1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia, dan
hidayah-Nya sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan
dari berbagai pihak, baik yang berupa saran, kritik, bimbingan maupun bantuan
lainnya. Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
teman-teman yang telah membantu dalam mengerjakan makalah ini. Semoga Allah
SWT senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang
telah membantu dan memberikan motivasi serta bimbingannya.
Demikian penulisan makalah ini, penulis menyadari banyak keterbatasan dan
kekurangan ada di dalamnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun demi peningkatan wawasan kami dalam memberikan penulisan
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat pada semua pihak.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER.....................................................................................................1
KATA PENGANTAR..............................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................4
C. Tujuan..........................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
1. Infertilitas..................................................................................5
2. Seksual transmitied deseases (STD) dan (PMS)......................6
3. Gangguan haid...........................................................................9
4. Sindroma pramenstruas............................................................11
5. Pelvic inflamatry deseases (PID).............................................13
6. Unwanted pregnancy dan aortion............................................26
7. Hormone replacement therapy (HRT)......................................34
8. Pubertas precox.........................................................................38
9. Pubertas yang terlambat............................................................40
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................45
3
BAB I
A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera secara fisik, mental,
dan sosial secara utuh dan tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan
dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi.
World health organization (who) dalam nikmah menyatakan bahwa masalah
kesehatan reproduksi wanita yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total
beban penyakit yang menyerang para wanita di seluruh dunia. Salah satu
masalah kesehatan reproduksi yang sejak lama menjadi persoalan bagi wanita
adalah masalah keputihan.
Keputihan atau yang disebut juga dengan istilah white discharge atau
vaginal discharge, atau leukore atau flour albus. Keputihan adalah keluarnya
cairan selain darah dari liang vagina yang dapat menyebabkan rasa gatal di area
kewanitaan. Keputihan ada yang bersifat fisiologis dan patologis. Keputihan
bersifat fisiologis yaitu keputihan yang timbul akibat proses alami dalam tubuh.
Keputihan bersifat patologis yaitu keputihan yang timbul karena infeksi dari
jamur, bakteri dan virus. Keputihan patologis merupakan tanda dari adanya
kelainan alat repoduksi sehingga jumlah, warna, dan baunya perlu diperhatikan.
Keputihan patologis yang tidak tertangani dengan baik dan dialami dalam waktu
yang lama akan berdampak pada terjadinya infeksi saluran reproduksi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Infertilitas
Infertilitas atau ketidaksuburan di definisikan sebagai kegagalan pasangan
untuk mendapatkan kehamilan setelah melakukan hubungan seksual
secara teratur selama dua belas bulan atau lebih tanpa memakai alat
kontrasepsi. Infertilitas dibedakan menjadi dua bagian yaitu infertilitas
primer dan infertilitas sekunder. Infertilitas primer adalah pasangan
suami istri yang belum pernah mengalami kehamilan, sementara
infertilitas sekunder adalah pasangan suami istri gagal untuk memperoleh
kehamilan setelah satu tahun paska persalinan atau paska abortus tanpa
menggunakan kontrasepsi apapun. Penyebab yang sering menjadi pemicu
infertilitas adalah genetik, usia tua, penyakit kronis, infeksi, dan gaya
hidup (meliputi merokok, konsumsi alkohol berlebih), dan paparan
terhadap lingkungan yang berbahaya.
Penanganan Infertilitas
Inseminsi Buatan
5
Fertilisasi In Vitro (FIV)
6
1. Sifilis
Silifis adalah penyakit seksual yang disebabkan oleh infeksi
bakteri treponema pallidum. Penyakit ini mempunyai gejala seperti
munculnya luka pada alat kelamin atau mulut. Luka ini pada umumnya
akan bertahan antara 1-2,5 bulan dengan tidak ada rasa sakit, tetapi
mudah ditularkan. Segera tangani sifilis, karena jika tidak infeksinya
akan berlanjut ke tahap berikutnya yang mirip dengan gejala flu,
kerontokan rambut, hingga pitak. Jika dibiarkan, maka sifilis bisa
menyebabkan kelumpuhan, kebutaan, impotensi dan bahkan terkena
masalah pendengaran serta hilangnya nyawa seseorang.
2. Gonore
Gonore merupakan penyakit seksual yang disebabkan oleh
bakteri neisseria gonorrhoeae. Gonore biasa dikenal dengan kencing
nanah karena menyebabkan keluarnya cairan saat buang air kecil yang
menyebabkan rasa nyeri pada penis atau vagina.
3. Klamidia
Klamidia adalah penyakit seksual menular yang paling umum terjadi.
Gejalanya memang tidak akan terasa dan biasanya disebabkan
oleh clamidia trachomatis. Namun, klamidia tetap harus diwaspadai
karena penularannya bisa terjadi tanpa disadari oleh orang yang
terinfeksi.
4. Kutil Kelamin
Kutil kelamin merupakan salah satu penyakit menular seksual yang
disebabkan oleh virus human papilomavirus di sekitar alat kelamin.
Penyakit ini tidak menimbulkan rasa sakit tetapi biasanya akan muncul
rasa gatal dan memerah.
5. HIV
HIV adalah virus human immunodeficiency yang tersebar melalui
cairan tubuh dan menyerang sistem kekebalan tubuh. HIV di awal
penyebarannya tidak akan menujukkan gejala, karena virus akan “tidur”
sementara waktu menunggu sistem imun melemah dan dapat berkembang
menjadi AIDS yang sangat mematikan.
7
B. Faktor Risiko Penyakit Menular Seksual (PMS)
Berhubungan intim secara oral, vaginal, ataupun anal yang tidak
aman merupakan faktor utama penyakit kelamin. Selain itu, berhubungan
intim dengan lebih dari satu pasangan dapat meningkatkan resiko terkena
penyakit menular seksual. Penyebaran penyakit pun bisa melalui benda,
tanpa hubungan intim, seperti berbagi alat suntik, jarum, maupun melalui
transfusi darah.
C. Penyebab Penyakit Menular Seksual (PMS)
Penyakit menular seksual disebabkan oleh beberapa virus dan
bakteri yang menyebar melalui cairan tubuh seperti treponema
pallidum (sifilis), neisseria gonorrhoeae (gonore), clamidia
trachomatis (klamidia), human papilomavirus (kutil kelamin), human
immunodeficiency virus (HIV).
D. Gejala Penyakit Menular Seksual (PMS)
Pada awalnya, sebagian gejala penyakit menular seksual mungkin
tidak diketahui. Meski begitu, terdapat beberapa gejala yang perlu
diwaspadai, di antaranya:
1. Mengalami perubahan pada urine.
2. Rasa nyeri selama berhubungan seks.
3. Kutil atau memar.
4. Sakit panggul atau perut bagian bawah.
5. Miss V terasa panas atau gatal.
6. Keputihan abnormal atau perdarahan vaginal.
7. Buang air kecil terasa menyakitkan atau panas.
E. Diagnosis Penyakit Menular Seksual (PMS)
Penyakit menular seksual dapat didiagnosis dengan melakukan tes
laboratorium seperti tes darah untuk mengetahui terdapat virus HIV atau
tidak, mengambil contoh urine karena sebagian PMS dapat diketahui dari
urine, atau mengambil contoh cairan dari luka genital terbuka untuk
mendiagnosis jenis infeksi.
F. Komplikasi Penyakit Menular Seksual (PMS)
Karena pada tahap awal terkena penyakit menular seksual tidak
mengalami gejala dapat menyebabkan komplikasi termasuk:
8
1. Nyeri panggul.
2. Komplikasi kehamilan.
3. Peradangan mata.
4. Radang sendi.
5. Penyakit radang panggul.
6. Infertilitas.
7. Penyakit jantung.
8. Kangker servik.
9. Kangker dubur.
G. Pengobatan Penyakit Menular Seksual (PMS)
Biasanya, dokter akan menyarankan dua jenis pengobatan saat
telah terdiagnosis penyakit menular seksual. Di antaranya adalah
pengobatan menggunakan antibiotik dan konsumsin obat anti
virus. Antibiotik berfungsi untuk menyembuhkan infeksi menular seksual
karena bakteri dan parasit, termasuk gonore, sifilis, klamidia, dan
trichomoniasis. Sementara itu, mengonsumsi obat antivirus setiap hari
mampu mengurangi risiko infeksi.
H. Pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS)
Mencegah penularan penyakit ini dapat dilakukan dengan cara:
1. Hindari melakukan hubungan seksual dengan lebih dari satu orang.
2. Rutin menjaga kebersihan vagina.
3. Selalu gunakan alat pengaman.
4. Vaksinasi.
3. Gangguan Haid
Gangguan haid dan siklusnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan dalam:
Gangguan Siklus Haid
a. Polimenorea
Siklus haid lebih pendek dari normal, yaitu kurang dari 21 hari,
perdarahan kurang lebih sama atau lebih banyak daripada haid normal.
Penyebabnya adalah gangguan hormonal, kongesti ovarium karena
peradangan, endometriosis, dan lai-lain.Pada gangguan hormonal terjadi
gangguan ovulasi yang menyebabkan pendeknya masa luteal. Diagnosis
9
dan pengobatan membutuhkan pemeriksaan hormonal dan laboratorium
lain.
b. Oligomenorea
Siklus haid lebih panjang dari normal, yaitu lebih dari 35 hari,
dengan perdarahan yang lebih sedikit. Umumnya pada kasus ini
kesehatan penderita tidak terganggu dan fertilitas cukup baik.
c. Amenorea
Keadaan dimana tidak adanya haid selama minimal 3 bulan
berturut-turut.Amenorea dibagi menjadi 2, yaitu amenorea primer dan
sekunder.Amenorea primer ialah kondisi dimana seorang perempuan
berumur 18 tahun atau lebih tidak pernah haid, umumnya dihubungkan
dengan kelainan-kelainan kongenital dan genetik.Amenorea sekunder
adalah kondisi dimana seorang pernah mendapatkan haid, tetapi
kemudian tidak mendapatkan haid, biasanya merujuk pada gangguan gizi,
gangguan metabolisme, tumor, penyakit infeksi, dan lain-lain. Ada pula
amenorea fisiologis yaitu masa sebelum pubertas, masa kehamilan, masa
laktasi, dan setelah menopause.
Gangguan volume dan lama haid:
1) Hipermenorea (menoragia)
Merupakan perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau
lebih lama dari 8 hari.Penyebab kelainan ini terdapat pada kondisi dalam
uterus.Biasanya dihubungkan dengan adanya mioma uteri dengan
permukaan endometrium yang lebih luas dan gangguan kontraktilitas,
polip endometrium, gangguan peluruhan endometrium, dan sebagainya.
Terapi kelainan ini ialah terapi pada penyebab utama.
2) Hipomenorea
Merupakan perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih
sedikit dari normal.Penyebabnya adalah terdapat pada konstitusi
penderita, kondisi uterus, gangguan endokrin, dan lain-lain.Terapi
hipomenorea adalah bersifat psikologis untuk menenangkan penderita,
kecuali bila sudah didapatkan penyebab nyata lainnya. Kondisi ini tidak
memperngaruhi fertilitas.
10
4. Gangguan lain terkait haid (Sindroma Pramenstruas)
1) Dismenorea
Dismenorea adalah gangguan ginekologik berupa nyeri saat
menstruasi, yang umumnya berupa kram dan terpusat di bagian perut
bawah. Rasa kram ini seringkali disertai dengan nyeri punggung bawah,
mual muntah, sakit kepala atau diare. Istilah dismenorea hanya dipakai
jika nyeri terjadi demikian hebatnya, oleh karena hampir semua wanita
mengalami rasa tidak enak di perut bagian bawah sebelum dan selama
haid. Dikatatakan demikian apabila nyeri yang terjadi ini memaksa
penderita untuk beristirahat dan meninggalkan aktivitasnya untuk
beberapa jam atau hari.a. Pengertian
Dismenorea dibagi menjadi dua yaitu:
1. Dismenorea primer
Merupakan nyeri menstruasi yang diasosiasikan dengan siklus
ovulasi dan merupakan hasil dari kontraksi miometrium tanpa
teridentifikasinya kelainan patologik.Dismenorea primer umumnya
terjadi 12-24 bulan setelah menarche, ketika siklus ovulasi sudah
terbentuk
2. Dismenorea sekunder
Merujuk pada nyeri saat menstruasi yang diasosiasikan dengan
kelainan pelvis, seperti endometriosis, adenomiosis, mioma uterina dan
lainnya. Oleh karena itu, dismenorea sekunder umumnya berhubungan
dengan gejala ginekologik lain seperti disuria, dispareunia, perdarahan
abnormal atau infertilitas.
Terapi/Cara Penanganannya:
Beberapa terapi yang dapat diberikan pada penderita:
1. Penerangan dan nasihat
Perlu dijelaskan bahwa dismenorea adalah gangguan yang tidak
berbahaya bagi kesehatan dan diberi nasihat mengenai makanan yang
sehat, istirahat yang cukup serta olahraga.
2. NSAID
11
Merupakan pilihan utama pada remaja dan dewasa perempuan
yang mengalami dismenorea primer.Berbagai studi menyebutkan
efektivitas NSAID pada 70%-90% penderita. Beberapa contoh NSAID
yang dapat dipilih adalah derivat asam propinat(seperti naproxen dan
ibuprofen) dan golongan fenamat(seperti asam mefenamat dan
meklofenamat), semuanya sangat efektif. Efikasi NSAID berasal dari
kemampuannya dalam menurunkan produksi prostaglandin endometrium
dan menurunkan aliran menstruasi. Golongan fenamat juga memblok aksi
prostaglandin.3,17 Terapi NSAID dapat dimulai saat onset menstruasi
dan dilanjutkan selama durasi nyeri.Perempuan dengan dismenorea berat
dapat memulai terapi 1-2 hari sebelum menstruasi.NSAID perlu
dikonsumsi dengan makanan untuk mencegah efek pada saluran
pencernaan. Derivat asam proprionat adalah pilihan yang baik karena
terjangkau dan dapat dibeli tanpa resep dokter.
3. Analgesik
Dapat diberikan sebagai terapi simptomatik, seperti kombinasi
aspirin, fenasetin, dan kafein.
4. Terapi hormonal
Terapi hormonal berupa kontrasepsi oral juga efektif pada
dismenorea dan dapat menjadi pilihan pertama pada perempuan yang
aktif secara seksual yang membutuhkan kontrasepsi, intolerasi terhadap
NSAID dan tidak berkurang nyerinya pada terapi NSAID. Efikasi
kontrasepsi oral didapat dari kerjanya menginhibisi ovulasi, menurunkan
produksi prostaglandin endometrium dan menurunkan volume dan durasi
menstruasi.
5. Kompres hangat pada perut bawah
Kompres hangat selama beberapa jam dapat mengurangi nyeri.
Pada penderita dengan terapi NSAID dan atau terapi hormonal yang tidak
berkurang nyerinya serta mengalami nyeri berulang dan nyeri yang lebih
berat perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, seperti laparoskopi untuk
memeriksa kemungkinan terjadinya dismenorea sekunder. Terapi
dismenorea sekunder adalah terapi sesuai dengan kelainan penyebabnya.
Pre Menstrual Syndrome/Tension
a. Pengertian
12
Merupakan kumpulan keluhan yang umumnya dimulai datu
minggu hingga beberapa hari sebelum mulainya haid dan menghilang
sesudah haid mulai, meskipun terkadang berlangsung sampai selesai
haid.Keluhan yang sering muncul umumnya berupa iritabilitas, gelisah,
insomnia, nyeri kepala, perut kembung, mual, pembesaran dan rasa nyeri
payudara, dan lain-lain. Keluhan pada kasus berat dapat meliputi depresi,
rasa takut, gangguan konsentrasi, dan lain-lain.
b. Etiologi
Penyebabnya belum diketahui dengan jelas, tetapi salah satu
faktor yang berpengaruh adalah ketidakseimbangan antara estrogen dan
progesteron yang mengakibatkan retensi cairan dan natrium, penambahan
berat badan, serta terkadang edema.Faktor kejiwaan serta masalah-
masalah sosial juga berpengaruh. Perempuan yang mudah mengalami
premenstrual syndrome ini adalah perempuan yang lebih peka terhadap
perubahan hormonal dalam siklus haid dan faktorfaktor psikologis.
c. Penanganan
Pembatasan konsumsi garam dan pengurangan minum selama 7-
10 hari sebelum haid serta pemberian diuretik dapat dilakukan untuk
mengurangi retensi cairan dan natrium.Progesteron sintetik dosis kecil
dapat diberikan untuk mengimbangi kelebihan relatif estrogen. Terapi
psikologis juga dapat diberikan pada penderita.
5. Pelvic Inflamantry Deseases (PID)
a. Definisi
Penyakit Radang Panggul (PID: Pelvic Inflammatory Disease)
adalah infeksi pada alat genital atas. Proses penyakitnya dapat
meliputi endometrium, tubafalopi, ovarium, miometrium, parametria,
dan peritonium panggul. PID adalah infeksi yang paling peting dan
merupakan komplikasi infeksi menular seksual yang paling biasa.
(Sarwono,2011; h.227)
Pelvic Inflamatory Disease adalah suatu kumpulan radang
pada saluran genital bagian atas oleh berbagai organisme, yang dapat
menyerang endometrium, tuba fallopi, ovarium maupun miometrium
13
secara perkontinuitatum maupun secara hematogen ataupun sebagai
akibat hubungan seksual. (Yani,2009;h.45)
14
wanita menderita penyakit radang panggul. Bakteri penyebab
tersering adalah N. Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang
menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan sehingga
menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina
menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman
penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya
infeksi karena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan
berkurangnya pertahanan dari rahim, serta menyediakan medium
yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).
15
sedangkan 15% di sebabkan karena luka pada mukosa misalnya
AKDR atau kuretase
Resiko juga meningkat berkaitan dengan jumlah pasangan
seksual. Wanita dengan lebih banyak dari 10 pasangan seksual
cenderung memiliki pningkatan resiko sebesar 3 kali lipat.
17
Gambar patofisilogi radang panggul
Faktor resiko meningkat pada wanita dengan pasangan seksual
multiple , punya riwayat penyakit seksual sebelumnya, pernah PID,
Riwayat pelecehan seksual usia muda, dan mengalami tindakan
pembedahan. Usia muda mengalami peningkatan resiko akibat dari
peningkatan permeabilitas mucosal serviks, zona servical ektopi yang
lebih besar, proteksi antibody chalamidya yang masih rendah, dan
peningkatan berlaku beresiko. Prosedur pembedahan dapat
menghancurkan barrier servical, sehingga menjadi predisposisi terjadi
infeksi.
AKDR telah di duga merupakan predisposisi terjadinya PID
dengan memfasilitasi transmisi mikroorganisme ke traktus genitalia atas.
Kontrasepsi oral justru mengurangi resiko PID secara simptomatik.
Mungkin dengan meningkatkan viskositas mukosa oral, menurunkan
aliran menstrual antegrade dan retrograde, dan memodifikasi respon
imun local.
Pada traktus bagian atas, jumlah mikroba dan fakrot host memiliki
peneran terhadap derajat inflamasi dan parut yang dihasilkan. Infeksi
uterus biasanya terbatas pada endometrium, namun dapat lebih invasive
pada uterus yang gravid aytau postpartum. Infeksi tuba awalnya
melibatkan mukosa, tapi inflamasi transmural yang di mediasi
komplimen yang bersifat akut dapat timbul cepat dan intensitas terjadinya
infeksi lanjutan pun meningkat. Inflamasi dapat meluas ke struktur
parametrial termasuk usus. Infeksi dapat pula meluas oleh tumpahnya
materi purulrn dari tuba fallopi atau fia penyebaran limfatik dalam pelvis
menyebabkan peritonitis akut atau perihepatitis akut.
e. Jenis Jenis Pid
18
Beberapa jenis inflamasi yang termasuk PID yang sering ditemukan
adalah :
1. Salpingitis
mikroorganisme yang menyebabkan salpingitis adalah N.
Gonorhea dan C trachomatis. Salpingitis timbul pada remaja
yang memiliki pasangan seksual yang multiple dan tidak
menggunakan kontrasepsi
Gambar Salpingitis
19
f. Gejala Dan Diagnosis
Keluhan atau gejala yang paling sering di kemukakan adalah
nyeri abdominopelvik. Keluhan lain berfariasi, antar alin keluarnya
cairan vagina, atau perdarahan, demam, menggigil, serta mual dan
disuria. Demam terlihat pada 60% – 80% kasus. Daignosis PID sulit
karena kaluhan dan gejala-gejala yang di kemukanan sangat
berfariasi.Pada pasien dengan nyeri tekan serviks, uterus, dan
adneksa, PID di diagnosis dengan akurat hanya 65%. Karena kaibat
buruk PID terutama infertilitas dan nyeri panggul kronik, maka PID
harus di curigai pada perempuan beresiko dan diterapi secara agresif.
Kriteria diagnosis diagnostic dari CDC dapat membantu akurasi
diagnosis dan ketepatan terap
20
6. Dokumentasi laboraturium infeksi serviks oleh N. gonorrhoeae
atau C. trachomatis
Pada pemeriksaan dalam dapat dijumpai :
1. Tegang di bagian bawah
2. Nyeri serta nyeri gerak pada serviks
3. Dapat teraba tumor karena pembentukan abses
4. Di bagian belakang Rahim terjadi penimbunan nanah
5. Dalam bentuk menahun mungkin teraba tumor, perasaan tidak
enak (Discomfort) di bagain bawah abdomen (Manuaba, 2010)
h. DEFERENSIAL DIAGNOSA
1. Tumor adnexa
2. Apendicitis
3. Servicitis
4. Kista ovarium
5. Tersio ovarium
6. Aborsi spontan
7. Infeksi saluran kemih
8. Kehamilan ektopik
9. Endometriosis
i. Penatalaksanaan
a) Pada Wanita Tidak Hamil
Terapi PID harus ditujukan untuk mencegah kerusakan
tuba yang menyebabkan infertilitas dan kehamilan ektopik,
serta pencegahan ektopik infeksi kronik.Banyak pasien yang
berhasil di terapi dengan rawat jalan dan terapi rawat jalan
dini harus menjadi pendekatan terapiotik permulaan.
Pemilihan antibiotika harus ditujuakan pada organisme
22
etiologi utama (N. Gonorrhoeae atau C. Trachomatis) tetapi
juga harus mengarah pada sifat pilimik krobial PID.
Untuk pasien dengan PID ringan atau sedang terapi
oral dan perenteral mempunyai daya guna klinis yang sama.
Rekomendasi terapi dari CDC
a. Terapi perenteral
Rekomendasi terapi parenteral A
- Sevotetan 2 g intavena setiap 12 jam
atau
- Sevoksitin 2 g intravena setiap 6 jam di
tambah
- Doksisiklin 100 mg oral atau parenteral
setiap 12 jam
Rekomendasi terapi parenteral B
- Klindamisin 900 mg setiap 8 jam di
tambah
- Gentamicin dosis muatan intravena atau
intramuskuler ( 2mg / kg BB) diikuti dengan
dosis pemeliharaan ( 1,5 mg / kg BB) Setiap 8
jam. Dapat di ganti denagn dosis tunggal
harian.
Terapi parenteral alternative
Tiga terapi alternatif telah di coba dan
mereka mempunyai cakupan spektrum yang
luas
- Levofloksasin500 mg intravena 1X
sehari dengan atau tanpa metronidazole 500 mg
intravena setiap 8 jam atau
- Ofloksasin 400 mg intravena stiap 12
jam dengan atau tanpa metronidazole 500 mg
intraven setiap 8 jam atau
- Ampisilin/sulbaktam 3 mg intavena
setiap 6 jam di tambak Doksisiklin 100 mg oral
atau intravena etiap 12 jam.
23
b. Terapi oral
Terapi oral dapat di pertimbangkan untuk
penderita PID atau sedang karena kesudahan klinisnya
sama dengan terapi parenteral. Pasien yang mendapat
terapi dan tidak menunjukkan perbaikan setelah 72 jam
harus dire-evaluasi untuk memastikan diagnosisnya
dan diberikan terapi parenteral baik dengan rawat jalan
maupun inap.
Rekomendasi terapi A
- Levofloksasin 500 mg oral 1X setiap hari
selama 14 hari atau ofloksasin 400 mg 2x sehari
selama 14 hari dengan atau tanpa
- Metronidazole 500 mg oral 2x sehari selama 14
hari
Rekomendasi terapi B
- Seftriakson 250 mg intramuscular dosis tunggal
di tambah doksisiklin oral 2x sehari selama 14 hari
dengan atau tanpa metronidazole 500 mg oral 2x sehari
selama 14 hari atau
- Sefoksitin 2 g intramuscular dosis tunggal dan
probenosid di tambah doksisiklin oral 2x sehari selama
14 hari dengan atau tanpa metronidazole 500 mg oral
2x sehari selama 14 hari atau
- Sefalosporin generasi ketiga (missal
seftizoksim atau sefotaksim) di tambah doksisiklin oral
2x sehari selam 14 hari dengan atau tanpa
metronidazole 500 mg oral 2x sehari selama 14 hari
b) Pada Wanita Hamil
Pada ibu hamil yang terkena radang panggul tidak
boleh di berikan antibiotic.Dan kemungkinan akan di lakukan
terminasi.
c) Pada Ibu Menyusui
Pada ibu menyusui yang terkena radang
panggul boleh di berikan antibiotic, seperti
24
1. Ceftriaxone : Di anggap aman untuk digunakan selama
menyusui oleh American Academy of pediatric.
2. Doksisiklin : Dapat menyebabkan noda gigi atau
menghambat pertumbuhan tulang. Produsen obat klaim serius
potensi efek samping.
3. Metromidazol : Potensi resiko pertumbuhan tulang.
BILA UNTUK MENGURANGI RASA SAKIT
PERUT DAN PANGGUL, bisa diberikan seperti penghilang rasa
sakit ibuprofen dan paracetamol dan bersamaan dengan
pemberian antibiotic
Infeksi radang panggul karena IUD, dilakukan
pemberian antibiotic dulu dan dilakukan observasi beberapa hari
dan jika tidak ada perbaikan maka dilakukan pelepasan IUD
karena kemungkinan infeksi disebabkan oleh IUD .
Komplikasi Pada Kehamilan
Penelitia telah menunjukkan bahwa menunda pengobatan
sedikitnnya 2-3 hari dapat menyebabkan peningkatan resiko
infertilitas. Pengobatan segera dilakukan terkait dengan PID dan
tingkat keparahannya
1) Infertilitas : resiko infertile setelah terkena PID jumlah dan tingkat
keparahannya
2) Kehamilan ektopik
3) Nyeri panggul kronis
4) Perihepatitis ( sindrom fitz- hugh Curtis ) : menyebabkan nyeri
kuadran kanan atas
5) Abses tubo ovarium
6) Reiter’s syndrome ( reaktif arthritis )
7) Pada kehamilan : PID dikaitkan dengan peningkatan persalinan
prematur, dan morbiditas ibu dan janin
8) Neonatal : transmisi perinatal C. trachomatis atau N. gonorrhoeae
dapat menyebabkan ophthalmia neonatorum pneumonitis clamidia
juga bisa terjadi
j. Cara Pencegahan
Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
25
1) Pencegahan dapat di lakukan dengan mencegah terjadi infeksi
yang di sebabkan oleh kuman penyebab penyakit menular
seksual. Terutama chalamidya. Peningkatan edukasi masyarakat,
penapisan rutin, diagnosis dini, serta penanganan yang tepat
terhadap infeksi chlamidya berpengaruh besar dalam menurunkan
angka PID. Edukasi hendaknya focus pada metode pencegahan
penyakit menular seksual, termasuk setiap terhadap satu
pasangan, menghindari aktifitas seksual yang tidak aman, dan
menggunakan pengamanan secara rutin.
2) Adanya progam penapisan penyakit menular seksual dapat
mencegah terjadinya PID pada wamita. Mengadakan penapisan
terhadap pria perlu di lakukan untuk mencegah penularan kepada
wanita.
3) Pasien yang telah di diagnosa dengan PID atau penyakit menular
seksual harus di terapi hingga tuntas, dan terapi juga di lkukan
terhadap pasangannya untuk mencegah penularan kembali.
4) Wanita usia remaja harus menghindari aktivitas seksual hingga
usia 16 tahun atau lebih.
5) Kontrasepsi oral dilakukan dapat mengurangi resiko PID
6) Semua wanita berusia 25 tahun ke atas harus di lakukan
penapisan terhadap chlamidya tanpa memandang faktor resiko.
6. Unwanted Pregnancy dan abortion
a. Pengertian
Unwanted pregnancy atau dikenal sebagai kehamilan yang tidak
diinginkan merupakan suatu kondisi dimana pasangan tidak menghendaki
adanya proses kelahiran dari suatu kehamilan. Kehamilan ini bisa merupakan
akibat suatu prilaku seksual/hubungan seksual baik yang disengaja maupun
yang tidak disengaja.
b. Faktor-Faktor Penyebab
Banyak faktor yang menyebabkan Unwanted Pregnancy, antara lain :
1. Kehamilan yang diakibatkan oleh pemerkosaan.
Perkosaan merupakan peristiwa yang traumatis dan
meninggalkan aib pada perempuan yang diperkosa. Dampak
psikologis dari perkosan ini cukup dalam dan akan menetap
26
seumur hidup, jika perkosaan juga mengakibatkan kehamilan, aib
itu tidak hanya akan dialami oleh si korban saja tetapi juga
seluruh keluarganya. Seandainya kehamilan itu diteruskan, maka
anak yang dilahirkan kelak yang akan mengalami tekanan sosial
baik dari keluarga orang tuanya sendiri maupun dari masyarakat
sekitarnya. Bahkan ibunya sendiri mungkin akan melihat anak itu
sebagai penjelmaan laki-laki yang memperkosanya atau mungkin
juga menjadi sasaran balas dendam yang sebenarnya ia tujukan
kepada laki- laki yang memperkosanya.
2. Kehamilan Pada Saat yang Tidak Diharapkan
Hal ini dapat terjadi pada pekerjaan wanita yang sudah
terlanjur menandatangani kontrak bahwa selama beberapa waktu
setelah bekerja ia tidak boleh hamil. Hal semacam itu dapat juga
terjadi pada mereka yang masih meneruskan sekolah atau mereka
yang belum ingin hamil lagi atas alasan-alasan yang sah,
misalnya karena alasan anak yang terdahulu belum lagi berusia 1
tahun atau alasan tidak ingin punya anak lagi atau juga karena
kesehatan ibu yang lemah.
3. Penurunan dan peningkatan usia perkawinan, serta semakin
dininya usia menstruasi pertama (menarche)
Keadaan ini menyebabkan masa masa rawan semakin
panjang, hal ini terbukti dengan semakin banyaknya kasus hamil
luar nikah. Kehamilan tersebut akan membahayakan jiwa ibu. Ibu
mempunyai penyakit atau riwayat medis, bila kehamilannya
diteruskan maka akan dapat membahayakan keselamatan ibu dan
bayinya.
4. Kehamilan yang Terjadi Akibat Hubungan Seksual Diluar
Nikah
Hubungan sex di luar ikatan perkawinan, menurut norma
sosial dan masyarakat serta agama dianggap buruk. Dalam
masyarakat yang lebih modern pun, hubungan sex di luar nikah
dan terus berlangsung perbuatan semacam itu, membuat
kehamilan yang terjadi sebenarnya bukan merupakan kehamilan
yang diinginkan.
27
5. Masalah kontrasepsi
Selama melakukan hubungan seksual tidak menggunakan
alat kontrasepsi, disebabkan oleh fanatik terhadap keyakinan
agama, harga terlalu mahal, stok terbatas, tidak tahu guna,
keberadaannya dan cara menggunakannya.
6. Bayi yang dalam kandungan ternyata menderita cacat
majemuk yang berat
Cacat majemuk tersebut meliputi kelainan kromosom
yang mengakibatkan Tumesis Syndrome, Fragele X Syndrome
dan Down Syndrome. Cacat bawaan yang lain meliputi cacat
yang terjadi di otak, tulang belakang, jantung, ginjal, dan tangan
atau kaki. Selaian itu juga dapat terjadi penyakit-penyakit
keturunan seperti TALASEMIA. Tehknologi kedokteran telah
mampu mendeteksi adanya kelainan atau cacat pada janin sejak
janin masih dalam usia muda.
7. Anak sudah cukup banyak
Kesenjangan antara sikap yang menabukan hubungan
seks di luar nikah dan terus berlangsungnya perbuatan semacam
itu membuat kehamilan yang terjadi sebenarnya bukan
merupakan kehamilan yang diinginkan.
8. Persoalan ekonomi atau Ketidaksiapan sosial ekonomi (biaya
untuk melahirkan dan membesarkan anak).
9. Kehamilan karena incest (zina berdarah).
c. Dampak
Bermula dari hubungan seks pranikah atau seks bebas adalah
terjadi kehamilan yang tidak diharapkan (KTD). Ada dua hal yang bisa
dilakukan oleh remaja, yaitu mempertahankan kehamilan dan mengakhiri
kehamilan (aborsi). Semua tindakan tersebut membawa dampak baik
fisik, psikis, sosial dan ekonomi.
1. Risiko Fisik
Kehamilan pada usia dini bisa menimbulkan kesulitan dalam
persalinan seperti perdarahan, bahkan bisa sampai pada kematian
2. Risiko Psikis atau Psikologis
28
Ada kemungkinan pihak perempuan menjadi ibu tunggal karena
pasangan tidak mau menikahinya atau
mempertanggungjawabkan perbuatannya. Kalau mau menikah,
hal ini juga bisa mengakibatkan perkawinan bermasalah dan
penuh konflik karena sama-sama belum dewasa dan siap
memikul tanggungjawab sebagai orang tua.
Selain itu pasangan muda terutama pihak perempuan akan
dibantu oleh berbagai perasaan tidak nyaman seperti dihanyui
rasa malu terus-menerus, rendah diri, bersalah atau berdosa,
depresi atau tertekan, psikis dan lain-lain. Bila tidak ditangani
dengan baik, maka perasaan tersebut bisa menjadi gangguan
kejiwaan yang lebih parah.
3. Risiko social
Salah satu risiko sosial adalah berhenti/putus sekolah atau
kemauan sendiri dikarenakan rasa malu atau cuti melahirkan.
Kemungkinan lain dikeluarkan dari sekolah. Hingga saat ini
masih banyak sekolah yang tidak mentolerir siswi yanh hamil.
Risiko sosial lain adalah menjadi obyek pembicaraan,
kehilangan masa remaja yang seharusnya dinikmati dan di
anggap buruk karena melahirkan anak di luar nikah. Di
Indonesia, melahirkan anak diluar nikah masih sering menjadi
beban orang tua.
4. Risiko ekonomi
Merawat kehamilan, melahirkan dan membesarkan bayi/anak
membutuhkan biaya besar.
d. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan
Adapun beberapa upaya pencegahan terhadap terjadinya kehamilan
yang tidak diinginkan (Unwanted Pregnancy), antara lain:
1. Pendidikan Seks yang kuat
Pendidikan seks harus diberikan sedini mungkin kepada remaja
dengan tetap memperhatikan tingkat perkembangannya. Salah satu
fator dominan dalam seks education selain guru dan petugas
kesehatan. Peran orang tua sangat potensial dalam pengembangan
29
kualitas kepribadaian remaja terutama masalah kesehatan
reproduksi dan tanpa harus lepas dari makna religious.
Keberhasilan pendidikan seks tergantung pada sejauh mana orang
tua bersikap terbuka dan mampu menjalin komunikasi efektif,
tanpa harus melarang remaja melakukan interaksi, penting juga
dalam memberikan rambu-rambu dalam rangka membangun
“Pergaulan yang Sehat”, dengan demikian kehamilan tidak
diinginkan dapat dicegah.
2. Menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma-norma
Dengan mengajarkan serta menerapkan nilai-nilai dan norma-
norma yang berlaku di masyarakat akan menciptakan kehidupan
yang tentram, aman dan sejahtera tanpa adanya suatu masalah
akibat penyimpangan nilai-nilai dan norma-norma.
3. Tradisi Masyarakat
Kebiasaan dan adat istiadat yang harus menjadi salah satu faktor
pendukung dalam upaya pencegahan kehamilan tidak diinginkan.
Sebaliknya, adat dan kebiasaan masyarakat yang kurang baik
hendaknya ditinggalkan, seperti orang tua yang mengharuskan
anaknya untuk menikah diusia muda, adanya perjodohan, serta
tradisi masyarakat yang beranggapan bahwa membicarakan seks
adalah sesuatu yang kotor, tidak pantas, dan dianggap tabu.
Padahal hal tersebut dapat menghambat proses pengajaran seks
education.
4. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah
5. Memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatan positif
seperti berolahraga, seni dan keagamaan
6. Hidari perbuatan-perbuatan yang akan menimbulkan dorongan
dorongan seksual, seperti meraba-raba tubuh pasangannya dan
menonton video porno.
e. Peran Bidan dalam Menanggulangi
1. Memberikan penyuluhan kepada para remaja tentang seks
education khususnya dan kepada masyarakat umumnya.
2. Memberikan penyuluhan kepada para orang tua yang mempunyai
anak untuk mengawasi mereka agar tidak memberikan
30
kesempatan untuk memasuki pergaulan bebas. Serta untuk tetap
memperhatikan setiap perkembangan anak dan pembentukan
kepribadiannya.
3. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat khususnya yang
sudah berumah tangga untuk menggunakan kontrasepsi secara
tepat guna agar tidak terjadikegagalan kontrasepsi.
f. Aborsi
a. Pengertian
Aborsi/keguguran adalah suatu ancaman atau pengeluaran
hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, dan
sebagai batasan digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat anak kurang dari 500 gram.
Jika merujuk dari segi kedokteran atau medis, keguguran
adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan. Ada beberapa pendapat dari para ahli tentang aborsi
(Rustam Mochtar,1998)
b. Macam-macam Aborsi
Abortus diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:
a. Abortus Spontan adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20
minggu yang berlangsung tanpa tindakan/tanpa disengaja,
kebanyakan disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur
dan sel sperma.
b. Aborsi Komplet adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari
rahim pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janinkurangdai 500 gram.
c. Aborsi Inkomplet adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar
dari rahim dan masih ada yang tertingga didalam uterus pada
umur kehamilan 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram.
d. Aborsi Insipiens adalah aborsi yang sedang mengancam yang
ditandai dengan serviks yang telah mendatar dan ostium uteri
telah membuka, sedangkan hasil konsepsi masih berada lengkap
di dalam rahim dan dalam proses pengeluaran.
31
e. Aborsi Iminens adalah ancaman terjadinya abortus, ditandai
perdarahan per vaginam(lewat vagina), ostium uteri masih
tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.
f. Missed Abortion adalah aborsi yang ditandai dengan embrio
atau fetus telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan
20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih dalam
kandungan.
g. Aborsi Habitualis adalah kejadian abortus berulang pada 3
kehamilan atau lebih berturut-turut.
Abortus Buatan adalah pengakhiran kehamilan sebelum
20 minggu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh
calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dokter, bidan, dukun
beranak).
a. Aborsi tidak aman adalah suatu prosedur yang dilakukan
oleh orang yang tidak berpengalaman atau dalam
lingkungan yang tidak memenuhi standar medis minimal
atau keduanya.
b. Aborsi Septik adalah aborsi yang mengalami komplikasi
berupa infeksi-sepsis dapat berasal dari infeksi jika
organisme penyebab naik dari saluran kemih bawah
setelah aborsi spontan atau aborsi tidak aman. Sepsis
cenderung akan terjadi jika terdapat sisa hasil konsepsi
atau terjadi penundaan dalam pengeluaran hasil konsepsi.
Sepsis merupakan komplikasi yang sering terjadi pada
aborsi tidak aman dengan menggunakan peralatan.
3. Abortus Terapeutik adalah abortus buatan yang
dilakukan pada kehamilan sebelum 20 minggu atas
indikasi tindakan medis. Sebagai contoh calon ibu yang
sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi
menahun atau penyakit jantung yang parah yang dapat
membahayakan baik calon ibu maupun janin yang
dikandungannya, tetapi ini semua atas pertimbangan
medis yang matang dan tidak tergesa-gesa.
c. Penyebab Terjadinya Aborsi
32
Aborsi pada wanita hamil bisa terjadi karena beberapa sebab
diantaranya :
1. Keluarga yang tidak siap menerima kehamilan, misal : karena
tidak ber-KB atau gagal ber-KB, membatasi jumlah anak, jarak
kehamilan yang terlalu pendek.
2. Keluarga yang dikarenakan memiliki ekonomi pas-pasan
sehingga cenderung bersikap menolak kelahiran anak.
3. Masyarakat cenderung menyisihkan dan menyudutkan wanita
yang hamil di luar nikah, baik secara sengaja ataupun pada kasus
perkosaan. Wanita selalu disalahkan, tidak ditolong atau
dibesarkan jiwanya tetapi malah ditekan dan disudutkan sehingga
dalam reaksinya wanita tersebut akan melakukan aborsi.
4. Ada aturan perusahaan yang tidak memperbolehkan
karyawatinya hamil (meskipun punya suami) selama dalam
kontrak dan kalau ketahuan hamil akan dihentikan dari
pekerjaannya.
5. Pergaulan yang sangat bebas bagi remaja yang masih duduk di
bangku sekolah, misal SMA, mengakibatkan kecelakaan dan
membuahkan kehamilan. Karena merasa malu, dengan teman-
temannya, takut kalau kesempatan belajarnya terhenti dan
barangkali masa depannya pun menjadi buruk. Ditambah dengan
tekanan masyarakat yang menyisihkan sehingga akhirnya ia
melakukan aborsi supaya tetap eksistensi di masyarakat dan dapat
melanjutkan sekolah.
6. Dari segi medis diketahui umur reproduksi sehat antara 20-35
tahun. Bila seorang wanita hamil di luar batasan umur itu akan
masuk dalam kriteria risiko tinggi. Batasan ini sering
menakutkan, sehingga perempuan yang mengalaminya lebih
menjurus menolak kehamilannya dan ujung-ujungnya akan
melakukan aborsi.
7. Pandangan sebagian orang bahwa tanda-tanda kehidupan janin
antara lain adanya detak jantung yakni umur sekitar tiga bulan.
Maka hal ini akan memicu seorang wanita yang mengalami suatu
33
masalah akan melakukan aborsi dengan alasan usia bayi belum
sampai 3 bulan.
8. Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita oleh
sang ibu seperti jantung.
9. Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan
pada mulut rahim, kelainan bentuk rahim terutama rahim yang
lengkungannya ke belakang (secara umum rahim melengkung ke
depan), mioma uteri, dan kelainan bawaan pada rahim.
34
8. Biaya aborsi cukup tinggi. Bila terjadi komplikasi maka biaya akan
semakin tinggi
7. Hormon Repkancement Therapy (HRT)
Estrogen (atau oestrogen) adalah sekelompok senyawa steroid yang berfungsi
terutama sebagai hormon seks wanita. Walaupun terdapat baik dalam tubuh pria
maupun wanita, kandungannya jauh lebih tinggi dalam tubuh wanita usia subur.
Hormon ini menyebabkan perkembangan dan mempertahankan tanda-tanda
kelamin sekunder pada wanita, seperti payudara, dan juga terlibat dalam
penebalan endometrium maupun dalam pengaturan siklus haid. Pada saat
menopause, estrogen mulai berkurang sehingga dapat menimbulkan beberapa
efek, di antaranya hot flash, berkeringat pada waktu tidur, dan kecemasan yang
berlebihan.
Tiga jenis estrogen utama yang terdapat secara alami dalam tubuh wanita adalah
estradiol, estriol, dan estron. Sejak menarche sampai menopause, estrogen utama
adalah 17β-estradiol. Di dalam tubuh, ketiga jenis estrogen tersebut dibuat dari
androgen dengan bantuan enzim. Estradiol dibuat dari testosteron, sedangkan
estron dibuat dari androstenadion. Estron bersifat lebih lemah daripada estradiol,
dan pada wanita pascamenopause estron ditemukan lebih banyak daripada
estradiol. Berbagai zat alami maupun buatan telah ditemukan memiliki aktivitas
bersifat mirip estrogen.
Pemberian estrogen secara oral dapat menimbulkan gejala :
a. gastrointestinal seperti mual dan muntah.
b. Selain itu estrogen akan dihancurkan di hati, sehingga akan memicu
pembentukan renin dalam jumlah besar. Renin ini meningkatkan tekanan
darah. Atas dasar ini, para ilmuwan lebih menyukai pemberian estrogen
dengan cara lain seperti krim atau yang dapat ditempelkan pada kulit.
1. Sebelum pemberian estrogen dimulai, perlu diketahui persyaratan-
persyaratan :
a. apakah tekanan darah normal ?
b. adalah kelainan atau keganasan pada serviks dan payudara ?
c. apakah uterus membesar ?
d. apakah hati dan kelenjar tiroid normal ?
e. apakah terdapat varises ?
Bila terdapat kelainan pada keadaan seperti ini, maka estrogen tidak
35
dapat digunakan.
Pemberian hormon
Lama pemberian hormon steroid seks
Lama pemberian hormon steroid seks selama 6 bulan tidak cukup,
karena begitu obatnya dihentikan maka keluhannya segera timbul
kembali. Pada umumnya keluhan akan hilang bila pengobatan
berlangsung 18-24 bulan. Bila perlu estrogen dapat diberikan selama 8-
10 tahun, bahkan dapat sampai 30-40 tahun. Selama pemakaiannya
dikombinasikan dengan progesteron, jarang sekali terjadi keganasan.
Yang terpenting adalah kepada semua wanita diberikan keterangan yang
cukup dan jelas.
Pada pemberian oral, sebaiknya dimulai dengan estrogen lemah (estriol)
dan dengan dosis rendah yang efektif. Setiap penggunaan estrogen kuat
(etinil-estradiol, estrogen konjugasi) sebaiknya selalu digabungkan
dengan progesteron. Pemberian progesteron bertujuan mencegah
terjadinya keganasan pada endometrium dan payudara. Pemberian siklik
adalah pemberian selama 21 hari dengan 7 hari tanpa hormon (istirahat)
atau pemberian estrtogen selama 14 hari, kemudian diikuti pemberian
progesteron selama 7 hari.
Pemberian estrogen lemah tidak dapat menghilangkan gejala sistemik dan
tidak begitu baik digunakan untuk pencegahan penyakit jantung koroner
dan osteoporosis. Estrogen lemah sangat efektif untuk menghilangkan
keluhan urogenital, yang paling banyak dianjurkan penggunaannya
adalah estrogen alamiah (estrogen konjugasi) maupun progesteron
alamiah (MPA, didrogestron). Estrogen dan progesteron jenis ini tidak
terlalu membebani hati.
Cara yang paling mudah adalah pemberian pil KB. Pemberian secara
siklik memberikan keuntungan karena pengobatan estrogen yang malar
(terus-menerus) dapat memacu proliferasi jaringan dan perdarahan uterus
yang atipik. Pemberian estrogen dan progesteron (atau pil KB) pada
wanita pramenopause selain dapat mengurangi keluhan, juga dapat
mengatur siklus haid dan mencegah kehamilan, sedangkan pemberian
estrogen dan progesteron pada masa pascamenopause selain dapat
mengurangi keluhan, juga merupakan pencegahan terhadap terjadinya
36
osteroporosis dan infark miokard.
Pemberian secara topikal berupa krim atau pessarium hanya dilakukan
jika ada perubahan pada vagina yang menyebabkan dispareunia atau bila
tidak memungkinkan pemberian secara oral. Meskipun diberikan secara
topikal, ternyata sejumlah kecil estrogen dapat diserap ke dalam darah,
sehingga perlu juga ditambahkan progesteron. Perlu diketahui bahwa
pemakaian ke dalam vagina dapat pula mengenai suami ketika
melakukan sanggama. Penanaman susuk (implant atau pellet) subkutan
tidak boleh dilakukan pada wanita yang masih memiliki uterus karena
dapat terjadi perdarahan hebat dan sulit diatasi. Cara ini paling baik
digunakan pada wanita yang telah diangkat rahimnya.
Pemberian transdermal (ditempelkan pada kulit) merupakan cara terbaru
dan sudah banyak dipakai di beberapa negara maju. Keuntungan utama
cara ini adalah bahwa estrogen langsung masuk ke sirkulasi darah tanpa
harus melalui hati. Pemberian cara ini sangat baik untuk mencegah
osteoporosis serta tidak meningkatkan kadar renin, aldosteron, maupun
lipid.
Risiko pemberian estrogen
Telah lama diketahui bahwa pemberian estrogen pada wanita menopause
merupakan cara yang tepat. Banyak ahli berpendapat bahwa estrogen
dapat menimbulkan keganasan pada wanita. Pendapat ini akhirnya
membuat banyak wanita takut dan ragu-ragu menggunakan estrogen.
Padahal bila estrogen digunakan bersamaan dengan progesteron
kemungkinan terjadinya keganasan adalah sangat kecil. Keganasan akan
timbul bila memang wanita itu memiliki faktor risiko untuk terkena
keganasan. Risiko tersebut dapat berupa obesitas, diabetes mellitus,
siklus haid tak teratur, anovulasi, dan infertilitas, perokok, dan peminum
alkohol.
Selama penggunaan estrogen, setiap wanita diharuskan kontrol secara
teratur. Usaha ini merupakan jaminan yang terbaik bagi kesehatan wanita
tersebut. Perdarahan yang tak teratur, jumlahnya banyak, defekasi dan
miksi bercampur darah merupakan hal yang perlu dicurigakan terhadap
keganasan. Hal-hal seperti ini tidak perlu menimbulkan kekhwatiran
37
yang berlebih-lebihan, tetapi merupakan suatu alasan untuk mau
berkonsultasi dengan dokter.
Setiap wanita di atas usia 40 tahun diharuskan memeriksakan diri ke
dokter paling sedikit 2 kali setiap tahun. Dengan pemeriksaan yang
sederhana saja seperti uji Pap (Pap smear) dan perabaan payudara karena
dapat mengetahui adanya kegasanaan pada stadium dini.
38
b. Stres,
Baik stres fisik dan emosional pada anak. Bila orang tua mengalami
suatu stres atau gangguan depresi, maka dapat meningkatkan risiko
pubertas dini pada anak.
c. Obesitas.
Indeks Massa Tubuh (IMT) anak yang tinggi dapat memicu hormon
leptin. Hormon tersebut diduga memicu pubertas dini pada anak.
Kondisi genetik.
Gangguan pada otak akibat tumor, infeksi, efek samping
radioterapi, maupun efek pascaoperasi.
Penyebab lain yang tidak diketahui secara pasti.
41
Gangguan pada kelenjar tiroid, testis, ovarium, ataupun kelenjar
hipofisis (pituitari).
Gangguan perkembangan seksual, seperti sindrom insensitivitas
androgen.
Keterlambatan tumbuh kembang yang bersifat turunan, yaitu
adanya pola keterlambatan pubertas dalam keluarga.
Kurang komposisi lemak pada tubuh anak perempuan yang
terlalu banyak beraktivitas fisik atau terlalu giat berolahraga.
Konsumsi obat-obatan tertentu, seperti cyclophosphamide (salah
satu jenis obat kemoterapi) atau terapi kortikosteroid jangka
panjang.
2. Dampak pubertas terlambat
Sama seperti pubertas dini, anak laki-laki yang terlambat puber dapat
mengalami ketidakseimbangan hormon yang memengaruhi tumbuh
kembangnya. Sebuah penelitian di Denmark baru-baru ini menemukan
bahwa masa puber laki-laki yang terlambat dapat berdampak negatif pada
kesuburannya ketika dewasa nanti.
3. Tanda-tanda pubertas terlambat
Idealnya, ada perubahan fisik saat remaja baik laki-laki maupun
perempuan. Namun pada mereka yang mengalami pubertas terlambat,
indikatornya adalah:
42
4. Diagnosis dan penanganan pubertas terlambat
Apabila remaja menunjukkan tanda-tanda pubertas terlambat, dokter
akan melakukan pemeriksaan menyeluruh. Tentunya juga dengan
mempertimbangkan riwayat keluarga, apakah ada yang mengalami pola
pertumbuhan terlambat seperti mereka.Tak hanya itu, dokter juga akan
mempertimbangkan apakah sedang mengonsumsi pengobatan tertentu.
Nanti, akan dilihat tabel pertumbuhan untuk mengetahui lebih detail
tentang masalahnya.Lebih jauh lagi, bisa juga direkomendasikan
pemeriksaan darah lengkap untuk melihat kondisi kelenjar tiroid dan
kromosom, serta pemeriksaan X-ray tulang.Kemudian, beberapa langkah
penanganannya bisa dengan suntik hormon. Caranya, remaja laki-laki
bisa diberikan suntik hormon testosteron jangka pendek selama 4-6 bulan
untuk memancing perubahan fisik saat pubertas.Sementara untuk remaja
perempuan, bisa diberikan estrogen dosis rendah selama 4-6 bulan agar
payudara bertumbuh.Setelah proses ini selesai, hormon alami di tubuh
mereka akan merampungkan proses pubertas. Apabila tidak berhasil,
dokter akan mendiskusikan kemungkinan pemberian terapi hormon
dalam jangka panjang.
43
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesehatan reproduksi merupakan hal penting dalam kehidupan. Baik
kesehatan fisik, maupun non fisik, kesehatan jasmani maupun rohani salah
satunya kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi adalah amanah untuk
melahirkan generasi yang berkualitas dan sehat. Persoalan kesehatan reproduksi
bisanya terjadi pada usia awal, yaitu remaja. Masa ini menjadi masa yang
berisiko pada masalah kesehatan reproduksi seperti seks bebas, seks di luar
pernikahan, kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, kekerasan seksual, bahkan
sampai pada kematian ibu dan anak. Banyak remaja yang terjebak pada
persoalan ini, yang dibuktikan dengan semakin meningkatnya kasus
pemerkosaan, hamil diluar nikah, aborsi, kekerasan seksual dan kematian ibu
dan anak karena ketidak siapan ramin pada waktu hamil pertama. Remaja
umumnya memiliki informasi yang rendah, serta pemahaman yang kurang
mengenai kesehatan reproduksi. Hal ini karena banyak anggapan bahwa
mengetahui masalah seksualitas masih dianggap tabu dan jorok. Maka para
remaja membutuhkan pendidikan dan informasi mengenai kesehatan reproduksi
agar memiliki pengetahuan yang cukup mengenai reproduksi, bagaimana fungsi-
fungsi organ bekerja, bagaimana kehamilan, dan dampak yang ditimbulkannya.
B. SARAN
44
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Ruswana. Diagnostik klinik dan penilaian Infertilitas. Subbagian fertilitas
dan endokrinologi reproduksi bagian obstetri dan ginekologi fakultas
kedokteran unpad.2005. Bandung
Kebijakan dan Strategi NasionalKesehatan Reproduksi di indonesia.2005. Jakarta
Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Penanganan Penyakit Menular
Seksual. 2011. Jakarta
Romauli, Suryati. 2012. Kesehatan Reproduksi. Nuhamedika. Yogyakarta
Wahyudi,R, Modul Kesehatan Reproduksi Remaja. MCR-PKBI
45