Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN

LANSIA DENGAN GANGGUAN


SISTEM KARDIOVASKULER
PJK

KELOMPOK 2
Nordiana NIM 131911013
Nur MarLiyana NIM 131911014
Patia Andari NIM 131911015
Serlye Marensisca NIM 131911020
A.DEFENISI
  
 Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan dari bayi sampai menjadi tua. Masa tua
merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana
pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik,
mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak
dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Lansia
banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang
perlu penanganan segera dan terintegrasi
 Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia,
merupakan bagian dari proses kehidupan yang tak dapat
dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Pada
tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik
secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran
dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah
dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagian dari
proses penuaan normal, seperti rambut yang mulai
memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah, berkurangnya
ketajaman panca indera, serta kemunduran daya tahan
tubuh, merupakan acaman bagi integritas orang usia
lanjut
 Penyakit jantung koroner ( penyakit arteri koroner )
adalah jenis penyakit yang banyak menyerang penduduk
indonesia. Kondisi ini terjadi akibat
penyempitan/penyumbatan di arteri koroner karena
adanya endapan lemak dan kolesterol sehingga
mengakibatkan suplai darah ke jantung menjadi
terganggu. Perubahan pola hidup, pola makan dan stres
juga dapat mengakibatkan terjadinya penyakit jantung
koroner
B.ETIOLOGI
 Ada empat factor risiko biologis yang tak dapat diubah,
yaitu: usia, jenis kelamin, ras, dan riwayat keluarga.
Kerentanan terhadap aterosklerosis coroner meningkat
dengan bertambahnya usia. Penyakit yang serius jarang
terjadi sebelum usia 40 tahun. Akan tetapi, hubungan
antara usia dan timbulnya penyakit mungkin hanya
mencerminkan lama paparan yang lebih panjang
terhadap factor-faktor aterogenik
FACTOR RISIKO YANG DAPAT DIUBAH YAITU:
 
Hiperlipidemia

 Plasma lipid adalah asam lemak bebas yang berasal dari


makanan eksogen dan sintesis lemak endogen. Hal yang
merukapan komponen plasma lipid, yaitu kolestrol, trigliserida,
dan fosfolipid. Kolestrol dan trigliserida adalah dua jenis lipid
yng mempunyai makna klinis penting sehubungan dengan
aterogenesis. Oleh karena lipid tidak larut dalam plasma, maka
lipid terikat pada protein sebagai mekanisme transport dalam
serum. Ikatan ini menghasilkan empat kelas utama lipoprotein:
(1) kilomikro, (2) lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL),
(3) lipoprotein densitas rendah (LDL), dan lipoprotein densitas
tinggi (HDL). Kadar lipid dan protein relative berbeda-beda
pada setiap kelas tersebut.
Hipertensi

 Tekanan darah tinggi adalah factor risiko yang paling


membahayakan, karena biasanya tidak menunjukkan
gejala sampai telah terjadi kronis. Tekanan darah tinggi
menyebabkan tingginya gradient tekanan yang ahrus
dilawan oleh ventrikel kiri saat memompa darah.
Tekanan tinggi terus-menerus menyebabkan suplai
kebutuhan oksigen jantung meningkat. Mulailah terjadi
lingkaran setan nyeri sehubungan dengan penyakit arteri
coroner.
Merokok

 Risiko merokok bergantung pada jumlah rokok yang


diiisap per hari, namun tidak pada lamanya merokok.
Seseorang yang merokok lebih dari satu bungkus rokok
sehari menjadi dua kali lebih rentan daripada mereka
yang tidak merokok.
Diabetes mellitus

 Penderita diabetes mellitus memilki prevalensi


aterosklerosis yang lebih tinggi, demikian pula kasus
aterosklerosis coroner dini. Hiperglikemia menyebabkan
peningkatan agregasi trombosit yang dapat menyebabkan
pembentukan thrombus. Hiperglikemia juga biasa
menjadi penyebab kelainan metabolisme lemak atau
predisposisi terhadap degenerasi vascular yang berkaitan
dengan gangguan toleransi terhadap glukosa
 Diet
 Diet tinggi kalori, lemak total, lemak jenuh, gula, dan garam
merupakan salah satu factor yang berperan penting pada
timbulnya penyakit hiperlipoproteinemia dan obesitas. Obesitas
meningkatkan beban kerja jantung dan kebutuhan akan oksigen.

 Pola hidup
 Pola hidup yang kurang aktivitas serta stresor psikososial juga
ikut berperan dalam menimbulkan masalah pada jantung.
Rosenman dan Friedman telah mempopulerkan hubungan antara
apa yang dikenal sebagai pola tingkah laku tipe A dengan
cepatnya proses aterogenesis. Hal yang termasuk dalam
keperibadian tipe A adalah mereka yang memperlihatkan
persaingan yang kuat, ambisius agresif, dan merasa diburu
waktu. Stress menyebabkan pelepasan katekolamin, tetapi masih
dipertanyakan apakah sters memang bersifat aterogenik atau
hanya mempercepat serangan.
C.PATOFISIOLOGI
 Aterosklerosis dimulai ketika kolestrol berlemak
tertimbun di intima arteri besar. Timbunan ini,
dinamakan ateroma atau plak akan menganggu absorbsi
nutrien oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan
dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran
darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh
darah. Endotel pembuluh darah yang terkena akan
mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut,
selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran
darah terhambat.
D.MANIFESTASI KLINIS
 Aterosklerosis coroner menimbulkan gejala dan
komplikasi sebagai akibat penyempitan lumen arteri dan
penyumbatan aliran darah ke jantung. Sumbatan aliran
darah berlangsung progresif, dan suplai darah yang tidak
adekuat (iskemia) yang ditimbulkannya akan membuat
sel-sel otot kekurangan komponen darah yang
dibutuhkan untuk hidup
 Manifestasi klinis lain penyakit arteri coroner dapat berupa
perubahan pola EKG, aneurisma ventrikel, distritma, dan kematian
mendadak.
Menurut, Hermawatirisa 2014 :,Gejala penyakit jantung koroner
 1. Timbulnya rasa nyeri di dada (Angina Pectoris)

 2. Sesak nafas (Dispnea)

 3. Keanehan pada iram denyut jantung

 4. Pusing

 5. Rasa lelah berkepanjangan

 6. Sakit perut, mual dan muntah

 Penyakit jantung koroner dapat memberikan manifestasi klinis


yang berbeda-beda. Untuk menentukan manifestasi klinisnya perlu
melakukan pemeriksaan yang seksama. Dengan memperhatikan
klinis penderita, riwayat perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik,
elektrokardiografi saat istirahat, foto dada, pemeriksaan enzim
jantung dapat membedakan subset klinis PJK.
E.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

 Tes laboratorium seperti enzim jantung dan kimia darah


 Elektrokardiogram (EKG), yaitu dengan merekam
aktivitas listrik jantung.
 Echokardiogram yaitu dengan menggunakan gelombang
suara untuk menghasilkan gambaran jantung.
 Katerisasi pembuluh koroner.

 CT angiogram koroner

 Magnetic Resonance Angiogram (MRA).


F.KOMPLIKASI

 Komplikasi penyaakit arteri koroner sangat bergantung pada


ukuran dan lokasi iskemia serta infark yang mengenai
miokardium. Menurut price dan wilson (1995), komplikasi
tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut.
 Gagal jantung kongestif

 Syok kardiogenik

 Edema paru akut

 Disfungsi otot papilaris

 Defek septum ventrikel

 Ruptur jantung

 Aneurisma ventrikel

 Tromboembolisme
 Perikarditis
 Aritmia

 Pengobatan
 Pada dasarnya pengobatan penyakit jantung koroner adalah
sebagai berikut.
 Menghentikan, atau mengurangi atau regresi dari proses
aterosklorosis dengan cara mengendalikan faktor-faktor
resiko:
 Tidak merokok

 Latihan fisik sesuai dengan kemampuan jantung penderita

 Diet untuk mencapai profil lemak yang baik dan berat badan
yang ideal.
 Mengendalikan tekanan darah tinggi, DM, dan stress mental.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai