PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggunaan obat yang tidak tepat, tidak efektif dan tidak aman, telah
menjadi masalah tersendiri dalam pelayanan kesehatan. Penggunaan obat
dinilai tidak tepat jika indikasi tidak jelas, pemilihan obat tidak sesuai, cara
penggunaan obat tidak sesuai, kondisi pasien tidak dinilai, reaksi yang tidak
dikehendaki, polifarmasi, penggunaan obat tidak sesuai dan lain-lain. Maka
dari itu perlu dilaksanakan evaluasi ketepatan obat, untuk mencapai
pengobatan yang efektif, aman dan ekonomis (Anonim, 2000).
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
B. Faktor Resiko
Faktor risiko PJK terdiri atas faktor yang tidak bisa dikendalikan dan bisa
dikendalikan. Berikut ini adalah faktor risiko yang tidak bisa dikendalikan:
1. Usia, berbanding lurus dengan kejadian PJK.
2. Riwayat keluarga
3. Jenis kelamin, pria mempunyai risiko PJK yang lebih tinggi daripada
wanita yang belum menopause
Faktor risiko yang bisa dikendalaikan adalah sebagai berikut :
1. Dislipidemia, meningkatkan risiko PJK hingga sebesar 2,8 kali orang
normal.
2. Hipertensi, dapat meningkatkan risiko PJK menjadi berlipat ganda.
Berikut adalah klasifikasi hipertensi menurut European Society of
Cardiology:
Tabel 2. Klasifikasi Derajat hipertensi
Kategori Sistol Diastol
Optimal <120 dan <80
Normal 120-129 dan/atau 80-84
Meninggi 130-139 dan/atau 85-89
Derajat I hipertensi 140-159 dan/atau 90-99
Derajat II hipertensi 160-179 dan/atau 100-109
Derajat III hipertensi >180 dan/atau >110
Isolated Systolic Hypertension >140 dan <90
3. Merokok, orang yang merokok memiliki risiko PJK 3 kali lebih besar. 24
Risiko tersebut bisa turun menjadi 50% setelah seseorang selama satu
tahun berhenti merokok dan bahkan bisa menjadi normal setelah 4 tahun.
C. Patofisiologi
Penyakit jantung koroner (PJK) terjadi akibat adanya
pada keadaan sehat. Arteri terdiri dari tiga lapisan. Lapisan terluar disebut
tunika adventitia. Lapisan tengah yang tebal disebut tunika media terdiri
dari jaringan ikat elastis dan otot polos. Tunika intima sebagai lapisan
tunika media.
dan migrasi.
7
pembuka bagi lipid terutama low density lipoprotein (LDL) untuk masuk ke
pengeluaran sel mediator inflamasi, membentuk foam cells. Foam cell akan
penyempitan sehingga aliran suplai koroner terganggu. Pada tahap lanjut, plak
reversibel akan terjadi sebatas di tingkat sel dan lokal jaringan. Namun apabila
berlangsung lebih dari 30-45 menit, akan terjadi kerusakan yang bersifat
D. Klasifikasi
namun berulang dalam periode yang lama dengan intensitas dan durasi yang
sama. Lokasi nyeri dada biasanya meluas hingga ke lengan dan sekitar dada
leher. Nyeri hanya bila diprovokasi oleh kelelahan, cuaca, dan asupan serta
berat dengan trombosis hingga obstruksi arteri koroner. Nyeri dada adalah
stabil, angina pektoris tidak stabil dapat terjadi saat istirahat dan berdurasi
9
lebih panjang, biasanya lebih dari 20 menit. Nyeri tidak dapat mereda
rupturnya plak yang tidak stabil. Plak tidak stabil memiliki ciri yaitu inti
lipid banyak, otot polos densitas rendah dan fibrous cup tipis. NSTEMI
3. STEMI Akut
100%. Sama halnya dengan NSTEMI, jenis PJK ini butuh penanganan
segera.
E. Manifestasi Klinis
koroner. Bila suplai oksigen dan nutrisi masih mencukupi, maka manifestasi klinis
tidak timbul. Manifestasi klinis yang berarti biasanya muncul apabila penyempitan
sudah melebihi 50%. Manifestasi klinis juga dipengaruhi tingkat kebutuhan oksigen
dan nutrisi miokardium. Olahraga, berfikir, makan, dan kerja berat lainnya dapat
dada yang menjalar ke lengan kiri (angina), ansietas, takikardi/ bradikardi, sesak
BAB III
LAPORAN KASUS
11
BAB IV
PEMBAHASAN
12
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Aaronson, Phillip I., and Ward, Jeremy PT., 2010, At a Glance Sistem
Kardiovaskular 3th ed, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Alwi, Idrus., 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keempat Jilid
III,Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.
Anief, M., 1997, Apa Yang Perlu Diketahui Tentang Obat, Edisi ke 3, hal 148,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik
Indonesia, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, hal 1, 6, Badan Pengawasan Obat
dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta.
Bresler, Michael Jay, and Sternbach, George L., 2007, Manual Kedokteran Darurat
Edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Brown, C. T., 2006, Penyakit
Aterosklerotik Koroner, dalam Price, S.A. dan Wilson, L.M., Patofisiologi
Konsep-konsep Proses Penyakit, diterjemahkan oleh Pendit, B.U., Hartanto, H.,
Wulansari, P., Susi, N. dan Mahanani, D.A., Volume 2, Edisi 6, 579-585, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Kontos MC, Diercks DB, Ho PM, et al., 2011, Treatment and outcomes in patients
with myocardial infarction treated with acute beta-blocker therapy: results from the
American College of Cardiology's NCDR((R)). Am Heart J. 2011;161:864-70.
Kusuma, D., Hanif, M., 2004, Patofisiologis Penyakit Jantung Koroner, Buku Ajar
Kardiologi, Editor Rilantono, L. S., Baraas, F., Karo, S. K., Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Lacy, C.F., Amstrong, L.L., Goldman, M.P., Lance, L.L., 2008, Drug Information Handbook,
Laxi-Comp, North American. Mahaffey KW, Wojdyla DM, Carroll K, et al., 2011,
Ticagrelor compared with clopidogrel by geographic region in the Platelet Inhibition
and Patient Outcomes (PLATO) trial. Circulation. 2011;124:544-54. Majid, A., 2007,
Penyakit Jantung Koroner: Patofisiologi, Pencegahan, dan Pengobatan Terkini (online).
(http:// respository.usu.ac.id/bitstream/123456789/705/1/08E00124.pdf diakses25 Mei 2013).
Mehta RH, Califf RM, Garg J, et al., 2007, The impact of anthropomorphic indices
on clinical outcomes in patients with acute ST-elevation myocardial infarction. Eur
Heart J. 2007;28:415-24. McMurray J, Kober L, Robertson M, et al., 2005,
14
Muchid, dkk., 2006, Pharmaceutical Care untuk Pasien Penyakit Jantung Koroner
: Fokus Sindrom Koroner Akut, Penerbit Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik,
Departemen Kesehatan, Jakarta.
Pfeffer MA, McMurray JJ, Velazquez EJ, et al., 2003, Valsartan, captopril, or both in
myocardial infarction complicated by heart failure, left ventricular dysfunction, or both. N
Engl J Med. 2003;349:1893-906.
Pratanu, S., dan Harun, S., 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi
Keempat Jilid III, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Pratiwi, 2009, Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner Rawat Inap
Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2009, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Price, S.A., dan Wilson, L.M., 2006, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,
Edisi 6, hal 476-479, 890, EGC, Jakarta.
Qaseem et al., 2010, Guidelines for diagnosis and treatment of patients with
vasospastic angina (coronary spastic angina) (JCS 2008): digest version. Circ J.
2010;74:1745-62.
Soeharto, 2001, Pencegahan dan Penyembuhan Penyakit Jantung Koroner, Edisi Kedua,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Soeharto, 2004, Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya dengan Lemak dan
Kolesterol, Edisi Ketiga, hal 387, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Tierney, LM., McPhee, SJ., Papadakis, MA., 2002, Diagnosis dan Terapi
Kedokteran (Penyakit Dalam) Edisi Pertama, Salemba Medika, Jakarta. Tjay, T.H., dan
Rahardja,K., 2002, Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek sampingnya,
Penerbit Gramedia, Jakarta.
Trisnohadi, HB., 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keempat Jilid III,Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.