Disusun Oleh :
Dosen Pengampu :
Edison M.Kes
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang“Ilmu Dasar
Kesmas”.
Penyusun sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai materi tersebut. Penyusun juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, penyusun berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang
penyusun buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penyusun sendiri maupun
orang lain. Kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penyusun memohon dengan
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
JUDUL.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………….………….................5
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………….................6
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………………………..6
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi ……………………………………………………………………………………7
2.2 Masalah kesehatan utama ………………………………………………….....................8
A. Masalah Perilaku Sehat ……………………………………………………………….9
B. Masalah Kesehatan Lingkungan ……………………………………………………..10
C. Masalah Pelayanan Kesehatan …………………………………………...................13
D. Petugas Kesehatan Yang Profesional ………………………………………………..13
E. Sarana Bangunan dan Pendukung ………………………………………………….. 14
F. Pembiayaan Kesehatan ……………………………………………………………….14
G. Masalah Genetik ……………………………………………………………..............15
2.3 Tantangan Masalah Kesehatan Utama di Indonesia ……………………………………15
A. Faktor Lingkungan …………………………………………………………………..15
B. Faktor Perilaku Gaya Hidup Masyarakat ……………………………………………16
C. Faktor Ekonomi …………………………………………………………......................16
D. Faktor Pelayanan Kesehatan ……………………………………………………….…16
2.4 Cara Menangani Masalah Kesehatan Utama ……………………………………………17
A. Pengembanga Organisasi Manajemen ……………………………………………….17
B. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia ……………………………………….19
C. Peningkatan Orientasi Penelitian …………………………………………………….22
D. Peningkatan Partisipasi Masyarakat …………………………………………………….…23
3
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………………...24
3.2 Saran ………………………………………………………………………………………24
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sehat adalah sebuah kondisi maksimal, baik dari fisik, mental dan sosial
sehingga dapat melakukan suatu aktifitas yang menghasilkan sesuatu. Kondisi tubuh
yang sehat pada manusia dapat kita lihat dari kebugaran tubuh. Dalam sebuah
lingkungan masyarakat terkadang mengalami beberapa masalah kesehatan, baik
yang muda, tua, wanita maupun pria.
Kesehatan dapat diartikan sebuah investasi penting untuk mendukung
pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan
kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam pengukuran Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu komponen utama selain
pendidikan dan pendapatan Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa
dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomi.
Kondisi pembangunan kesehatan secara umum dapat dilihat dari status
kesehatan dan gizi masyarakat, yaitu angka kematian bayi, kematian ibu
melahirkan, prevalensi gizi kurang dan umur angka harapan hidup. Angka kematian
bayi menurun dari 46 (1997) menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup (2002–2003)
dan angka kematian ibu melahirkan menurun dari 334 (1997) menjadi 307 per
100.000 kelahiran hidup (2002-2003). Umur harapan hidup meningkat dari 65,8
tahun (1999) menjadi 66,2 tahun (2003). Umur harapan hidup meningkat dari 65,8
tahun (Susenas 1999) menjadi 66,2 tahun (2003).Prevalensi gizi kurang
5
(underweight) pada anak balita, telah menurun dari 34,4 persen (1999) menjadi 27,5
persen (2004) dan Indonesia di urutan ketiga terbanyak penderita kusta di dunia
dengan jumlah penderita 18,994 orang (2012).
Bila dilihat permasalahan gizi antar provinsi terlihat sangat bervariasi yaitu
terdapat 10 provinsi dengan prevalensi gizi kurang diatas 30% dan bahkan ada yang
diatas 40% yaitu di provinsi Gorontalo, NTB, NTT dan Papua. Kasus gizi buruk
umumnya menimpa penduduk miskin/tidak mampu. Di sisi lain masalah baru gizi
seperti kegemukan, terutama di wilayah perkotaan cenderung meningkat karena
perubahan gaya hidup masyarakat.
Kondisi umum kesehatan seperti dijelaskan di atas dipengaruhi oleh
berbagai faktor yaitu lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Sementara itu
pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain ketersediaan dan
mutu fasilitas pelayanan kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, tenaga
kesehatan, pembiayaan dan manajemen kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan
dasar, yaitu Puskesmas yang diperkuat dengan Puskesmas Pembantu dan Puskesmas
keliling, telah didirikan di hampir seluruh wilayah Indonesia. Saat ini,.
6
mutu, keamanan obat dan perbekalan kesehatan masih belum optimal serta belum
dapat dijangkau dengan mudah oleh masyarakat.
Dalam hal tenaga kesehatan, Indonesia mengalami kekurangan pada hampir
semua jenis tenaga kesehatan yang diperlukan. Permasalahan besar tentang SDM
adalah inefisiensi dan inefektivitas SDM dalam menanggulangi masalah kesehatan.
Dan dalam aspek manajemen pembangunan kesehatan, dengan diterapkannya
desentralisasi kesehatan, permasalahan yang dihadapi adalah kurangnya sinkronisasi
kegiatan antara Pusat dan Daerah, peningkatan kapasitas SDM daerah terutama
dalam perencanaan, peningkatan sistem informasi, terbatasnya pemahaman terhadap
peraturan perundangan serta struktur organisasi kesehatan yang tidak konsisten.
B. Rumusan Masalah
1. Apa masalah kesehatan utama dalam masyarakat ?
2. Apa tantangan kesehatan utama dalam masyarakat ?
3. Bagaimana cara menangani masalah kesehatan utama?
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang masalah, tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk mengetahui dan memahami tentang masalah utama kesehatan, factor yang
mempengaruhi masalah kesehatan, memberikan contoh kasus masalah kesehatan
utama dalam kesmas.
7
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
Sehat merupakan kondisi optimal fisik, mental dan sosial seseorang
sehingga dapat memiliki produktivitas, bukan hanya terbebas dari bibit penyakit.
Kondisi sehat dapat dilihat dari dimensi produksi dan dimensi konsumsi. Dimensi
produksi memandang keadaan sehat sebagai salah satu modal produksi atau
prakondisi yang dibutuhkan seseorang sehingga dapat beraktivitas yang produktif.
Sehat adalah fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri (self care
resources) yang menjamin tindakan untuk perawatan diri ( self care actions) secara
adekuat. Self care resources : mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap. Self
care actions merupakan perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukan untuk
memperoleh, mempertahankan dan meningkatkan fungsi psikososial dan spiritual.
(Paune 1983)
Sehat adalah perwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan dalam
berhubungan dengan orang lain (aktualisasi). Perilaku yang sesuai dengan tujuan,
perawatan diri yang kompeten sedangkan penyesuaian diperlukan untuk
mempertahankan stabilitas dan integritas struktural. (Pender 1982)
Menurut UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan,menyatakan bahwa sehat
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan hidup
produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus
dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan
sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.
Sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa tidak
mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan.
(White 1977)
8
Pemerintah Indonesia sudah mengembangkan konsep Desa Siaga yang
menggunakan pendekatan pengenalan dan pemecahan masalah kesehatan dari, oleh
dan untuk masyarakat sendiri. Peranan petugas kesehatan sebagai stimulator melalui
promosi kesehatan dilakukan dengan memberikan pelatihan penerapan Desa Siaga.
Kegiatan diwujudkan melalui rangkaian pelatihan mengidentifikasi masalah
kesehatan dengan mengenalkan masalah kesehatan dan penyakit yang banyak
terjadi dalam lingkungan mereka dilanjutkan survey mawas diri (SMD) dan aplikasi
upaya mengatasi yang disepakati masyarakat berupa musyawarah masyarakat desa
(MMD). Harapan pemerintah agar upaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dapat lebih cepat dan lebih awet karena masyarakat mampu mandiri
untuk sehat.
Tanpa pemahaman terhadap penyakit dan masalaah kesehatan masyarakat
oleh petugas kesehatan maka tidak akan memiliki dasar pemahaman yang kuat.
Implikasinya akan terjadi semakin jauh kesenjangan pemahaman konsep penyakit
dan masalah kesehatan antara petugas kesehatan dan masyarakat sehingga gagal
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
2. Masalah Kesehatan Utama
Dewasa ini di Indonesia terdapat beberapa masalah kesehatan penduduk
yang masih perlu mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dari semua pihak
antara lain: anemia pada ibu hamil, kekurangan kalori dan protein pada bayi dan
anak-anak, terutama di daerah endemic, kekurangan vitamin A pada anak, anemia
pada kelompok mahasiswa, anak-anak usia sekolah, serta bagaimana
mempertahankan dan meningkatkan cakupan imunisasi. Permasalahan tersebut
harus ditangani secara sungguh-sungguh karena dampaknya akan mempengaruhi
kualitas bahan baku sumber daya manusia Indonesia di masa yang akan datang.
Masalah kesehatan tidak hanya ditandai dengan keberadaan penyakit, tetapi
gangguan kesehatan yang ditandai dengan adanya perasaan terganggu fisik, mental
9
dan spiritual. Gangguan pada lingkungan juga merupakan masalah kesehatan karena
dapat memberikan gangguan kesehatan atau sakit. Di negara kita mereka yang
mempunyai penyakit diperkirakan 15% sedangkan yang merasa sehat atau tidak
sakit adalah selebihnya atau 85%. Selama ini nampak bahwa perhatian yang lebih
besar ditujukan kepada mereka yang sakit. Sedangkan mereka yang berada di antara
sehat dan sakit tidak banyak mendapat upaya promosi. Untuk itu, dalam
penyusunan prioritas anggaran, peletakan perhatian dan biaya sebesar 85 %
seharusnya diberikan kepada 85% masyarakat sehat yang perlu mendapatkan upaya
promosi kesehatan.
Untuk memahami masalah kesehatan yang sering ditemukan di
Indonesia perlu dibagi menjadi beberapa kelompok, antara lain masalah perilaku
kesehatan, lingkungan, genetik dan pelayanan kesehatan yang akan menimbulkan
berbagai masalah lanjutan seperti masalah kesehatan ibu dan anak, masalah gizi dan
penyakit-penyakit baik menular maupun tidak menular. Masalah kesehatan tersebut
dapat terjadi pada masyarakat secara umum atau komunitas tertentu seperti
kelompok rawan (bayi, balita dan ibu), kelompok lanjut usia dan kelompok pekerja.
10
terhadap obyek tersebut. Respon tindakan (perilaku) dapat timbul setelah
respon pengetahuan dan sikap yang searah (sinkron) atau langsung tanpa
didasari kedua respon di atas.
Jenis perilaku ini cenderung tidak bertahan lama karena terbentuk
tanda pemahaman manfaat berperilaku tertentu. Proses terbentuknya sebuah
perilaku yang diawali pengetahuan membutuhkan sumber pengetahuan dan
diperoleh dari pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan
kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada sasaran
sehingga pengetahuan sasaran terhadap sesuatu masalah meningkat dengan
harapan sasaran dapat berperilaku sehat. Sikap setuju terhadap suatu
perilaku sehat dapat terbentuk bila pengetahuan yang mendasari perilaku
diperkuat dengan bukti manfaat karena perilaku seseorang dilandasi motif.
Bila seseorang dapat menemukan manfaat dari berperilaku sehat
yang diharapkan oleh petugas kesehatan maka terbentuklah sikap yang
mendukung. Perilaku sendiri menurut Lawrence Green dilatarbelakangi 3
faktor pokok yaitu faktor predisposisi (predisposing factors), faktor
pendukung (enabling factors) dan faktor penguat (reinforcing factors). Oleh
sebab tersebut maka perubahan perilaku melalui pendidikan kesehatan perlu
melakukan intervensi terhadap ketiga faktor tersebut di atas sehingga
masyarakat memiliki perilaku yang sesuai nilai-nilai kesehatan (Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat).
11
limbah dan sampah serta pengelolaan tempat-tempat umum dan pengolahan
makanan.
1) Penyehatan lingkungan pemukiman
Lingkungan pemukiman secara khusus adalah rumah merupakan
salah satu kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Pertumbuhan penduduk
yang tidak diikuti pertambahan luas tanah cenderung menimbulkan masalah
kepadatan populasi dan lingkungan tempat tinggal yang menyebabkan
berbagai penyakit serta masalah kesehatan. Rumah sehat sebagai prasyarat
berperilaku sehat memiliki kriteria yang sulit dapat dipenuhi akibat
kepadatan populasi yang tidak diimbangi ketersediaan lahan perumahan.
Kriteria tersebut antara lain luas bangunan rumah minimal 2,5 m2 per
penghuni, fasilitas air bersih yang cukup, pembuangan tinja, pembuangan
sampah dan limbah, fasilitas dapur dan ruang berkumpul keluarga serta
gudang dan kandang ternak untuk rumah pedesaan. Tidak terpenuhi syarat
rumah sehat dapat menimbulkan masalah kesehatan atau penyakit baik fisik,
mental maupun sosial yang mempengaruhi produktivitas keluarga dan pada
akhirnya mengarah pada kemiskinan dan masalah sosial.
2) Penyediaan air bersih
Kebutuhan air bersih terutama meliputi air minum, mandi, memasak
dan mencuci. Air minum yang dikonsumsi harus memenuhi syarat minimal
sebagai air yang dikonsumsi. Syarat air minum yang sehat antara lain syarat
fisik, syarat bakteriologis dan syarat kimia. Air minum sehat memiliki
karakteristik tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, suhu di bawah suhu
udara sekitar (syarat fisik), bebas dari bakteri patogen (syarat bakteriologis)
dan mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah yang dipersyaratkan (syarat
kimia). Di Indonesia sumber-sumber air minum dapat dari air hujan, air
sungai, air danau, mata air, air sumur dangkal dan air sumur dalam. Sumber-
12
sumber air tersebut memiliki karakteristik masing-masing yang
membutuhkan pengolahan sederhana sampai modern agar layak diminum.
Tidak terpenuhi kebutuhan air bersih dapat menimbulkan masalah kesehatan
atau penyakit seperti infeksi kulit, infeksi usus, penyakit gigi dan mulut dan
lain-lain.
13
oksidasi dan irigasi, sedangkan secara modern menggunakan Sarana atau
Instalasi Pengolahan Air Limbah (SPAL/IPAL).
4) Pengelolaan tempat-tempat umum dan pengolahan makanan
Pengelolaan tempat-tempat umum meliputi tempat ibadah, sekolah, pasar
dan lain-lain sedangkan pengolahan makanan meliputi tempat pengolahan
makanan (pabrik atau industri makanan) dan tempat penjualan makanan
(toko, warung makan, kantin, restoran, cafe, dll). Kegiatan berupa
pemeriksaan syarat bangunan, ketersediaan air bersih serta pengolahan
limbah dan sampah.
14
sesuai kompetensinya. Kurangnya pengetahuan dan motif ekonomi sering
menjadikan standar pelayanan belum dikerjakan secara maksimal.
Masyarakat cenderung menerima kondisi tersebut karena ketidaktahuan dan
keterpaksaan.
Walaupun pemerintah telah banyak melakukan perbaikan mutu pelayanan
kesehatan di Indonesia baik melalui peraturan standar kompetensi tenaga
kesehatan maupun program peningkatan kompetensi dan pemerataan
distribusi tenaga kesehatan tetapi belum seluruh petugas kesehatan
mendukung. Hal tersebut terkait perilaku sehat petugas kesehatan yang
masih banyak menyimpang dari tujuan awal keberadaannya meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan kuratif masih memimpin
sedangkan aspek preventif dan promotif dalam pelayanan kesehatan belum
dominan. Perilaku sehat masyarakat pun mengikuti saat paradigma sehat
dikalahkan oleh perilaku sakit, yaitu memanfaatkan pelayanan kesehatan
hanya pada saat sakit.
15
f. Pembiayaan kesehatan
g. Masalah Genetik
16
upaya pendekatan kepada pengambil keputusan (tokoh agama, tokoh
masyarakat dan penguasa wilayah). Intervensi berupa pendidikan kesehatan
melalui konseling genetik, penyuluhan usia reproduksi, persiapan pranikah
dan pentingnya pemeriksaan genetik dapat mengurangi resiko munculnya
penyakit atau masalah kesehatan pada keturunannya.
3. Tantangan Masalah Kesehatan Utama di Indonesia
1) Faktor lingkungan
a. Kurangnya peran serta masyarakat dalam mengatasi kesehatan
(masalah-masalah kesehatan).
b. Kurangnya sebagian besar rasa tanggung jawab masyarakat dalam
bidang kesehatan.
2) Faktor perilaku dan Gaya Hidup masyarakat Indonesia
a. Masih banyak insiden atau kebiasaan masyarakat yang selalu
merugikan dan membahayakan kesehatan mereka.
b. Adat istiadat yang kurang atau bahkan tidak menunjang kesehatan.
3) Factor social ekonomi
a. Tingkat pendidikan masyarakat di Indonesia sebagian besar masih
rendah.
b. Kurangnya kesadaran dalam pemeliharaan kesehatan. Budaya sadar
sehat belum merata ke sebagian penduduk Indonesia.
c. Tingkat social ekonomi dalam hal ini penghasilan juga masih rendah
dan memprihatinkan.
4) Factor pelayanan kesehatan
a. Cakupan pelayanan kesehatan belum menyeluruh dimana ada
sebagian propinsi di indonsia yang belum mendapat pelayanan
kesehatan maksimal dan belum merata.
17
b. Upaya pelayanan kesehatan sebagian masih beriorientasi pada upaya
kuratif.
c. Sarana dan prasarana belum dapat menunjang pelayanan kesehatan.
manusia (petugas kesehatan yang profesional), sumber daya sarana
dan prasarana (bangunan dan sarana pendukung) seta sumber daya
dana (pembiayaan kesehatan).
18
Budaya sentralisasi dicurigai menimbulkan kematian inisiatif dan
menghidupkan/menyuburkan sikap pasif pengelolaan organisasi kesehatan di
daerah. Disamping itu budaya sentralisasi cenderung menyebabkan banyak
aspek karakakteristik kondisi dan situasi daerah yang luput dari perhatian para
pembuat program hal ini mengakibatkan banyak paket program kesehatan sulit
dilaksanakan.
19
Otonomi Daerah yang dicanangkan pemerintah dapat dikategorikan
sebagai model pengembangan organisasi don manajemen daerah (termasuk
organisasi kesehatan di daerah). Daerah akan menjadi tuan di rumahnya
sendiri. Otonomi organisasi pelayanan kesehatan diharapkan dapat dilakukan
dengan sungguhsungguh bukan sekedar komoditas politik untuK kepentingan
yang dangkal. Ancangan efisiensi efektifitas dan kesehatan organisasi
merupakan sasaran utama pengembangan organisasi birokrasi pelayanan
keserlatan yang ditujukan untuk menjamin kualitas pelayanan kesehatan
kepada masyarakat secara kontinue hal inilah yang dikatakan sebagai
pencapaian dail mempertahankan optimum prestasi. Dengan demikian
otonomi sebagai perwujudan pengembangan organisasi haruslah direncanakan
dan dilaksanakan dengan benar dan sungguh-sungguh, untuk menciptakan
suatu organisasi pelayanan kesehatan yang siap menghadapi tantangan dan
menyelesaikan masalah kesehatan yang senantiasa berkembang, terutama di
daerah.
Pengembangan organisasi pelayanan kesehatan yang dilakukan harus
dapat menghilangkan berbagai penyimpangan perilaku birokrasi kesehatan
yang tidak bermoral, seperti tidak efisien, tidak efektif, korupsi, kolusi, dan
mengabaikan kualitas pelayanan.
Kegiatan pengembangan organisasi harus dilandasi oleh nilai moral,
jika tidak birokrat kesehatan akan mudah tergelincir untuk melakukan
kostitusi birokratis; yang pada akhirnya menjadikan rakyat sebagai korban.
Segala sesuatunya punya moral, kata Alice dalam petualangannya di
negeri ajaib. “asal kau mampu menemukannya” (Lewis Corral, dipetik oleh
Sumateri JS.1994).
b. Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia Melalui Pengembangan Institusi
Pendidikan Kesehatan
20
Upaya pemerintah untuk mencapai sasaran dan tujuan pembangunan
kesehatan maupun pembangunan bidang lainnya yang terkait dengan kesehatan
masyarakat antara lain dilakukan dengan meningkatkan kuantitas sumber daya
manusia melalui perencanaan kebutuhan dan peningkatan kualitas melalui jalur
pendidikan.
Pembangunan jangka panjang di Indonesia telah mrencanakan partisipasi
perguruan tinggi jauh lebih besar dibandingkan dengan kegiatan pembangunan
sebelumnya dalam usaha untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.
Melalui pendidikan diharapkan dapat terbentuk manusia yang berkualitas
mempunyai kemampuan memanfaatkan, mengembangkan, dan menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi yang diperlukan untuk mendukung pembangunan
seluruh sektor kehidupon msyarakat. Dengan demikian pendidikan merupakan
wahana dan sekaligus cara untuk membangun manusia baik sebagai insan
maupun sebagai sumber daya pembangunan.
Pentingnya sumberdaya manusia yang berkualitas merupakan syarat
utama pengembangan organisasi upaya untuk mendorong terciptanya organisasi
pelayanan kesehatan yang mampu mencapai dan mempertahankan optium
prestasi, menghendaki sumber daya manusia yang berkualitas.
Pengembangan organisasi dan manajemen pada dasarnya menempatkan
peningkatan kualitas sumberdaya manusia, sebagai salah satu fokus utama.
Peningkatan kualitas sumberdaya manusia, umumnya menjadi tindakan awal
(masuk dalam program jangka pendek) untuk melakukan tindakan pengembangan
organisasi dan manajemen secara konprehemsif.
Upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia dari organisasi
pelayanan kesehatan, haruslah diantisipasi oleh institusi pendidikan kesehatan
masyarakat. Artinya, jika organisasi pelayanan kesehatan telah bersiap untuk
melaksanakan pengembangan organisasi dan manajemen sebagai antisipasi untuk
21
menghadapi tantangan kesehatan masyarakat yang semakin kompleks; maka
institusi pendidikan kesehatan masyarakat juga harus melakukan pengembangan
organisasi dan manajemen untuk menghadapi tantangan kesehatan yang semakin
kompleks.
Institusi pendidikan kesehatan masyarakat harus mampu menciptakan
ilmuan dan praktisi kesehatan yang dapat menopang pengembangan organisasi
dan manajemen pelajaran kesehatan dan dapat membantu memecahkan masalah
kesehatan masyarakat.
1.Kurikulum Pendidikan. Kurikulum pendidikan harus selalu dikaji dan dievaluasi agar
senantiasa relevan dengan perkembangan tantangan/masalah kesehatan masyaakat.
2. Peningkatan Mutu Pengajaran. Mutu pengajaran dapat dilakukan melalui
peningkatan jenjang pendidikan para staf pengajar (strata 2 dan 3) serta
pengembangan metode proses belajar mengajar yang lebih efeisien dan efektif.
3. Pengembangan Institusi. Sebagai antisipasi kebutuhan tenaga kesehatan yang
berkualitas dalam jumlah besar. harus dilakukan dengan mengembangkan jenjang
pendidikan yang dikelola oleh instansi upaya memenuhi kebutuhan tenaga. kesehatan
pada level top dan middle management, maka insitusi pendidikan sebaiknya telah
mematangkan rencana dan segera membuka pendidikan Strata 2 dan Srata 3. Adapun
upaya untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan pada level lower management
maka institusi pendidikan sebaiknya mematangkan rencana dan segera membuka
pendidikan Diploma 3 dan 4.
4. Pengembangan Kerjasama. Institusi pendidikan dengan organisasi pelayanan
kesehatan segera mengembangkan kerjasama yang relatif permanen. Pengembangan
kerjasama ini diharapkan dapat menciptakan sifat interdependen dan komplementer
22
antar kedua organisasi, sehingga berbagai kebutuhan yang diperlukan untuk
keberhasilan dan kelangsungan pembangunan kesehatan dapat dipenuhi.
23
d. Peningkatan Partisipasi Masyarakat
Peran serta masyarakat merupakan syarat mutlak untuk mencapai
keberhasilan pembangunan. Hal ini menegaskan bahwa partisipasi aktif masyarakat
dalam proses pembangunan menempati posisi yang sangat penting. Pandangan
bahwa masyarakat adalah semata-mata objek pembangunan harus diganti dengan
menempatkan masyarakat sebagai bagian dari pelaku (subjek) pembangunan.
Masyarakat harus ikut serta dalam proses pembangunan sesuai kondisinya.
Situasi dan kondisi masyarakatlah yang seharusnya menentukan secara objektif
tingkat posisi partisipasinya dalam proses pembangunan; bukan keputusan sepihak
birokrasi yang selalu cenderung menafikan potensi masyarakat yang pada akhirnya
sering menempatkan masyarakat sebagai objek pembangunan.
Beberapa program pemerintah yang berorientasi pada upaya peningkatan
partisipasi dan kemandirian masyarakat dalam kesehatan yang dilaksanakan saat
iniseperti Program Tenaga Penggerak Masyarakat (TPM) dengan melibatkan LSM
Perguruan Tinggi sebagai pembina Program JPKM dan pemberdayaan pesantren
sebagai mitra kerja puskesmas haruslah dilaksanakn dengan benar
Pengawasan dan evaluasi harus dilakukan secara objektif dan efektif,
terutama diarahkan kepada birokrat pelaksana. Tindakan ini menjadi sangat penting
agar tujuan program dapat tercapai sesuai yang diinginkan.
Tantangan pembangunan kesehatan di masa depan tidak lagi harus menjadi
tanggung jawab pemerintah sepenuhnya. tetapi harus dibagi kepada masyarakat.
24
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
25
pengembangan institusi pendidikan kesehatan, peningkatan penelitian dan peningkatan
partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan.
Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
Pressindo, 1983
http://id.wikipedia.org/wiki/Pusat_Kesehatan_Masyarakat
27