Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH DASAR KESEHATAN REPRODUKSI

REVIEW KEBIJAKAN DAN HAK – HAK REPRODUKSI

OLEH
KELOMPOK 3 KELAS A3

Dita Azzahra 2111211045


Mufidah Rona 2111212023
Nabiilah ‘Aisyah Chan 2111213051
Siska Windari 2111211005

DOSEN PENGAMPU
Dr. dr. Dien Gusta Anggraini Nursal, SKM, MKM

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
karunia – Nya, kami dapat menyusun makalah ini dalam rangka memenuhi tugas kelompok
untuk mata kuliah Dasar Kesehatan Reproduksi dengan judul “Review Kebijakan dan Hak –
Hak Reproduksi”.

Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah Dasar Kesehatan
Reproduksi yaitu Ibu Dr. dr. Dien Gusta Anggraini Nursal, SKM, MKM yang telah
memberikan tugas ini kepada kami. Kami berharap makalah ini dapat berguna untuk
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai review kebijakan dan hak – hak
reproduksi. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih memiliki banyak kekurangan di dalamnya.

Mengingat masih banyaknya kekurangan yang terdapat dalam makalah ini, kami
sangat mengharapkan adanya kritik ataupun saran yang bersifat membangun dari semua
pihak demi penyempurnaan dan pembelajaran dalam makalah yang kami buat di masa
mendatang.

Padang, 7 Maret 2022

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………................. i

DAFTAR ISI ……………………………………………………............................ ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………............................ 1

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………….. 1


1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………. 1
1.3 Tujuan Penulisan …………………………………………………………... 1

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………............................. 2

2.1 Kebijakan Kesehatan Reproduksi …………................................................. 2


2.2 Hak – Hak Kesehatan Reproduksi ………………………............................ 6

BAB III PENUTUP ……………………………………………............................. 8

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………... 8


3.2 Saran ………………………………………………………………………. 8

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan reproduksi adalah bagian dari kesehatan secara umum yang merupakan hak
asasi setiap orang. Kesehatan reproduksi berhubungan dengan hak reproduksi untuk membuat
keputusan – keputusan yang berkaitan dengan reproduksi yang bebas dari diskriminasi,
paksaan atau kekerasan (Adriana, 1998). Hak reproduksi salah satunya mencakup hak
kesehatan seksual dan reproduksi, yang mana setiap orang tidak hanya mempunyai kesehatan
secara fisik yang berkaitan dengan organ reproduksi melainkan juga menyangkut kondisi
sosial di sekitarnya yang memungkinkan terciptanya kesehatan seksual dan reproduksi yang
baik. Dengan demikian kesehatan reproduksi bukan hanya kondisi bebas dari penyakit,
melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan
memuaskan sebelum menikah dan sesudah menikah (Mohamad, dalam Jurnal Perempuan No.
53 Th 2007).

Kesehatan reproduksi bukan menjadi masalah seseorang saja, tetapi juga menjadi
kepedulian keluarga dan masyarakat. Kesehatan reproduksi menjadi masalah cukup serius
sepanjang hidup terutama bagi perempuan, selain karena perempuan sangat rentan terhadap
resiko – resiko kesehatan tertentu, kurangnya layanan – layanan kesehatan dan respon yang
tidak memadai terkait dengan kebutuhan – kebutuhan kesehatan seksual dan reproduksinya,
juga berhubungan dengan kehidupan sosialnya, seperti kurangnya pendidikan, kawin muda,
kematian ibu, masalah kesehatan reproduksi perempuan, masalah kesehatan kerja,
menopause, dan masalah gizi (Baso dan Raharjo, 1999).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja kebijakan kesehatan reproduksi?

2. Apa tujuan hak – hak kesehatan reproduksi?

3. Apa saja hak – hak kesehatan reproduksi?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui kebijakan kesehatan reproduksi?

2. Mengetahui tujuan hak – hak kesehatan reproduksi?

1
3. Mengetahui hak – hak kesehatan reproduksi?

BAB II

PEMBAHASAN

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik,mental,dan sosial secara


Utuh tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam suatu yang berkaitan
Dengan system reproduksi, fungsi dan prosesnya (WHO).

Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik,
Mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang
Pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan
Bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan
Sebelum dan sesudah menikah (Depkes RI, 2000).

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2014 Kesehatan Reproduksi yang menjamin


setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi yang bermutu, aman dan
dapat dipertanggung jawab, dimana peraturan ini juga menjamin kesehatan perempuan dalam
usia reproduksi sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat, berkualitas yang nantinya
berdampak pada penurunan angka kematian ibu. Tujuan sendiri terbagi menjadi 2 yaitu :

1. Tujuan Utama

Memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang komprehensif kepada


perempuan Termasuk kehidupan seksual dan hak-hak reproduksi perempuan sehingga dapat
meningkatkan kemandirian perempuan dalam mengatur fungsi dan proses reproduksinya
yang pada akhirnya dapat membawa pada peningkatan kualitas kehidupannya.

2. Tujuan Khusus

- Meningkatnya kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan fungsi


reproduksinya.
- Meningkatnya hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam menentukan
kapan hamil, Jumlah dan jarak kehamilan.
- Meningkatnya peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap akibat dari
perilaku Seksual dan fertilitasnya kepada kesehatan dan kesejahteraan
pasangan dan anak – anaknya.

2.1 Kebijakan Kesehatan Reproduksi

2
Kebijakan pemerintah Indonesia tentang kesehatan reproduksi adalah menanggulangi
masalah kesehatan reproduksi, sejak tahun 1996 pemerintah Indonesia mengadopsi Paket
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu terdiri dari Paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Esensial (PKRE) dan Paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Komperehensif (PKRK).

A. Paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE)

1. Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir

Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indicator untuk melihat derajat
kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah
ditentukan dalam tujuan pembangunan mllenium ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu
dimana target yang akan dicapai yaitu mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu.

Angka kematian bayi (AKB) mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup. Melengkapi
hal tersebut, data laporan dari daerah diterima Kementrian Kesehatan RI menunjukkan bahwa
jumlah ibu yang meninggal karena kehamilan dan persalinan tahun 2013 adalah sebanyak
5019 orang. Sedangkan jumlah bayi yang meninggal di Indonesia berdasaarkan estimasi
SDKI 2012 mencapai 160.681 anak. Dengan demikian upaya untuk mewujudkan target
tujuan pembangunan millennium masih membutuhkan komitmen dan usaha yang terus
menerus.

Kematian ibu disebabkan oleh 4 faktor yaitu :

- Terlambat mengenal komplikasi


- Terlambat membuat keputusan
- Terlambat merujuk ke Rumah Sakit
- Terlambat mendapat pengobatan atau perawatan

2. Keluarga Berencana

Kunci utama penyelesaian permasalahan kesehatan reproduksi adalah program


keluarga berencana melalui pillihan metode kontrasepsinya. KB merupakan landasan
perempuan untuk mengatakan No dalam rangka kematian dan morbiditas maternal.
Pembangunan kependudukan dan KB diharapkan dapat mempercepat pencapaian sasaran
MDGs, apalagi sebagian besar indicator MDGs ini berkaitan dengan kesehataan,
kependudukan, dan Keluarga Berencana.

3
Untuk itu, diperlukan komitmen Pemerintah Daerah serta mitra kerja di semua
tingkatan dalam penggarapan pembangunan kependudukan dan program KB di daerah.sejak
otonomi daerah dan dukungan pemerintah daerah terhadap program KB menurun, hal ini bisa
mempengaruhi derajat kesehatan ibu dan anak di Indonesia.

3. Kesehatan Reproduksi Remaja

Kesehatan reproduksi remaja menjadi focus karena kelompok remaja merupakan


kelompok yang terpinggirkan. Tidak seperti kelompok menikah, remaja hampir tidak punya
akses terhadap pelayanan informasi atau konseling kesehatan reproduksi. Akibatnya banyak
remaja yang mengalami masalah kesehatan reproduksi seperti terinfeksi
ISR/IMR/HIV/AIDS. Selain itu, pernikahan usia dini pada remaja masih tinggi.

Masalah kesehatan reproduksi remaja selain berdampak secara fisik, juga dapat
berpengaruh terhadap kesehatan mental dan emosi, keadaan ekonomi dan kesejahteraan
sosial dalam jangka panjang. Dampak jangka panjang tersebut tidak hanya berpengaruh
terhadap remaja itu sendiri, tetapi juga terhadap keluarga, masyarakat dan bangsa pada
akhirnya.

4. Pencegahan dan Penanggulaangan ISR, Termasuk PMS, HIV/AIDS

Pelayanan ini sangat penting namun menjadi isu kotroversial, karena perempuan
biasanya eggan memeriksakan organ genitalnya. Sedangkan kejadian ISR/PMS cenderung
meningkat. Jenis ISR dibagi menjadi 3 kategori yaitu :

- Penyakit menular seksual (PMS), meliputi iinfeksi klamida, gonore,


trikomoniasis, dan lainnya.
- Infeksi endogen karena pertumbuhan berlebihan kuman yang biasanya ada di
saluran reproduksi wanita normal seperti vaginosis bacterial dan kandidiasis
vulvovaginal.
- Infeksi iatrogenic yaitu infeksi yang terjadi karena dilakukannya tindakan
medis.

B. Paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Komperehensif (PKRK)

PKRK terdiri dari PKRE yang ditambah dengan konseling dan pelayanan kesehatan
reproduksi usia lanjut. Banyak dari perempuan kelompok usia lanjut yang mengalami
gangguan gizi serta menderita keganasan (kanker) akibat tidak terdeteksi sejak dini.

4
Keempat komponen pada PKRE seharusnya diberikan melalui pelayanan kesehatan
primer/dasar di tingkat kecamatan, sedangkan PKRK diberikan pada pelayanan kesehatan
sekunder di tingkat kabupaten.

1. Pelayanan Kesehatan Primer di Tingkat Kecamatan

Pelayanan kesehatan primer yang ada di tingkat kecamatan terdiri dari :

- KB atau pegaturan kesuburan yang menawarkan berbagai metode – metode


bagi laki-laki dan perempuan berdasarkan pilihan dan tidak bertentangan
dengan hukum.
- Pelayanan kesehatan yang aman untuk perempuan selama masa hamil, bersalin
dan menyusui agar memiliki bayi yang sehat.
- Pelayanan penanganan ISR dan IMS termasuk HIV/AIDS untuk laki laki dan
perempuan yang bersifat rahasia dan tidak menghakimi.
- Pelayanan remaja yang dapat diakses remaja perempuan dan laki-laki tanpa
mengalami diskriminasi atau pelecehan.

2. Pelayanan Kesehatan Sekunder di Tingkat Kabupaten

Pelayanan kesehatan sekunder di tingkat kabupaten terdiri dari :

- Diagnosis dan penanganan komplikasi kehamilan dan persalinan.


- Diagnosis dan penanganan komplikasi ISR/PMS termasuk HIV/AIDS
- Diagnosis dan penanganan kemandulan
- Diagnosis dan penanganan kanker system reproduksi dan payudara

Kebijakan kesehatan reproduksi merupakan salah satu determinan penting pencapaian


tujuan pembangunan kependudukan dan kesehatan di Indonesia. Angka Kematian Ibu (AKI),
perkawinan usia dini, dan angka fertilitas total (Total Fertility Rate atau TFR) merupakan
sebagian indikator yang menunjukkan pentingnya peran kebijakan kesehatan reproduksi.

Sesuai pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014


tentang kesehatan reproduksi ada lima pelayanan yang berkaitan dengan kesehatan
reproduksi yaitu :

- Pelayanan kesehatan reproduksi remaja


- Pelayanan kesehatan sistem reproduksi

5
- Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, masa hamil, masa melahirkan, masa
sesudah melahirkan
- Pelayanan kesehatan seksual
- Reproduksi dengan bantuan atau kehamilan di luar cara alamiah

Ada empat faktor yang berkaitan dengan penganalisisan kebijakan kesehatan, yaitu :

- Kuatnya norma-norma agama dan sosial


Kuatnya norma-norma agama dan sosial menyebabkan promosi pelayanan
kesehatan reproduksi untuk remaja dipandang sebagai hal yang sensitif. Hal ini
dikarenakan masih adanya anggapan bahwa pendidikan kesehatan reproduksi
akan meningkatkan kegiatan seksual kelompok usia remaja.

- Akses informasi terbatas


Akses informasi terbatas mengenai kesehatan reproduksi remaja di tingkat
puskesmas belum tersedia di semua wilayah.

- Mengakarnya konsep kesehatan reproduksi paradigma lama


Masih ada sebagian stakeholders yang beranggapan bahwa program KIA sama
seperti program KB padahal KIA sebagai salah satu bagian yang utuh dan
terkait dengan program kesehatan reproduksi lainnya.

- Prioritas pembangunan di tingkat pusat dan daerah


Pemberlakuan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah
(kabupaten/kota) untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai
dengan peraturan perundangan. Euforia otonomi daerah cenderung tidak
memandang penting terhadap beberapa program yang berasal dari pusat, baik
program yang sudah berjalan, apalagi program baru (tahun 2000-an) seperti
kesehatan reproduksi.

2.2 Hak – Hak Kesehatan Reproduksi

Hak-hak reproduksi merupakan bagian dari hak asasi manusia yang diakui oleh
hukum nasional, dokumen internasional tentang hak asasi manusia, dan dokumen – dokumen

6
kesepakatan atau perjanjian lainnya. Terdapat 12 hak-hak reproduksi yang dirumuskan oleh
International Planned Parenthood Federation (IPPF) pada tahun 1996 yaitu :

- Hak untuk hidup Setiap perempuan mempunyai hak untuk bebas dari risiko
kematian karena kehamilan.
- Hak atas kemerdekaan dan keamanan setiap individu berhak untuk menikmati
dan mengatur kehidupan seksual dan reproduksinya dan tak seorang pun dapat
dipaksa untuk hamil, menjalani sterilisasi dan aborsi.
- Hak atas kesetaraan dan bebas dari segala bentuk diskriminasi setiap individu
mempunyai hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi termasuk
kehidupan seksual dan reproduksinya.
- Hak Hak atas kerahasiaan pribadi setiap individu mempunyai hak untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi dengan menghormati
kerahasiaan pribadi. Setiap perempuan mempunyai hak untuk menentukan
sendiri pilihan reproduksinya.
- Hak atas kebebasan berpikir setiap individu bebas dari penafsiran ajaran agama
yang sempit, kepercayaan, filosofi dan tradisi yang membatasi kemerdekaan
berpikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual.
- Hak mendapatkan informasi dan Pendidikan setiap individu mempunyai hak
atas informasi dan pendidikan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi dan
seksual termasuk jaminan kesehatan dan kesejahteraan perorangan maupun
keluarga.
- Hak untuk menikah atau tidak menikah serta membentuk dan merencanakan
keluarga.
- Hak untuk memutuskan mempunyai anak atau tidak dan kapan mempunyai
anak.
- Hak atas pelayanan dan perlindungan kesehatan setiap individu mempunyai hak
atas informasi, keterjangkauan, pilihan, keamanan, kerahasiaan, kepercayaan,
harga diri, kenyamanan, dan kesinambungan pelayanan.
- Hak untuk mendapatkan manfaat dari kemajuan ilmu pengetahuan setiap
individu mempunyai hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi
dengan teknologi mutakhir yang aman dan dapat diterima.

7
- Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik setiap individu
mempunyai hak untuk mendesak pemerintah agar memprioritaskan kebijakan
yang berkaitan dengan hak-hak kesehatan seksual dan reproduksi.
- Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk hak-hak
perlindungan anak dari eksploitasi dan penganiayaan seksual. Setiap individu
mempunyai hak untuk dilindungi dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan
pelecehan seksual.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hak – hak reproduksi mencakup hak – hak asasi manusia yang mana hak – hak
tersebut sudah diakui oleh berbagai hukum nasional, dokumen konsensus PBB yang bersifat
relevan, dan juga hak semua orang dalam membuat suatu keputusan terkait reproduksi yang
bersifat bebas dari diskriminasi maupun paksaan dan kekerasan.

Kebijakan yang diterapkan pemerintah Indonesia terkait kesehatan reproduksi adalah


menanggulangi masalah kesehatan reproduksi tersebut. Pemerintah Indonesia juga sudah
mengangkat Paket Pelayanan Reproduksi Terpadu yang mana tersusun atas Paket Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE) yang terdiri atas kesehatan ibu dan bayi yang baru
lahir, keluarga berencana, kesehatan reproduksi remaja, dan sebagainya. Lalu Paket
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Komperehensif (PKRK) yang terdiri atas pelayanan
kesehatan primer yang berada di tingkat kecamatan dan kabupaten.

Hak – hak reproduksi yang mana bisa dilihat berdasarkan Kemenkes RI (2010) serta
kesepakatan ICPD Kairo (1944), lalu terdapatnya kebijakan teknis operasional di Indonesia
dalam rangka mewujudkan pemenuhan hak – hak reproduksi (BKKBN, 2016).

3.2 Saran

Kami sebagai penulis tentunya menyadari jika makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari tulisan ataupun bahasan kami. Oleh karena itu, kami selalu membuka

8
diri untuk menerima kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan dan penyempurnaan
dalam pembuatan makalah berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Kependudukan Indonesia pada


https://ejurnal.kependudukan.lipi.go.id/index.php/jki/article/view/56/36 diakses pada hari
Rabu, 08 Februari 2022 pukul 12.07

Pkbijateng.or.id “ Kenali 12 Hak Reprosuksi dan Seksual ” https://pkbijateng.or.id/kenali-12-


hak-reproduksi-dan-seksual diakses pada 7 Maret 2022 pukul 16.00

Anda mungkin juga menyukai