i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia, dan
hidayah-Nya sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dari berbagai pihak, baik yang berupa saran, kritik, bimbingan
maupun bantuan lainnya. Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada teman-teman yang telah membantu dalam mengerjakan makalah
ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada
semua pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi serta bimbingannya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................ 4
B. Rumusan Masalah....................................................................... 4
C. Tujuan.......................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 22
B. Saran............................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 23
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah
kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya
penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem
reproduksi dan fungsi-fungsinya serta proses-prosesnya Pada era globalisasi dan
modernisasi ini telah terjadi perubahan dankemajuan disegala aspek dalam
menghadapi perkembangan lingkungan,kesehatan dan kebersihan, dimana
masyarakat dituntut untuk selalu menjagakebersihan fisik dan organ atau alat
tubuh. Salah satu organ tubuh yang penting serta sensitif dan memerlukan
perawatan khusus adalah alat reproduksi. Pengetahuan dan perawatan yang baik
merupakan faktor penentu dalam memelihara kesehatan reproduksi.
Apabila alat reproduksi tidak dijaga kebersihannya maka akan menyebabkan
infeksi, yang pada akhirnya dapat menimbulkan penyakit. Pada diri seorang
wanita di masa reproduksi biasanya mengalami beberapa gejala psikologik yang
negatif atau gejala fisik. Sifat gejalanya bervariasi dan cenderung memburuk
ketika saat-saat menjelang dan selama terjadinya proses perdarahan haid pada
tubuhnya. Keadaan ini tidak selalu terjadi pada setiap siklus haidnya dan
intensitasnyapun tidak sama.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian kesehatan reproduksi?
2. Apa itu tujuan kesehatan reproduksi?
3. Apa itu sasaran kesehatan reproduksi ?
4. Apa itu Ruang lingkup kesehatan reproduksi ?
5. Apa yang dimaksud Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi?
6. Apa yang dimaksud Indikator kesehatan reproduksi wanita di Indonesia?
5
7. Apa itu Hak-hak reproduksi?
8. Apa itu Ruang lingkup masalah kesehatan reproduksi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kesehatan reproduksi
2. Untuk mengetahui tujuan kesehatan reproduksi
3. Untuk mengetahui sasaran kesehatan reproduksi
4. Untuk mengetahui Ruang lingkup kesehatan reproduksi
5. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi
6. Untuk mengetahui Indikator kesehatan reproduksi wanita di Indonesia
7. Untuk mengetahui Hak-hak reproduksi
8. Untuk mengetahui Ruang lingkup masalah kesehatan reproduksi
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
menurut dirinya sesuai dengan kebutuhannya di mana ia sendiri yang
memutuskan atas tubuhnya sendiri.
8
2. Tujuan Kesehatan Reproduksi
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2014 Kesehatan Reproduksi yang
menjamin setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi yang
bermutu, aman dan dapat dipertanggung jawabkan, dimana peraturan ini juga
menjamin kesehatan perempuan dalam usia reproduksi sehingga mampu
melahirkan generasi yang sehat, berkualitas yang nantinya berdampak pada
penurunan Angka Kematian Ibu. Didalam memberikan pelayanan Kesehatan
Reproduksi ada dua tujuan yang akan dicapai, yaitu tujuan utama dan tujuan
khusus.
1. Tujuan Utama
Memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang komprehensif kepada
perempuan termasuk kehidupan seksual dan hak-hak reproduksi perempuan
sehingga dapat meningkatkan kemandirian perempuan dalam mengatur fungsi
dan proses reproduksinya yang pada akhirnya dapat membawa pada
peningkatan kualitas kehidupannya.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan fungsi
reproduksinya.
b. Meningkatnya hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam menentukan
kapan hamil, jumlah dan jarak kehamilan.
c. Meningkatnya peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap akibat dari
perilaku seksual dan fertilitasnya kepada kesehatan dan kesejahteraan
pasangan dan anak-anaknya.
9
Tujuan diatas ditunjang oleh undang-undang kesehatan No. 23/1992, bab II
pasal 3 yang menyatakan: “Penyelenggaraan upaya kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat”, dalam Bab III
Pasal 4 “Setiap orang menpunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat
kesehatan yang optimal.
1. Sasaran Utama. Laki-laki dan perempuan usia subur, remaja putra dan putri
yang belum menikah. Kelompok resiko: pekerja seks, masyarakat yang
termasuk keluarga prasejahtera. Komponen Kesehatan Reproduksi Remaja.
a. Seksualitas.
b. Beresiko/menderita HIV/AIDS.
b. Tokoh Masyarakat.
c. Tokoh Agama.
d. LSM.
10
Ruang lingkup kesehatan reproduksi mencakup keseluruhan kehidupan manusia
sejak lahir sampai mati (life cycle approach) agar di peroleh sasaran yang pasti
dan komponen pelayanan yang jelas serta dilaksanakan secara terpadu dan
berkualitas dengan memperhatikan hak reproduksi perorangan dan bertumpu pada
program pelayanan yang tersedia.
2. Bayi dan Anak Pemberian ASI eksklusif dan penyapihan yang layak, an
pemberian makanan dengan gizi seimbang, Imunisasi, Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS) dan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM),
Pencegahan dan penanggulangan kekerasan pada anak, Pendidikan dan
kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang sama pada anak laki-laki dan
anak perempuan.
11
metabolisme tubuh, gangguan morbilitas dan osteoporosis, Deteksi dini kanker
rahim dan kanker prostat.
12
hubungan seksual, usia pertama menikah, usia pertama hamil. Sedangkan
faktor demografi yang dapat mempengaruhi Kesehatan Reproduksi adalah
akses terhadap pelayanan kesehatan, rasio remaja tidak sekolah , lokasi/tempat
tinggal yang terpencil.
2. Faktor Budaya dan Lingkungan
Faktor budaya dan lingkungan yang mempengaruhi praktek tradisional
yang berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak
banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan
anak dan remaja karena saling berlawanan satu dengan yang lain, pandangan
agama, status perempuan, ketidaksetaraan gender, lingkungan tempat tinggal
dan cara bersosialisasi, persepsi masyarakat tentang fungsi, hak dan tanggung
jawab reproduksi individu, serta dukungan atau komitmen politik.
3. Faktor Psikologis
Sebagai contoh rasa rendah diri (“low self esteem“), tekanan teman
sebaya (“peerpressure“), tindak kekerasan dirumah/ lingkungan terdekat dan
dampak adanya keretakan orang tua dan remaja, depresi karena ketidak
seimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita terhadap pria yang membeli
kebebasan secara materi.
4. Faktor Biologis
Faktor biologis mencakup ketidak sempurnaaan organ reproduksi atau
cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular
seksual, keadaan gizi buruk kronis, anemia, radang panggul atau adanya
keganasan pada alat reproduksi. Dari semua faktor yang mempengaruhi
kesehatan reproduksi diatas dapat memberikan dampak buruk terhadap
kesehatan perempuan, oleh karena itu perlu adanya penanganan yang baik,
dengan harapan semua perempuan mendapatkan hak-hak reproduksinya dan
menjadikan kehidupan reproduksi menjadi lebih berkualitas.
13
6. Indikator Permasalahan Kesehatan Reproduksi Wanita.
Dalam pengertian kesehatan reproduksi secara lebih mendalam, bukan
semata-mata sebagai pengertian klinis (kedokteran) saja tetapi juga mencakup
pengertian sosial (masyarakat). Intinya goal kesehatan secara menyeluruh bahwa
kualitas hidupnya sangat baik. Namun, kondisi sosial dan ekonomi terutama di
negara-negara berkembang yang kualitas hidup dan kemiskinan memburuk,
secara tidak langsung memperburuk pula kesehatan reproduksi wanita.
Indikator-indikator permasalahan kesehatan reproduksi wanita di Indonesia
antara lain:
1. Gender, adalah peran masing-masing pria dan wanita berdasarkan jenis
kelamin menurut budaya yang berbeda-beda. Jender sebagai suatu kontruksi
sosial mempengaruhi tingkat kesehatan, dan karena peran jender berbeda
dalam konteks cross cultural berarti tingkat kesehatan wanita juga berbeda-
beda.
2. Kemiskinan, antara lain mengakibatkan makanan yang tidak cukup atau
makanan yang kurang gizi, persediaan air yang kurang, sanitasi yang jelek dan
perumahan yang tidak layak dan tidak mendapatkan pelayanan yang baik.
3. Pendidikan yang rendah.
Kemiskinan mempengaruhi kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
Kesempatan untuk sekolah tidak sama untuk semua tetapi tergantung dari
kemampuan membiayai. Dalam situasi kesulitan biaya biasanya anak laki-laki
lebih diutamakan karena laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah utama
dalam keluarga. Dalam hal ini bukan indikator kemiskinan saja yang
berpengaruh tetapi juga jender berpengaruh pula terhadap pendidikan. Tingkat
pendidikan ini mempengaruhi tingkat kesehatan. Orang yang berpendidikan
biasanya mempunyai pengertian yang lebih besar terhadap masalah-masalah
kesehatan dan pencegahannya. Minimal dengan mempunyai pendidikan yang
14
memadai seseorang dapat mencari uang, merawat diri sendiri, dan ikut serta
dalam mengambil keputusan dalam keluarga dan masyarakat.
4. Kawin muda
Di negara berkembang termasuk Indonesia kawin muda pada Wanita
masih banyak terjadi (biasanya di bawah usia 18 tahun). Hal ini Banyak
kebudayaan yang menganggap kalau belum menikah di usia tertentu dianggap
tidak laku. Ada juga karena faktor kemiskinan, Orang tua cepat-cepat
mengawinkan anaknya agar lepas tanggung Jawabnya dan diserahkan anak
wanita tersebut kepada suaminya. Ini Berarti wanita muda hamil mempunyai
resiko tinggi pada saat Persalinan. Di samping itu resiko tingkat kematian dua
kali lebih besar Dari wanita yang menikah di usia 20 tahunan. Dampak lain,
mereka Putus sekolah, pada akhirnya akan bergantung kepada suami baik
Dalam ekonomi dan pengambilan keputusan.
5. Kekurangan gizi dan Kesehatan yang buruk.
Menurut WHO di negara berkembang terrnasuk Indonesia Diperkirakan
450 juta wanita tumbuh tidak sempurna karena kurang Gizi pada masa kanak-
kanak, akibat kemiskinan. Jika pun berkecukupan, budaya menentukan bahwa
suami dan anak laki-laki Mendapat porsi yang banyak dan terbaik dan terakhir
sang ibu Memakan sisa yang ada. Wanita sejak ia mengalami menstruasi akan
membutuhkan gizi yang lebih banyak dari pria untuk mengganti darah yang
keluar. Zat yang sangat dibutuhkan adalah zat besi yaitu 3 kali lebih besar dari
kebutuhan pria. Di samping itu wanita juga membutuhkan zat yodium lebih
banyak dari pria, kekurangan zat ini akan menyebabkan gondok yang
membahayakan perkembangan janin baik fisik maupun mental. Wanita juga
sangat rawan terhadap beberapa penyakit, termasuk penyakit menular seksual,
karena pekerjaan mereka atau tubuh mereka yang berbeda dengan pria. Salah
satu situasi yang rawan adalah, pekerjaan wanita yang selalu berhubungan
dengan air, misalnya mencuci, memasak, dan sebagainya. Seperti diketahui air
adalah media yang cukup berbahaya dalam penularan bakteri penyakit.
15
6. Beban Kerja yang berat.
Wanita bekerja jauh lebih lama dari pada pria, berbagai Penelitian yang
telah dilakukan di seluruh dunia rata-rata wanita bekerja 3 jam lebih lama.
Akibatnya wanita mempunyai sedikit waktu istirahat, lebih lanjut terjadinya
kelelahan kronis, stress, dan sebagainya. Kesehatan wanita tidak hanya
dipengaruhi oleh waktu kerja, tetapi juga jenis pekerjaan yang berat, kotor dan
monoton bahkan membahayakan. Di India banyak kasus keguguran atau
kelahiran sebelum waktunya pada musim panen karena wanita terus-terusan
bekerja keras. Di bidang pertanian baik pria maupun wanita dapat terserang
efek dari zat kimia (peptisida), tetapi akan lebih berbahaya jika wanita dalam
keadaan hamil, karena akan berpengaruh terhadap janin dalam kandungannya.
Resiko-resiko yang harus dialami bila wanita bekerja di industri-industri
misalnya panas yang berlebihlebihan, berisik, dan cahaya yang menyilaukan,
bahan kimia, Atau radiasi.
Peran jender yang menganggap status wanita yang rendah berakumulasi
dengan indikator-indikator lain seperti kemiskinan, pendidikan, kawin muda
dan beban kerja yang berat mengakibatkan waniita juga kekurangan waktu,
informasi, untuk memperhatikan Kesehatan reproduksinya.
7. Hak Reproduksi
Yang termasuk di dalam hak reproduksi adalah:
a. Hak semua pasangan dan individual untuk memutuskan dan bertanggung
jawab terhadap jumlah, jeda dan waktu untuk mempunyai anak serta hak
atas informasi yang berkaitan dengan hal tersebut;
b. Hak untuk mendapatkan kehidupan seksual dan kesehatan reproduksi
yang terbaik serta hak untuk mendapatkan pelayanan dan informasi agar
hal tersebut dapat terwujud; dan
c. Hak untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan reproduksi yang
bebas dari diskriminasi, pemaksaan dan kekerasan.
16
Hak-hak reproduksi merupakan hak asasi manusia. Baik ICPD 1994 di
Kairo maupun FWCW 1995 di Beijing mengakui hak-hak reproduksi sebagai
bagian yang tak terpisahkan dan mendasar dari kesehatan reproduksi dan
seksual.
17
c. Perempuan dan laki-laki harus bekerja sama untuk mengetahui haknya,
mendorong agar pemerintah dapat melindungi hak-hak ini serta
membangun dukungan atas hak-hak tersebut melalui pendidikan dan
advokasi.
d. Konsep-konsep kesehatan reproduksi dan uraian hak-hak perempuan ini
diambil dari hasil kerja International Women’s Health Advocates
Worldwide.
e. Pelayanan kesehatan reproduksi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
perempuan sebagaimana mereka inginkan, serta mengetahui bahwa
kebutuhan-kebutuhan ini sangat beragam dan saling terkait satu dengan
yang lain. Hak Reproduksi maupun akses untuk mendapatkan Pelayanan
Kesehatan Reproduksi adalah penting, sehingga perempuan dapat:
f. Mempunyai pengalaman dalam kehidupan seksual yang sehat, terbebas
dari penyakit, kekerasan, ketidakmampuan, ketakutan, kesakitan, atau
kematian yang berhubungan dengan reproduksi dan seksualitas
g. Mengatur kehamilannya secara aman dan efektif sesuai dengan
keinginannya, menghentikan kehamilan yang tidak diinginkan, dan
menjaga kehamilan sampai waktu persalinan
h. Mendorong dan membesarkan anak-anak yang sehat seperti juga ketika
mereka menginginkan kesehatan bagi dirinya sendiri.
18
hubungan antar individu, jadi bukan hanya konseling dan pelayanan untuk
proses reproduksi dan PMS.
Dalam wawasan pengembagan kemanusiaan. Merumuskan pelayanan
kesehatan reproduksi yang sangat penting mengingat dampaknya juga terasa
pada kualitas hidup generasi berikutnya. Sejauh mana seseorang
dapatmenjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara aman dan sehat
sesungguhnya tercermin dari kondisi kesehatan selama siklus kehidupannya,
mulai dari saat konsepsi, masa anak, remaja, dewasa, hingga masa pasca usia
reproduksi.
Menurut program kerja WHO ke IX (1996-2001), masalah kesehatan
reproduksi ditinjau dari pendekatan siklus kehidupan keluarga,
meliputi:
a. Praktek tradisional yang berakibat buruk semasa anak-anak (seperti
mutilasi, genital, deskriminasi nilai anak, dsb); Dibahas dalam pertemuan
ICPD ( International conference on population and development) di Kairo
bahwa kebiasaan ini meningkatkan kerentanan anak perempuan terhadap
hak azasi manusia karena:
1) Sunat perempuan dilakukan terhadap anak perempuan yang tidak
bisa memberikan informed consent.
2) Ada kebiasaan di lingkungan budaya tertentu, di mana sunat
perempuan mengarah kepada genital mutilation, dan bisa berdampak
negatif pada kesehatan perempuan.
b. Masalah kesehatan reproduksi remaja (kemungkinan besar dimulai sejak
masa kanak-kanak yang seringkali muncul dalam bentuk kehamilan
remaja, kekerasan/pelecehan seksual dan tindakan seksual yang tidak
aman);
c. Tidak terpenuhinya kebutuhan ber-KB, biasanya terkait dengan isu aborsi
tidak aman;
19
d. Mortalitas dan morbiditas ibu dan anak (sebagai kesatuan) selama
kehamilan, persalian dan masa nifas, yang diikuti dengan malnutrisi,
anemia, berat bayi lahir rendah;
e. Infeksi saluran reproduksi, yang berkaitan dengan penyakit menular
seksual;
f. Kemandulan, yang berkaitan erat dengan infeksi saluran reproduksi dan
penyakit menular seksual;
g. Sindrom pre dan post menopause dan peningkatan resiko kanker organ
reproduksi;
h. Kekurangan hormon yang menyebabkan osteoporosis dan masalah
ketuaan lainnya.
Masalah kesehatan reproduksi mencakup area yang jauh lebih luas, dimana
masalah tersebut dapat kita kelompokkan sebagai berikut:
Masalah reproduksi
20
d. Kesehatan bayi dan anak-anak terutama bayi dibawah umur lima tahun;
e. Dampak pembangunan ekonomi, industrialisasi dan perubahan
lingkungan terhadap kesehatan reproduksi.
21
c. Masalah HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acguired
immunodeficiency Syndrome);
d. Dampak sosial dan ekonomi dari penyakit menular seksual;
e. Kebijakan dan progarm pemerintah dalam mengatasi maslah tersebut
(termasuk penyediaan pelayanan kesehatan bagi pelacur/pekerja seks
komersial);
f. Sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual.
Masalah pelacuran
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep reproduksi sangatlah penting untuk diketaahui oleh para perempuan
bakat calon ibu ataupun laki-lak calon bapak. Oleh karena itu berdasarkan uraian
di atas dapat penulis simpulkan bahwa. Kesehatan reproduksi adalah keadaan
kesejahteraan fisk, mental dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya
penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem
reproduksi dan fungsi - fungsi sera proses-prosesnya.
Hak reproduksi adalah bagian dari hak asasi yang meliputi hak setiap
pasangan dan individual untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab
jumlah, jarak dan waktu kelahiran anak, serta untuk memiliki informasi dan cara
untuk melakukannya.
B. Saran
Untuk wawasan dan pengetahuan kesehatan reproduksi sangatlah penting untu
bisa dikuasai dan dimiliki oleh para peremuan dan lakilaki yang berumah tangga,
supaya kesejahteraan dan kesehatan bisa tercapai dengan sempurna.
23
DAFTAR PUSTAKA
24