Anda di halaman 1dari 23

Kasus

Tn.M Usia 33 tahun datang ke rumah sakit, mengeluh nyeri dada sebelah kiri dan sesak
nafas ketika beraktifitas maupun saat istirahat.Tn.M juga mengatakan bahwa ia jarang
melakukan olahraga Tn.M terlihat sangat lemas.Klien mengatakan bahwa ia pernah merokok
sebelum menikah sejak berusia 18 tahun, dan suka makan makanan yang mengandung lemak
tinggi. Tn.B mengatakan bahwa keluarganya mempunyai riwayat hipertensi namun tidak
memiliki riwayat seperti Tn.M. Mukosa bibir klien tampak kering dan pucat. Tn. M
mengatakan ia sering berkeringatan

Setelah dilakukan pemeriksaan pada tn.b : TD: 130/90mmHg, N: 95x/mnt, RR; 30x/mnt,
S:36,50c, Kafilarevil 4 detik,BB:90 kg, Kadar LDL: 180mg/dl

SEVEN JUMP

1. Mencari kata asing


1) Hipertensi
2) Mukosa
3) Kadar LDL(kolesterol jahat) adalah kolesterol yang dapat menumpuk pada
pembuluh darah arteri,membentuk plak yang membuat arteri menjadi sempit dan
kurang fleksibel
4) Kafilarevil

2. Menjawab kata asing


1) Hipertensi adalah suatu kondisi ketika tekanan darah terhadap dinding arteri
terlalu tinggi. Biasanya hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah diatas
140/90, dan dianggap parah jika tekanan diatas 180/120.
2) Mukosa adalah lapisan yang membatasi rongga saluran cerna dan saluran nafas,
selaput lender.
3) Kadar LBL adalah
4) Kafilarevil adalah
3. Membuat pertanyaan
1. Apakah hubungannya LDL tinggi dengan hipertensi
2.
4. Menjawab pertanyaaan
1. Terdapat 2 jenis kolesterol, yaitu kolesterol baik( kolesterol HDL) dan
jahat(kolesterol LDL). Selain itu, terdapat juga lemak dalam bentuk lain yaitu
trigliserida. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa orang dengan
kolesterol total dan kolesterol LDL tinggi dan kolesterol HDL rendah mempunyai
resiko tinggi untuk mengalami hipertensi serta penyakit jantung dan pembuluh
darah. Kolesterol berlebih dapat menumpuk dan membentuk plak pada pembuluh
darah sehingga pembuluh darah tersebut menyempit dan mengeras. Karena itu
pasokan darah ke jaringan tubuh akan berkurang atau tersumbat. Untuk mengatasi
tersebut jantung harus memompa lebih keras dan tekanan pembuluh darah harus
ditingkatkan agar aliran darah dapat mencapai jaringan-jaringan, maka terjadilah
hipertensi dan penyakit jantung
5. LO ( LEARNING OB )
a. Definisi
Penyakit jantung coroner adalah suatu keadaan dimana terjadi
penyempitan,penyumbatan,atau kelainan pembuluh darah coroner.
Penyempitan atau penyumbatan ini dapat menghentikan aliran darah ke otot
jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri. Kondisi lebih parah
kemampuan jantung memompa darah akan hilang, sehingga system control
irama jantung akan terganggua dan selanjutnya bisa menyebabkan kematian
b. Klasifikasi
Terdapat 4 klasifikasi penyakit jantung koroner yaitu :
1) Asimtomatik (Silent Myocardial Ischemia).
Pada klasifikasi penyakit jantung koroner Asimtomatik (Silent
Myocardial Ischemia) Penderita Silent Myocardial Ischemia tidak pernah
mengeluh adanya nyeri dada (angina) baik saat istirahat maupun beraktivitas.
Ketika menjalani EKG akan menunjukan depresi segmen ST,pemeriksaan
fisik dan vital sign dalam batas normal.
2) Angina Pektoris Stabil (STEMI).
Pada klasifikasi penyakit jantung koroner Angina Pektoris Stabil
Terdapat nyeri dada saat melakukan aktivitas berlangsung selama 1 – 5 menit
dan hilang saat istirahat. Nyeri dada bersifat kronik (>2 bulan). Nyeri terutama
di daerah retrosternal, terasa seperti tertekan benda berat atau terasa panas dan
menjalar ke lengan kiri, leher, maksila, dagu, punggung, dan jarang menjalar
pada lengan kanan. Pada pemeriksaan EKG biasanya didapatkan depresi
segmen ST.
3) Angina Pektoris tidak Stabil (NSTEMI).
Pada klasifikasi penyakit jantung koroner Angina Pektoris tidak Stabil
Secara keseluruhan sama dengan penderita angina stabil. Tapi nyeri lebih
bersifat progresif dengan frekuensi yang meningkat dan sering terjadi saat
istirahat. Pada pemeriksaan EKG biasanya didapatkan deviasi segmen ST .
4) Infark Miokard Akut (IMA).
Pada klasifikasi penyakit jantung koroner Infark Miokard Akut Sering
didahului dada terasa tidak enak (chest discomfort). Nyeri dada seperti
tertekan, teremas, tercekik, berat, tajam dan terasa panas, berlangsung >30
menit bahkan sampai berjam – jam. Pemeriksaan fisik didapatkan pasien
tampak ketakutan, gelisah, tegang, nadi sering menurun dan elektrokardiografi
menunjukan elevasi segmen ST.
c. Etiologi
Etiologi penyakit jantung koroner adalah adanya penyempitan,
penyumbatan, atau kelainan pembuluh arteri koroner. Penyempitan atau
penyumbatan pembuluh darah tersebut dapat menghentikan aliran darah
ke otot jantung yang sering ditandai dengan nyeri. Dalam kondisi yang
parah, kemampuan jantung memompa darah dapat hilang. Hal ini dapat
merusak sistem pengontrol irama jantung dan berakhir dan berakhir
dengan kematian
Faktor risiko dapat berupa semua faktor penyebab (etiologi)
ditambah dengan faktor epidemiologis yang berhubungan secara
independen dengan penyakit. Faktor – faktor utama penyebab serangan
jantung yaitu perokok berat, hipertensi dan kolesterol. Faktor
pendukung lainnya meliputi obesitas, diabetes, kurang olahraga,
genetik, stres, pil kontrasepsi oral dan gout (Huon, 2002).
Faktor risiko seperti umur, keturunan, jenis kelamin, anatomi
pembuluh koroner dan faktor metabolisme adalah faktor-faktor alamiah
yang sudah tidak dapat diubah. Namun ada berbagai faktor risiko yang
justru dapat diubah atau diperbaiki. Sangat jarang orang menyadari
bahwa faktor risiko PJK bisa lahir dari kebiasaaan hidup sehari-hari
yang buruk misalnya pola komsumsi lemak yang berlebih, perilaku
merokok, kurang olaraga atau pengelolaan stress yang buruk
(Anies,2005).
Dari faktor risiko tersebut ada yang dikenal dengan faktor risiko
mayor dan minor. Faktor risiko mayor meliputi hipertensi
hiperlipidemia, merokok, dan obesitas sedangkan faktor risiko minor
meliputi DM, stress, kurang olaraga, riwayat keluarga, usia dan seks.
Menurut D.Wang (2005) faktor risiko PJK pada wanita meliputi :
a. Obesitas
b. Riwayat Keluarga
c. Penggunaan kontrasepsi oral yang disertai dengan riwayat
merokok
d. Diabetes Melitus
e. Kolesterol
f. Merokok
Menurut penelitian yang dilakukan Rosjidi dan Isro’in (2014)
Perempuan lebih rentan terserang penyakit kardiovaskular dibanding laki
laki. Beban faktor resiko penyakit kardiovaskular perempuan lebih besar
dari laki-laki adalah tingginya LDL, tingginya TG, dan kurangnya
aktivitas fisik. Tiga faktor resiko dominan penyakit kardiovaskular pada
perempuan adalah umur, hiperetnsi dan kolesterol tinggi.
d. Patofisiologi
Penyakit jantung coroner terjadi akibat adanya ketidakseimbangan antara
aliran darah arteri coroner dengan kebutuhan otot jantung(miokardium).PJK
turut dipengaruhi oleh kepekaan miokardium terhadap keadaan iskemi.
Dinding pembuluh koronermenjalankan fungsi structural,metabolic,
dan signalling untuk menjaga keadaan homeostasis pada keadaan sehat.
Arteri terdiri dari tiga lapisan. Lapisan terluar disebut tunika adventitia.
Lapisan tengah yang tebal disebut tunika media terdiri dari jaringan ikat
elastis dan otot polos. Tunika intima sebagai lapisan terdalam lebih dikenal
dengan istilah endotel dan bersifat impermeabel terhadap molekul besar
sehingga mencegah molekul tersebut masuk ke lapisan sub endotel. Endotel
memiliki fungsi antiinflamasi, mencegah adesi leukosit serta trombosis.
Fungsi proteksi tersebut turut dibantu oleh beberapa fungsi tunika media,
yaitu fungsi kontraktil, menjaga matriks ekstraselular, serta menjaga agar
komponen strukturnya tetap di dalam tunika media. Proses inflamasi
teraktivasi ketika terjadi stimulasi patologis. Proses tersebut terdiri atas
peningkatan permeabilitas, sitokin inflamasi, dan adesi molekul leukosit, serta
penurunan kemampuan vasodilatasi dan aktivitas antitrombotik. Proses
inflamasi tidak hanya mengganggu fungsi endotel melainkan juga berpengaruh
terhadap tunika media dengan meningkatkan matriks ekstraselular dan sitokin
inflamasi serta mengakibatkan proliferasi dan migrasi.
Disfungsi endotel disertai gangguan fisik dan kimia menjadi jalan
pembuka bagi lipid terutama low density lipoprotein (LDL) untuk masuk ke
lapisan sub intima. Masuknya lipid ke dalam pembuluh darah memicu
pengeluaran sel mediator inflamasi, membentuk foam cells. Foam cell akan
berubah menjadi fatty streak, atheroma, hingga kemudian menjadi plak
fibroateromatus yang melibatkan proses migrasi otot polos ke endotel
sehingga menyebabkan penebalan tunika intima. Penebalan ini
menyebabkan penyempitan sehingga aliran suplai koroner terganggu. Pada
tahap lanjut, plak bisa menyebabkan obstruksi penuh, trombosis, bahkan
mengalami ruptur.
Miokardium akan mengalami iskemi ketika aliran suplai oksigen dan
nutrisi terganggu. Bila iskemi terjadi sementara, perubahan yang bersifat
reversibel akan terjadi sebatas di tingkat sel dan lokal jaringan. Namun
apabila berlangsung lebih dari 30-45 menit, akan terjadi kerusakan yang
bersifat ireversibel hingga nekrosis atau kematian miokardium.
e. Factor risiko
Faktor risiko PJK terdiri atas faktor yang tidak bisa dikendalikan dan
bisa dikendalikan. Berikut ini adalah faktor risiko yang tidak bisa
dikendalikan: a. Usia, berbanding lurus dengan kejadian PJK.
b. Riwayat keluarga
c. Jenis kelamin, pria mempunyai risiko PJK yang lebih tinggi daripada
wanita yang belum menopause.

Faktor risiko yang bisa dikendalaikan adalah sebagai berikut:20


a. Dislipidemia, meningkatkan risiko PJK hingga sebesar 2,8 kali orang
normal.21
f. Hipertensi, dapat meningkatkan risiko PJK menjadi berlipat ganda
g. Merokok, orang yang merokok memiliki risiko PJK 3 kali lebih besar.24
Risiko tersebut bisa turun menjadi 50% setelah seseorang selama satu
tahun berhenti merokok dan bahkan bisa menjadi normal setelah 4
tahun
h. Diabetes melitus (DM), pria yang mengalami DM memiliki risiko PJK
50% lebih tinggi dari pria normal sedangkan pada wanita menjadi 2x
lipat.
i. Stres, meningkatkan insidensi kejadian dan rekurensi PJK hingga 3 kali
lipat.
j. Obesitas, berbanding lurus dengan risiko PJK. Sekitar 25-49% PJK di
negara berkembang berhubungan dengan peningkatan indeks masa
tubuh. Apabila tiap individu memiliki berat badan optimal, data
Framingham membuktikan bahwa insiden PJK dapat berkurang hingga
25%. Efek perbaikan sensitifitas insulin, pembakaran glukosa dan
perbaikan dislipidemi diperoleh dari proses penurunan berat badan.27,28
k. Asupan makanan, berhubungan dengan garam dan kolesterol.

f. Manifestasi Klinik

Manifestasi PJK bervariasi tergantung derajat penyempitan aliran

arteri koroner. Bila suplai oksigen dan nutrisi masih mencukupi, maka

manifestasi klinis tidak timbul. Manifestasi klinis yang berarti biasanya

muncul apabila penyempitan sudah melebihi 50%. Manifestasi klinis juga

dipengaruhi tingkat kebutuhan oksigen dan nutrisi miokardium. Olahraga,

berfikir, makan, dan kerja berat lainnya dapat meningkatkan kebutuhan

miokardium. Manifestasi klisnis PJK dapat berupa nyeri dada yang menjalar

ke lengan kiri (angina), ansietas, takikardi/ bradikardi, sesak nafas, mual,

pusing dan pingsan.

g. Diagnosis

Langkah penting pertama dalam pengelolaan PJK adalah diagnosis

yang tepat. Diagnosis yang salah dapat mengarahkan pada kondisi yang
lebih buruk. Selain anamnesis, dokter juga harus menentukan pemeriksaan

laboratorium dan penunjang tambahan untuk mendapatkan diagnosis yang

tepat dengan risiko serta biaya seminimal mungkin.

H. Pemeriksaan Penunjang

Elektrokardiografi (EKG)

EKG bertujuan merekam aktivitas listrik jantung pasien. Melalui EKG,dokter dapat
mengetahui apakah pasien pernah atau sedang mengalami serangan jantung. EKG juga dapat
membantu dokter mengetahui detak dan irama jantung pasien tergolong normal atau tidak

Foto Rontgen

Foto Rontgen di bagian dada dapat dilakukan guna melihat kondisi jantung,paru paru dan
pembuluh darah. Melalui foto rontgen dada,dokter dapat mengetahui bila ukuran jantung
membesar atau terdapat gangguan pada paru paru

CT scan dan MRI scan

Dua test pencitraan ini dapat dilakukan untuk melihat kondisi jantung dengan lebih
detail,yang tidak dapat terlihat pada pemeriksaan
ASUHAN KEPERAWATAN

PENYAKIT JANTUNG KORONER(PJK)

Kasus Pemicu

Tn. M Usia 33 tahun datang ke rumah sakit, mengeluh nyeri dada ±6 menit dalam 1 hari di
sebelah kiri dan sesak nafas ketika beraktifitas maupun saat istirahat.Tn.M juga mengatakan
bahwa ia jarang melakukan olahraga Tn. M terlihat sangat lemas.Klien mengatakan bahwa ia
pernah merokok sebelum menikah sejak berusia 18 tahun, dan suka makan makanan yang
mengandung lemak tinggi. Tn. B mengatakan bahwa keluarganya mempunyai riwayat
hipertensi namun tidak memiliki riwayat seperti tn.b. mukosa bibir klien tampak kering dan
pucat. Tn. B mengatakan ia sering berkeringatan

Setelah dilakukan pemeriksaan pada tn.b : TD: 130/90mmHg, N: 95x/mnt, RR; 30x/mnt,
S:36,50c, Kafilarevil 4 detik,BB:90 kg, Kadar LDL: 180mg/dl

I. DATA DEMOGRAFI
1. BIODATA
 Nama : Tn. M
 Jenis kelamin : Laki -laki
 Umur : 33 tahun
 Alamat : Bekasi
 Pekerjaan : Karyawan swasta
 Suku :Jawa

Status pernikahan : menikah
 Agama : Islam
 Diagnosa medis : Penyakit Jantung Koroner
 NO. RM : 089
 Tanggal masuk : 29 April 2019
 Tanggal pengkajian : 29 April 2019

2. PENANGGUNG JAWAB
 Nama : Ny. A
 Usia : 32 tahun
 Jenis kelamin : perempuan
 Pekerjaan : guru
 Hubungan dengan : istri
klien
II. KELUHAN UTAMA
1. Riwayat penyakit sekarang
Tn. M Usia 33 tahun datang ke rumah sakit, mengeluh nyeri dada sebelah kiri dan
sesak nafas ketika beraktifitas maupun saat istirahat.Tn.M juga mengatakan bahwa ia
jarang melakukan olahraga Tn. M terlihat sangat lemas.Klien mengatakan bahwa ia
pernah merokok sebelum menikah sejak berusia 18 tahun, dan suka makan makanan yang
mengandung lemak tinggi. Tn. B mengatakan bahwa keluarganya mempunyai riwayat
hipertensi namun tidak memiliki riwayat seperti tn.b. mukosa bibir klien tampak kering
dan pucat. Tn. B mengatakan ia sering berkeringatan

2. Riwayat Penyakit Dahulu


Tn. M Usia 33 tahun datang ke rumah sakit, mengeluh nyeri dada sebelah kiri dan
sesak nafas ketika beraktifitas maupun saat istirahat.Tn.M juga mengatakan bahwa ia
jarang melakukan olahraga Tn. M terlihat sangat lemas.Klien mengatakan bahwa ia
pernah merokok sebelum menikah sejak berusia 18 tahun, dan suka makan makanan yang
mengandung lemak tinggi. Tn. B mengatakan bahwa keluarganya mempunyai riwayat
hipertensi namun tidak memiliki riwayat seperti tn.b. mukosa bibir klien tampak kering
dan pucat. Tn. B mengatakan ia sering berkeringatan

3. Riwayat Penyakit Keluarga


Tn. M Usia 33 tahun datang ke rumah sakit, mengeluh nyeri dada sebelah kiri dan sesak
nafas ketika beraktifitas maupun saat istirahat.Tn.M juga mengatakan bahwa ia jarang
melakukan olahraga Tn. M terlihat sangat lemas.Klien mengatakan bahwa ia pernah
merokok sebelum menikah sejak berusia 18 tahun, dan suka makan makanan yang
mengandung lemak tinggi. Tn. B mengatakan bahwa keluarganya mempunyai riwayat
hipertensi namun tidak memiliki riwayat seperti tn.b. mukosa bibir klien tampak kering dan
pucat. Tn. B mengatakan ia sering berkeringatan
4. Genogram
B. PEMERIKSAAN FISIK DAN OBSERVASI
1. Keadaan Umum : baik, kesadaran : composmetis
2. TTV
TD : 130/70 mmHg

N : 95 x /menit

RR : 30 x/menit

S : 36,5 oC

3. Body Sistem
3.1 Pernafasan (B1)
 Inspeksi : px memakai O2 tambahan 2L/menit, pola nafas teratur, Rr =
24 x/menit
 Auskultasi : Tidak ada suara nafas tambahan seperti wheezing, Ronchi
 Perkusi : Sonor
 Palposi : Vokal fremitus teraba simetris kanan dan kiri
3.2 Kardio Vaskuler (B2)
 Inspeksi : tidak terlihat ictus cordis
 Auskultasi : bunyi jantung b ⊃ I dan b ⊃ II tunggal
 Perkusi : pekak
 Palpasi : teraba denyut jantung
3.3 Persyarafan (B3)
 Inspeksi :
 Auskultasi :
 Perkusi :
 Palpasi :
3.4 Perkemihan : Eliminasi urin (B4)
 Inspeksi : px memakai Dc, urine tampung tgl 16 Mei 2009 sebanyak
± 1400 CC

 Auskultasi :-
 Perkusi : timpani
 Palpasi : tidak ada pembesaran kandung kemih
3.5 Pencernaan : Eliminasi Alvi (B5)
 Inspeksi : selama MRS belum BAB
 Auskultasi : bising usus 9 x/menit
 Perkusi : timpani
 Palpasi :-
3.6 Tulang otot integument (B6)
 Inspeksi : tidak ada luka / lesi, turgor kulit baik, keadaan
 Auskultasi :-
 Perkusi :-
 Palpasi :-
3.7 Pengkajian Psikososial
Px ingin mengatakan tidak betah dan berharap ingin cepat pulang
sehingga px mengeluh tidak bisa tidur.

Hubungan px denga keluarga, perawat baik.

3.8 Pengkajian Spiritual


Selama MRS klien tidak dapat menjalankan sholat 5 waktu karena
keadaan umum klien bedrest, klien hanya dapat berdoa kepada Tuhan YME agar
diberi kesembuhan dan berharap cepat pulang.

Sebelum MRS klien taat beribadah sholat 5 waktu di mushola terdekat


atau kadang-kadang dirumah.
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium tanggal 15 Mei 2009
Pemeriksaan Hasil Nilai Nasional
- Hemoglobin 12,8 11,5 – 16,0 g/dl
- Leukosit 9100 4000 – 11.000/cmm
- Eritrosit 4.440.000 3,0 – 6,0 juta/cmm
- Differensial Count 1/-/-/75/24/- 1-2/0-1/3-5/54-62/25-33/3-7
- LED 60 0-20/jam
- Trombosit 334.000 150.000 – 450.000/cmm
- Hemotocrit 39,7 35 – 47 %
- MCV 89,4
- MCH 26,8
- MCHC 32,2
- CKMB 2,00 0–0
- GOT (AST) 26,3 5 – 34 u/L
- GPT (ALT) 14,7 10 – 35 u/L
- Cholesterol 202 0 – 200 mg/dL
- HDL 35,00 35 – 150 mg/dL
- LDL 140,80 0 – 150 mg/dL
- TG 132 0 – 150 mg/dL
- BUN 9,6 10 – 20 mg/dL
- Creatinine 0,48 0,6 – 1,2 mg/dL
- UA 4,2 2,4 – 5,7 mg/dL
- CA 4,65 4 - 5,2 mg/dL
- KA 3,80 3,6 – 5,5 mmol/L
- NA 142,00 135 – 155 mmol/L
- BSN 102 70 – 110 mg/dL

2. EKG tanggal 15 Mei 2009

E. Terapi
 Infus pz 12 tetes/menit
 Injeksi per IV (lewat selang infuse)
Lasix 1 ampul (20 mg)

 Oral
 Ticard 250 mg 2 x 1 tablet
 Cardisan 5 mg 1 x ½ tablet
 Spironolactone 100 mg 1 x ½ tablet
 Diazepam 2 2 x 1 tablet
 Maintate 5 1 x ½ tablet
 Isosorbide Dinitrate 5 mg 3 x 1 tablet
 Cardio Aspirin 1 x 1 tablet
 O2 2 L/menit

F. DATA FOKUS

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


 Pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri  TD = 130/90 mmHg, N = 80
 Pasien mengeluh saat
bernafas(inspirasi) dada terasa x/menit
nyeri Pasien mengatakan berhati-  RR = 30 x/menit, S=36,5oC
hati saat bernafas
 Expresi wajah
menyeringai/menahan nyeri
 Skala nyeri sedang (3 – 7)
 Hasil EKG terlampir
 Inspirasi dan Ekspirasi tidak
maksimal (cepat dan dangkal)
 Saturasi O2
Analisa Data

No. Analisa Data Problem Etiologi


1. DS = Pasien mengeluh nyeri dada sebelah Gangguan Rasa Iskemi jaringan akibat
kiri Nyaman (Nyeri) penyumbatan arteri
DO = koroner
- TD = 130/70 mmHg, N = 95
x/menit
- RR = 30 x/menit, S=36,5oC
- Expresi wajah
menyeringai/menahan nyeri
- Skala nyeri sedang (3 – 7)
2. - Hasil EKG terlampir Pola Nafas Nyeri / kelemahan otot
DS = tidak efektif
- Pasien mengeluh saat bernafas
(inspirasi) dada terasa nyeri
- Pasien mengatakan berhati – hati
saat bernafas.

DO =
- RR = 30 x/menit, S=36,5oC
- Inspirasi dan Ekspirasi tidak
maksimal (cepat dan dangkal)
- Saturasi O2

 Diagnosa Keperawatan
N DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL TANGGAL
O DITEMUKAN TERATASI
1. Gangguan rasa nyaman(nyeri) b.d
iskemi jaringan akibat penyumbatan
arteri coroner
2. Penurunan curah jantung bd
perubahan kontraktilitas jantung

 Intervensi
Nama : Tn.M
No Dx.ke Tujuan Dan Kriteria Intervensi Rasional
. peraw
atan
1. Setelah dilakukan tindakan Mandiri: 1.
keperawatan selama 1 x 24
1. Anjurkan
jam nyeri yang dikeluhkan
pasien berkurang pasien untuk
dibuktikan dengan kriteria
memberitahu
hasil:
1) Pasien mengatakan perawat
nyeri
dengan cepat
berkurang/hilang
2) TTV dalam batas bila terjadi
normal/stabil
nyeri dada.
3) Ekspresi wajah
rileks 2. Kaji TTV,
4) Pasien mengatakan
sifat dan
bias
beristirahat/tidur kualitas nyeri,
serta warna
kulit 2. Untuk memudahkan
3. Tinggikan pernapasan
kepala tempat 3. Tempat yang nyaman dan
tidur tenang yang dapat
4. Ciptakan mendukung pasien dalam
lingkungan mengatasi nyeri
yang nyaman 4. Untuk membantu
kebutuhan O2
dan tenang
5. untuk mengurangi kerja
5. Berikan O2 jantung dan dapat
memperbaiki aliran darah
melalui kanul
miokardium dengan
O2 ± antara 2 meredakan iskemia dan
nyeri
– 4 l/jam
6. Kolaborasi
dengan dokter
untuk
pemberian
tablet
Nitrogliserin
kepada pasien

2. Setelah dilakukan 1. Observasi 1. Mengetahui


tindakan keperawatan TTV perkembangan pasien dan
selama 1 x 24 jam 2. Berikan posisi untuk menentukan tindakan
masalah pola nafas semi foculer selanjutnya.
dapat teratasi dengan 3. Ajarkan pasien 2. Merangsang fungsi
kriteria hasil: untuk latihan pernafasan / ekspansi paru
- Pasien mengatakan nafas dalam 3. Membantu
sesak nafas berkurang / 4. Ajarkan pasien mempertahankan potensi
hilang untuk menahan jalan nafas
- Saturasi O2 normal dada dengan 4. menurunkan tegangan
(100%) bantal selama pada insisi, meningkatkan
- RR dalam batas batuk ekspansi paru maximal dan
normal (16 -20 5. kolaborasi meningkatkan upaya batuk
x/menit) dengan tim efektif.
- Inspirasi dan expresi medis dalam
seimbang (Normal) pemberian
terapi
Implementasi

Tangga Dx Implementasi Respon Klien TTd


l
Atau
Jam
17 – 5 – I 1. Kaji TTV, sifat dan kualitas nyeri, serta warna kulit S
2009 1. Pasien mengatakan
07.00 masih terasa nyeri
seperti tertekan benda
yang berat
O
1. TTV:
TD= 98/51 mmHg S=
36oC
RR= 22 x / menit N=
46 x/menit
6. Pasien terlihat
kesakitan
7. Pasien terlihat
pucat

07.15 2. Tinggikan kepala tempat tidur S


1. Pasien
mengatakan
bahwa posisinya
terasa nyaman
O
1. Pasien
terlihat sangat
nyaman dengan
posisi yang
telah diberikan
07.30 3. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang S
1. pasien
mengatakan
bahwa terasa
nyaman dan
tenang
O
-

07.45 4. Berikan O2 melalui kanul O2 ± antara 2 – 4 S


l/jam 1. Pasien
mengatakan
bahwa ia tidak
merasakan nyeri
yang disertai
sesak nafas
O
1. Pasien terlit
mulai membaik
ketika diberikan
O2

07.50 S
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian 1. Pasien
tablet Nitrogliserin kepada pasien mengatakan
bahwa ia tidak
tersa nyeri lagi
O
1. Pasien tidak
terlihat
kesakitan
II S
08.15 1. Observasi TTV -
O
1. TTV: TD= 98/51
mmHg S= 36oC
RR= 22 x / menit N=
46 x/menit

08.40 S
2. Berikan posisi semi foculer 1. Pasien mengatakan
bahwa posisinya
nyaman

O
1. Pasien terlihat tidak
merasa gelisah dan
nyaman

S
09.00 3. Ajarkan pasien untuk latihan nafas dalam 1. Pasien mengatakan
bahwa ia sudah paham
denga pelatihan nafas
dalam
O
1. Pasien terlihat mulai
mengerti dengan
pelatihan yang telah
diberikan

09.20 S
4. Ajarkan pasien untuk menahan dada dengan 1. Pasien mengatakan
bantal selama batuk bahwa ia mengerti
menahan dada dengan
bantal selama batuk
O
1. Pasien terlihat
mengerti dan mulai
paham dengan
pengajaran yang
diberikan oleh nya

09.40 S
5. kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi -
O
1. Pasien terlihat
mulai membaik
dengan
pemberian
terapi

Evaluasi

Tangga Dx Evaluasi TTd


l
Atau
Jam
17 – 5 – I S = Pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri sudah
2009 berkurang
13.00 O=
 TD = 97/43 mmHg RR = 20
x/menit
N = 69 x/menit S= 366 oC
 Skala nyeri ringan (0-3)

A = Masalah teratasi sebagian


D=Lanjutan intervensi no 1-5
II
14.00 S= Pasien mengatakan saat bernafas sudah tidak nyeri.
O=
 RR = 20 x/menit
 Saturasi O2
A = Masalah teratasi sebagian
D = lanjutkan intervensi 1-5

Anda mungkin juga menyukai