Disusun oleh :
Kelompok 10
1. Gustinawati (221560412014)
2. Diana Lia Wibowo (221560412008)
3. Tiffani Lorenza Sitepu (221560412040)
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I: PENDAHULUAN............................................................................... 4
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 4
1.2 Tujuan................................................................................................ 5
BAB II: TINJAUAN TEORI............................................................................ 6
2.1 Pengertian Berfikir Kritis.................................................................. 6
2.2 Komponen Berfikir Kritis................................................................. 7
2.3 Aspek-Aspek yang mempengaruhi Berfikir Kritis............................ 10
2.4 Metode Berfikir Kritis....................................................................... 10
2.5 Karakteristik Berfikir Kritis.............................................................. 11
2.6 Critical Thinking dalam Asuhan Kebidanan..................................... 12
2.6.1 Manfaat Berfikir Kritis......................................................... 13
2.6.2 Manfaat Berfikir Kritis dalam asuhan kebidanan................ 14
2.6.3 Model Berfikir Kritis............................................................ 16
2.6.4 Model Berfikir Kritis dalam asuhan kebidanan................... 16
2.6.5 Bentuk-bentuk Berfikir Kritis.............................................. 17
2.7 Pemecahan masalah dengan Berfikir Kritis...................................... 18
2.8 Hubungan Berfikir Kritis dengan Penerapan EBP............................ 19
2.9 Pengukuran Thinking........................................................................ 20
BAB III: TINJAUAN KASUS......................................................................... 22
BAB IV: PENUTUP......................................................................................... 27
4.1 Kesimpulan................................................................................................. 27
4.2 Saran........................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 29
iii
BAB I
PENDAHULUAN
iv
tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala
Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita.
v
Angka kematian ibu dilahirkan di Indonesia termasuk tertinggi di kawasan
Asia. Reformasi selama hampir 6 tahun berjalan tidak memperbaiki persoalan
perempuan Indonesia. Kasus kekerasan, perdagangan, tekanan budaya dan
adat istiadat, rendahnya pendidikan, serta dominasi kaum pria dalam rumah
tangga masih terjadi. Pemerintah daerah belum memiliki kesungguhan
mengangkat harkat dan kebijakan perempuan secara keseluruhan terutama
menekan angka kematian ibu melahirkan.
vi
Tingginya angka kematian ibu (maternal) yang berhubungan dengan
kelahiran, persalinan dan nifas, bukan semata-mata dipengaruhi oleh faktor
derajat kesehatan, tapi tak kalah pentingnya pengaruh faktor-faktor di luar
bidang kesehatan. Mc. Carthy dan Maine (1992) dan Tinker dan Koblinsky
(1993) mengajukan konsep yang mengaitkan morbiditas dan mortalitas
maternal dengan 3 hal yaitu determinasi dekat atau langsung, determinasi
antara dan determinasi jauh atau tidak langsung. Determinasi dekat atau
langsung termasuk padanya kehamilan, komplikasi kehamilan, persalinan dan
postpartum. Determinan dekat atau langsung dapat dipengaruhi determinan
antara, yaitu status reproduksi, status kesehatan, akses terhadap pelayanan
kesehatan serta perilaku pelayanan kesehatan. Selanjutnya determinasi antara
dipengaruhi oleh determinasi jauh atau tidak langsung, seperti status wanita
dalam keluarga dan masyarakat, tingkat pendidikan, sosial ekonomi dan
budaya.
vii
Tidak dapat dipungkiri bahwa diskriminasi terhadap perempuan masih
ada. Hal ini mengakibatkan timpangnya kesempatan, partisipasi, pengambilan
keputusan dan manfaat dari segi pendidikan, pemeliharaan kesehatan,
kesempatan kerja, maupun akses terhadap perekonomian. Hal ini juga
menghambat perkembangan kemakmuran masyarakat dan menambah sulitnya
perkembangan potensi kaum perempuan dalam pengabdiannya terhadap
Negara.
viii
Biro Pemberdayaan Perempuan Sekdapropsu (2001, dalam Nurhayati,
2008, hal. 1) mengatakan Saat ini pembangunan perempuan sedang
ditingkatkan. Kita dapat melihat kedudukan perempuan Indonesia dan
berbagai peran dan posisi strategis. Keragaman peran tersebut menunjukkan
bahwa perempuan Indonesia merupakan sumber daya yang potensial apabila
ditingkatkan kualitasnya dan diberikan kesempatan yang sama untuk berperan.
Meskipun berbagai kemajuan perempuan telah dapat terwujudkan, presentasi
jumlah penduduk perempuan yang saat ini berhasil menduduki posisi strategis
tetapi dalam posisi pengambilan keputusan masih sangat kecil termasuk yang
berkaitan dengan kesehatan dirinya sendiri.
ix
berakibat pada keterlambatan merujuk. Peran suami sebagai pengambilan
keputusan utama juga masih tinggi, sehingga pada saat terjadi komplikasi
yang membutuhkan keputusan ibu segera dirujuk menjadi tertunda karena
suami tidak berada di tempat. Kendala biaya juga merupakan alasan terjadinya
keterlambatan dalam pengambilan keputusan. Keterlambatan juga terjadi
akibat ketidaktahuan ibu maupun keluarga mengenai tanda bahaya yang harus
segera mendapatkan penanganan untuk mencegah terjadinya kematian
maternal.
Budaya pasrah dan menganggap kesakitan dan kematian ibu sebagai takdir
masih tetap ada dalam masyarakat, sehingga hal tersebut membuat anggota
keluarga dan masyarakat tidak segara mengupayakan secara maksimal
penanganan kegawat daruratan yang ada. Keterlambatan mencapai tempat
rujukan setelah pengambilan keputusan untuk merujuk ibu ke tempat
pelayanan kesehatan yang lebih lengkap diambil. Hal ini dapat terjadi akibat
kendala geografi, kesulitan mencari alat transportasi, sarana jalan dan sarana
alat transportasi yang tidak memenuhi syarat.
Berdasarkan latar belakang diatas dan menurut survei awal yang penulis
lakukan pada bulan Januari tahun 2014 di Klinik Delima Medan, diperoleh
datajumlah persalinan normal pada 3 bulan terakhir yaitu pada bulan
Desember sebanyak 10 persalinan normal anak pertama, bulan Januari
sebanyak 15 persalinan normal anak pertama dan bulan Februari sebanyak 15
persalinan normal anak pertama, dimana total dari jumlah persalinan dalam 3
bulan terakhir adalah sebanyak 40 persalinan. Dalam hal ini penulis tertarik
untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang Peran Gender dalam
x
Pengambilan Keputusan Pelayanan Kebidanan Pada masa Persalinan
Primigravida di Rumah Sakit Mitra Sejati Medan Tahun 2014.
1.2 Tujuan
xi
BAB II
TINJAUAN TEORI
xii
rahim, vagina, dan payudara. Ciri jenis kelamin secara biologis tersebut
bersifat bawaan, permanen, dan tidak dapat dipertukarkan (Abdullah, 2004 :
Selanjutnya, yang dimaksud dengan gender adalah cara pandang atau
persepsi manusia terhadap perempuan atau laki-laki yang bukan didasarkan
pada perbedaan jenis kelamin secara kodrati biologis. Gender dalam segala
aspek kehidupan manusia 13 mengkreasikan perbedaan antara perempuan dan
laki-laki termasuk kreasi sosial kedudukan perempuan yang lebih rendah dari
pada laki-laki.
Misalnya, bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional,
atau keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, perkasa. Ciri
dari sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan. Artinya
ada laki-laki yang emosional, lemah lembut, keibuan, sementara juga ada
perempuan yang kuat, rasional dan perkasa ( Hadiati, 2010 : 15).
Dari berbagai pendapat di atas peneliti menyimpuilkan bahwa istilah
gender merujuk pada nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat berdasarkan
jenis kelamin. Nilai-nilai tersebut dapat berubah sesuai dengan perkembangan
zaman dan dapat dipertukarkan. Itu terjadi karena gender tidak melekat pada
jenis kelamin tetapi pada pelabelan masyarakat.
Menurut Eniwati gender adalah konsep yang digunakan untuk
mengidentifikasikan perbedaan laki-laki dan perempuan yang dilihat dari 3
Iswah Adriana, Kurikulum Berbasis Gender, Tadrîs. Volume 4. Nomor 1.
2009 hlm 138 4Dwi Narwoko dan Bagong Yuryanto, Sosiologi Teks
Pengantar dan Terapan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2004) hlm.
334 5 Ibid., hlm. 335 14 sisi Sosial budaya. Gender dalam arti ini
mengidentifikasi laki-laki dan perempuan dari sudut non biologis.
Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa gender adalah
peran antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi sosial
budaya. Suatu peran maupun sifat dilekatkan kepada lakilaki karena
berdasarkan kebiasaan atau kebudayaan biasanya peran maupun sifat tersebut
hanya dilakukan atau dimiliki oleh laki-laki dan begitu juga dengan
perempuan. Suatu peran dilekatkan pada perempuan karena berdasarkan
xiii
kebiasaan atau kebudayaan yang akhirnya membentuk suatu kesimpulan
bahwa peran atau sifat itu hanya dilakukan oleh perempuan
xiv
1. Pemupukan dan pengendalian hama dengan teknologi baru yang
dikerjakan laki-laki
2. Pemotongan padi dengan peralatan sabit, mesin yang diasumsikan
hanya membutuhkan tenaga dan keterampilan laki-laki,
menggantikan tangan perempuan dengan alat panen ani-ani
3. Peluang menjadi pembantu rumah tangga lebih banyak
perempuanBanyak pekerjaan yang dianggap sebagai pekerjaan
perempuan seperti “guru taman kanak-kanak” atau “sekretaris”
dan “bidan”.
xv
1. pandangan terhadap perempuan bahwa tugas dan fungsinya
hanya melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan
kerumahtanggaan
2. perempuan di anggap cengeng,
3. perempuan di anggap tidak rasional, emosian
4. perempuan tidak bias mengambil keputusan penting
xvi
2.5 Violence (kekerasan)
Berbagai kekerasan terhadap perempuan sebagai akibat
perbedaan peran muncul dalam berbagai bentuk. Kata kekerasan
tersebut berarti suatu serangan terhadap fisik maupun integritas mental
psikologi seseorang.
Contoh kekerasan yaitu
1. perkosaan, pemukulan, dan penyiksaan yang mengakibatkan
perasaan tersiksa dan tertekan
2. kekerasan fisik maupun non fisik yang dilakukan oleh suami
terhadap isterinya di dalam rumah tangga
3. pelecehan seksual
4. eksploitasi seks terhadap perempuan dan pornografi
keputusan.
xvii
2.5.3 Isu – isu perempuan
a. Isu gender dalam sektor kesehatan
Masalah gender yang harus diprioritaskan penanganannya,
adalah tingginya Angka Kematian Ibu (AKI), pemberantasan
Tuberculosis Paru, Malaria, HIV/AIDS, masalah gizi
masyarakat dan lingkungan yang tidak sehat. Hal ini
menunjukkan masih banyak terdapat ketimpangan antara
status kesehatan pada perempuan dan laki- laki.
b. Isu gender dalam kesehatan reproduksi
Suatu keadaan sehat fisik, mental, dan sosial budaya yang
utuh (bukan hanya bebas dari penyakit atau cacat saja) dalam
segala aspek yang berhubungan dengan sistem, fungsi dan
proses reproduksi.
xviii
2. Organ
organ eksternal, terdiri dari :
a. Mons pubis
b. Labia Mayora
c. Labia Minora
d. Klitoris
e. Vestibulum
f. Meatus Uretra
g. Introitus vagina
h. Kelenjar skene dan bartholini
xix
terjadi pada perempuan dapat disebabkan oleh jarak kehamilan
yang dekat, atau, bahkan karena seringnya
xx
10. Memberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan seluas
mungkin
xxi
penerapannya, ada beberapa konsep yang memiliki kesamaan dan
perbedaan dengan evidence based practice. Evidence based
practice atauevidence based nursing yang muncul dari konsep
evidence based medicinememiliki konsep yang sama dan
memiliki makna yang lebih luas dari RU atauresearch
utilization(Levin & Feldman, 2012).
Dibawah ini akan dipaparkan Evidence Base dalam praktik
Kebidanan terkini menurut proses reproduksi:
KEBIASAAN KETERANGAN
Diet rendah garam untuk Hipertensi bukan karena retensi
mengurangi hipertensi garam
Membatasi hubungan seksual Dianjurkan untuk memakai
untuk mencegah abortus dan kondom ada sel semen yang
kelahiran prematur mengandung prostaglandin
tidak kontak langsung dengan
organ reproduksi yang dapat
memicu kontraksi uterus
Pemberian kalsium untuk Kram pada kaki bukan semata-
mencegah kram pada kaki mata disebabkan oleh
kekurangan kalsium
Diet untuk memcegah bayi Bayi besar disebabkan oleh
besar gangguan metabolism pada ibu
seperti diabetes melitus
Aktititas dan
mobilisasi/latihan (senam
hamil dll) saat masa
kehamilan menurunkan
kejadian PEB, gestasional
diabetes dan BBLR dan
persalinan SC
xxii
a. Tujuan Evidence – base midwifery care
Implementasi Praktik berbasis bukti mempunyai maksud
untuk memberikan respon terbaik dan menambah derajat asuhan
kebidanan. Dalam rutinitas harian tenaga pelayanan kesehatan
professional baik bidan maupun perawat, farmasi serta tenaga
kesehatan professional lainnya sering memilih respon dari
persoalan yang muncul pada waktu menetapkan pemberian
treatment yang paling baik bagi pasien.
Berdasarkan pada evidence based, pendekatan yang
dilaksanakan mempunyai tujuan guna memperoleh data yang
paling baik sebagai respon dari persoalan dalam klinis praktikum
kebidanan yang berguna untuk menambah taraf perawatan pada
ibu/pasien.
xxiii
Dalam mengintegrasikan Evidence Based Practice ke dalam
sebuah kurikulum pendidikan kebidanan sangat penting. Dimana
tujuan utama mengajarkan Evidence Based Practice dalam
pendidikan kebidanan adalah menyiapkan bidan yang professional
dan memiliki kemampuan untuk memberikan sebuah pelayanan
kebidanan yang mempunyai kualitas yang di dasarkan dari
evidence based.
Pentingnya untuk melaksanakan Sebuah Evidence Based
Practice di bidang pendidikan maupun di institusi pendidikan
adalah sebuah cikal bakal atau merupakan pondasi utama
terbentuknya bidan professional yang memerlukan strategi untuk
dapat meningkatkan keahlian, ketrampilan dan pengetahuan serta
pemahaman yang bertahap terhadap kasus nyata yang terjadi di
lapangan atau masyarakat.
Namun untuk mampu mengintegrasikan evidence based
dan evidence based mampu di implementasikan ke dalam praktik
kesehatan terutama praktik kebidanan, terdapat halhal yang banyak
perlu menjadi perhatian dan dipertimbangkan oleh bidan dengan
memiliki sikap professional adalah apa bukti paling baru memiliki
rancangan berkaitan situasi serta keadaan di lapangan dan apakah
dalam 5 pelaksanaan evidence based, terdapat faktor yang mungkin
menjadi sebuah hambatan dan seberapa besar pengeluaran yang
harus dibayar, yang mungkin perlu untuk disiapkan seperti
misalnya dari kebijakan pemimpin institusi, institusi kebidanan dan
sumber daya yang kompeten dalam penerapan EBP dan mendalami
Evidence Based Practice, sehingga tidak semuanya dapat
menerapkan evidence dalam menghasilkan sebuah kesimpulan atau
mengubah sebuah praktik kesehatan.
xxiv
Praktik berdasarkan penelitian merupakan penggunaan
yang sistematik, ilmiah dan eksplisit dari penelitian terbaik saat ini
dalam pengambilan keputusan tentang asuhan pasien secara
individu. Hal ini menghasilkan asuhan yang edektif dan tidak
selalu melakukan intervensi. Kajian ulang intervensi secara historis
memunculkan asumsi bahwa sebagaian besar besar komplikasi
obstetric yang mengancam jiwa bisa diprediksi atau dicegah.
Intervensi harus dilaksanakan atas dasar indikasi yang
spesifik,bukan sebagai rutinitas sebab test-test rutin, obat, atau
prosedur lain pada kehamilan dapat membahayakan ibu maupun
janin. Bidan yang terampil harus tahun kapan ia harus melakukan
sesuatu dan intervensi yang dilakukannya haruslah aman
berdasarkan bukti ilmiah.
Asuhan yang dilakukan dituntut anggap terhadap fakta
yang terjadi, menyesuaikan dengan keadaaan atau kondisi pasien
dengan mengutamakan keselamatan dan Kesehatan pasien dengan
mengikuti prosedur yang sesuai dengan evidence asuhan
kebidanan, yang tentu saja berdasar kepada hal-hal yang sudah di
bahas sebelumnya, yaitu: standar asuhan kebidanan, standar
pelayanan kebidanan, kewenangan bidan komunitas, fungsi utama
bidan bagi masyarakat. Fungsi utama profesi kebidanan, ruang
lingkup asuhan yang diberikan.
Dengan pelaksanaan praktik asuhan kebidanan yang
berdasarkan evidence based tersebut tentu saja bermanfaat
membantu mengurangi angka kematian ibu hamil dan risiko-risiko
yang di alami selama persalinan bagi ibu dan bayi serta bermanfaat
juga untuk memperbaiki keadaaan Kesehatan masyarakat.
xxv
2. Ada keterampilan yang dilibatkan dalam membaca literatur
yang memerlikan kemampuan untuk mensintesakan informasi
dan membuat pertimbangan mengenai kualitas bukti-bukti yang
ada.
3. Cara penggunaan informasi merupakan fungsi tingkat otoritas
praktisin di suatu organisasi dan tingkat kenyakinannya
terhadap keefektifan infromasi yang digunakan
4. Bagian dari penggunaan EBP adalah kemampuan mengevaluasi
secara mandiri informasi yang digunakan dan menguji
vadilitasnya dalam konyteks praktik masing-masing.
5. Pertimbangan klinis berbasis bukti didasarkan pada gagasan
tentang perilaku dan peran professional dan terutama
dipedomani oleh suatu system nilai Bersama.
xxvi
klinis dengan mengintergrasikan Evidence Based Practice,
mentor yang memiliki pemahaman mengenai Evidence Based
Practice, mampu mengatasi tantangan atau hambatan yang
mungkin dapat terjadi, mampu membimbing orang lain,
ketersediaan infrastruktur yang mendukung untuk mencari
informasi atau literatur seperti computer dan laptop, dukungan
dari administrasi dan kepemimpinan, serta motivasi dan
konsistensi individu itu sendiri dalam menerapkan Evidence
Based Practice.
xxvii
penelitian. Beberapa tingkat penelitian yang dapat ditampilkan
sebagai evidence atau bukti atau ciri yang unggul (terbaik)
adalah meta-analysis dan systematic review. Terdapat lima
jenjang yang dapat diambil sebagai bukti diantaranya:
a. Data dari analisis statistik atau tinjauan Pustaka sistematik.
b. Data desain Randomized Control Trial
c. Data kasus control dan cohort study
d. Data yang bermula pada deskripsi tunggal maupun studi
mutu (qualitative).
e. Informasi berawal dari pendapat atau badan ahli
xxviii
5) Memadukan data dengan ketrampilan klinis serta pilihan
pasien untuk membuat keputusan klinis terbaik
Sesuai dengan definisi dari Evidence Based Practice, untuk
mengimplementasikan EBP ke dalam praktik klinis kita harus
bisa mengintegrasikan bukti penelitian dengan informasi
lainnya. Informasi itu dapat berasal dari keahlian dan
pengetahuan yang kita miliki, ataukah dari pilihan dan nilai
yang dimiliki oleh pasien. Selain itu juga, menambahkan
penelitian kualitatif mengenai pengalaman atau perspektif
pasien bisa menjadi dasar untuk mengurangi resiko kegagalan
dalam melakukan intervensi terbaru. Setelah
mempertimbangkan beberapa hal tersebut untuk membuat
keputusan klinis yang tepat dan efektif untuk pasien. Evidence
yang digunakan sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan
pelaksanaan proses Evidence Based Practice serta tahap dari
kecakapan dalam melewati setiap prosedur didalam Evidence
Based Practice.
7) Membagikan hasil.
Terakhir dari tahapan pratik berbasis bukti yaitu
menyebarkan produk. Apabila bukti yang diperoleh dapat
membuktikan bisa menyebabkan adanya peralihan dan
xxix
memperoleh produk positif sehingga berguna dalam upaya
disebarkan dan diperlukan.
1. Keluarga Berencana
Membantu para ibu dan suaminya merencakan
kehamilan yang diinginkan
2. Asuhan Antenatal Terfokus
Membantu perkembangan kehamilan, mengenali
gejala dan tanda bahaya, menyiapkan persalinan dan
kesediaan menghadapi komplikasi.
3. Asuhan Pasca Keguguran
Menatalaksanakan gawat-darurat keguguran dan
komplikasinya serta tanggap terhadap kebutuhan pelayanan
Kesehatan produksi lainnya.
4. Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan
komplikasi
xxx
Kajian dan bukti ilmiah menunjukkan bahwa asuhan
persalinan bersih, aman dan tepat waktu merupakan salah
satu upaya efektif untuk mencegah terjadinya kesakitan
dan kematian.
5. Penatalaksaan komplikasi yang terjadi sebelum, selama
dan setelah persalinan
Dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian
ibu, perlu diantisipasi adanya keterbatasan kemampuan
untuk menatalaksanan komplikasi pada jenjang pelayanan
tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis komplikasi
dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi
keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya
akan selalu berbeda menurut derajat, keadaan dan tempat
terjadinya.
Focus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan
aman serta mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergesaran
paradigma dari menunggu terjadinya dan kemudian menangani
komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi persalinan bersih dan aman
serta pencegahan komplikasi selama dan pasca persalian terbukti mampu
mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir. Beberapa
contoh dibawah ini adalah perkembangan keilmuan kebidanan yang
berhubungan dengan evidence based practice.
A. Gentle Birth
Gentle Birth adalah konsep persalinan yang santu, tenang, alami
yang betujuan untuk mempersiapkan ibu hamil agar tetap tenang
dan rileks saat melahirkan. Konsep ini melibatkan praktik senam
hamil, olah pernafasan, serta self hypnosis yang rutin dilakukan
sejak awal masa kehamilan hingga menuju persalinan.
B. Water Birth
Persalinan di air (Inggris : Waterbirth) adalah proses persalinan
atau proses melahirkan yang dilakukan didalan air hangat.
xxxi
Melahirkan dalam air (Water Birth) adalah suatu metode
melahirkan secara normal melalui vagina di dalam air. Secara
prinsip, persalinan dengan metode Water Birth tidaklah jauh
berbeda dengan metode persalinan normal di atas tempat tidur,
hanya saja pada metode water birth persalinan dilakukan di dalam
air sedangkan pada persalinan biasa dilakukan di atas tempat tidur.
Perbedaann lainnya adalah pada persalinan di atas persalinan di
atas tempat tidur, calon ibu akan merasakan jauh lebih sakit jika
dibandingkan dengan persalinan menggunakan metode water birth
ada yang mengatakan persalinan dengan water birth dapat
mengurangi rasa sakit hingga mencapai 40-70%.
C. Lotus Birth
Lotus Birth atau tali pusat yang tidak dipotong, adalah
praktek meninggalkan tali pusat yang tidak di klem dah lahir
secara utuh daripada ikut menghalangi proses fisiologis normal
dalam perubahan wharthons jelly yang menghasilkan pengkleman
internal alami dalam10-20 menit pasca persalinan.
xxxii
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kata “Gender” berasal dari bahasa inggris, gender yang berarti “jenis
kelamin”. Dalam Webster’s New World Dictionary, jender diartikan sebagai
perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai
dan tingkah laku.1 Didalam Webster’s Studies Encylopedia dijelaskan
bahwajender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat perbedaan
(distinction) dalam hal peran, prilaku, mentalitas dan karakterstik emosional
antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat.
xxxiii
Gender adalah perbedaan yang tampak pada laki-laki dan perempuan
apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku. Gender merupakan suatu istilah
yang digunakan untuk menggambarkan perbedaan antara laki-laki dan
perempuan secara sosial. Gender adalah kelompok atribut dan perilaku secara
kultural yang ada pada laki-laki dan perempuan.
Memberikan asuhan bagi keluarga yang mengasuh anak termasuk
pembinaan kesehatan keluarga, kebidanan komunitas termasuk persalinan di
rumah, kunjungan rumah, serta deteksi dini kelainan pada ibu dan anak.
4.2 Saran
Demikian makalah ini kami susun, semoga makalah ini dapat dijadikan
pedoman kita dalam pembelajaran. Apabila ada kekurangan dalam penulisan
makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://adoc.pub/perspektif-gender-dalam-pelayanan-kesehatan.html
https://moudyamo.wordpress.com/2013/06/01/isu-terkini-dan-evidence-based-
dalam-praktik-kebidanan/comment-page-1/
https://books.google.co.id/books?
hl=en&lr=&id=TiGZDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR5&dq=Manfaat+Evidence+
%E2%80%93+based+midwifery+care&ots=IIBkwJhb3M&sig=Ksv4XNVwr-
NEM01wVPUmRrxj8G4&redir_esc=y#v=onepage&q=Manfaat%20Evidence
%20%E2%80%93%20based%20midwifery%20care&f=false
https://www.academia.edu/13334678/
EVIDENCE_BASED_PRACTICE_DAN_MIDWIFERY_BASED
http://repo.unand.ac.id/33995/1/Dengan%20EBM-Implementasi%20Dalam
%20Masa%20Kehamilan.pdf
xxxiv
https://maybidan.files.wordpress.com/2015/04/ebm.pdf
https://www.academia.edu/13334678/
EVIDENCE_BASED_PRACTICE_DAN_MIDWIFERY_BASED
xxxv