Anda di halaman 1dari 35

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK KEPERAWATAN GERONTIK

DENGAN MASALAH ASAM URAT

Disusun Oleh :

Siti Selyna
181038

PRODI D-3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS HUSADA

JAKARTA, 2021

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii


BAB I........................................................................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................................1
B. Tujuan................................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................4
A. Konsep Dasar Lansia ...................................................................................4
1. Pengertian ...............................................................................................4
2. Peroses Penuaan .....................................................................................4
3. Tipe-Tipe Lanjut Usia ...........................................................................5
4. Faktor Yang Mempengaruhi ................................................................6
5. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada lLnsia..............................6
B. Knsep Dasar Penyakit ...................................................................................8
1. Pengertian................................................................................................9
2. Klasifikasi ...............................................................................................9
3. Ediologi ...................................................................................................9
4. Manifestasi klinis..................................................................................10
5. Patofisiologi ..........................................................................................11
6. Pemeriksaan penunjang ......................................................................12
7. Penatalaksanaan ..................................................................................13
8. Asuhankeperawtan ..............................................................................16
C. Perencanaan Keperawatan .......................................................................18
D. Pelaksanaan Keperawatan .......................................................................20
E. Evaluasi Keperawatan ...............................................................................20
BAB III...................................................................................................................21
A. Pengkajian .................................................................................................21
B. Analisa Data ..............................................................................................21
C. Diagnosa keperawatan .............................................................................24
D. Rencana Keperawatan ( TAK )................................................................26
E. SAP ............................................................................................................26
Lampiran materi ..................................................................................................26

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Asam Urat atau dalam dunia medis disebut penyakit Gout Arthritis
adalah penyakit sendi yang yang diakibatkan oleh gangguan metabolisme Purin yang
ditandai dengan tingginya kadar Asam Urat dalam darah. Kadar Asam Urat yang
tinggi dalam darah melebihi batas normal dapat menyebabkan penumpukan Asam
Urat di dalam persendian dan organ tubuh lainnya. Penumpukan Asam Urat ini yang
membuat sendi sakit, nyeri, dan meradang. Apabila kadar Asam Urat dalam darah
terus meningkat menyebabkan penderita penyakit ini tidak bisa berjalan, penumpukan
Kristal Asam Urat berupa Tofi pada sendi dan jaringan sekitarnya, persendian terasa
sangat sakit jika berjalan dan dapat mengalami kerusakan pada sendi bahkan sampai
menimbulkan kecacatan sendi dan mengganggu aktifitas penderitanya (Susanto,
2013). Angka kejadian Gout Arthritis pada tahun 2016 yang dilaporkan oleh World
Health Organization (WHO) adalah mencapai 20% dari penduduk dunia adalah
mereka yang berusia 55 tahun, prevalensi penyakit Gout Arthritis adalah 24,7%
prevalensi yang didiagnosa oleh tenaga kesehatan lebih tinggi perempuan 13,4%
dibanding laki-laki 10,3%. Menurut Word Health Organization (WHO) pada tahun
2013 sebesar 81% penderita Gout Arthritis di Indonesia hanya 24% yang pergi ke
dokter, sedangkan 71% cenderung langsung mengkonsumsi obat pereda nyeri yang
dijual secara bebas. Sedangkan menurut Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa
penyakit Gout Arthritis di Indonesia yang diagnosis tenaga kesehatan sebesar 11.9%
dan berdasarkan diagnosis dan gejala sebesar 24.7%, sedangkan berdasarkan daerah
diagnosis tenaga kesehatan tertinggi di Nusa Tenggara Timur 33,1%, diikuti Jawa
Barat 32,1% dan Bali 30%.
4

Berdasarkan data tersebut, penulis ingin memberikan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Pendidikan kesehatan mengenai diet rendah purin di lingkungan kel. Tegal alur Jakarta Barat.

A. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan kegiatan praktek di kel. Tegal alur Jakarta barat diharapkan
mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada dalam kelompok lansia melalui
pengkajian gerontik.
b. Menentukan diagnosa keperawatan secara kelompok.
c. Menentukan prioritas pemecahan masalah.
d. Membuat rencana keperawatan sesuai dengan prioritas masalah.
e. Mengimplementasikan rencana keperawatan sesuai dengan prioritas masalah.
f. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan bersama kelompok lansia.
g. Melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan yang telah dilakukan dengan
baik dan benar.
5

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Lansia


1. Pengertian
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses
menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses
alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan yaitu anak, dewasa
dan tua (Kholifah, 2016). Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk
hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas
fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada
kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya
(Kholifah, 2016).
Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Aziz (1994) (dalam Linda,
2011) menjadi tiga kelompok yakni :
1) Kelompok lansia dini (55-64 tahun), merupakan kelompok baru memasuki
lansia.
2) Kelompok lansia (65 tahun ke atas)
3) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
2. Proses Penuaan
Menurut Maryam, dkk. (2008) (dalam Sunaryo, et.al, 2016) terdapat beberapa
teori penuaan (aging process) yaitu:
a. Teori Biologis : berfokus pada proses fisiologi dalam kehidupan seseorang dari
lahir sampai meninggal dunia, perubahan yang terjadi pada tubuh dapat
dipengaruhi oleh faktor luar yang bersifat patologi.
b. Teori Psikologi (Psycologic Theories Aging) : menjelaskan bagaimana seorang
merespon perkembangannya. Perkembangan seseorang akan terus berjalan
walaupun seseorang tersebut telah menua. Teori psikologi terdiri dari teori
hierarki kebutuhan manusia maslow.
c. Teori individualisme jung (jung’s theory of individualisme) : yaitu sifat
manusia terbagi menjadi dua, yaitu ekstrover dan introver. Pada lansia akan
cenderung introver, lebih suka menyendiri.
6

d. Teori delapan tingkat perkembangan erikson (erikson’s eight stages of life) :


yaitu tugas perkembangan terakhir yang harus dicapai seseorang adalah ego
integrity vs disappear. Apabila seseorang mampu mencapai tugas ini maka dia
akan berkembang menjadi orang yang bijaksana (menerima dirinya apa
adanya, merasa hidup penuh arti, menjadi lansia yang bertanggung jawab dan
kehidupannya berhasil).
3. Tipe-Tipe Lanjut Usia
Dewi (2014) mengemukakan tipe-tipe lanjut usia dibagi menjadi lima :
a. Tipe arif bijaksana : tipe ini memiliki ciri-ciri seperti lebih memiliki banyak
pengalaman sehingga saat terjadi perubahan zaman mereka akan mudah
menyesuaikan diri. Lanjut usia pada tipe ini mempunyai kesibukan, memiliki
sikap yang ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, dan bisa menjadi seorang
panutan yang bisa dicontoh oleh orang-orang yang berada di sekitarnya.
b. Tipe mandiri : tipe ini memiliki ciri-ciri senang mengganti kegiatan yang yang
sudah tidak mampu dilakukan dengan kegiatan yang baru. Ciri-ciri lain dari
lanjut usia pada tipe ini adalah selektif dalam mencari pekerjaan maupun teman
pergaulan.
c. Tipe tidak puas : tipe ini adalah yang selalu mengalami penentangan terhadap
proses penuaan, karena mereka berfikir menua akan menyebabkan kehilangan
kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan dan status,
kehilangan teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung,
sulit dilayani, dan seorang pengkritik.
d. Tipe pasrah : tipe lanjut usia ini memiliki ciri-ciri seperti selalu menerima dan
menunggu nasib yang baik, tetap mengikuti kegiatan beribadat, dan melakukan
berbagai jenis pekerjaan.
e. Tipe bingung : lanjut usia pada tipe ini ciri-cirinya sering kaget pada sesuatu
hal, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder, menyesal,
pasif, dan acuh tak acuh.
4. Faktor Yang Mempengaruhi
Faktor –faktor yang Mempengaruhi Proses Penuaan:
a. Hereditas atau ketuaan genetic
b. Nutrisi atau makanan
c. Status kesehatan
d. Pengalamn hidup
7

e. Lingkungan
f. Stress
5. Perubahan-perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia semakin berkembangnya umur
manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada
perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga
kognitif, perasaan, sosial dan seksual (Azizah dan Lilik, 2011 dalam Kholifah, 2016).
a. Perubahan Fisik
1) Sistem pendengaran prebiakusis (gangguan pada pendengaran), 50% terjadi
pada usia diatas 60 tahun.
2) Sistem Intergumen, kulit pada lansia mengalami atropi, kendur, tidak elastis
kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan
bercerak.
3) Sistem Muskuloskeletal : Perubahan pada lansia jaringan penghubung (kolagen
dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi. Kolagen : mengalami perubahan
menjadi bentangan yang tidak teratur. Kartilago : menjadi lunak dan
mengalami granulasi, sehingga permukaan sendi menjadi rata. Tulang :
berkurangnya kepadatan tulang, sehingga akan mengakibatkan osteoporosis
dan lebih lanut akan mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur. Otot :
perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi, penurunan jumlah dan
ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak
pada otot mengakibatkan efek negatif. Sendi : pada lansia, jaringan ikat sekitar
sendi seperti tondon, ligament dan fasia mengalami penuaan elastisitas.
4) Sistem Kardiovaskuler : adalah masa jantung bertambah, venrikel kiri
mengalami hipertropi sehingga perenggangan jantung berkurang, kondisi ini
terjadi karena perubahan jaringan ikat.
5) Sistem Respirasi : terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru
tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengkonvensasi kenaikan
ruang paru, udara yang mengalir ke paru berkurang.
6) Pencernaan dan Metabolisme : seperti penurunan produksi sebagai
kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan gigi, indra pengecap
menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar menurun), liver (hati)
makin mengecil dan menurunnya tmpat penyimpanan, dan berkurangnya aliran
darah.
8

7) Sistem Perkemihan : banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya


laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.
8) Sistem Saraf : Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam
melakukan aktifitas sehari-hari.
9) Sistem Reproduksi : ditandai dengan menciutnya ovary dan uterus. Terjadi
atropi payudara. Pada laki-laki masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.
b. Perubahan Kognitif
1) Memory (daya ingat, Ingatan).
2) IQ (Intellegent Quotient).
3) Kemampuan Belajar (Learning).
4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension).
5) Pemecahan Masalah (Problem Solving).
6) Pengambilan Keputusan (Decision Making).
7) Kebijaksanaan (Wisdom).
8) Kinerja (Performance).
9) Motivasi.
c. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang menpengaruhi perubahan mental :
1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
2) Kesehatan umum.
3) Tingkat pendidikan.
4) Keturunan (hereditas).
5) Lingkungan.
6) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan.
8) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan
family.
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan kensep diri.
d. Perubahan Spiritual Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam
kehidupannya. Lansia semakin matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal
ini terlihat dalam berfikir dan bertindak sehari-hari.
9

e. Perubahan Psikososial : fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang


berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi,
yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.

B. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg( WHO, 2012
).
Tekanan di dalam pembuluh darah melebihi 140 mmHg (sistol) dan 90 mmHg(diastol)
pada lebih dari satu kejadian akibat penyakit promer atau penyebab yang tidak
diketahui. Berikut ini klasifikasi hipertensi:
a) Normsl sistol <120 mmHg/diastol <80 mmHg
b) Prahipertensi: sistol 120-139 mmHg/ diastol 80-89 mmHg
c) Tahap 1 hipertensi: sistol 140-159 mmHg/ diastol 90-99 mmHg
d) Tahap 2 hipertensi: sistol 160 mmHg/diastole 100 mmHg
e) Pada pasien diabetes: hipertensi adalah 130/80 atau lebih tinggi
(Marry & Donna, 2014)
2. Klasifikasi
Berdasarkan penyebab hipertensi dibedakan menjadi dua bagian yaitu:
a. Hipertensi esensial/ hipertensi primer
1) Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi
2) Ciri perseorangan
Ciri seseorang yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur (jika
umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis kelamin laki-laki lebih
tinggi daripada perempuan, ras (ras kulit hitam lebih banyak dari ras putih)

3) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah:
konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr), kegemukan atau makan
10

berlebihan, stress, merokok, minum alcohol, minum obat-obatan (ephedrine,


prednisone, epineprin)
b. Hipertensi Sekunder
Jenis hipertensi ini penyebabnya dapat diketahui sebagai berikut:
1) Penyakit ginjal: glomerulonefritis, piyelonefritis, nekrosis tubular akut,
tumor.
2) Penyakit vaskular: aterosklerosis, hiperplasia, trombosis, aneurisma, emboli
kolesterol dan vaskulitis.
3) Kelainan endokrin: diabetes militus, hipertiroidisme, hipotiroididme.
4) Penyakit saraf: stroke, ensephalitis, syndrom gulian barre.
5) Obat-obatan: kontrasepsi oral, kortikosteroid (Aspiani, 2014).

3. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi
sebagai respons peningkatan curah jantungatau peningkatan tekanan perifer. Akan
tetapi, ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a) Genetik: respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi transport Na.
b) Obesitas: terkait denagn tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat
c) Stress karena lingkungan
d) Hilangnya elasitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah.
Pada orang lanjut usia, penyebab hipertensi disebabkan terjadinya perubahan pada
elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrum dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan volume intravaskular. Semua faktor tersebut cenderung
mencetuskan terjadinyahipertensi (Aspiani,2014)
4. Manifestasi Klinis
Pasien yang menderita hipertensi terkadang tidak menampakkan gejala hingga
bertahun-tahun. Gejala jika ada menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan
maifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pumbuluh darah
bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia
(peningkatan urinisasi pada malam hari) dan azetoma (peningkatan nitrogen urea
darah dan kreatinin). Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain
11

tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina,
seperti pendarahan, eksudat, penyempitan pumbuluh darah, dan pada kasus berat,
edema pupil (edema pada diskus optikus) Keterlibatan pumbuluh darah otak
dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien (transient ischemik
attack, TIA) yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi
(hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan (Smeltzer, 2002) dalam (Aspiani,
2014).
Gejala yang ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak sama pada setiap
orang, bahkan terkadang timbul tanpa gejala. Secara umum gejala yang dikeluhan
oleh penderita hipertensi sebagai berikut:
a) Sakit kepala
b) Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
c) Perasaan berputar seperti tuju keliling serasa ingin jatuh
d) Detak jantung terasa cepat
e) Telinga berdenging
Menurut (Crowin, 2000 dalam Aspiani, 2014) menyebutkan bahwa sebagian besar
gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa:
a) Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intrakranial. Penglihatan kabur akibat kerusakan
retina akibat hipertensi
b) Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.
c) Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus
d) Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler
e) Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi, yaitu pusing,
5. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
12

pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat


sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional
pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah,
yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer.
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer
6. Pemeriksaan Penunjang
a) Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan
dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
b) BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi (diabetes
mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan
katekolamin (meningkatkan hipertensi)
c) Kalium serum
13

Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau


menjadi efek samping terapi diuretik.
d) Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
e) Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
f) Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
g) Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
h) Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes.
i) Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
j) Steroid urin
Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
k) IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal,
batu ginjal / ureter
l) Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
m) CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
n) EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
7. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1) Terapi tanpa Obat
14

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini
meliputi :
1. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c) Penurunan berat badan
d) Penurunan asupan etanol
e) Menghentikan merokok
2. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu:
Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain.
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-
87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan
berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan
sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu.
3. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a. Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh
subyek dianggap tidak normal.Penerapan biofeedback terutama dipakai
untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga
untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
b. Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
c. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
15

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan


pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien
dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2) Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi
juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita
dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur
hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi
( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND
TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan
bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE
dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan
penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
1) Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
2) Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
Dosis obat pertama dinaikkan Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca
antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
3) Step 3
Alternatif yang bisa ditempuh Obat ke-2 diganti Ditambah obat ke-3 jenis lain
4) Step 4
Alternatif pemberian obatnya Ditambah obat ke-3 dan ke-4
Re-evaluasi dan konsultasi Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter )
dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.
16

8. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan, kemudian dalam
mengkaji harus memperhatikan data dasar dari klien, untuk informasi yang
diharapakan dari klien (Iqbal dkk, 2011).
Fokus pengkajian pada Lansia dengan Gout Arthritis:

1)Identitas
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan dan pekerjaan.
2) Keluhan Utama
Keluhan utama yang menonjol pada klien Gout Arthritis adalah nyeri dan terjadi
peradangan sehingga dapat menggangu aktivitas klien.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan nyeri yang terjadi di otot sendi. Sifat dari nyerinya
umumnya seperti pegal/di tusuk-tusuk/panas/di tarik-tarik dan nyeri yang dirasakan
terus menerus atau pada saat bergerak, terdapat kekakuan sendi, keluhan biasanya
dirasakan sejak lama dan sampai menggangu pergerakan dan pada Gout Arthritis
Kronis didapakan benjolan atan Tofi pada sendi atau jaringan sekitar.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita oleh klien, apakah keluhan penyakit Gout
Arthritis sudah diderita sejak lama dan apakah mendapat pertolongan sebelumnya
dan umumnya klien Gout Arthritis disertai dengan Hipertensi.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji adakah riwayat Gout Arthritis dalam keluarga.
6) Riwayat Psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang diderita dan penyakit klien dalam
lingkungannya. Respon yang didapat meliputi adanya kecemasan individu dengan
rentan variasi tingkat kecemasan yang berbeda dan berhubungan erat dengan
adanya sensasi nyeri, hambatan mobilitas fisik akibat respon nyeri dan kurang
pengetahuan akan program pengobatan dan perjalanan penyakit. Adanya perubahan
17

aktivitas fisik akibat adanya nyeri dan hambatan mobilitas fisik memberikan respon
terhadap konsep diri yang maladaptif.
7) Riwayat Nutrisi
Kaji riwayat nutisi klien apakah klien sering menkonsumsi makanan yang
mengandung tinggi Purin.
8) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung
rambut hingga ujung kaki (head to toe). Pemeriksaan fisik pada daerah sendi
dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Inspeksi yaitu melihat dan mengamati
daerah keluhan klien seperti kulit, daerah sendi, bentuknya dan posisi saat bergerak
dan saat diam. Palpasi yaitu meraba daerah nyeri pada kulit apakah terdapat
kelainan seperti benjolan dan merasakan suhu di daerah sendi dan anjurkan klien
melakukan pergerakan yaitu klien melakukan beberapa gerakan bandingkan antara
kiri dan kanan serta lihat apakah gerakan tersebut aktif, pasif atau abnormal.
9) Pemeriksaan Diagnosis
a. Asam Urat meningkat dalam darah dan urin.

b. Sel darah putih dan laju endap darah meningkat (selama fase akut).

c. Pada aspirasi cairan sendi ditemukan krital urat.

d. Pemeriksaan Radiologi.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang
status dan masalah kesehatan klien yang dapat diatasi dengan tindakan
keperawatan. Dengan demikian, diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan
masalah yang ditemukan. Diagnosis keperawatan akan memberikan gambaran
tentang masalah dan status kesehatan, baik yang nyata (aktual) maupun yang
mungkin terjadi (potensial) (Iqbal dkk, 2011).
Menurut NANDA (2015) diagnosa yang dapat muncul pada klien Gout Arthritis
yang telah disesuaikan dengan SDKI (2017) adalah:

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (D.0077).


18

2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian (D.0054).

3) Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130).

4) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit (D.0074).

5) Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan kelebihan cairan


(peradangan kronik akibat adanya kristal urat) (D.0129)

C. Perencanaan Keperawatan
Dx 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi dan kualitas nyeri.
2. Pantau kadar asam urat.
Dx 2 : Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
persendian
1. Kaji tingkat mobilisasi klien
2. Bantu klien untuk melakukan rentan gerak aktif maupun rentan gerak pasif
pada sendi.
DX 3 : hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
1. Pantau TD, monitor suhu 4 jam sekali, monitor warna kulit dan suhu kulit.
DX 4 : Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit
1. Identifikasi tingkat kecemasan
2. Gunakan pendekatan yang menenangkan
3. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan dan persepsi.
DX 5 : Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan
kelebihan cairan (peradangan kronik akibat adanya kristal urat)
1. Anjurkan klien untuk menggunakan alas kaki longgar
2. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
3. Monitor aktivitas klien
19

D. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan merupakan tahap keempat dari asuhan
keperawatan. pelaksanaan keperawatan adalah melaksanakan tindakan
keperawatan berdasarkan asuhan keperawatan yang telah disusun. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu mengamati
keadaan bio-psiko-sosio-spiritual pasien. Kegiatan yang perlu dilakukan dalam
tahap pelaksanaan keperawatan yaitu meliputi data dasar, mempelajari rencana,
menyesuaikan rencana yang telah disusun, analisa umpan balik,
mengkomunikasikan hasil asuhan keperawatan (Triyoga, 2015).

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien terhadap standar atau
kriteria yang ditentukan oleh tujuan yang ingin dicapai. Penulisan pada tahap
evaluasi proses keperawatan yaitu terdapat jam melakukan tindakan, data
perkembangan pasien yang mengacu pada tujuan, keputusan apakah tujuan
tercapai atau tidak, serta ada tanda tangan atau paraf. Evaluasi adalah tahapan
akhir dari proses keperawatan. Evaluasi disini menyediakan nilai informasi yang
mengenai pengaruh dalam hal perencanaan (intervensi) yang telah direncanakan
secara seksama dan merupakan hasil dari perbandingan yang diamati dengan cara
melihat hasil dari kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan tersebut
(Hidayat, 2010).
20

BAB III
TINJAUAN KASUS

Bab ini menguraikan asuhan keperawatan pada lansia penderita Asam urat di Wilayah Jl.
Bakty mulya Rt.10 Rw.02 Kel. Tegal Alur Jakarta Barat, pengkajian dilakukan pada tanggal
24 Mei 2021. Dalam asuhan keperawatan, pendekatan yang digunakan adalah proses
keperawatan yang meliputi: pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, Satuan Acara Pembelajaran, rancangan media dan leaflet.

A. Pengkajian
Pada tahap ini mengumpulkan data yang di dapatkan dari para lansia di Wilayah
Kamp Bakty mulya Rt.10 Rw.02, data diperoleh melalui observasi, pemeriksaan fisik,
dan wawancara meliputi:
1. Ny. S berumur 84 tahun klien mengatakan mempunyai riwayat asam urat

sudah 2 tahun yang lalu klien mengatakan nyeri pada persendian dari lutut

sampai pergelangan kaki, kedua kakinya lemas, klien mengatakan sangat

sulit beraktifitas karena saat beraktivitas berat kaki klien nyeri, klien

mengatakan tidak tahu cara lain selain minum obat asam urat, klien

mengatakan hanya minum obat piroxicam saat nyerinya kambuh, klien

mengatakan merasakan nyeri pada malam hari dan pada saat bangun tidur

dengan skala nyeri 4/10. TD: 120/80 mmHg, Nadi:75x/menit, RR:22x/menit

2. Ny. C berumur 67 tahun memiliki riwayat asam urat sejak 1 tahun lalu, klien

mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi dan diabetes mellitus.

Klien mengatakan jari telunjuk dan pergelangan kaki pernah bengkak, klien

mengatakan merasakan nyeri pada pergelangan kaki pada malam hari skala

nyeri 5/10, klien mengatakan jika kakinya bengkak hanya minum obat

xicalom saja, klien mengatakan terkadang masih mengkonsumsi makanan


21

tinggi purin seperti kulit melinjo dan bayam. TD: 140/100 mmHg,

Nadi:77x/menit, RR:23x/menit

3. Ny.B berumur 74 tahun klien mengatakan mempunyai riwayat asam urat

sejak 1 tahun yang lalu, klien mengatakan mempunyai riwayat hipertensi,

klien mengatakan nyeri pada sendi lutut bagian kanan, klien mengatakan

suka berjalan kerumah anaknya, klien mengatakan nyeri pada saat sesudah

berjalan kerumah anaknya dan dirasakan pada saat malam hari dengan skala

nyeri 3/10, klien mengatakan sudah menghindari makanan kangkung dan

kacang, klien mengatakan jika makan kangkung badannya pegal-pegal, klien

mengatakan tidak mengkonsumsi obat dan hanya minum jamu tradisional

saja. TD: 130/92x/menit, Nadi:80x/menit, RR:22x/menit.

B. Analisa Data

N Data Masalah Etiologi


o

1. DS : Nyeri akut b.d agen


pencedera
 Ny. S mengatakan
fisiologis
mempunyai riwayat asam
urat sudah dari 2 tahun yang
lalu
 Ny. C mengatakan memiliki
riwayat penyakit hipertensi
dan diabetes mellitus.
 Ny.C mengatakan jari
telunjuk dan pergelangan
kaki pernah bengkak.
 Ny. B mengatakan
merasakan nyeri pada
pergelangan kaki pada
22

malam hari.

DO :

 Ny. C tampak meringis

apabila menekuk lutut

kirinya.

 Kadar Asam Urat Ny. S 8,3

g/dl.

 Kadar asam urat Ny. C 8,8

g/dl

 Kadar asam urat Ny. B 7,8

g/dl

 Ny. C tampak adanya

kemerahan dibagian

pergelangan kaki kanan.

2. DS : Hambatan b.d nyeri


Mobilitas persendian
 Ny. S mengatakan sulit
fisik
untuk beraktifitas karena

jika beraktivitas terlalu

berat kaki klien nyeri

 Ny. C mengatakan jari

telunjuk dan pergelangan

kaki pernah bengkak.

 Ny. C mengatakan sulit


23

berjalan karena nyeri pada

pergelangan kaki.

 Ny. B mengatakan nyeri

pada saat sesudah berjalan

kerumah anaknya dan

dirasakan pada saat malam

hari

DO :

 TTV Ny. S
TD : 120/70, S : 36˚C, N :
80x/menit, RR : 20x/menit
 TTV Ny. C
TD : 140/100, S : 36˚C, N :
77x/menit, RR : 23x/menit
 TTV Ny. B
TD : 130/90, S : 36˚C, N :
80x/menit, RR : 22x/menit

3. DS : Defisit b.d
pengetahuan kuran
 Ny. S mengatakan masih
g
mengkonsumsi makanan
terpap
yang tinggi purin seperti
ar
kangkung, bayam, sarden,
infor
daging merah dan jeroan.
masi
 Ny. C Klien mengatakan
terkadang masih
mengkonsumsi makanan
tinggi purin seperti kulit
melinjo dan bayam.
 Ny. B mengatakan sudah
24

menghindari makanan

kangkung dan kacang, klien

mengatakan jika makan

kangkung badannya pegal-

pegal

 Ny. B mengatakan tidak

mengkonsumsi obat dan

hanya minum jamu

tradisional saja.

DO :

 Ny. S dan Ny. C bingung


saat ditanya mengenai asam
urat.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologis
2. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri persendian
3. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
D. Rencana Keperawatan (TAK)
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan mengenai kompres hangat dingin selama 1x30
menit, diharapkan seluruh klien mampu mengerti dan memahami serta dapat
meredemonstarasikan kompres hangat dingin dengan benar.
2. Tujuan Khusus
1. Menjelaskan pengertian gout arthritis dengan benar
2. Menyebutkan 6 Manfaat kompres hangat – dingin dengan benar
3. Menyebutkan 2 perbedaan kompres hangat – dingin dengan benar
4. Menyebutkan 2 Alat yang diguakan untuk kompres hangat – dingin dengan benar
5. Mendemonstrasikan kompres dingin bersama perawat
6. Meredemostrasikan 5 langkah kompres dingin dengan benar
25

3. Waktu dan Tempat


Hari/Tanggal : Jumat , 28 Mei 2021
Jam : 13.00
Tempat : Halaman rumah Ny. S
4. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab/diskusi
c. Demonstarsi dan redemonstrasi
5. Media dan Alat
1. Power point
2. Leaflet
6. Pembagian Tugas
1. Leader
a. Menyiapkan dan menyusun proposal kegiatan TAK
b. Memimpin jalannya TAK dengan baik dan tertib
c. Membuka kegiatan TAK
d. Leader memperkenalkan diri dan mempersilahkan anggota lain untuk
memperkenalkan diri
e. Menyampaikan tujuan TAK
f. Menjelaskan materi penyuluhan sesuai SAP
g. Menyebutkan peraturan tata tertib selama kegiatan TAK
h. Menjelaskan permainan yang akan dilakukan selama kegiatan TAK
i. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok selama kegiatan
TAK
j. Dapat menotralisir masalah yang mungkin timbul selama kegiatan TAK
2. Co leader
a. Mendampingi dan membantu leader untuk mengorganisir anggota
b. Menyampaikan imformasi dari fasilitator fasilitator ke leader tentang
aktivitas klien
3. Fasilitator

a. Memfasilitasi klien yang kurang aktif dan membutuhkan bantuan


b. Berperan sebagi role model bagi klien selama kegitan berlangsung
26

c. Mempertahankan kehadiran peserta

E. SAP

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

Pokok Bahasan : Gout Arthitis

Sub Pokok Bahasan : Kompres Hangat - Dingin

Sasaran : Keluarga Ny. S, Ny. C, Ny. B

Hari/Tanggal : 29 Mei 2021

Tempat : Halaman rumah Ny. S

Waktu : 30 menit

Penyuluh : Siti Selyna

I. Tujuan Instruksional Umum ( TIU )

Setelah mendapatkan penyuluhan selama 1 x 60 menit diharapkan peserta dapat


memahami tentang kompres hangat – dingin pada arthritis, peserta menyatakan keinginan
untuk melakukan kompres hangat – dingin dan mendemonstrasikan cara kompres hangat -
dingin.

II. Tujuan Instruksional Khusus ( TIK )

Setelah mendapatkan penyuluhan, peserta diharapkan dapat :

1. Menyebutkan pengertian gout atritis dengan benar


2. Menyebutkan pengertian kompres hangat - dingin dengan benar
3. Menyebutkan 6 Manfaat kompres hangat – dingin dengan benar
4. Menyebutkan 2 perbedaan kompres hangat – dingin dengan benar
27

5. Menyebutkan 2 Alat yang diguakan untuk kompres hangat – dingin dengan benar
6. Mendemonstrasikan kompres dingin bersama perawat
7. Meredemostrasikan 5 langkah kompres dingin dengan benar

III. Materi Penyuluhan

1. Pengertian gout atritis


2. Pengertian kompres hangat – dingin
3. Manfaat kompres hangat – dingin
4. Perbedaan kompres hangat – dingin
5. Alat kompres hangat dingin
6. Demonstrasi kompres dingin
7. Demonstrasi cara kompres dingin

IV. Metode Penyuluhan

a. Ceramah
b. Tanya jawab/Diskusi
c. Demonstrasi dan redemonstrasi

V. Media Penyuluhan
a. Leaflet
b. Lembar balik
c. Baskom
d. Washlap/handuk kecil
e. Air dingin

VI. Rencana Kegiatan Penyuluhan

N Kegiatan Uraian Kegiatan


o
Penyuluh Audience
28

1 Pembukaan a. Mengucapkan salam a. Menjawab


b. Memperkenalkan diri salam
(5 Menit)
c. Menyampaikan tujuan b. Memperkenan
d. Kontrak waktu kan
e. Menanyakan apakah materi sudah c. Menyetujui
pernah diberikan tujuan
f. Melakukan apresiasi penyuluhan
d. Menyetujui
kontrak
e. Menjawab
f. Mengikuti
apresiasi
29

2 Penya a. Memberikan penyuluhan dan a. menyimak


mpaia berdiskusi bersama keluarga tentang
b. bertanya
n kompres hangat – dingin
c. menyimak
Materi 1) Menyebutkan pengertian
kompres hangat-dingin
(20 menit)
2) Menyebutkan 6 manfaat
kompres hangat dingin
3) Meneybutkan 2 perbedaan
kompres hangat – dingin
4) menyebutkan 2 alat
yangdigunakan untuk pompres
hangat – dingin
5) mendemonstrasikan kompres
dingin bersama perawat
6) mendemonstrasikan cara
kompres dingin

b. Memberikan kesempatan pada peserta


untuk bertanya tentang hal yang
belum dipahaminya.

c. Menjawab pertanyaan
keluarga/peserta

3 Penutup a. Melakukan evaluasi a. Menjawab


pertanyaan
(5 menit) b. Menyimpulkan materi penyuluhan
dan hasil diskusi b. Menyimak
kesimpulan
c. Mengucapkan salam
c. Menjawab
salam
30

VII. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
a. SAP dan media telah dikonsultasikan kepada pembimbing sebelum pelaksanaan
b. Pemberi materi telah menguasai seluruh materi
c. Tempat dipersiapkan H-3 sebelum pelaksanaan
d. Mahasiswa, pasien dan keluarga berada di tempat sesuai kontrak waktu yang telah
disepakati
2. Evaluasi Proses
a. Proses pelaksanaan sesuai rencana
b. Anggota keluarga aktif dalam diskusi dan tanya jawab
c. Anggota keluarga mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Evaluasi Hasil
a. 70% peserta dapat menyebutkan
1) Pengertian kompres hangat – dingin
2) Manfaat kompres hangat – dingin
3) perbedaan kompres hangat – dingin
4) Alat kompres hangat dingin
5) Cara kompres hangat dingin
b. Pasien mau mendemonstrasikan kompres dingin.

c. Klien dan keluarga dapat meredemonstrasikan cara kompres dingin dengan benar

VIII. Pertanyaan evaluasi

1. Apa pengertian kompres hangat - dingin dengan benar?


2. Apa manfaat kompres hangat – dingin dengan benar?
3. Sebutkan perbadaan kompres hangat – dingin?
4. Apa saja alat yang diguakan untuk kompres hangat – dingin dengan benar?
5. Bagaimana meredemostrasikan cara kompres hangat – dingin?
31

IX. Sumber

Alano, Abraham.(2016).Dasar-dasar ilmu keperawatan.KYTA: Yogyakarta


Amalia,R. & Sri Hendarsih.(2013).Pengaruh kompres hangat terhadap nyeri arthritis gout
pada lanjut usia di kampung Tegalgendu kecamatan Kotagede Yogyakarta.
https://scholar.google.co.id/scholar?
q=jurnal+pengaruh+kompres+hangat+terhadap+penurunan+nyeri+asam+urat&hl=id&
as_sdt=0&as_vis=1&oi=scholart#d=gs_qabs&u=%23p%3DeHRB4Zqyp28J.Diakses
Pada tanggal 28 Oktober 2019:Jam 20:44.
Andarmayo, Sulistyo.(2013).Konsep &proses keperawatan nyeri. Ar-ruzz media: Jakarta
Hikmatyar,Gulbuddin, dan TA Larasati.(2017).Penatalaksanaan komprehensif arthritis
gout dan osteoarthritis pada buruh usia lanjut.Jurnal medula unila.vol 7.Nomor
3.Fakultas kedokteran universitas Lampung: Lampung
Hoesny,rezkiyah.dkk.(2018).Pengaruh kompres panas terhadap skala nyeri pada Pasien
gout athritis.Jurnal fenomena kesehatan,vol. 01 no.01. mei 2018.
Tawbariah, Linni.(2015).Pengobatan artritis gout untuk wanita 43 tahun. Jurnal medula
unila.vol 4.Nomor 3.desember 2015.Lampung.Fakultas kedokteran
universitasLampung
Sani, A.T & Winarsih.(2013).Perbedaan efektifitas kompres hangat dan kompres dingin
terhadap skala nyeri pada klien gout di wilayah kerja puskesmas batang III
kab.batang.Diakses dari:www.eskripsi.stikesmuh-pkj.ac.id.Pada tanggal 28 Oktober
2019:Jam 20:17
Saryono.(2011). Kebutuhan dasar manusia. Huha medika: Jakarta
Zahroh,C.,Kartika.(2018).Pengaruh kompres hangat terhadap penurunan nyeri pada
penderita penyakit arthritis gout.Jurnal ners dan kebidanan.Fakultas keperawatan dan
kebidanan universitas nahdlatul ulama Surabaya:Surabaya
32

LAMPIRAN MATERI

Kompres hangat – dingin

A. Pengertian Kompres hangat – dingin


Terapi kompres hangat dan dingin adalah salah satu cara merdakan nyeri dan
kekakuan pada sendi, misalnya untuk sendi lutut yang cedera atau memgalami
peradangan

B. Manfaat kompres hangat – dingin


1. Mengontrol nyeri
2. Memenuhi kebutuhan rasa nyaman
3. Mengurangi terjadinya kejang otot
4. Mengurangi bengkak
5. Mengurangi peradangan
6. Memperlancar sirkulasi darah

C. Perbedaan kompres hangat dingin


1. Kompres hangat
Digunakan pada penderita nyeri sendi tanpa gejala peradangan seperti
pengapuran sendi. Suhu air 40 – 50 oC
2. kompres dingin
Digunakan pada nyeri sendi yang terdapat gejala peradangan yaitu merah dan
bengkak, seperti pada penyaki rematik dan arthritis asam urat. Suhu air <15oC

D. Alat
1. Wadah berisi air hangat/dingin
2. Washlap/handuk kecil
33

E. Cara melakukan kompres dingin


1. Atur posisi senyaman mungkin

2. Masukan wahlap/handuk kecil kedalam baskom air dingin dengan suhu <15oC ( air
es)

3. Kemudian ambil handuk kecil tersebut, lalu peras

4. bentangkan dan letakkan pada area yang akan dikompres

5. Lakukan kompres ini selama 5-15 menit


34

Anda mungkin juga menyukai