Anda di halaman 1dari 24

MATA KULIAH

Kesehatan Perempuan dan Perencanaan Keluarga


“Konsep Kesehatan Reproduksi”

Dosen Pengampu: Kurnia Dewiani, S.ST, M.Keb.


Disusun Oleh: Kelompok 5

1. Anggun Dineti (F0G019001)


2. Popi Monika (F0G019005)
3. Ellen Meilani (F0G019014)
4. Rapika Sapitri (F0G019017)
5. Lindayani (F0G019020)
6. Rica Pustika (F0G019029)
7. Ella Dwi Sokova (F0G019031)
8. Reka Putri Agustin (F0G019041)

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia, dan
hidayah-Nya sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dari berbagai pihak, baik yang berupa saran, kritik, bimbingan
maupun bantuan lainnya. Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada teman-teman yang telah membantu dalam mengerjakan makalah
ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada
semua pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi serta bimbingannya.

Demikian penulisan makalah ini, penulis menyadari banyak keterbatasan


dan kekurangan ada di dalamnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun demi peningkatan wawasan kami dalam memberikan
penulisan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini  bermanfaat pada semua
pihak.

                        Bengkulu, 15 Februari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................... i

KATA PENGANTAR............................................................................. ii

DAFTAR ISI........................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................ 4
B. Rumusan Masalah....................................................................... 4
C. Tujuan.......................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Kesehatan Reproduksi.................................................... 6


1. Pengertian Kesehatan Reproduksi........................................ 7
2. Tujuan Kesehatan Reproduksi.............................................. 8
3. Sasaran Kesehatan Reproduksi ........................................... 9
4. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi................................ 9
5. Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi 11
6. Indikator Permasalahan Kesehatan Reproduksi Wanita...... 12
7. Hak-Hak Reproduksi............................................................ 15
8. Ruang Lingkup Masalah Kesehatan Reproduksi................. 17

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................. 22
B. Saran............................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 23

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah
kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya
penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem
reproduksi dan fungsi-fungsinya serta proses-prosesnya Pada era globalisasi dan
modernisasi ini telah terjadi perubahan dankemajuan disegala aspek dalam
menghadapi perkembangan lingkungan,kesehatan dan kebersihan, dimana
masyarakat dituntut untuk selalu menjagakebersihan fisik dan organ atau alat
tubuh. Salah satu organ tubuh yang penting serta sensitif dan memerlukan
perawatan khusus adalah alat reproduksi. Pengetahuan dan perawatan yang baik
merupakan faktor penentu dalam memelihara kesehatan reproduksi.
Apabila alat reproduksi tidak dijaga kebersihannya maka akan menyebabkan
infeksi, yang pada akhirnya dapat menimbulkan penyakit. Pada diri seorang
wanita di masa reproduksi biasanya mengalami beberapa gejala psikologik yang
negatif atau gejala fisik. Sifat gejalanya bervariasi dan cenderung memburuk
ketika saat-saat menjelang dan selama terjadinya proses perdarahan haid pada
tubuhnya. Keadaan ini tidak selalu terjadi pada setiap siklus haidnya dan
intensitasnyapun tidak sama.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian kesehatan reproduksi?
2. Apa itu tujuan kesehatan reproduksi?
3. Apa itu sasaran kesehatan reproduksi ?
4. Apa itu Ruang lingkup kesehatan reproduksi ?
5. Apa yang dimaksud Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi?
6. Apa yang dimaksud Indikator kesehatan reproduksi wanita di Indonesia?

5
7. Apa itu Hak-hak reproduksi?
8. Apa itu Ruang lingkup masalah kesehatan reproduksi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kesehatan reproduksi
2. Untuk mengetahui tujuan kesehatan reproduksi
3. Untuk mengetahui sasaran kesehatan reproduksi
4. Untuk mengetahui Ruang lingkup kesehatan reproduksi
5. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi
6. Untuk mengetahui Indikator kesehatan reproduksi wanita di Indonesia
7. Untuk mengetahui Hak-hak reproduksi
8. Untuk mengetahui Ruang lingkup masalah kesehatan reproduksi

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Kesehatan Reproduksi


Konsep Pemikiran Tentang Kesehatan Reproduksi Wanita Pembangunan
kesehatan bertujuan untuk mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. Demi
tercapainya derajat kesehatan yang tinggi, maka wanita sebagai penerima
kesehatan, anggota keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan harus berperan
dalam keluarga, supaya anak tumbuh sehat sampai dewasa sebagai generasi
muda. Oleh sebab itu wanita, seyogyanya diberi perhatian sebab :
a. Wanita menghadapi masalah kesehatan khusus yang tidak dihadapi pria
berkaitan dengan fungsi reproduksinya
b. Kesehatan wanita secara langsung mempengaruhi kesehatan anak yang
dikandung dan dilahirkan.
c. Kesehatan wanita sering dilupakan dan ia hanya sebagai objek dengan
mengatas namakan “pembangunan” seperti program KB, dan pengendalian
jumlah penduduk.
d. Masalah kesehatan reproduksi wanita sudah menjadi agenda Intemasional
diantaranya Indonesia menyepakati hasil-hasil Konferensi mengenai
kesehatan reproduksi dan kependudukan (Beijing dan Kairo).
e. Masih adanya kebiasaaan tradisional yang merugikan baik bagi kesehatan
perempuan secara umum maupun bagi perempuan hamil.
f. Di berbagai dunia masih terjadi berbagai diskriminasi yang berdampak
negatif terhadap kesehatan dan hak reproduksi perempuan.
g. Adanya ketidaksetaraan bagi perempuan dalam akses pendidikan, pekerjaan,
pengambilan keputusan dan sumber daya yang tersedia.
b. Berdasarkan pemikiran di atas kesehatan wanita merupakan aspek paling
penting disebabkan pengaruhnya pada kesehatan anak-anak. Oleh sebab itu
pada wanita diberi kebebasan dalam menentukan hal yang paling baik

7
menurut dirinya sesuai dengan kebutuhannya di mana ia sendiri yang
memutuskan atas tubuhnya sendiri.

1. Pengertian Kesehatan Reproduksi


Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik,mental,dan sosial
secara utuh tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam suatu
yang berkaitan dengan system reproduksi, fungsi dan prosesnya (WHO).
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sempurna fisik, mental dan kesejahteraan
social dan tidak semata-mata ketiadaan penyakit atau kelemahan, dalam segala
hal yang berkaitan dengan system reproduksi dan fungsi serta proses (ICPD,
1994).
Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat mental, fisik dan
kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem
dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari
penyakit dan kecacatan serta dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, spiritual yang memiliki hubungan yang serasi, selaras dan
seimbang antara anggota keluarga dan antara keluarga dengan masyarakat dan
lingkungan (BKKBN,1996).
Kesehatan reproduksi adalah kemampuan seseorang untuk dapat
memanfaatkan alat reproduksi dengan mengukur kesuburannya dapat menjalani
kehamilannya dan persalinan serta aman mendapatkan bayi tanpa resiko apapun
(Well Health Mother Baby) dan selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam
batas normal (IBG. Manuaba, 1998). Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan
sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang
berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang pemikiran kesehatan
reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan bagaimana
seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum
dan sesudah menikah (Depkes RI, 2000).

8
2. Tujuan Kesehatan Reproduksi
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2014 Kesehatan Reproduksi yang
menjamin setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi yang
bermutu, aman dan dapat dipertanggung jawabkan, dimana peraturan ini juga
menjamin kesehatan perempuan dalam usia reproduksi sehingga mampu
melahirkan generasi yang sehat, berkualitas yang nantinya berdampak pada
penurunan Angka Kematian Ibu. Didalam memberikan pelayanan Kesehatan
Reproduksi ada dua tujuan yang akan dicapai, yaitu tujuan utama dan tujuan
khusus.
1. Tujuan Utama
Memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang komprehensif kepada
perempuan termasuk kehidupan seksual dan hak-hak reproduksi perempuan
sehingga dapat meningkatkan kemandirian perempuan dalam mengatur fungsi
dan proses reproduksinya yang pada akhirnya dapat membawa pada
peningkatan kualitas kehidupannya.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan fungsi
reproduksinya.
b. Meningkatnya hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam menentukan
kapan hamil, jumlah dan jarak kehamilan.
c. Meningkatnya peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap akibat dari
perilaku seksual dan fertilitasnya kepada kesehatan dan kesejahteraan
pasangan dan anak-anaknya.

Dukungan yang menunjang wanita untuk membuat keputusan yang berkaitan


dengan proses reproduksi, berupa pengadaan informasi dan pelayanan yang dapat
memenuhi kebutuhan untuk mencapai kesehatan reproduksi secara optimal.

9
Tujuan diatas ditunjang oleh undang-undang kesehatan No. 23/1992, bab II
pasal 3 yang menyatakan: “Penyelenggaraan upaya kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat”, dalam Bab III
Pasal 4 “Setiap orang menpunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat
kesehatan yang optimal.

3. Sasaran Kesehatan Reproduksi


Terdapat dua sasaran Kesehatan Reproduksi yang akan dijangkau dalam
memberikan pelayanan, yaitu sasaran utama dan sasaran antara.

1. Sasaran Utama. Laki-laki dan perempuan usia subur, remaja putra dan putri
yang belum menikah. Kelompok resiko: pekerja seks, masyarakat yang
termasuk keluarga prasejahtera. Komponen Kesehatan Reproduksi Remaja.

a. Seksualitas.

b. Beresiko/menderita HIV/AIDS.

c. Beresiko dan pengguna NAPZA.

2. Sasaran Antara Petugas kesehatan : Dokter Ahli, Dokter Umum, Bidan,


Perawat, Pemberi Layanan Berbasis Masyarakat.

a. Kader Kesehatan, Dukun.

b. Tokoh Masyarakat.

c. Tokoh Agama.

d. LSM.

4. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi

10
Ruang lingkup kesehatan reproduksi mencakup keseluruhan kehidupan manusia
sejak lahir sampai mati (life cycle approach) agar di peroleh sasaran yang pasti
dan komponen pelayanan yang jelas serta dilaksanakan secara terpadu dan
berkualitas dengan memperhatikan hak reproduksi perorangan dan bertumpu pada
program pelayanan yang tersedia.

1. Konsepsi Perlakuan sama antara janin laki-laki dan perempuan, Pelayanan


ANC, persalinan, nifas dan BBL yang aman.

2. Bayi dan Anak Pemberian ASI eksklusif dan penyapihan yang layak, an
pemberian makanan dengan gizi seimbang, Imunisasi, Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS) dan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM),
Pencegahan dan penanggulangan kekerasan pada anak, Pendidikan dan
kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang sama pada anak laki-laki dan
anak perempuan.

3. Remaja Pemberian Gizi seimbang, Informasi Kesehatan Reproduksi yang


adequate, Pencegahan kekerasan sosial, Mencegah ketergantungan NAPZA,
Perkawinan usia yang wajar, Pendidikan dan peningkatan keterampilan,
Peningkatan penghargaan diri,. Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan
ancaman.

4. Usia Subur Pemeliharaan Kehamilan dan pertolongan persalinan yang aman,


Pencegahan kecacatan dan kematian pada ibu dan bayi, Menggunakan
kontrasepsi untuk mengatur jarak kelahiran dan jumlah kehamilan, Pencegahan
terhadap PMS atau HIV/AIDS, Pelayanan kesehatan reproduksi yang
berkualitas, Pencegahan penanggulangan masalah aborsi, Deteksi dini kanker
payudara dan leher rahim, Pencegahan dan manajemen infertilitas.

5. Usia Lanjut Perhatian terhadap menopause/andropause, Perhatian terhadap


kemungkinan penyakit utama degeneratif termasuk rabun, gangguan

11
metabolisme tubuh, gangguan morbilitas dan osteoporosis, Deteksi dini kanker
rahim dan kanker prostat.

Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi secara “lebih luas“, meliputi:

a. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir.


b. Pencegahan dan penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) termasuk
PMS-HIV/AIDS.
c. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi
d. Kesehatan reproduksi remaja
e. Pencegahan dan penanganan infertilitas
f. Kanker pada usia lanjut dan osteoporosis
g. Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya kanker serviks, mutilasi
genital, fistula, dll.
Permasalahan kesehatan reproduksi remaja termasuk pada saat pertama anak
perempuan mengalami haid/menarche yang bisa berisiko anemia, perilaku seksual
yang mana bila kurang pengetahuan dapat tertular penyakit hubungan seksual,
termasuk HIV/AIDS.

5. Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi


Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi. Faktor-faktor
tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi empat golongan yang
dapat berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi, yaitu:

1. Faktor Demografis – Ekonomi


Faktor ekonomi dapat mempengaruhi Kesehatan Reproduksi yaitu
kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan tentang
perkembangan seksual dan proses reproduksi, usia pertama melakukan

12
hubungan seksual, usia pertama menikah, usia pertama hamil. Sedangkan
faktor demografi yang dapat mempengaruhi Kesehatan Reproduksi adalah
akses terhadap pelayanan kesehatan, rasio remaja tidak sekolah , lokasi/tempat
tinggal yang terpencil.
2. Faktor Budaya dan Lingkungan
Faktor budaya dan lingkungan yang mempengaruhi praktek tradisional
yang berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak
banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan
anak dan remaja karena saling berlawanan satu dengan yang lain, pandangan
agama, status perempuan, ketidaksetaraan gender, lingkungan tempat tinggal
dan cara bersosialisasi, persepsi masyarakat tentang fungsi, hak dan tanggung
jawab reproduksi individu, serta dukungan atau komitmen politik.

3. Faktor Psikologis
Sebagai contoh rasa rendah diri (“low self esteem“), tekanan teman
sebaya (“peerpressure“), tindak kekerasan dirumah/ lingkungan terdekat dan
dampak adanya keretakan orang tua dan remaja, depresi karena ketidak
seimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita terhadap pria yang membeli
kebebasan secara materi.

4. Faktor Biologis
Faktor biologis mencakup ketidak sempurnaaan organ reproduksi atau
cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular
seksual, keadaan gizi buruk kronis, anemia, radang panggul atau adanya
keganasan pada alat reproduksi. Dari semua faktor yang mempengaruhi
kesehatan reproduksi diatas dapat memberikan dampak buruk terhadap
kesehatan perempuan, oleh karena itu perlu adanya penanganan yang baik,
dengan harapan semua perempuan mendapatkan hak-hak reproduksinya dan
menjadikan kehidupan reproduksi menjadi lebih berkualitas.

13
6. Indikator Permasalahan Kesehatan Reproduksi Wanita.
Dalam pengertian kesehatan reproduksi secara lebih mendalam, bukan
semata-mata sebagai pengertian klinis (kedokteran) saja tetapi juga mencakup
pengertian sosial (masyarakat). Intinya goal kesehatan secara menyeluruh bahwa
kualitas hidupnya sangat baik. Namun, kondisi sosial dan ekonomi terutama di
negara-negara berkembang yang kualitas hidup dan kemiskinan memburuk,
secara tidak langsung memperburuk pula kesehatan reproduksi wanita.
Indikator-indikator permasalahan kesehatan reproduksi wanita di Indonesia
antara lain:
1. Gender, adalah peran masing-masing pria dan wanita berdasarkan jenis
kelamin menurut budaya yang berbeda-beda. Jender sebagai suatu kontruksi
sosial mempengaruhi tingkat kesehatan, dan karena peran jender berbeda
dalam konteks cross cultural berarti tingkat kesehatan wanita juga berbeda-
beda.
2. Kemiskinan, antara lain mengakibatkan makanan yang tidak cukup atau
makanan yang kurang gizi, persediaan air yang kurang, sanitasi yang jelek dan
perumahan yang tidak layak dan tidak mendapatkan pelayanan yang baik.
3. Pendidikan yang rendah.
Kemiskinan mempengaruhi kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
Kesempatan untuk sekolah tidak sama untuk semua tetapi tergantung dari
kemampuan membiayai. Dalam situasi kesulitan biaya biasanya anak laki-laki
lebih diutamakan karena laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah utama
dalam keluarga. Dalam hal ini bukan indikator kemiskinan saja yang
berpengaruh tetapi juga jender berpengaruh pula terhadap pendidikan. Tingkat
pendidikan ini mempengaruhi tingkat kesehatan. Orang yang berpendidikan
biasanya mempunyai pengertian yang lebih besar terhadap masalah-masalah
kesehatan dan pencegahannya. Minimal dengan mempunyai pendidikan yang

14
memadai seseorang dapat mencari uang, merawat diri sendiri, dan ikut serta
dalam mengambil keputusan dalam keluarga dan masyarakat.
4. Kawin muda
Di negara berkembang termasuk Indonesia kawin muda pada Wanita
masih banyak terjadi (biasanya di bawah usia 18 tahun). Hal ini Banyak
kebudayaan yang menganggap kalau belum menikah di usia tertentu dianggap
tidak laku. Ada juga karena faktor kemiskinan, Orang tua cepat-cepat
mengawinkan anaknya agar lepas tanggung Jawabnya dan diserahkan anak
wanita tersebut kepada suaminya. Ini Berarti wanita muda hamil mempunyai
resiko tinggi pada saat Persalinan. Di samping itu resiko tingkat kematian dua
kali lebih besar Dari wanita yang menikah di usia 20 tahunan. Dampak lain,
mereka Putus sekolah, pada akhirnya akan bergantung kepada suami baik
Dalam ekonomi dan pengambilan keputusan.
5. Kekurangan gizi dan Kesehatan yang buruk.
Menurut WHO di negara berkembang terrnasuk Indonesia Diperkirakan
450 juta wanita tumbuh tidak sempurna karena kurang Gizi pada masa kanak-
kanak, akibat kemiskinan. Jika pun berkecukupan, budaya menentukan bahwa
suami dan anak laki-laki Mendapat porsi yang banyak dan terbaik dan terakhir
sang ibu Memakan sisa yang ada. Wanita sejak ia mengalami menstruasi akan
membutuhkan gizi yang lebih banyak dari pria untuk mengganti darah yang
keluar. Zat yang sangat dibutuhkan adalah zat besi yaitu 3 kali lebih besar dari
kebutuhan pria. Di samping itu wanita juga membutuhkan zat yodium lebih
banyak dari pria, kekurangan zat ini akan menyebabkan gondok yang
membahayakan perkembangan janin baik fisik maupun mental. Wanita juga
sangat rawan terhadap beberapa penyakit, termasuk penyakit menular seksual,
karena pekerjaan mereka atau tubuh mereka yang berbeda dengan pria. Salah
satu situasi yang rawan adalah, pekerjaan wanita yang selalu berhubungan
dengan air, misalnya mencuci, memasak, dan sebagainya. Seperti diketahui air
adalah media yang cukup berbahaya dalam penularan bakteri penyakit.

15
6. Beban Kerja yang berat.
Wanita bekerja jauh lebih lama dari pada pria, berbagai Penelitian yang
telah dilakukan di seluruh dunia rata-rata wanita bekerja 3 jam lebih lama.
Akibatnya wanita mempunyai sedikit waktu istirahat, lebih lanjut terjadinya
kelelahan kronis, stress, dan sebagainya. Kesehatan wanita tidak hanya
dipengaruhi oleh waktu kerja, tetapi juga jenis pekerjaan yang berat, kotor dan
monoton bahkan membahayakan. Di India banyak kasus keguguran atau
kelahiran sebelum waktunya pada musim panen karena wanita terus-terusan
bekerja keras. Di bidang pertanian baik pria maupun wanita dapat terserang
efek dari zat kimia (peptisida), tetapi akan lebih berbahaya jika wanita dalam
keadaan hamil, karena akan berpengaruh terhadap janin dalam kandungannya.
Resiko-resiko yang harus dialami bila wanita bekerja di industri-industri
misalnya panas yang berlebihlebihan, berisik, dan cahaya yang menyilaukan,
bahan kimia, Atau radiasi.
Peran jender yang menganggap status wanita yang rendah berakumulasi
dengan indikator-indikator lain seperti kemiskinan, pendidikan, kawin muda
dan beban kerja yang berat mengakibatkan waniita juga kekurangan waktu,
informasi, untuk memperhatikan Kesehatan reproduksinya.

7. Hak Reproduksi
Yang termasuk di dalam hak reproduksi adalah:
a. Hak semua pasangan dan individual untuk memutuskan dan bertanggung
jawab terhadap jumlah, jeda dan waktu untuk mempunyai anak serta hak
atas informasi yang berkaitan dengan hal tersebut;
b. Hak untuk mendapatkan kehidupan seksual dan kesehatan reproduksi
yang terbaik serta hak untuk mendapatkan pelayanan dan informasi agar
hal tersebut dapat terwujud; dan
c. Hak untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan reproduksi yang
bebas dari diskriminasi, pemaksaan dan kekerasan.

16
Hak-hak reproduksi merupakan hak asasi manusia. Baik ICPD 1994 di
Kairo maupun FWCW 1995 di Beijing mengakui hak-hak reproduksi sebagai
bagian yang tak terpisahkan dan mendasar dari kesehatan reproduksi dan
seksual.

Piagam IPPF/PKBI Tentang Hak-hak reproduksi dan Seksual:


a. Hak untuk hidup
b. Hak mendapatkan kebebasan dan keamanan
c. Hak atas kesetaraan dan terbebas dari segala bentuk diskriminasi
d. Hak privasi
e. Hak kebebasan berpikir
f. Hak atas informasi dan edukasi
g. Hak memilih untuk menikah atau tidak serta untuk membentuk dan
merencanakan sebuah keluarga
h. Hak untuk memutuskan apakah ingin dan kapan punya anak
i. Hak atas pelayanan dan proteksi kesehatan
j. Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan
k. Hak atas kebebasan berserikat dan berpartisipasi dalam arena politik
l. Hak untuk terbebas dari kesakitan dan kesalahan pengobatan

Bagaimana Hak Reproduksi dapat Terjamin

a. Pemerintah, lembaga donor dan masyarakat harus mengambil


langkahlangkah yang tepat untuk menjamin semua pasangan dan individu
yang menginginkan pelayanan kesehatan reproduksi dan kesehatan
seksualnya terpenuhi;
b. Hukum-hukum dan kebijakan-kebijakan harus dibuat dan dijalankan
untuk mencegah diskriminasi, pemaksaan dan kekerasan yang
berhubungan dengan sekualitas dan masalah reproduksi; dan

17
c. Perempuan dan laki-laki harus bekerja sama untuk mengetahui haknya,
mendorong agar pemerintah dapat melindungi hak-hak ini serta
membangun dukungan atas hak-hak tersebut melalui pendidikan dan
advokasi.
d. Konsep-konsep kesehatan reproduksi dan uraian hak-hak perempuan ini
diambil dari hasil kerja International Women’s Health Advocates
Worldwide.
e. Pelayanan kesehatan reproduksi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
perempuan sebagaimana mereka inginkan, serta mengetahui bahwa
kebutuhan-kebutuhan ini sangat beragam dan saling terkait satu dengan
yang lain. Hak Reproduksi maupun akses untuk mendapatkan Pelayanan
Kesehatan Reproduksi adalah penting, sehingga perempuan dapat:
f. Mempunyai pengalaman dalam kehidupan seksual yang sehat, terbebas
dari penyakit, kekerasan, ketidakmampuan, ketakutan, kesakitan, atau
kematian yang berhubungan dengan reproduksi dan seksualitas
g. Mengatur kehamilannya secara aman dan efektif sesuai dengan
keinginannya, menghentikan kehamilan yang tidak diinginkan, dan
menjaga kehamilan sampai waktu persalinan
h. Mendorong dan membesarkan anak-anak yang sehat seperti juga ketika
mereka menginginkan kesehatan bagi dirinya sendiri.

8. Ruang Lingkup Masalah Kesehatan Reproduksi


Isu-isu yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi kadang merupakan
isu yang pelik dan sensitif, seperti hak-hak reproduksi, kesehatan seksual,
penyakit menular seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS, kebutuhan khusus
remaja, dan perluasan jangkauan pelayanan kelapisan masyarakat kurang
manpu atau meraka yang tersisih. Karena proses reproduksi nyatanya terjadi
terjadi melalui hubungan seksual, defenisi kesehatan reproduksi mencakup
kesehatan seksual yang mengarah pada peningkatan kualitas hidup dan

18
hubungan antar individu, jadi bukan hanya konseling dan pelayanan untuk
proses reproduksi dan PMS.
Dalam wawasan pengembagan kemanusiaan. Merumuskan pelayanan
kesehatan reproduksi yang sangat penting mengingat dampaknya juga terasa
pada kualitas hidup generasi berikutnya. Sejauh mana seseorang
dapatmenjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara aman dan sehat
sesungguhnya tercermin dari kondisi kesehatan selama siklus kehidupannya,
mulai dari saat konsepsi, masa anak, remaja, dewasa, hingga masa pasca usia
reproduksi.
Menurut program kerja WHO ke IX (1996-2001), masalah kesehatan
reproduksi ditinjau dari pendekatan siklus kehidupan keluarga,
meliputi:
a. Praktek tradisional yang berakibat buruk semasa anak-anak (seperti
mutilasi, genital, deskriminasi nilai anak, dsb); Dibahas dalam pertemuan
ICPD ( International conference on population and development) di Kairo
bahwa kebiasaan ini meningkatkan kerentanan anak perempuan terhadap
hak azasi manusia karena:
1) Sunat perempuan dilakukan terhadap anak perempuan yang tidak
bisa memberikan informed consent.
2) Ada kebiasaan di lingkungan budaya tertentu, di mana sunat
perempuan mengarah kepada genital mutilation, dan bisa berdampak
negatif pada kesehatan perempuan.
b. Masalah kesehatan reproduksi remaja (kemungkinan besar dimulai sejak
masa kanak-kanak yang seringkali muncul dalam bentuk kehamilan
remaja, kekerasan/pelecehan seksual dan tindakan seksual yang tidak
aman);
c. Tidak terpenuhinya kebutuhan ber-KB, biasanya terkait dengan isu aborsi
tidak aman;

19
d. Mortalitas dan morbiditas ibu dan anak (sebagai kesatuan) selama
kehamilan, persalian dan masa nifas, yang diikuti dengan malnutrisi,
anemia, berat bayi lahir rendah;
e. Infeksi saluran reproduksi, yang berkaitan dengan penyakit menular
seksual;
f. Kemandulan, yang berkaitan erat dengan infeksi saluran reproduksi dan
penyakit menular seksual;
g. Sindrom pre dan post menopause dan peningkatan resiko kanker organ
reproduksi;
h. Kekurangan hormon yang menyebabkan osteoporosis dan masalah
ketuaan lainnya.

Masalah kesehatan reproduksi mencakup area yang jauh lebih luas, dimana
masalah tersebut dapat kita kelompokkan sebagai berikut:

Masalah reproduksi

a. Kesehatan, morbiditas (gangguan kesehatan) dan kematian peremp uan


yang berkaitan denga kehamilan. Termasuk didalamnya juga maslah gizi
dan anemia dikalangan perempuan, penyebab serta komplikasi dari
kehamilan, masalah kemandulan dan ketidaksuburan; Peranan atau
kendali sosial budaya terhadap masalah reproduksi. Maksudnya
bagaimana pandan gan masyarakat terhadap kesuburan dan kemandulan,
nilai anak dan keluarga, sikap masyarakat terhadap perempuan hamil;
b. Intervensi pemerintah dan negara terhadap masalah reproduksi. Misalnya
program KB, undang-undang yang berkaitan dengan masalah genetik, dan
lain sebagainya;
c. Tersedianya pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana,
serta terjangkaunya secara ekonomi oleh kelompok perempuan dan anak-
anak;

20
d. Kesehatan bayi dan anak-anak terutama bayi dibawah umur lima tahun;
e. Dampak pembangunan ekonomi, industrialisasi dan perubahan
lingkungan terhadap kesehatan reproduksi.

Masalah gender dan seksualitas

a. Pengaturan negara terhadap masalah seksualitas. Maksudnya adalah


peraturan dan kebijakan negara mengenai pornografi, pelacuran dan
pendidikan seksualitas;
b. Pengendalian sosio -budaya terhadap masalah seksualitas, bagaimana
normanorma.
c. sosial yang berlaku tentang perilaku seks, homoseks, poligami, dan
perceraian;
d. Seksualitas dikalangan remaja;
e. Status dan peran perempuan;
f. Perlindungan terhadap perempuan pekerja.

Masalah kekerasan dan perkosaan terhadap perempuan

a. Kencenderungan penggunaan kekerasan secara sengaja kepada


perempuan, perkosaan, serta dampaknya terhadap korban;
b. Norma sosial mengenai kekerasan dalam rumah tangga, serta mengenai
berbagai tindak kekerasan terhadap perempuan;
c. Sikap masyarakat mengenai kekerasan perkosaan terhadap pelacur;
d. Berbagai langkah untuk mengatasi masalah- masalah tersebut.

Masalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual

a. Masalah penyakit menular seksual yang lama, seperti sifilis, dan


gonorhea;
b. Masalah penyakit menular seksual yang relatif baru seperti chlamydia,
dan herpes;

21
c. Masalah HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acguired
immunodeficiency Syndrome);
d. Dampak sosial dan ekonomi dari penyakit menular seksual;
e. Kebijakan dan progarm pemerintah dalam mengatasi maslah tersebut
(termasuk penyediaan pelayanan kesehatan bagi pelacur/pekerja seks
komersial);
f. Sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual.

Masalah pelacuran

a. Demografi pekerja seksual komersial atau pelacuran;


b. Faktor-faktor yang mendorong pelacuran dan sikap masyarakat
terhadapnnya;
c. Dampaknya terhadap kesehatan reproduksi, baik bagi pelacur itu sendiri
maupun bagi konsumennya dan keluarganya

Masalah sekitar teknologi

a. Teknologi reproduksi dengan bantuan (inseminasi buatan dan bayi


tabung);
b. Pemilihan bayi berdasarkan jenis kelamin (gender fetal screening);
c. Pelapisan genetik (genetic screening);
d. Keterjangkauan dan kesamaan kesempatan; 5. Etika dan hukum yang
berkaitan dengan masalah teknologi reproduksi ini.

22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep reproduksi sangatlah penting untuk diketaahui oleh para perempuan
bakat calon ibu ataupun laki-lak calon bapak. Oleh karena itu berdasarkan uraian
di atas dapat penulis simpulkan bahwa. Kesehatan reproduksi adalah keadaan
kesejahteraan fisk, mental dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya
penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem
reproduksi dan fungsi - fungsi sera proses-prosesnya.
Hak reproduksi adalah bagian dari hak asasi yang meliputi hak setiap
pasangan dan individual untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab
jumlah, jarak dan waktu kelahiran anak, serta untuk memiliki informasi dan cara
untuk melakukannya.

B. Saran
Untuk wawasan dan pengetahuan kesehatan reproduksi sangatlah penting untu
bisa dikuasai dan dimiliki oleh para peremuan dan lakilaki yang berumah tangga,
supaya kesejahteraan dan kesehatan bisa tercapai dengan sempurna.

23
DAFTAR PUSTAKA

Hidayati E. 2017. Buku Ajar Kesehatan perempuan dan Perencanaan Keluarga.


Edisi I. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammdiyah
Jakarta.
Manuaba, IBG, 2010. Ilmu Kebidanan, Kandungan dan KB Bagi Bidan. Jakarta:
EGC.
Prijatni I, Rahayu S. 2016. Modul bahan Ajar Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana. Jakarta: BPPSDM Kemenkes RI.
Saifudin, AB. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: YBSP.
WHO. 2015. Medical eligiblilty criteria for contraceptive use. Ed 5:WHO

24

Anda mungkin juga menyukai