.Bantu pasien untuk mengungkapkan
perasaannya dengan cara yang tidak
destruktif.
7.Bantu pasien dalam mengidentifikasi
kekuatan untuk mengatasi perasaan
takutnya.
19 Gangguan fungsi Pasien dan 1.Pasien dapat menjelaskan 1.Tentukan akan kebutuhan perawatan 1.Pasien dapat menjelaskan
keluarga keluarga kebutuhan akan perawatan dirumah. kebutuhan akan perawatan
dirumah mampu dirumah. 2.Bantu anggota keluarga untuk dirumah.
berhubungan berfungsi 2.Pasien/keluarga dapat mengembangkan harapan yang realistis 2.Pasien/keluarga dapat
memanfaatkan sumber-sumber terhadap diri dalam menampilkan peran. memanfaatkan sumber-
dengan penyakit secara
dimasyarakat. 3.Tawarkan solusi pada masalah finansial sumber dimasyarakat.
dan program optimal. sesuai kebutuhan.
pengobatan yang 4.Rujuk pasien pada pelayanan sosial sesuai
dialami. kebutuhan.
5.Berikan informasi adanya sumber- sumber
yang ada dimasyarakat.
20 Perubahan interaksi Keluarga 1. Keluarga memperlihatkan 1. Kaji reaksi emosional keluarga terhadap 1. Keluarga memperlihatkan
keluarga mampu kedekatan dengan pasien. kondisi pasien. kedekatan dengan pasien.
berhubungan untuk 2. Keluarga berpartisipasi dalam 2. Identifikasi perawatan diri yang tidak 2. Keluarga berpartisipasi
dengan dampak memenuhi perawatan pasien. mampu dilakukan oleh pasien. dalam perawatan pasien.
3. Keluarga dan pasien mampu 3. Identifikasi pilihan dan kemampuan 3. Keluarga dan pasien
dari prognosis yang kebutuhan
menggunakan sumber-sumber keluarga untuk terlibat dalam perawatan mampu menggunakan
pasti. fisik dan yang ada dimasyarakat. pasien. sumber-sumber yang ada
emosional 4. Identifikasi permasalahan di dalam dimasyarakat.
pasien dan keluarga.
anggota 5. Support anggota keluarga dalam
keluarga. mempertahankan hubungan keluarga.
6. Fasilitasi dalam berkomunikasi tentang
kekhawatiran/perasaan antara pasien dan
anggota keluarga.
7. Support koping mekanisme yang adaptif.
8. Fasilitasi interaksi keluarga dengan
rohaniawan.
9. Kenalkan keluarga pada keluarga lain
yang mempunyai pengalaman yang sama.
10. Berikan informasi pada keluarga tentang
penyakit dan perkembangannya.
BAB IV
ASKEP KASUS

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF GAGAL JANTUNG

A. Pengkajian

a. Identitas
Identitas Klien
Nama : Tn.D
Tempat dan Tanggal lahir :-
Usia : 65 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama :-
Alamat :-
Pendidikan terakhir :-
Status Perkawinan :-
No. RM :-
Diagnosa Medis : gagal jantung stadium akhir
Tanggal masuk RS :-
Tanggal pengkajian :-

Identitas Penanggung Jawab


Nama :-
Usia :-
Agama :-
Pendidikan terakhir :-
Hubungan dengan klien :-

b. Keluhan utama :
Tuan D mengeluh sesak nafas meskipun dalam kondisi istirahat saat ini.

c. Riwayat Kesehatan
- Riwayat kesehatan saat ini :
Tn.D di usia 65 tahun dirawat di rumah sakit dengan diagnosa gagal jantung
stadium akhir. Kondisi Tuan D saat ini mengalami kaheksia.Tuan D mengeluh
sesak nafas meskipun dalam kondisi istirahat saat ini.
- Riwayat kesehatan masa lalu :
Tn. D 12 tahun lalu didiagnosa mengalami Infark Miokard Akut dan menjalani
operasi CABG. Tn.D juga memiliki riwayat hiperkolesterolemia serta penyakit
hipertensi
- Riwayat kesehatan keluarga :-

d. Pola kebiasaan sehari hari


- Nutrisi :-
- Eliminasi :-
- Olahraga dan Aktivitas :
Tuan D mengeluh sesak nafas meskipun dalam kondisi istirahat.
- Istirahat dan Tidur : Tuan D mengeluh sesak nafas
meskipun dalam kondisi istirahat
- Personal Hygiene :-

e. Pemeriksaan Fisik
- Kesadaran umum :-
- Tanda-tanda vital :-
- Head to toe :-

f. Pemeriksaan Penunjang
- Tes Laboratorium :-
- Pemeriksaan EKG :-

g. Pengkajian Sosial dan Dukungan Keluarga


1. Dukungan keluarga : -
2. Dukungan emosional dan sosial :
Pasien memiliki dukungan dari pihak keluarga.
3. Kondisi praktikal :
Tuan D mengeluh sesak nafas meskipun dalam kondisi istirahat. Karena Tn.D
menolak untuk dilakukan perawatan di rumah sakit dan menginginkan untuk
dirawat di rumah saja keluarga merasa bingung dengan keputusan yang harus
diambil.

h. Pengkajian Psikologis.
1. Mood dan interest : -
2. Penyesuian terhadap sakit : -
3. Sumber daya dan kekuatan
Keluarga pasien yang mensupport untuk perawatan pasien.
4. Nyeri multidimensi yang tidak terkontrol : -
5. Penyakit mental yang sudah ada sebelumnya : -

i. Pengkajian Sprititual (Format HOPE)


H : Sources of Hope/Sumber Harapan : -
O : Organised Religion/Organisasi keagamaan : -
P : Personal spirituality and practices/Spiritualitas pribadi dan praktik : -
E : Effect on medical care and end of life issues/Efek dari perawatan dan isu akhir
kehidupan : -

NO. Data Fokus Etiolog Problem


i
1. DS: Ketidakseimbanga Intoleransi
1. Tuan D mengeluh sesak nafas meskipun n antarasuplai dan aktivitas
dalam kondisi istirahat kebutuhan oksigen

DO:
1. Kondisi Tn. D saat ini mengalami
kaheksia
2. Pasien didiagnosa gagal jantung stadium
akhir
3. 12 tahun lalu pasien didiagnosa
mengalami Infark Miokard Akut
4. dan menjalani operasi CABG
5. Tn.D juga memiliki riwayat
hiperkolesterolemia
6. dan penyakit hipertensi

2. DS: Faktor biologis Ketidakseimba


2. Tuan D mengeluh sesak nafas meskipun ngan nutrisi
dalam kondisi istirahat kurang dari
kebutuhan
tubuh
DO:
1. Kondisi Tn. D saat ini mengalami
kaheksia
2. Pasien didiagnosa gagal jantung stadium
akhir
3. 12 tahun lalu pasien didiagnosa
mengalami Infark Miokard Akut
4. dan menjalani operasi CABG
5. Tn.D juga memiliki riwayat
hiperkolesterolemia dan penyakit
hipertensi

3 DS: Kurangnya Defesiensi


1. Tuan D mengeluh sesak nafas meskipun pajanan pengetahuan
dalam kondisi istirahat (Keluarga)

DO:
1. Tn.D menolak untuk dilakukan
perawatan di rumah sakit
2. Keluarga merasa bingung dengan
keputusan yang harus diambil.
4 DS: Keputusasaan
1. Tuan. D mengeluh sesak nafas meskipun
dalam kondisi istirahat
DO:
1. Kondisi Tn. D saat ini mengalami
kaheksia
2. Pasien didiagnosa gagal jantung stadium
akhir
3. 12 tahun lalu pasien didiagnosa
mengalami Infark Miokard Akut
4. dan menjalani operasi CABG
5. Tn.D juga memiliki riwayat
hiperkolesterolemia
6. dan penyakit hipertensi
7. Tn.D menolak untuk dilakukan
perawatan di rumah sakit
8. Keluarga merasa bingung dengan
keputusan yang harus diambil.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor biologis
3. Defesiensi pengetahuan (Keluarga) berhubungan dengan kurangnya pajanan
4. Keputusasaan
C. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1. Intoleransi aktifitas NOC 1. Perawatan jantung: rehabilitatif


berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama a. Monitor toleransi pasien terhadap aktivitas
ketidakseimbangan antara suplai 1x24 jam pasien toleransi terhadap aktivitas dengan b. Intruksikan pasien dan keluarga mengenai
dan kebutuhan oksigen kriteria hasil: pertimbangan khusus terkait dengan aktivitas
1. Frekuensi jantung 60-100 x/menit sehari-hari (misalnya, pembatasan aktivitas
2. Frekuensi pernapasan ketika beraktivitas 16- 20 dan meluangkan waktu istirahat).
x/menit 2. Manajemen energi
3. Kemudahan bernapas ketika beraktifitas a. Tingkatkan tirah baring/pembatasan kegiatan
4. Tekanan darah ketika beraktivitas sistol 100- (misalnya, meningkatkan jumlah waktu
140 mmHg dan diastole 60-90 mmHg dengan istirahat pasien)
rata-rata 120/80 mmHg b. Evaluasi motivasi dan keinginan subjek untuk
meningkatkan aktivitas
c. Monitor intake/asupan nutrisi untuk
d. mengetahui sumber energi yang adekuat
e. Monitor sistem kardiorespirasi pasien
(misalnya, takikardia, dispnea, frekuensi
pernafasan).
f. Monitor tanda-tanda vital pasien
2. Ketidakseimbangan nutrisi NOC Nutrition Management
kurang dari kebutuhan tubuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Kaji adanya alergi makanan
berhubungan dengan faktor 1x24 jam pasien dengan Kriteria Hasil: 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
biologis 1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
tujuan 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan
3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi vitamin C yang dibutuhkan pasien.
4. Tidak ada tanda tanda malnutrisi 5. Anjurkan pasien untuk meningkatkanintake Fe
5. Menunjukkan peningkatan fungsi 6. Berikan substansi gula
pengecapan dari menelan 7. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
6. Tidak terjadi penurunan berat badan yang serat untuk mencegah konstipasi
berarti 8. Berikan makanan yang terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
9. Ajarkan pasien bagaimana membuat
catatan makanan harian.
10. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
11. Berikan informasi tentang
kebutuhannutrisi
12. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
4. biasa dilakukan
5. Monitor interaksi anak atau orangtua selama
makan
6. Monitor lingkungan selama makan
7. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama
jam makan
8. Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
9. Monitor turgor kulit Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan
kadar Ht
12. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
13. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
14. Monitor kalori dan intake nuntrisi Catat adanya
edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan
cavitas oral.
15. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
3. Defesiensi pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Teaching: disease Process
(Keluarga) berhubungan 1x24 jam pasien dengan Kriteria Hasil: 1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan
dengan kurangnya pajanan 1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman pasien tentang proses penyakit yang spesifik
tentang penyakit, kondisi, prognosis dan 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
program pengobatan. bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi
2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
prosedur yang dijelaskan secara benar. 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul
3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan pada penyakit, dengan cara yang tepat
kembali apa yang dijelaskan perawat/tim 4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang
kesehatan lainnya. tepat
5. Identifikasi kemungkinan penyebab,dengan
cara yang tepat
6. Sediakan informasi pada pasien tentang
kondisi, dengan cara yang tepat
7. Hindari jaminan yang kosong
8. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi
tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang dan atau
proses pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
12. Rujuk pasien pada grup atau agensi di
komunitas lokal, dengan cara yang tepat
13. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang tepat.
4. Keputusasaan berhubungan NOC Tindakan Keperawatan Ners
dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3. Kaji tanda dan gejala keputusasaan
1x24 jam klien mampu: 4. Jelaskan proses terjadinya keputusasaan
1. Kognitif: Diskusikan dengan klien
a. Mengetahui perubahan/penurunan kondisi a. Kemampuan yang dimiliki
fisik b. Sistem pendukung yang dimiliki
b. Mengetahui pengertian, tanda dan gejala, c. Harapan kehidupan
penyebab dan akibat dari keputusasaan 5. Latih hubungan sosial dengan lingkungan
c. Mengetahui cara mengatasi keputusasaan a. Bercakap-cakap dengan sistem pendukung
2. Psikomotor: b. Bercakap-cakap dengan lingkungan
a. Mengidentifikasi kemampuan yang
6. Latih melakukan kegiatan sehari-hari:
dimiliki
a. Memenuhi kebutuhan makan
b. Mengidentifikasi sistem pendukung yang
b. Memenuhi kebutuhan istirahat/tidur
Tersedia
c. Melatih hubungan sosial dengan sistem c. Merawat diri: kebersihan diri
pendukung d. Melakukan kegiatan spiritual
d. Melatih kegiatan hidup sehari-hari 7. Latih membangun harapan yang realistis
3. Afektif: a. Diskusikan harapan dan keinginan masa
a. Merasakan manfaat latihan yang dilakukan depan
Merasa optimis dan bahagia b. Bantu klien membuat rencana
mencapai harapan secara bertahap
c. Berikan motivasi dan pujian atas
keberhasilan klien
D. Implementasi
Prinsip-prinsip didalam penanganan masalah keperawatan palliatif didasarkan pada
prioritas masalah keperawatan yang timbul.

E. Evaluasi
Evaluasi berdasarkan pada kategori masalah keperawatan disesuaikan dengan kondisi
pasien. Evaluasi mencakup dua elemen yakni evaluasi proses dan evaluasi hasil. Untuk
dapat melihat keberhasilan setiap diagnosa keperawatan diukur sesuai dengan kriteria hasil.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawatan paliatif (dari bahasa Latin''palliare,''untuk jubah) adalah setiap bentuk
perawatan medis atau perawatan yang berkonsentrasi pada pengurangan keparahan gejala
penyakit, daripada berusaha untuk menghentikan, menunda, atau sebaliknya perkembangan dari
penyakit itu sendiri atau memberikan menyembuhkan..Tujuannya adalah untuk mencegah dan
mengurangi penderitaan dan meningkatkan kualitas hidup orang menghadapi yang serius,
penyakit yang kompleks.
Gagal jantung adalah keadaan di mana jantung tidak mampu memompa darah untuk
mencukupi kebutuhan jaringan melakukan metabolisme dengan kata lain, diperlukan
peningkatan tekanan yang abnormal pada jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan (Harrison, 2013; Saputra, 2013). Pada kondisi gagal jantung kongestif ada peningkatan
tekanan vaskular pulmonal akibat gagal jantung kiri menyebabkan overload tekanan serta gagal
jantung kanan (Aaronson&Ward, 2010).

B. Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada tulisan ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun kedepan, agar penulis dapat berbuat lebih
baik lagi di kemudian hari. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya
dan pembaca pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai