Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN GANGGUAN


SISTEM PERNAFASAN: COVID 19

Disusun Oleh :
Kelompok 3
M. Israk Yunanza 131911010
R. Meeta Anggiana 131911017
Sari Yanti 131911019
Syifa Novi Ayuni 131911022

Dosen Pembimbing:
Dr. Syamilatul Kh, S.Kp, M.Kes

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
TANJUNGPINANG
Tahun Ajaran 2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami mampu menyusun sebuah makalah dengan judul “Asuahan keperawatan Lansia
dengan Gangguan Sistem Pernafasan : Covid 19”. Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas
yang diberikan dalam mata kuliah Keperawatan Gerontik di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Hang Tuah Tanjung Pinang.

Dalam Penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Wiwiek Liestyaningrum, S.Kep, Ns M.Kep selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu


Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang.
2. Zakiah Rahman, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ka.Prodi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang.
3. Dr. Syamilatul Kh, S.Kp, M.Kes selaku pembimbing mata kuliah Keperawatan
Gerontik.
            Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan baik pada penulisan maupun
materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu penulis mengharapkan, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Tanjungpinang, 23 Oktober 2022

                                                                  Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di masa pandemi COVID-19, tenaga medis berupaya memberikan perawatan yang


terbaik untuk membantu penyembuhan pasien COVID-19. Pasien dengan COVID-19 yang
dirawat di Rumah Sakit banyak yang mengeluh mengalami sesak nafas. Sebagai seorang
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan tidak hanya berupa terapi konvensional,
tetapi dapat dilakukan bersamaan dengan terapi komplementer sebagai upaya untuk
membantu proses penyembuhan penyakit. Terapi komplementer yang dapat diberikan yaitu
kombinasi Deep breathing dan Humming. Penelitian mengenai Kombinasi Deep breathing
dan Humming belum pernah ada yang melakukan sebelumnya.
Kasus pneumonia misterius pertama kali dilaporkan di Wuhan, Provinsi Hubei pada
Desember 2019. Sumber penularan kasus ini masih belum diketahui pasti, tetapi kasus
pertama dikaitkan dengan pasar ikan di Wuhan (Huang C, 2020). Penyakit ini berkembang
sangat pesat dan telah menyebar ke berbagai provinsi lain di Cina, bahkan menyebar hingga
ke Thailand dan Korea Selatan dalam kurun waktu kurang dari satu bulan. Pada 11 Februari
2020, World Health Organization (WHO) mengumumkan nama penyakit ini sebagai Virus
Corona Disease (COVID-19) yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2, yang sebelumnya
disebut 2019-nCoV, dan dinyatakan sebagai pandemik pada tanggal 12 Maret 2020 (Susilo ,
2020).
Awalnya, penyakit ini dinamakan sementara sebagai 2019 novel corona virus (2019-
nCoV), kemudian WHO mengumumkan nama baru pada 11 Februari 2020 yaitu
Coronavirus Disease (COVID-19) yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Virus ini dapat ditularkan dari manusia ke
manusia dan telah menyebar secara luas di China dan lebih dari 190 negara dan teritori
lainnya. Sampai tanggal 29 Maret 2020, terdapat 634.835 kasus dan 33.106 jumlah kematian
di seluruh dunia. Sementara di Indonesia sudah ditetapkan 1.528 kasus dengan positif
COVID-19 dan 136 kasus kematian (WHO, 2020).

3
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses askep lansia dengan gangguan sistem pernafasan : covid 19?

1.3 Tujuan

1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan askep lansia dengan gangguan sistem pernafasan : covid 19
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian gangguan system pernafasan : covid 19
b. Mampu menegakkan dianogsa gangguan system pernafasan : covid 19
c. Mampu menyusun perencanaan gangguan system pernafasan : covid 19
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan gangguan system pernafasan :
covid 19
e. Mampu melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan gangguan system
pernafasan : covid 19

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep lansia dan covid-19


1. Difinisi lansia
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang telah
memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada
manuasia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupanya. Kelompok
yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses penuaan yang disebut
Aging Process. Dalam buku (Sunaryo, et al., 2015, p. 54) menyebutkan lanjut usia
adalah kelompok yang berusia 60 tahuan keatas. Pada lanjut usia akan terjadi
proses menghilangya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan memperthankan fungsi normalnya secara berlahan sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi atau kerusakan yang terjadi. Lansia dikatan
sebagai tahap akhir dari perkembangan pada daur kehiduoan manusia. Menurut
UU No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia disebutkan lansia adalah
seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Dwi, 2014, p. 4).
3. Proses penuaan (Aging Process)
Proses menua (aging) merupakan suatu prubahan progresif pada
organisme yang telah mencapai kematangan intrinsic dan bersifat irreverbel serta
menunjukan adanya kemundurran sejalan dengan waktu. Proses alami yang
disertai dengan adanya penuruan kondisi fisik, psikologis maupuan sosial akan
saling berintraksi satu sama lain (Ekasari, et al., 2018, p. 33).
Teori-teori tentang proses penuaan dalam buku (Maryam, et al., 2010, p.
45) adalah sebagai beikut :
a. Teori biologis ada 5 bagian yaitu :
1) Teori jam genitik menurut Hayflick (1965), secara genetic sudah
terprogram bahwa material didalam sel dikatakan bagaikan memiliki
genetis terkait dengan frekuensi mitosis, secara teori ini didasari pada
kenyataan bahwa spesiesspesien tertentu memiliki harapan hidp yang
tertentu.

5
2) Teori intraksi seluler, keadaan tubuh akan baik-baik saja selama sel-sel
masih berfungsi dalam suatu harmoni. Akan tetapi, bila tidak lagi maka
akan terjadi kegagalan mekanisme dimana sel-sel akan mengalami
degenerasi.
3) Teori mutagenesisi somatik, bahwa begitu terjadi pembelahan atau mitosis
akan terjadi mutase spontan yang akan terus berlangsung dan akhirnya
mengarah pada kematian sel.
4) Teori eror katastrop, akan terjadi pada struktur DNA, RNA dan sintesis
protein, masing-masing eror akan menambah pada ereor yang lainya dan
berkulminasi dalam eroro bersifat katastrop.
5) Teori pemakaian dan kehausan, teori biologis yang paling tua adalah teori
pemakain dan kehausan diamana tahun demi tahun hal ini terjadi
berlangsung dan lama-kelamaan akan timbul deteriovasi
b. Teori psikososial, ada beberapa dikemukakan dari teori psikososial
diantaranya :
1) Disengagement theory, kelompok ini dari university of Chicago, yaitu
menyatakan bahwa individu dan masyarakat mengalami disengament
dalam suatu matual atau manarik diri, memasuki usia tua, individu mulai
menarik diri dari masyarakat sehingga memungkinkan individu untuk
menyimpan lebih banyak aktivitas yang berfokus pada dirinya sendiri.
2) Teori aktivitas yaitu menekankan pentingya peran serta dalam kegiatan
masyakarat bagi kehiduoan seorang lainsia. Dasar teori ini adalah konsep
diri seseorang bergantung pada aktivitas dalam berbagai peran. Apapbila
hal ini hilang maka akan berakibat negatif terhadap kepuasan hidupnya.
3) Teori kontinuitas, teori ini berbeda dengan teori sebelumya teori ini lebih
ditekankan pada pentingnya hubungan antra keperibadian dengan
kesuksesan hidup lansia. Menurut teori ini ciri-ciri keperibadian individu
seseorang memasuki usia lanjut. Namun gambaran keperibaidian itu juga
besifat dinamis dan berkembang secara kontinu.

6
4) Teori subkultur diakatakan bahwa lansia sebagai kelomok yang memiliki
norma, harapan, rasa percaya dan adat kebiasaan diri sehingga
digolongkan selaku suatu subkultur.
5) Teori stratifikasi usia, teori ini dikemukakan oleh Riley (1972),
menerangkan adanya saling ketergantungan antara usia dengan struktur
sosial.
6) Teori penyesuaian individu dan lingkungan, teori ini dikemukaan oleh
Lawton (1982) menurutnya teori ini ada hubungan antra kompentiensi
individu dengan lingkunganya. Kompentensi disini berupa segenap proses
yang merupakan ciri fungsional individu antara lain : ego, keterampiran
motoric, kesehatan biologis, kapasitas kognitif, dan fungsi sensorik

4. Konsep covid-19
a. Definisi
Coronavirus adalah virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak
bersegmen. Coronavrirus dibagi dua subkeluarga dibedakan berdasarkan
serotipe dan karakteristik genoin. Terdapat empat genus yaitu coronavirus,
betacoronavirus, deltacoronavrius dan gamma coronavirus (Burhan , et al., 2020,
p. 3).
b. Etiologi
Dalam diagnosis awal dari Rencana Perawatan Penyakit Virus Corona
2019 (yang disusun Pemerintah China), deskripsi etiologi COVID-19 didasarkan
pada pemahaman sifat fisikokimia dari penemuan virus corona sebelumnya. Dari
penelitian lanjutan, edisi kedua pedoman tersebut menambahkan “coronavirus
tidak dapat dinonaktifkan secara efektif oleh chlorhexidine”, juga kemudian
definisi baru ditambahkan dalam ed isi keempat, “nCov-19 adalah genus b,
dengan envelope, bentuk bulat dan sering berbentuk pleomorfik, dan
berdiameter 60-140 nm.
Karakterisasi genom telah menunjukkan bahwa mungkin kelelawar dan
tikus adalah sumber gen alphaCoVs dan betaCoVs. Sebaliknya, spesies burung
tampaknya mewakili sumber gen deltaCoVs dan gammaCoVs. Anggota

7
keluarga besar virus ini dapat menyebabkan penyakit pernapasan, enterik, hati,
dan neurologis pada berbagai spesies hewan, termasuk unta, sapi, kucing, dan
kelelawar (Safrizal dkk, 2020). Sampai saat ini, tujuh CoV manusia (HCV) yang
mampu menginfeksi manusia telah diidentifikasi. Beberapa HCoV diidentifikasi
pada pertengahan 1960-an, sementara yang lain hanya terdeteksi pada milenium
baru.
Dalam istilah genetik, Chan et al. telah membuktikan bahwa genom HCoV
baru, yang diisolasi dari pasien kluster dengan pneumonia atipikal. Setelah
mengunjungi Wuhan diketahui memiliki 89% identitas nukleotida dengan
kelelawar SARS seperti-CoVZXC21 dan 82% dengan gen manusia SARS-
CoV11. Untuk alasan ini, virus baru itu bernama SARS-CoV-2. Genom RNA
untai tunggal-nya mengandung 29891 nukleotida, yang mengkode 9860 asam
amino. Meskipun asalnya tidak sepenuhnya dipahami, analisis genom ini
menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 mungkin berevolusi dari strain yang
ditemukan pada kelelawar.
c. Karakteristik
Coronavirus memiliki kapsul, partikel berbentuk bulat atau elips, sering
pleimorfik dengan diameter sekitar 50-200m. Semua virus ordo Nidovirales
memiliki kapsul, tidak bersegmen, dan virus positif RNA serta memiliki genom
RNA sangat panjang. Struktur coronavirus membentuk struktur seperti kubus
dengan protein S berlokasi di permukaan virus. Protein S atau spike protein
merupakan salah satu protein antigen utama virus dan merupakan struktur utama
untuk penulisan gen. Protein S ini berperan dalam penempelan dan masuknya
virus kedalam sel host (interaksi protein S dengan reseptornya di selinang).
Coronavirus bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat diinaktifkan
oleh desinfektan mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56℃ selama 30
menit, eter, alkohol, asam perioksiasetat, detergen non-ionik, formalin, oxidizing
agent dan kloroform. Klorheksidin tidak efektif dalam menonaktifkan virus
(Burhan , et al., 2020, pp. 3-4).

8
d. Karakteristik Klinis
Menurut Safrizal dkk, (2020) berdasarkan penyelidikan epidemiologi saat
ini, masa inkubasi COVID-19 berkisar antara 1 hingga 14 hari, dan umumnya
akan terjadi dalam 3 hingga 7 hari. Demam, kelelahan dan batuk kering
dianggap sebagai manifestasi klinis utama. Gejala seperti hidung tersumbat,
pilek, pharyngalgia, mialgia dan diare relative jarang terjadi pada kasus yang
parah, dispnea dan / atau hipoksemia biasanya terjadi setelah satu minggu
setelah onset penyakit, dan yang lebih buruk dapat dengan cepat berkembang
menjadi sindrom gangguan pernapasan akut, syok septik, asidosis metabolik
sulit untuk dikoreksi dan disfungsi perdarahan dan batuk serta kegagalan banyak
organ, dll.
Pasien dengan penyakit parah atau kritis mungkin mengalami demam
sedang hingga rendah, atau tidak ada demam sama sekali. Kasus ringan hanya
hadir dengan sedikit demam, kelelahan ringan dan sebagainya tanpa manifestasi
pneumonia Dari kasus yang ditangani saat ini, sebagian besar pasien memiliki
prognosis yang baik. Orang tua dan orang-orang dengan penyakit kronis yang
mendasari biasanya memiliki prognosis buruk sedangkan kasus dengan gejala
yang relatif ringan sering terjadi pada anak-anak. Beberapa gejala yang mungkin
terjadi, antara lain :
a. Penyakit Sederhana (ringan)
Pasien-pasien ini biasanya hadir dengan gejala infeksi virus saluran
pernapasan bagian atas, termasuk demam ringan, batuk (kering), sakit
tenggorokan, hidung tersumbat, malaise, sakit kepala, nyeri otot, atau
malaise. Tanda dan gejala penyakit yang lebih serius, seperti dispnea, tidak
ada. Dibandingkan dengan infeksi HCoV sebelumnya, gejala non-
pernapasan seperti diare sulit ditemukan.
b. Pneumonia Sedang
Gejala pernapasan seperti batuk dan sesak napas (atau takipnea pada anak-
anak) hadir tanpa tanda-tanda pneumonia .
c. Pneumonia Parah

9
Demam berhubungan dengan dispnea , gangguan pernapasan, takipnea (> 30
napas / menit), dan hipoksia (SpO2<90%) pada udara kamar). Namun, gejala
demam harus ditafsirkan dengan hatihati karena bahkan dalam bentuk
penyakit yang parah, bisa sedang atau bahkan tidak ada. Sianosis dapat
terjadi pada anak-anak. Dalam definisi ini, diagnosis adalah klinis, dan
pencitraan radiologis digunakan untuk mengecualikan komplikasi.
d. Sindrom Gangguan Pernapasan Akut (ARDS)
Diagnosis memerlukan kriteria klinis dan ventilasi. Sindrom ini
menunjukkan kegagalan pernapasan baru-awal yang serius atau
memburuknya gambaran pernafasan yang sudah diidentifikasi. Berbagai
bentuk ARDS dibedakan berdasarkan derajat hipoksia.
e. Tanda dan gejala
Sebagian besar orang yang terpapar covid-19 dalam laporan
(Organization, 2020, p. 3) akan mengalami gejala sebagai berikut :
1) Demam
2) Batuk kering
3) Kelelahan
4) Nyeri ditenggorokan
5) Diare
6) Sakit kepala
7) Kesulitan bernapas
8) Sesak pada dada
f. Pencegahan coronavirus
Pencegahan khusus oleh tim medis selam masa inkubasi, prosedur
terssebut harus dilakukan oleh operator ahli yang menggunakan alat pelindung
(masker, kaca mata pelindung, jas hujan lengan panjang sekali pakai, kaus kaki
ganda sekali pakai dan sarung tangan. (Kementerian dalam Negeri, 2020, p. 34).
Dan Bersihkan tangan Anda secara rutin. Gunakan sabun dan air, atau cairan
pembersih tangan berbahan alkohol. Selalu jaga jarak yang aman dengan orang
yang batuk atau bersin. Jangan sentuh mata, hidung, atau mulut Anda. Saat Anda
batuk atau bersin, tutup mulut dan hidung dengan lengan Anda atau tisu.

10
Tetaplah di rumah jika Anda merasa tidak enak badan. Jika Anda demam, batuk,
atau kesulitan bernapas segera cari bantuan medis.
g. Korelasi covid-19 dengan lansia
Coronavirus dapat mudah terkena dengan orang dewasa, anak dan usia
lebih tua atau lansia, terutama pada lanssia hal ini disebabkan pada orang tua
atau lansia daya tahan tubuh atau imun pada lansia menurun sesuai umur
semakin dewasa atau semakin tua manusia maka daya tahan tubuh menurun dan
mudah terserang penyakit salah saktunya coronavirus (covid-19) (Burhan , et al.,
2020, p. 5).

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
Nama : Ny.T Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 55 Tahun Suku : Jawa
Alamat : Sukabangun Agama : Islam
Pendidikan : SMA Status Perkawinan : Menikah
Tanggal Pengkajia : 25 -9-2020 Pengkaji : Bayu Aji

2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan kesehatan utama saat ini
Pasien mengatakan keluhan nafas terasa sesak, batuk berdahak, sudah berobat
dipuskesmas tetapi tidak sembuh.
2) Riwayat kesehatan yang lalu
Pasien mempunyai riwayat asma, Pasien mengatakan bahwa klien tinggal dengan orang
yang mengkonsumsi rokok.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga mengatakan tidak ada riwayat penyakit pada keluarga

3. Aktivitas/lathan
Setiap harinya pasien melakukan kegiatan sehari-hari sepeti biasa seperti makan minum
berpakaian mandi, akan tetapi tidak melakukan aktivitas yang berat karena itu bisa
menyebabkan sesak nafas pada pasien.
4. Nutrisi
Pasien mengatakan makan normal 3x1 sehari, minum sehari 0 – 1 liter
5. Eliminasi
Pasien mengatakan BAB terganggu karena tidak nafsu makan dan mual muntah, dan BAK
terganggu karena pasien jarang minum air putih

12
6. Istirahat/tidur
Pasien mengatakan tidur terganggu jadi hanya tidur 4-6 jam dan kadangkadang terbangun
tidur siang hanya 1-2 jam
7. Pengkajian
Keadaan umum :
a. Data Subjektif
- Pasien mengatakan nafas terasa sesak
- Pasien mengatakan batuk berdahak
- Pasien mengatakan tidak nafsu makan, mual, muntah
- Pasien mengatakan bahwa klien tinggal dengan orang yang mengkonsumsi rokok.
b. Data Objektif
- Bunyi nafas tambahan wheezing
- TTV : TD : 90/60 mmHg, N : 120x/menit, S : 37°C, RR : 30x/menit.
- Pasien tampak susah mengeluarkan dahak saat batuk.
8. Psikososial dan Spiritual
- Psikologis : Keluarga mengatakan terkadang bingung dengan keadaan pasien, pasien
terkadang sering marah-marah karena apabila ditanya pasien mengatakan ia sangat
cemas dengan keadaan penyakit yang diderita
- Sosial : Hubungan pasien dengan keluarganya baik, hubungan pasien dengan
masyarakat sekitar juga cukup baik
- Spiritual : Pasien beragama islam, dan sering diajak keluarganya untuk Sholat jika
mampu melakukanya.
B. Dianogsa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan respon alergi

13
C. Intervensi Keperawatan
No Dianogsa NOC NIC
Keperawatan
1. Gangguan Setelah dilakukan 6indakan Pemantauan Respirasi
pertukaran gas keperawatan selama 2x24 jam Observasi
diharapkan Pertukaran gas pasien 1. Monitor frekuensi, irama,
berhubungan
dalam batas normal,dengan kriteria kedalaman dan upaya nafas
dengan hasil : 2. Monitor kemapuan batuk efektif
ketidakseimbangan 1. Bunyi nafas tambahan skala 2 3. Monitor adanya produksi
(cukup meningkat) ke skala 4 sputum
ventilasi perfusi
(cukup menurun) Terapeutik
2. Gelisah skala 2 (cukup meningkat) 4. Dokumentasi hasil pemantauan
ke skala 4 (cukup menurun) Edukasi
5. Jelaskan tujuan dan prosedur
3. Sianosis skala 2 (cukup
pemantauan
memburuk) ke skala 4 (cukup 6. Informasikan hasil pemantauan
membaik) jika perlu
4. Pola nafas skala 2 (cukup
memburuk) ke skala 4 (cukup
membaik)
5. Warna kulit skala 3 ( sedang ) ke
skala 4 (cukup membaik)
2. Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Nafas
nafas tidak efektif keperawatan selama 2x24 jam Observasi
diharapkan Bersihan jalan nafas 1. Monitor pola nafas
berhubungan
pasien dalam batas normal,dengan 2. Monitor bunyi nafas
dengan respon kriteria hasil : 3. Monitor sputum
alergi 1. Wheezing skala 2 ( cukup Terapeutik
memburuk ) ke skala 4 (cukup 4. Berikan minum hangat
membaik) 5. Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik jika perlu
2. Produksi sputum skala 2 (cukup
6. Berikan oksigen jika perlu
memburuk) ke skala 4 (cukup Edukasi
membaik) 7. Ajarkan Teknik batuk efektif
3. Sianosis skala 3 (sedang) ke skala Kolaborasi
4 (cukup membaik) 8. Kolaborasi pemberian
4. Gelisah skala 2 (cukup memburuk) bronkodilator, ekspektoran,
ke skala 4 (cukup membaik) mukolitik
5. Pola nafas skala 2 (cukup
memburuk) ke skala 4 (cukup
membaik)

14
D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

(Tanggal 09 November 2020)


No Dianogsa Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1. Gangguan 1. Memonitor frekuensi, irama, S : Pasien masih mengatakan sesak
pertukaran gas kedalaman dan upaya nafas nafas tetapi sudah berkurang
berhubungan 2. Memonitor kemapuan batuk O : Pernafasan pasien sudah tampak
dengan efektif mulai menurun, RR : 25x/menit
ketidakseimbangan 3. Memonitor adanya produksi A : Masalah belum teratasi
ventilasi perfusi sputum P : Intervensi dilanjutkan
4. Mendokumentasi hasil
pemantauan
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
6. Menginformasikan hasil
pemantauan jika perlu
2. Bersihan jalan 1. Memonitor pola nafas S : Pasien mengatakan masih batuk
nafas tidak efektif 2. Memonitor bunyi nafas berdahak
berhubungan 3. Memonitor sputum O : Pasien tampak masih susah
dengan respon 4. Memberikan minum hangat mengeluarkan dahak saat
alergi 5. Melakukan penghisapan lendir batuk
kurang dari 15 detik jika perlu A : Masalah belum teratasi
6. Memberikan oksigen jika perlu P : Intervnesi dilanjutkan
7. Mengajarkan Teknik batuk
efektif
8. menkolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik

15
(Tanggal 10 November 2020)
No Dianogsa Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1. Gangguan 7. Memonitor frekuensi, irama, S : pasien mengatakan suda tidak
pertukaran gas kedalaman dan upaya nafas sesak nafas lagi
berhubungan 8. Memonitor kemapuan batuk O : Pernafasan pasien sudah tampak
dengan efektif menurun, RR : 20X/menit
ketidakseimbangan 9. Memonitor adanya produksi A : Masalah teratasi
ventilasi perfusi sputum P : Intervensi dihentikan
10. Mendokumentasi hasil
pemantauan
11. Menjelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
12. Menginformasikan hasil
pemantauan jika perlu
2. Bersihan jalan 9. Memonitor pola nafas S : Pasien mengatakan sudah tidak
nafas tidak efektif 10. Memonitor bunyi nafas batuk berdahak lagi
berhubungan 11. Memonitor sputum O : Pasien tampak sudah bisa
dengan respon 12. Memberikan minum hangat mengeluarkan dahak saat
alergi 13. Melakukan penghisapan lendir batuk
kurang dari 15 detik jika perlu A : Masalah teratasi
14. Memberikan oksigen jika perlu P : Intervnesi dihentikan
15. Mengajarkan Teknik batuk
efektif
16. menkolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik

16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan laporan WHO, pada tanggal 30 Agustus 2020, terdapat 24.854.140
kasus konfirmasi COVID-19 di seluruh dunia dengan 838.924 kematian (CFR 3,4%).
Wilayah Amerika memiliki kasus terkonfirmasi terbanyak, yaitu 13.138.912 kasus.
Selanjutnya wilayah Eropa dengan 4.205.708 kasus, wilayah Asia Tenggara dengan
4.073.148 kasus, wilayah Mediterania Timur dengan 1.903.547 kasus, wilayah Afrika
dengan 1.044.513 kasus, dan wilayah Pasifik Barat dengan 487.571 kasus (WHO, 2020).

B. Saran
Untuk mahasiswa harap membaca serta memahami tentang askep lansia dengan
gangguan sistem pernafasan : covid 19 yang telah diurai dalam makalah ini dimana kana
menjadi bekal untuk menjalani praktik lapangan.

17
Daftar Pustaka

18

Anda mungkin juga menyukai