Dosen Pengampu
Adhetya Uberty, S Tr.Keb.,M.K.M
Disusun oleh :
SABILA NURDITYA : 19995
SHELAKLY FITSA L : 19997
TEVI MARTINA : 19999
TRISDAYANTINI : 191001
UZI ERYFA : 191004
VIDYA RAHMATIANA W : 191006
YAYUK ULANSARI Y : 191008
Puji syukur penyusun kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan
penyusun semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata
kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas yang berjudul “Konsep Gender Dalam
Kesehatan Reproduksi Perempuan” tepat pada waktunya. Tersusunnya makalah
ini tentunya tidak lepas dari dukungan berbagai pihak yang telah memberikan
bantuan secara materil, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena
itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Adhetya Uberty, S Tr.Keb.,M.K.M selaku dosen mata kuliah Asuhan
Kebidanan Komunitas.
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada
penyusun sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
3. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat
agar makalah ini dapat terselesaikan.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penyusun harapkan untuk penyempurnaan makalah ini selanjutnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
B. Rumusan Masalah................................................................................. 3
C. Tujuan ................................................................................................... 3
D. Manfaat ................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
3. Prasyarat 8
A. Kesimpulann ......................................................................................... 15
B. Saran ..................................................................................................... 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi adalah suatu kondisi yang sempurna dari fisik,
mental dan keadaan sosial (tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan/
kecacatan) dalam setiap persoalan yang berhubungan dengan sistem, fungsi
serta proses reproduksi. Konsep dan definisi lainnya yang juga disepakati dan
berkaitan dengan kesehatan reproduksi, yaitu kesehatan seksual, hak seksual,
dan hak reproduksi.
Sejak tahun 2000, kesehatan reproduksi merupakan salah satu topic
penting yang mendapat perhatian dari berbagai pihak, baik di dalam maupun di
luar negeri. Meluasnya liputan media massa sampai ke pelosok negeri yang
menyajikan fakta seputar kesehatan reproduksi, baik positif maupun negatif
mendorong pemerintah, perorangan, swasta dan lembaga swadaya masyarakat
untuk mengambil peran aktif dalam menyosialisasikan sekaligus memberikan
jalan keluar atas permasalahan kesehatan reproduksi.
Angka kematian ibu (maternal mortality rate/MMR) di Indonesia sebesar
228 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2007) walaupun lebih rendah
dibandingkan dengan angka IMR sebelumnya, yakni 307 per 100.000 kelahiran
hidup (SDKI, 2002–2003), masih termasuk ke dalam kategori tinggi di antara
negara-negara di Asia Selatan dan Pasifik. Faktor penyebab yang tertinggi
adalah perdarahan, di samping faktor sosial budaya dan non-kesehatan lainnya.
Fakta ini diikuti oleh tingginya angka kematian bayi (infant mortality
rate/IMR) dengan angka 34 per 1000 kelahiran hidup (SDKI, 2007) serta
aborsi akibat kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) di kalangan remaja
(Susilowati, N., 2008).
Hasil laporan Indonesia Human Development Report 2005 tentang angka
kematian ibu (AKI) melahirkan, yang saat ini tercatat berada di angka 307 dari
setiap 100.000 kelahiran hidup, sebagian besar adalah kematian yang
sebetulnya dapat dihindari. AKI ini menjadi indicator dari tingkat
pembangunan manusia suatu bangsa. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah
belum serius dan merata dalam pemberian pelayanan kesehatan khususnya bagi
1
2
diam-diam dan cenderung tidak aman karena dilakukan tanpa prosedur maupun
standar operasional kesehatan yang jelas yang dapat dijadikan sebagai
pedoman. Dari sudut pandang moralitas, aborsi dan kematian ibu keduanya
dipermasalahkan karena sama-sama mengancam kelangsungan hidup janin dan
ibu. Namun, perlu didudukkan dalam proporsinya masing-masing, manakah
pilihan yang lebih bermanfaat dan maslahat dalam menyelesaikan problem
kesehatan reproduksi ini. Aborsi tidak harus mengorbankan kehidupan insani
bila masih dalam taraf kehidupan sel (hayati). Membiarkan praktek aborsi tidak
aman lebih berbahaya karena membiarkan nyawa perempuan yang jelas-jelas
telah hidup secara insaniyah (sebagai manusia) dan memiliki tanggung jawab
pada orang lain dikorbankan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah
penelitian ini Konsep Gender Dalam Kesehatan Reproduksi Perempuan.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diketahui Konsep Gender Dalam Kesehatan Reproduksi Perempuan.
D. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Masukan dapat mengetahui Konsep Gender Dalam Kesehatan
Reproduksi Perempuan.
2. Bagi Pendidikan
Sumbangan ilmiah dan masukan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya tentang Konsep Gender Dalam Kesehatan
Reproduksi Perempuan..
3. Bagi Peneliti
Pengalaman berharga bagi peneliti untuk menambah wawasan,
pengetahuan dan pengalaman serta mengembangkan diri khususnya dalam
bidang penelitian keperawatan jiwa.
BAB II
PEMBAHASAN
4
5
d. Usia Subur
Pemeliharaan Kehamilan dan pertolongan persalinan yang
aman, Pencegahan kecacatan dan kematian pada ibu dan bayi,
Menggunakan kontrasepsi untuk mengatur jarak kelahiran dan
jumlah kehamilan, Pencegahan terhadap PMS atau HIV/AIDS,
Pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas, Pencegahan
penanggulangan masalah aborsi, Deteksi dini kanker payudara
dan leher rahim, Pencegahan dan manajemen infertilitas.
e. Usia Lanjut
Perhatian terhadap menopause/andropause, Perhatian
terhadap kemungkinan penyakit utama degeneratif termasuk
rabun, gangguan metabolisme tubuh, gangguan morbilitas dan
osteoporosis, Deteksi dini kanker rahim dan kanker prostat.
Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi secara “lebih luas“,
meliputi: Masalah kesehatan reproduksi remaja yaitu pada saat
pertama anak perempuan mengalami haid/menarche yang bisa
beresiko timbulnya anemia, perilaku seksual bila kurang
pengetahuan dapat terjadi kehamilan diluar nikah, abortus tidak
aman, tertular penyakit menular seksual (PMS), termasuk
HIV/AIDS. Remaja saat menginjak masa dewasa dan melakukan
perkawinan, dan ternyata belum mempunyai pengetahuan yang
cukup untuk memelihara kehamilannya maka dapat
mengakibatkan terjadinya risiko terhadap kehamilannya
(persalinan sebelum waktunya) yang akhirnya akan menimbulkan
risiko terhadap kesehatan ibu hamil dan janinnya. Dalam
kesehatan reproduksi mengimplikasikan seseorang berhak atas
kehidupan seksual yang memuaskan dan aman. Seseorang berhak
terbebas dari kemungkinan tertular penyakit infeksi menular
seksual yang bisa berpengaruh pada fungsi organ reproduksi, dan
terbebas dari paksaan. Hubungan seksual dilakukan dengan saling
memahami dan sesuai etika serta budaya yang berlaku.
8
A. Kesimpulan
Menciptakan kondisi yang kondusif untuk mendiskusikan secara terbuka
mengenai peranan laki-laki dan perempuan di keluarga dan masyarakat.
Meyakini kesetaraan laki-laki dan perempuan dan menolak subordinasi
perempuan, sebagai prasyarat untuk menghormati hak-hak reproduksi
B. Saran
Demi mewujudkan peran sebagai tenaga kesehatan yang professional
mahasiswa harus benar memahami dan mewujudkan ilmunya dengan penuh
tanggung jawab.
15
Daftar Pusaka
16