KEPERAWATAN GERONTIK
Dosen Fasilitator:
Dianis Wulan Sari, S.Kp.,Ns.,MHS.,Ph.,D
Oleh:
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana yang berjudul “Pengambilan Keputusan
dan Advokasi Pasien pada Kasus Penyakit Kronis pada Anak Sistem Perkemihan”
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan,
tapi berkat bimbingan dari semua pihak maka makalah ini dapat terselesaikan, untuk itu
berkenanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr Retno Indarwati, S.Kep.Ns., M.Kep selaku penanggung jawab mata kuliah
Keperawatan Gerontik
2. Dianis Wulan Sari, S.Kp.,Ns.,MHS.,Ph.,Dselaku dosen fasilitator.
3. Teman-teman yang telah bekerjasama dalam penyelesaian tugas ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih dan berharap makalah
ini bermanfaat bagi pembaca, guna menambah wawasan dalam Pengambilan Keputusan dan
Advokasi Pasien pada Kasus Penyakit Kronis pada Anak Sistem Perkemihan.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
C. Tujuan Khusus ........................................................................................... 5
D. Manfaat ...................................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN TEORITIS
I. Konsep lansia ....................................................................................... 7
II. Konsep Insomnia ................................................................................. 8
III. Konsep Impotence ................................................................................ 12
IV. Konsep Asuhan Keperawatan .............................................................. 16
BAB III TINJAUAN KASUS
I. Studi kasus Insomnia .......................................................................... 20
II. Studi Kasus Impotence ....................................................................... 33
BAB IV PENUTUP
I. Kesimpulan ......................................................................................... 47
II. Saran ................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia
(Budi,1999). Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13Tahun 1998
tentang Kesehatan dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai
usia lebih dari 60 tahun. Di Indonesia, jumlah populasi lanjut usia semakin meningkat.
Menurut data Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 didapatkan jumlah
penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia sebanyak 18,04 juta orang atau 7,59%
dimana jumlah penduduk lansia perempuan (9,75 juta orang) lebih banyak dari jumlah
penduduk lansia laki-laki (8,29 juta orang) (BPS,2010)
Insomnia adalah salah satu fenomena umum dalam ganguan pola tidur, jangka
panjangnya dapat menyebabkan gejala somatik dan perkembangan sering terjadi pada
sia lanjut. Makin lanjut usia seseorang, makin banyak terjadi insomnia. Pada usia lebih
dari 50 tahun, angka kejadian insomna sekitar 30% (siregar, 2011)
Prevelensi insomnia di indonesia sekitar 10% artinya kurang lebih 28 juta dari
total 238 juta penduduk indonesia menderita insomnia. Jumlah ini hanya mereka yang
terdata dalam data statistik. Selain itu, masih banyak jumlah penderita insomnia yang
beom terdeteksi. (siregar, 2011)
Disfungsi ereksi merupakan kelainan medis yang biasa dialami pria yang berusia
lebih dari 40 tahun. Berdasarkan data dari International Committee for Sexual
Medicine, didapatkan disfungsi ereksi dialami sebanyak 1-10% pria yang berusia
kurang dari 40 tahun, sebanyak 2-9% pada pria yang 1 2 berusia 40-49
tahun,meningkat menjadi 20-40% pada pria yang berusia 60-69 tahun. Pada pria yang
berusia lebih dari 70 tahun, prevalensi dari disfungsi ereksi berkisar antara 50-100%.
Diperkirakan pada tahun 2025 di seluruh dunia kasus disfungsi ereksi dilaporkan
mencapai sebanyak 322 juta kasus, oleh karena itu disfungsi ereksi merupakan
masalah kesehatan dunia seiring dengan bertambahnya populasi lansia (Ghaneim dan
Shamloul,2012). Di Indonesia menurut survey dari Asia Pasific Sexual Health and
Overall Wellness (AP SHOW) yang dilakukan di 13 negara termasuk
Indonesia,didapatkan bahwa 1 dari 4 pria mengalami disfungsi ereksi. (Jiann et
al.,2011)
B. Rumusan masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan insomnia dan gangguan
impotence?
C. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan insomnia dan
gangguan impotence maka penulis mampu:
1. Melakukan pengkajian pada lansia dengan gangguan insomnia dan gangguan
impotence.
2. Melakukan perencanaan pada lansia dengan gangguan insomnia dan gangguan
impotence
3. Melaksanakan implementasi sesuai rencana yang telah ditetapkan pada lansia dengan
gangguan insomnia dan gangguan impotence..
4. Merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan analisa masalah pada lansia dengan
gangguan insomnia dan gangguan impotence.
5. Mengevaluasi tindakan keperawatan pada lansia dengan gangguan insomnia dan
gangguan impotence. yang telah dilakukan.
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Memberikan informasi/evaluasi asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan
insomnia dan gangguan impotence
2. Bagi Pendidikan
Agar dapat memberikan penjelasan yang lebih luas tentang asuhan keperawatan
dengan gangguan insomnia dan gangguan impotence.
3. Bagi masyarakat
Memberikan informasi yang mudah tentan gangguan insomnia dan gangguan
impotencepada lansia agar masyarakat dapat melakukan upaya pencegahan dan
perawatan terhadap masalah kesehatan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
I. Konsep lansia
A. Definisi lansia
Lansia adalah proses menua termasuk biologis, psikologis, dan sosial
(Kusumawati dan Hartono, 2010). Usia lanjut di katakan sebagai tahap akhir
perkembangan pada daur ulang kehidupaan (Maryam & dkk, 2012). Kelompok
lansia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun keatas (Istiany &
Rusilanty, 2013).
B. Klasifikasi usia
Menurut Maryam, dkk (2012), klasifikasi usia lansia sebagai berikut:
1. Pra lansia (prasenilis)
Sesorang yang berusia antara 45-59.
2. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3. Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).
4. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjakan dan/atau kegiatan yang
dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).
5. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung
pada orang lain (Depkes RI, 2003).
Menurut Organisasi Keshatan Dunia (WHO) lanjut usia meliputi:
a. Usia pertengahan (midle age) adalah kelompok usia antara 45–59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) adalah usia 60–74 tahun.
c. Usia lanjut tua (old) adalah kelompok usia antara 75–90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia di atas 90 tahun. (Azizah,
2011).
6. Karakter lansia
Menurut Budi Anna Keliat (1999) dalam Maryam & dkk (2012), karakteristik
penyakit yang sering dijumpai pada lansia diantaranya :
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No. 13
tentang kesehatan).
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai
sakit,dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi
adaptif hingga kondisi maladaptif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
B. Etiologi
Faktor penyebab terjadinya insomnia :
1. Faktor Psikologis
Seorang lansia mengalami insomnia biasanya karena hal-hal yang secara
tibatiba datang seperti, ditinggal pasangan atau ditinggal oleh anaknya
sehingga seorang lansia mengalami depresi dan stress. Hal inilah yang
membuat para lansia mengalami gangguan faktor psikologis dan berdampak
pada pikiran sehingga susah tidur.
2. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan juga bisa menjadi penyebab seseorang susah tidur.
Hal ini disebabkan oleh keadaan lingkungan yang bising dan kelembaban
lingkungan. Jadi bagi lansia yang akhir-akhir ini susah tidur mugkin karena
factor lingkungan yang tidak bersahabat sehingga mengganggu pola tidur.
3. Perubahan pola tidur
Pola tidur yang salah juga menjadi penyebab terjadinya insomnia.
Biasanya para lansia menghabiskan waktu untuk tidur siang dan hal ini akan
sulit bagi mereka untuk tidur dimalam hari. Semakin bertambahnya usia
pola irama sirkadian mengalami perubahan sehingga menyebabkan
perubahan pada pola tidur seorang yang telah lansia.
4. Asupan nutrisi
Mengkonsumsi makanan yang salah juga dapat menyebabkan seseorang
terserang insomnia salah satunya jika mengonsumsi alkohol dan obat-obatan
hal ini sangat tidak baik bagi tubuh efeknya anda akan mengalami susah
tidur. Dan satu lagi tetap jaga kebersihan diri agar terhindar dari insomnia.
5. Ketidaknyamanan fisik
Jika seorang lansia sedang mengalami batuk, nyeri, penyakit paru dan
masih banyak penyakit lainnya, hal itu juga dapat menyebabkan lansia susah
untuk tidur karena penurunan fisik yang drastis dan diiringi dengan berbagai
penyakit yang menggerogoti tubuhnya. Ketidaknyamanan fisik inilah yang
menyebabkan mereka terserang insomnia.
Insomnia ringan atau hanya sementara biasanya dipicu oleh :
a. Stres
b. Suasana yang ramai
c. Perbedaan suhu udara
d. Perubahan lingkungan sekitar
e. Masalah jadwal tidur dan bangun tidur yang tidak teratur
f. Efek samping pengobatan
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis insomnia yang biasanya dirasakan umumnya berupa
waktu tidur yang kurang, mudah terbangun saat malam hari, bangun pagi lebih
awal, rasa mengantuk yang dirasakan sepanjang hari dan sering tertidur sejenak
(Bestari, 2013). Hal ini menyebabkan kualitas tidur seseorang menjadi menurun.
Akibatnya akan terlihat pada kehidupan sehari-hari, yaitu menurunnya kualitas
hidup, produktivitas dan keselamatan serta dapat menyebabkan tubuh terasa
lemah, letih dan lesu akibat tidur yang tidak lelap (Sumedi et. al., 2010).
E. Patofisiologi
Lansia rentan mengalami insomnia karena terjadinya perubahan pola
tidur. Pada lansia tahap tidur yang terganggu biasanya adalah tahap NREM 4,
dimana gelombang alfa menurun dan meningkatnya frekuensi terbangun di
malam hari atau meningkatnya fragmentasi tidur karena seringnya terbangun.
Gangguan juga terjadi pada dalamnya tidur sehingga lansia sangat sensitif
terhadap stimulus lingkungan. Selama tidur malam, seorang lansia akan lebih
sering terbangun. Walaupun demikian, rata-rata waktu tidur total lansia dengan
dewasa muda hampir sama. Seringnya terbangun pada malam hari, sering
terjadinya keletihan, mengantuk, dan mudah jatuh tidur pada siang hari. Dengan
kata lain, semakin bertambahnya usia dapat dikaitkan dengan kecenderungan
untuk tidur dan bangun lebih awal.
F. Penatalaksanaan
penatalaksanaan insomnia terdiri dari terapi non-farmakologis dan terapi
farmakologis. Berikut ini adalah penjelasannya:
1. Terapi non-farmakologis
a. Teknik deconditioning : pada teknik ini pasien diminta untuk
menggunakan tempat tidurnya hanya untuk tidur dan bukan untuk halhal
lainnya, bila pasien tidak tertidur dalam 5 menit, maka mereka diminta
untuk bangun dan melakukan hal lain. Terkadang, berganti tempat atau
ruangan tidur berguna bagi pasien (Sadock B. & Sadock V., 2014).
b. Edukasi tentang sleep hygiene menurut Ebert Michael H. (2008) dengan
menggunakan terapi kontrol stimulus, yaitu :
Menjaga waktu tidur dan terbangun agar konstan, bahkan saat hari
libur.
Saat sudah di tempat tidur hentikanlah kegiatan menonton tv,
membaca buku atau bekerja.
Hindari tidur siang.
Berolahraga secara rutin (3-4 kali per minggu), namun hindari
berolahraga di sore hari bila mengganggu waktu tidur nantinya.
Hentikan atau kurangi mengkonsumsi alkohol, kafein, rokok dan
substansi lain yang dapat mengganggu tidur.
Sebelum tidur lakukan aktifitas yang dapat menenangkan.
Aturlah agar ruangan tempat tidur terasa nyaman dan tenang
c. Terapi kognitif : pasien insomnia sering memiliki pemikiran dan
kepercayaan yang negatif tentang konsekuensi dari kondisi mereka.
Membantu pasien dalam menangani pemikiran dan kepercayaan mereka
yang tidak tepat adalah tujuan dasar dari terapi ini. Hal ini juga dapat
menurunkan kecemasan yang berhubungan dengan insomnia (Pigeon,
2010).
d. Terapi pembatasan tidur (retriksi) : terapi ini didasarkan pada prinsip
bahwa membatasi waktu yang dihabiskan di tempat tidur dapat membantu
memperbaiki kualitas tidur nantinya (McCurry et. al., 2007).
2. Terapi farmakologis
Terdapat dua penggolongan obat untuk pasien-pasien insomnia, yaitu
benzodiazepine dan non-benzodiazepine. Dimana golongan benzodiazepine
adalah nitrazepam dengan dosis anjuran 5 – 10 mg/malam, flurazepam 15 –
20 mg/malam dan estazolam 1 – 2 mg/malam. Sedangkan, zolpidem dengan
dosis anjuran 10 – 20 mg/malam merupakan golongan non-benzodiazepam.
Pada orang-orang usia lanjut, dosis yang diberikan harus lebih kecil dan
peningkatan untuk dosis harus dilakukan secara perlahan untuk menghindari
terjadinya oversedation dan intoksikasi (Maslim, 2007).
B. Etiologi impotence
Impotensi dapat disebabkan oleh beberapa keadaan yaitu :
1. Disfungsi ereksi psikogenik
Penyebab umum dari disfungsi ereksi psikogenik meliputi kecemasan,
hubungan yang tegang, kurang hasrat seksual, dan gangguan jiwa seperti
depresi, cemas, dan skizofrenia. Risiko disfungsi ereksi meningkat seiring
durasi depresi yang berulang (Cuzin dkk., 2011). Pada laki-laki dengan
skizofrenia, penurunan libido adalah masalah utama yang dilaporkan dan obat
neuroleptik meningkatkan libido tetapi menyebabkan kesulitan ereksi, orgasme,
dan kepuasan seksual (Wespes dkk., 2006).
C. Manifestasi Klinik
Pada disfungsi ereksi, tanda-tandanya adalah sebagai berikut :
1. Tidak mampu ereksi sama sekali atau tidak mampu mempertahankan ereksi
secara berulang (paling tidak selama 3 bulan)
2. Tidak mampu mencapai ereksi yang konsisten
3. Ereksi hanya sesaat ( dalam referensi tidak disebutkan lamanya)
D. Patofisiologi
E. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan fisik
2. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dapat menunjang diagnosis ED antara
lain: kadar serum testosteron pagi hari (perlu diketahui, kadar ini sangat
dipengaruhi oleh kadar luteinizing hormone). Pengukuran kadar glukosa dan
lipid, hitung darah lengkap (complete blood count), dan tes fungsi ginjal.
F. Penatalaksanaan
B. Diagnosa keperawatan
1. Diagnosa insomnia
a. Gangguan Pola Tidur Berhubungan dengan Faktor menua
dan keadaan lingkungan yang tidak nyaman ditandai
dengan klien sering terbangun pada saat tidur dan tidur
tidak nyenyak.
b. Kurangnya pengetahuan tentang rematik berhubungan
dengan kurang terpaparnya informasi tentang rematik.
c. Nyeri akut akibat proses inflamasi pada kaki berhubungan
dengan terjadinya nyeri pada kaki ditandai dengan rasa
kesemutan dan nyeri pada persendian.
2. Diagnosa impotence
a. Disfungsi seksual b.d gangguan fungsi tubuh
b. Ketidakefektifan Pola seksual b.d Hambatan dalam
berhubungan dengan orang terdekat
c. Harga diri rendah situasional b.d gangguan fungsi
C. Intervensi keperawatan
1. Intervensi insomnia
a. Mengkaji masalah gangguan tidur klien
b. Ciptakan lingkungan yang nyaman
c. menganjurkan makan yang cukup satu jam sebelum tidur
memberikan pendidikan kesehatan tentang cara mencegah
danmengatasi rematik.
d. Menganjurkan Klien untuk mandi air hangat, kompres sendi- sendi
yang sakit denga kompres hangat.
e. Mengajarkan teknik relaksasi.
2. Intervensi impotence
a. mendiskusikan dengan pasien mengenai konsekuensi dari
perilaku seksual atau verbal yang secara sosial dapat
diterima
b. membantu keluarga terkait dengan pemahaman mengenai
pengelolaan perilaku seksual yang tidak dapat diterima
c. membantu klien mengidentifikasi situasiyang memicu kecemasan
d. Bantu pasien untuk mengidentifikasika n perubahan peran khusus
yang diperlukan terkait dengan sakit/kecacatan
e. mengevaluasi kemampuan pasien dalam membuat
keputusan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. insomnia
Seorang lansia berumur 70 tahun bernama Ny. B mengeluhkan sulit tidur pada
malam hari. Sering terbangun tiba-tiba. Dan akhir-akhir ini mengalami sedikit nyeri
pada sendi - sendi lutut. Ny. B mengatakan tidak bisa tidur karena sering merasa lelah
dan nyeri pada lututnya. Ny. B merupakan seorang pensiunan guru. Klien tampak lesu
dan letih karena kurang tidur, dan mengeluhkan tentang nyeri pada lututnya. Klien
mempunyai 5 orang anak dan suaminya sudah meninggal, saat ini tinggal bersama anak
terakhir yang belum berkeluarga.
A. pengkajian
1. Identitas klien
Nama : Ny. B
Umur : 70 tahun
Agama : Kristen Protestan
Alamat asal : Kelurahan Sitirejo
Tgl pengkajian: 20 November 2021
2. Data keluarga
Nama : : Tn. T
Hubungan : Anak
Pekerjaan : Guru
Alamat : Sitirejo
3. Status kesehatan sekarang
Keluhan utama : Ny B mengatakan sulit tidur pada malam hari. Sering
terbangun tiba-tiba. Dan saat akhir-akhir ini mengalami sedikit nyeri pada sendi
- sendi lutut.
Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan : Klien
mengatakan mengonsumsi buah-buahan dan obat tradisional Obat-obatan : klien
mengatakan mengonsumsi rebusan daun obat tradisional.
4. Age related changes ( perubahan terkait proses menua)
Fungsi fisiologis
Perubahan BB :
Masalah tidur :
Kemampuan ADL :
2. Integumen Ya Tidak
Lesi / luka :
Pruritus :
Perubahan pigmen :
Memar :
3. Hematopoetic Ya Tidak
Perdarahan abnormal :
Anemia :
4. Kepala Ya Tidak
Sakit kepala :
Pusing :
Pakai kacamata :
Kekeringan mata :
Nyeri :
Gatal :
Photobobia :
Diplopia :
Riwayat infeksi :
Discharge :
Tinitus :
Vertigo :
Riwayat infeksi :
Kebiasaan membersihkan :
telinga
Dampak pada ADL : Klien masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik
KETERANGAN : Berbicara dengan klien dengan suara yang jelas dan cukup
lantang
Discharge :
Epistaksis :
Obstruksi :
Snoring :
Alergi :
Riwayat infeksi :
Kesulitan menelan :
Lesi :
Perdarahan gusi :
Caries :
Perubahan rasa :
Gigi palsu :
Riwayat Infeksi :
9. Leher Ya Tidak
Kekakuan :
Nyeri tekan :
Massa :
Nafas pendek :
Hemoptisis :
Wheezing :
Asma :
Palpitasi :
Dipsnoe :
Paroximal nocturnal :
Orthopnea :
Murmur :
Edema :
Nausea / vomiting :
Hemateemesis :
Massa :
Jaundice :
Melena :
Hemorrhoid :
Hesitancy :
Urgency :
Hematuria :
Poliuria :
Oliguria :
Nocturia :
Inkontinensia :
Discharge :
Postcoital bleeding :
Nyeri pelvis :
Prolap :
Aktifitas seksual :
Pap smear :
Bengkak :
Kaku sendi :
Deformitas :
Spasme :
Kram :
Kelemahan otot :
Nyeri punggung :
Pola latihan : Klien kadang-kadang saat sore berjalan di sekeliling rumah atau di
halaman....................
Dampak ADL : Saat kakinya sakit klien hanya berdiam diri di rumah
KETERANGAN : Klien mengeluh nyeri dan kaku sendi
Syncope :
Tic/tremor :
Paralysis :
Paresis :
Masalah memori :
Depresi :
Ketakutan :
Insomnia :
Mekanisme koping :
Persepsi tentang kematian : klien mengatakan kematian adalah sesuatu yang akan
dialami setiap
manusia .....................................................................................
......................................
Dampak pada
ADL :..................................................................................................................................
.
...........................................................................................................
.........................
Spiritual
6. LINGKUNGAN :
Kamar mandi :kamar mandi bersih dan klien memiliki sandal khusus untuk ke
kamar mandi
Riwayat perilaku (kebiasaan, pekerjaan, aktivitas) yang mempengaruhi kondisi saat ini :
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan Pola Tidur Berhubungan dengan Faktor menua dan keadaan
lingkungan yang tidak nyaman ditandai dengan klien sering terbangun
pada saat tidur dan tidur tidak nyenyak.
2. Kurangnya pengetahuan tentang rematik berhubungan dengan kurang
terpaparnya informasi tentang rematik.
3. Nyeri akut akibat proses inflamasi pada kaki berhubungan dengan
terjadinya nyeri pada kaki ditandai dengan rasa kesemutan dan nyeri pada
persendian.
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
NO Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Gangguan Pola Tidur Setelah dilakukan -Lakukan -Memberikan
Berhubungan dengan Faktor tindakan pengkajian informasi rencana
menua dan keadaan lingkungan keperawatan masalah gangguan keperawatan
yang tidak nyaman ditandai diharapkan tidur klien, -mengatur pola
dengan klien sering terbangun gangguan tidur karakteristik dan tidur .
pada saat tidur dan tidur tidak tidak terjadi. penyebab kurang -Meningkatkan
nyenyak Dengan kriteria tidur pola tidur.
hasil :Klien dapat -Lakukan -Mengurangi
tidur, nyaman persiapan untuk gangguan pada pola
dan rileks. tidur malam tidur.
seperti jam 8. -Memberikan
-Anjurkan makan kenyamanan
yang cukup satu untuk tidur.
jam sebelum
tidur.
-Keadaan
tempat tidur
yang nyaman
-Lingkungan
yang tidak
berisik dari
kebisingan
-Tingkatkan
aktivitas sehari-
hari dan Kurangi
aktivitas
sebelum tidur.
Diagnosa
NO Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
2 Kurangnya Setelah dilakukan -Kaji tingkat -Menambah pengetahuan klien
pengetahuan intervensi, pengetahuan klien. tentang penyakit yang dideritanya.
3 Nyeri akut akibat Setelah dilakukan -Menganjurkan Klien - Mengurangi rasa nyeri yang
proses inflamasi intervensi hasil yang untuk mandi air dirasakan klien sehingga tercapai
pada kaki diharapkan : hangat, rasa nyaman.
berhubungan -Ny.B kompres sendi- sendi -Nyeri berkurang melalui masase
dengan terjadinya melaporkan rasa yang sakit denga yang dilakukan.
nyeri pada kaki kesemutan dan nyeri kompres hangat. -Memudahkan untuk ikut serta
ditandai dengan pada sendi berkurang -Memberikan masase dalam terapi dan mengurangi
rasa kesemutan -Ny. B dapat merasa yang tegangan otot/spasme.
dan nyeri pada nyaman, tanpa rasa lembut
persendian. ngilu dan nyeri pada -Mengajarkan teknik
kaki. relaksasi.
II. impotence
Tn.R berusia 70 tahun datang ke Puskesmas Mulyorejo pada tanggal 22
November 2021. Klien mengeluh tidak dapat ereksi saat melakukan hubungan seksual
sejak 3 bulan yang lalu. Tn.R mengalami gangguan dalam hubungan seksual dengan
istrinya karena ketidakmampuan untuk mencapai ereksi pada waktu penetrasi dan cepat
mengalami kelelahan. Berdasarkan hasil anamnesa Tn.R mengatakan tidak pernah
mengkonsumsi alcohol, hasrat seksualnya menurun, tidak ada gangguan saat berkemih
namun mempunyai riwayat diabetes melitus sejak 5 tahun yang lalu, hipertensi sudah
diidap klien selama 10 tahun ini. Klien merasa malu kepada istrinya dengan keadaannya
tersebut dan malu jika diketahui oleh orang lain. Berdasarkan anamnesa istri klien, klien
beberapa minggu ini lebih berdiam diri, murung, selalu menghindar ketika diajak
berhubungan suami istri, dan tidak harmonis lagi. Berdasarkan pemeriksaan fisik pada
genitalia tidak ada tanda-tanda hipogonadisme (termasuk testis kecil, ginekomasti dan
berkurangnya pertumbuhan rambut tubuh dan janggut). Pemeriksaan penis dan testis
tidak ada kelainan bawaaan atau induratio penis. Namun hasil TD: 170/110, nadi:
95x/menit, suhu: 36,50C, RR: 18x/menit, GDA: 320.
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn.R
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 70 tahun
Agama : Islam
Alamat Asal : Mulyorejo, Surabaya
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
Tanggal periksa : 22-11-2021
2. Data keluarga
Nama : Ny.A
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 55 tahun
Alamat : Mulyorejo, Surabaya
Hubungan : Istri Tn.R
Agama : Islam
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
3. Status KesehatanSekarang
Keluhan Utama :
Klien mengeluh tidak dapat ereksi saat melakukan hubungan seksual sejak 3
bulan yang lalu, hasrat seksualnya menurun, klien juga malu kepada istrinya
terhadap keadaannya saat ini terkait dengan impotensinya.
4. Status kesehatan dahulu
Klien mempunyai riwayat penyakit diabetes melitus sejak 5 tahun yang lalu, klien
juga mengidap hipertensi selam 10 tahun ini.
5. Perubahan Terkait Proses Penuaan:
Kelelahan :
Perubahan BB :
Perubahan nafsu makan :
Masalah tidur :
Kemampuan ADL :
2. Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka :
Pruritus :
Perubahan pigmen :
Memar :
Perdarahan abnormal :
Pembengkakankellimfe :
Anemia :
KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah keperawatan
4. Kepala
Ya Tidak
Sakit kepala :
Pusing :
Gatal pada kulit kepala :
KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah keperawatan
5. Mata
Ya Tidak
Perubahan penglihatan :
Pakai kacamata :
Kekeringan mata :
Nyeri :
Gatal :
Photobobia :
Diplopia :
Riwayat infeksi :
KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah keperawatan
6. Telinga
Ya Tidak
Penurunan pendengaran :
Discharge :
Tinitus :
Vertigo :
Alat bantu dengar :
Riwayat infeksi :
Kebiasaan membersihkan telinga :
Dampak pada ADL : Tidak memperngaruhi ADL
KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah keperawatan
7. Hidung sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea :
Discharge :
Epistaksis :
Obstruksi :
Snoring :
Alergi :
Riwayat infeksi :
KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah keperawatan
8. Mulut, tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan :
Kesulitan menelan :
Lesi :
Perdarahan gusi :
Caries :
Perubahan rasa :
Gigi palsu :
Riwayat Infeksi :
Pola sikat gigi : Klien dapat melakukan sikat gigi setiap
hari tanpa bantuan
Kekakuan :
Nyeri tekan :
Massa :
KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah keperawatan
10. Pernafasan
Ya Tidak
Batuk :
Nafas pendek :
Hemoptisis :
Wheezing :
Asma :
KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah keperawatan
11. Kardiovaskuler
Ya Tidak
Chest pain :
Palpitasi :
Dipsnoe :
Paroximal nocturnal :
Orthopnea :
Murmur :
Edema :
KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah keperawatan
12. Gastrointestinal
Ya Tidak
Disphagia :
Nausea / vomiting :
Hemateemesis :
Perubahan nafsu makan :
Massa :
Jaundice :
Perubahan pola BAB :
Melena :
Hemorrhoid :
Pola BAB : Pasien BAB 1 kali sehari
13. Perkemihan
Ya Tidak
Dysuria :
Frekuensi : 3 x sehari
Hesitancy :
Urgency :
Hematuria :
Poliuria :
Oliguria :
Nocturia :
Inkontinensia :
Nyeri berkemih :
Pola BAK : Pasien kencing pada waktu pagi, siang, dan
malam hari
KETERANGAN : Pasien tidak menggunakan Diappers. Tidak
ditemukan masalah keperawatan
Lesi :
Disharge :
Testiculer pain :
Testiculer massa :
Perubahan gairah sex :
Impotensi :
KETERANGAN : Masalah keperawatan: Disfungsi Seksual
15. Muskuloskeletal
Ya Tidak
Nyeri Sendi :
Bengkak :
Kaku sendi :
Deformitas :
Spasme :
Kram :
Kelemahan otot :
Masalah gaya berjalan :
Nyeri punggung :
Pola latihan : ROM aktif
Dampak ADL : Tn.A tidak memerlukan bantuan dalam
memenuhi ADL
KETERANGAN : Tidak ditemukan Masalah Keperawatan
16. Persyarafan
Ya Tidak
Headache :
Seizures :
Syncope :
Tic/tremor :
Paralysis :
Paresis :
Masalah memori :
KETERANGAN : Tidak ditemukan Masalah Keperawatan
6. Potensi Pertumbuhan Psikososial dan Spiritual
Perasaan klien terhadap penyakitnya: klien merasa malu kepada istri
karena ketidakmampuan untuk mencapai dan malu jika diketahui oleh
orang lain.
7. Negative Functional Consequences
a. Kemampuan ADL : Tidak ada gangguan
b. Aspek Kognitif : Tidak ada gangguan kognitif
c. Tes Keseimbangan : Tidak ada gangguan
d. GDS : Ada indikasi stres
e. Status Nutrisi : Moderate nutritional risk
f. Fungsi social lansia : Klien malu apabila keadaannya diketahui
orang lain
DO:
tidak muncul adanya relaksasi
TD: 170/110 mmHg, nadi: 95x/menit,
otot polos batang penis
suhu: 36,5 C, RR: 18x/menit, GDA:
0
320.
aliran darah ke area tersebut
menurun
Disfungsi Seksual
DS:
Ketidakmampuan ereksi
Klien mengatakan merasa malu
Harga diri
kepada istrinya dengan keadaannya
rendah
tersebut dan malu jika diketahui oleh Tidak dapat menerima kondisi
situasional
orang lain.
Tidak ada komunikasi terbuka
DO:
kepada istri
Klien tampak murung, dan stres.
Malu terhadap istri karena tidak
mampu ereksi
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Domain 8.Seksualitas, Kelas 2.Fungsi seksual, Disfungsi seksual b.d
gangguan fungsi tubuh (00059) Batasan karakteristik:
Gangguan aktivitas seksual
2. Domain 6.Persepsi Diri, Kelas 2.Harga Diri,Harga diri rendah situasional b.d
gangguan fungsi (00120) Batasan karakteristik:
Tidak berdaya
D. Intervensi keperawatan
No Implementasi
Diagnosa NOC NIC
untuk istilah
mendeskripsika yang dipakai
n fungsi pasien untuk
seksual mendeskripsika
Tentukan n fungsi
besarnya seksual
perasaan Menentukan
bersalah terkait besarnya
seksual perasaan
dihubungkan bersalah terkait
dengan seksual
persepsi klien dihubungkan
mengenai dengan
faktor persepsi klien
penyebab dari mengenai
penyakit yang faktor
dialami. penyebab dari
penyakit yang
Tersier:
dialami.
Manajemen
Tersier:
Pengobatan (2380)
Tentukan obat apa Manajemen
yang diperlukan, Pengobatan (2380)
dan kelola Menentukan obat
menurut resep dan apa yang
atau protokol diperlukan,dan
Monitor pasien Kelola menurut
mengenai efek resep dan atau
terapetik obat protokol
Monitor Memantau pasien
efek mengenai efek
samping terapetik obat
Memantau efek
obat
samping obat
2. Domain 6.Persepsi Primer : Koping (1302) Primer : Peningkatan Primer : Peningkatan
koping (5230) koping (5230)
Diri, Kelas 2.Harga e. Dapat
Diri, Dukung klien Mendukung
mengidentifikasi
Harga diri rendah untuk klien untuk
pola koping yang
situasional b.d
efektif mengidentifika mengidentifika
gangguan fungsi
f. Dapat menyatakan sikan deskripsi sikan deskripsi
(00120)
penerimaan yang realistik yang realistik
Batasan
terhadap situasi terhadap terhadap
karakteristik:
g. Dapat beradaptasi adanya adanya
Tidak berdaya
terhadap perubahan perubahan
Ungkapan
perubahan hidup peran peran
negatif tentang
h. Dapat Gunakan Menggunakan
diri menggunakan strategi
pendekatan pendekatan
koping yang
efektif yang tenang yang tenang
Sekunder :
dan dan
Harga Diri (1205):
memberikan memberikan
Gambaran diri jaminan jaminan
(120505/V)
Dukung sikap Mendukung
Gambaran tentang pasien terkait sikap pasien
bangga pada diri dengan terkait dengan
sebdiri (120518/V)
harapan yang harapan yang
Perasaan tentang realistis realistis
sebagai upaya sebagai upaya
untuk untuk
nilai diri (120519/V) mengatasi perasaan mengatasi perasaan
Penampilan peran (1501) ketidakberdaya an ketidakberdaya an
Evaluasi Mengevaluasi
d. Dapat
mendeskripsikan tentang kemampuan kemampuan
perubahan peran klien dalam klien dalam
akibat
penyakit atau membuat membuat
kecacatan keputusan. keputusan.
e. Dapat
menampilkan Bimbingan antisipasif Bimbingan antisipasif
perilaku peran (5210) (5210)
Berikan informasi Memberikan
orang terdekat
mengenai harapan- informasi
f. Dapat melaporkan harapan yang mengenai
kenyamanan dalam realistis mengenai harapan-harapan
perilaku pasien yang realistis
perubahan peran
Instruksikan klien mengenai perilaku
mengenai perilaku pasien
Tersier : dan perkembangan Menginstruksikan
Tingkat Stres (1212) dengan cara yang klien mengenai
tepat perilaku dan
Depresi (121221/V)
Bantu klien untuk perkembangan
Perubahan libido memutuskan dengan cara yang
(121234/V) bagaimana tepat
masalah Membantu klien
dipecahkan untuk memutuskan
bagaimana
Sekunder : Peningkatan masalah
peran (5370) dipecahkan
Bantu klien Sekunder :
Peningkatan peran
untuk (5370)
mengidentifika
Membantu
sikan peran yang klien untuk
biasanya dalam mengidentifika sikan
keluarga peran yang biasanya
Bantu klien dalam
keluarga
untuk
Membantu
mengidentifika
klien untuk
sikan
mengidentifika
perubahan
sikan
peran khusus
perubahan
yang
peran khusus
diperlukan
yang
terkait dengan
diperlukan
sakit/kecacatan
terkait dengan
Ajarkan
sakit/kecacatan
perilaku-
Mengajarkan
perilaku baru
perilaku-
yang
perilaku baru
diperlukan
yang
oleh klien
diperlukan
untuk dapat memenuhi
perannya. oleh klien
Peningkatan Harga
untukdapat memenuhi
Diri (5400)
perannya.
Tentukan Peningkatan Harga
Diri (5400)
kepercayaan diri
pasien dalam hal Menentukan
penilaian diri kepercayaan diri
Bantu pasien pasien dalam hal
untuk penilaian diri
mengidentifikasi Membantu pasien
respon positif dari untuk
orang lain
Jangan mengkritisi
pasien secara negatif mengidentifikasi
Bantu pasien respon positif dari
untuk memeriksa orang lain
persepsi negatif Tidak mengkritisi
terhadap diri pasien secara
Monitor tingkat negatif
harga diri dari Membantu pasien
waktu ke waktu, untuk memeriksa
dengan tepat persepsi negatif
terhadap diri
Memantau tingkat
harga diri dari
waktu ke waktu,
dengan tepat
BAB IV
A. Kesimpulan
Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang dan di masa ini akan
mengalami kemunduran fisik, manfaat dan sosial bertahap.(potter dan perry, 2008)
Masalah yang sering di jumpai pada lansia salah satunya adalah insomnia. Ada
beberapa faktor yang mempengarui insomnia pada lansia di antaranya: faktor
psikologis, faktor lingkungan, asupan nutrisi, ketidaknyamanan fisik, masalah lain
yang umum dijumpai pada lansia adalah impotence. Impotence pada lansia terjadi
karena kecemasan, hubungan yang tegang, kurang hasrat seksual, merokok, dan
gangguan jiwa seperti depresi, cemas, dan skizofrenia. Diagnosa keperawatan yang
muncul sesuai dengan pengkajian yang telah di lakukan yaitu gangguan pola tidur,
disfungsi seksual, dan ketidakmampuan koping keluarga.
B. Saran
Penulis berharap kelurga dapat lebih peduli terhadap lansia dengan masalah
kesehatan yang di alami dan peningkatan mutu pendidikan khususnya mata ajar
keperawatan gerontik terkait asuhan keperawatan gerontik.
DAFTAR PUSTAKA
Amir N. (2007). Gangguan tidur pada lanjut usia diagnosis dan penatalaksanaannya.
Cermin Dunia Kedokteran.
Artinawati, S. (2014). Asuhan keperawatan gerontik. In media. Bogr. Aspiani, R Buku Ajar
Asuhan Keperawatan Gerontik Aplikasi.
Aspiani, Reny yuli, (2014). Buku ajar asuhan keperawatan Gerontik, jilid 1, Jakarta: Cv
Trans Info Media.
Potter & Perry. (2008). Buku ajar fundamental keperawatan edisi 4. Jakarta: EGC
Sumirta, I. N., & Laraswati, A. I. (2015). Faktor yang menyebabkan gangguan tidur
(insomnia) pada lansia. Jurnal Gema Keperawatan, 8(1), 20-30.
LAMPIRAN
1. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
No Kriteria Skor Skor
yang
didapat
1 Makan 0 = Tidak mampu 10
5 = Dengan bantuan (memaotong makanan, mengoleskan
selai , dll atau membutuhkan menu makanan tertentu,
misal makana cair, bubur)
10 = Mandiri
2 Mandi 0 = Dependen 5
5 = Mandiri
3 Berpakaian 0 = Dependen 10
5 = Butuh bantuan
10 = Mandiri (mengancingkan, memakai resleting,
menalikan renda/tali)
4 Berhias 0 = Butuh bantuan dalam perawatan pribadi 5
5 = Mandiri (mencuci wajah. Keramas, gosok gigi,
bercukur)
5 Kontrol Bowel (BAB) 0 = Inkontiensia/ membutuhkan bantuan enema untuk 10
BAB
5 = Sesekali BAB tidak sadar (occasional accident)
10 = Kontrol BAB baik
6 Kotrol Bladder (BAK) 0 = Inkontiensia atau memakia kateter dan tidak mampu 10
merawat kateter dan baik
5 = Sesekali BAK tidak sadar (occasional accident)
10 = Kontrol BAK baik
7 Penggunaan toilet 0 = Tidak mampu 10
(mencuci, menyeka,
5 = Butuh bantuan, tetapi bisa melakukan sesuatu dengan
menyiram)
mandiri
10 = Mandiri
8 Naik turun tangga 0 = Tidak mampu 5
5 = Dengan bantuan
10 = Mandiri
9 Mobilisasi di 0 = Tidak mampu mobilisasi atau berjalan/kursi roda < 15
permukaan datar 45,72 m (50 yard)
5 = Mandiri dengan kursi roda > 45,72 m (50 yard),
mampu memosisikan kursi roda di pojok ruangan
10 = Berjalan dengan bantuan 1 orang > 45,72 m (50 yard)
15 = Berjalan mandiri (mungkin dengan bantuan alat,
pegangan) sejauh > 45,72 m (50 yard)
10 Berpindah ( dari kursi 0 = Tidak mampu berpindah, tidak dapat duduk dengan 10
ke tempat tidur dan seimbang
sebaliknya
5 = Dengan bantuan lebih banyak (1 aau 2 orang yang
membantu)
10 = Dengan bantuan lebih sedikit
15 = Mandiri
TOTAL SKOR 90
3. Tes Keseimbangan
Time Up Go Test
No Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)
1. 22 November 2021 jam. 09.00 16
2. 22 November 2021 jam. 09.15 13
3. 8 November 2021 jam. 09.30 12
Rata-rata Waktu TUG 14
Interpretasi hasil Tidak risiko tinggi jatuh
Observasi gaya berjalan Tanpa alat bantu, lurus, namun agak lama
4. GDS
Pengkajian Depresi
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
15 Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 0 0
Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 0 0
Jumlah 4
5. Status Nutrisi
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:
Total score 4