Anda di halaman 1dari 19

PERAN PEMBANGUNAN KESEHATAN TERHADAP

PEMBANGUNAN EKONOMI

Teori dan Kebijakan Ekonomi Kependudukan (EKI 412 F2)

Dr. Anak Agung Istri Ngurah Marhaeni, S.E., M.S.

KELOMPOK 8

Nama Anggota Kelompok:

I Gede Rastaka Putra (1907511003)

Ni Putu Ayu Sintiawati (1907511005)

Anak Agung Istri Asri Devi (1907511015)

I Ketut Putra Semadi (1907511019)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah
memberikan hikmat dan kemampuan sehingga makalah ini dapat kami selesaikan
dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
mempelajari dan memahami mata kuliah Teori dan Kebijakan
Kependudukan “Peran Pembangunan Kesehatan Terhadap Pembangunan
Ekonomi”.
Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak dan teman-teman kelompok yang telah membantu dan mendukung dalam
penyusunan makalah ini, dan secara khusus kami ingin mengucapkan terima kasih
kepada ibu Dosen pengampu Mata Kuliah yang telah banyak memberikan
pengetahuan yang bermanfaat bagi kami.
Dikarenakan pengetahuan yang terbatas, kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangannya, baik ditinjau dari
segi materi maupun dari segi tata bahasanya. Namun, kami telah berupaya dengan
segala kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki untuk dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu
Dan kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya. Sekian dan terimakasih

Denpasar, 10 April 2022

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................ i


Kata Pengantar ............................................................................................. ii
Daftar Isi ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 3
2.1 Peran Pembangunan Kesehatan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ................. 3
2.2 Kerangka Analisis Studi Kelangsungan Hidup Anak di Negara Berkembang. 5
2.3 Analisis Ekonomi dari Program-Program Kesehatan .................................... 6
2.4 Stunting dan Konsekuensinya di Indonesia................................................... 7
2.5 Kebijakan Ekonomi Pembangunan Kesehatan di Indonesia.........................10
BAB III PENUTUP .......................................................................................15
3.1 Kesimpulan...............................................................................................15
3.2 Saran.........................................................................................................15
Daftar Pustaka ..............................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan di bidang kesehatan merupakan investasi penting dalam
suatu negara, karena dengan adanya sumber daya yang sehat akan tercipta manusia
yang lebih berkualitas sehingga dapat memajukan diri, bangsa, dan negara.
Investasi kesehatan sangat berguna dalam meningkatkan nilai stok manusia yang
berupa peningkatan ketahanan fisik dan intelegensia, serta dapat mengurangi
penyusutan nilai manusia. Perbaikan kesehatan dan gizi yang terus menerus menuju
pada suatu keadaan yang sehat dan bergizi seimbang akan dapat mempertahankan
kondisi bobot fisik tubuh manusia (Elfindri, 2003).
Kesehatan merupakan indikator yang lebih mencerminkan pembangunan
yang langsung menyentuh atau dirasakan manfaatnya oleh manusia atau rakyat
disuatu negara yang sebelumnya hanya terbatas pada konsep penghasilan.
Kesehatan juga merupakan hak azasi manusia, karena kesehatan merupakan kodrat
manusia yang sesuai dengan deklarasi hak azasi manusia dan konstitusi WHO
(Gani, 2006). Oleh karena kesehatan merupakan hak azasi manusia, maka
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan harus sesuai dengan kebutuhan semua
lapisan masyarakat. Selain itu, pelayanan kesehatan tersebut harus sesuai dengan
kebutuhan medik dan kebutuhan medik tidak boleh membedakan k elas sosial
ekonomi di masyarakat, tetapi yang membedakan hanyalah jenis penyakit
seseorang.
Oleh sebab itu, kesehatan merupakan tanggung jawab semua lapisan
masyarakat dalam suatu negara terutama pemerintah. Dimana, pemerintah memiliki
peranan penting dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang mudah diakses oleh
seluruh lapisan masyarakat tanpa membedakan jenis penyakit maupun status sosial.
Oleh karena itu setiap kegiatan dan upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif,
partisipatif, perlindungan dan berkelanjutan yang sangat penting artinya bagi
pembentukan sumber daya manusia Indonesia, peningkatan ketahanan dan daya
saing bangsa serta pembangunan Nasional (Penjelasan atas Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan).

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka disimpulkan
bahwa rumusan masalahnya yaitu :
1) Bagaimana peran pembangunan kesehatan terhadap pertumbuhan
ekonomi?
2) Bagaimana kerangka analisis studi kelangsungan hidup anak di negara
berkembang?
3) Bagaimana analisis ekonomi dari program-program kesehatan?
4) Bagaimana stunting dan konsekuensinya di Indonesia?
5) Bagaimana kebijakan ekonomi pembangunan kesehatan di Indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan maka disimpulkan
bahwa tujuan penulisannya yaitu :
1) Untuk mengetahui peran pembangunan kesehatan terhadap pertumbuhan
ekonomi.
2) Untuk mengetahui kerangka analisis studi kelangsungan hidup anak di
negara berkembang.
3) Untuk mengetahui analisis ekonomi dari program-program kesehatan.
4) Untuk mengetahui stunting dan konsekuensinya di Indonesia.
5) Untuk mengetahui kebijakan ekonomi pembangunan kesehatan di
Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Peran Pembangunan Kesehatan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
2.1.1. Kesehatan dan Produktivitas Tenaga Kerja
Kesehatan merupakan bagian dari modal manusia yang memengaruhi
pertumbuhan ekonomi. Bloom & Canning (2008) mengemukakan bahwa kesehatan
sebagai modal manusia memengaruhi perekonomian melalui produktivitas tenaga
kerja dalam jangka panjang dan jangka pendek. Dalam jangka panjang, kesehatan
di masa kanak-kanak mampu memengaruhi beberapa indikator tenaga kerja di masa
dewasa.
Dalam jangka pendek, kesehatan pekerja dapat memiliki pengaruh negatif
pada produktivitas, yaitu output (produksi) yang dihasilkan per unit input tenaga
kerja. Kesehatan memengaruhi produktivitas melalui pengaruhnya pada input
tenaga kerja, yang dapat diukur dalam bentuk kuantitas, misalnya jam kerja dan
kualitas seperti kemampuan dan efektivitas kerja. Menurunnya status kesehatan
seorang tenaga kerja akan memengaruhi kuantitas input tenaga kerja dalam bentuk
absenteeism, yaitu hilangnya jumlah hari kerja akibat masalah kesehatan dan
presenteeism yakni menurunnya kualitas pekerjaan seseorang karena isu kesehatan.
Bukti ilmiah juga menunjukkan bahwa masalah kesehatan yang dialami pekerja
atau penduduk usia kerja dapat menurunkan kuantitas dan kualitas pekerja dalam
beberapa bentuk lainnya, seperti partisipasi angkatan kerja, status pengangguran,
tingkat pendapatan pekerja, dan jumlah produksi.
Pada periode terkini, studi lainnya di tingkat ekonomi mikro juga
menganalisis peran kesehatan dalam memengaruhi produktivitas tenaga kerja,
seperti dampak tinggi badan terhadap pendapatan dan keuntungan ekonomi
pengentasan stunting di Indonesia. Dalam ruang lingkup makro, sebuah studi
menunjukkan bahwa angka harapan hidup pekerja berbanding lurus dengan PDB di
Indonesia. Meskipun analisis dampak kesehatan terhadap produktivitas di
Indonesia masih terbatas, studi terdahulu menunjukkan bahwa kesehatan dapat
memengaruhi capaian produktivitas tenaga kerja di Indonesia.

3
2.1.2. Pengaruh Kesehatan Terhadap Pendidikan Sebagai Modal Manusia
Kesehatan sebagai modal manusia tidak hanya memengaruhi perekonomian
melalui produktivitas tenaga kerja, melainkan juga melalui hubungannya terhadap
pendidikan. Studi terdahulu memprediksi adanya hubungan positif timbal balik
antara kesehatan dan pendidikan, sehingga peningkatan salah satu indikator akan
meningkatkan indikator lainnya secara. Di satu sisi, pendidikan akan berdampak
pada peningkatan kesehatan melalui paling tidak melalui tiga jalur mediasi, yakni:
1) Dampak pendidikan terhadap status sosial ekonomi.
2) Pengaruh pendidikan terhadap kemampuan memahami pesan promosi
kesehatan, yang selanjutnya memengaruhi perilaku kesehatan.
3) Peran pendidikan dalam memengaruhi kendali atas diri sendiri.
2.1.3. Implikasi Kesehatan Pada Tabungan dan Investasi
Kesehatan memiliki dampak tidak langsung terhadap perekonomian melalui
pengaruhnya pada tabungan dan investasi, yaitu dua indikator utama yang
membentuk kapital pada model fungsi produksi sebelumnya. Kesehatan
memengaruhi tabungan dan investasi setidaknya melalui tiga hal, antara lain:
1) Menurunnya tabungan akibat pengeluaran (out of pocket) untuk biaya
pengobatan.
2) Meningkatnya angka harapan hidup yang memberi insentif lebih
menabung untuk masa depan.
3) Meningkatnya investasi akibat adanya peningkatan produktivitas
tenaga kerja.
Dalam jangka panjang, kesehatan juga memengaruhi tabungan dengan
menurunkan tingkat mortalitas dan menciptakan penduduk yang berumur panjang
(longevity), sehingga mereka memiliki insentif lebih untuk merencanakan masa
depan dalam bentuk tabungan, terutama tabungan masa pensiun. Melalui model
tabungan siklus hidup (life-cycle saving), beberapa studi sebelumnya menemukan
bahwa peningkatan umur panjang dan angka harapan hidup memiliki korelasi
positif dengan rasio tabungan, tingkat tabungan per kapita, meskipun rasio tersebut
dapat berkurang akibat meningkatnya rasio ketergantungan (dependency ratio) dan
ketiadaan sistem jaminan hari tua pada suatu negara. Selain memengaruhi

4
tabungan, kesehatan penduduk suatu negara juga memengaruhi tingkat investasi,
terutama investasi yang berasal dari luar negeri.
Salah satu contoh kasus adanya hubungan antara kesehatan dan investasi
adalah berkurangnya arus modal dan FDI pada suatu negara akibat wabah COVID-
19. Keberadaan wabah ini diprediksi akan menyebabkan menurunnya FDI global
sebesar 40% dan jatuhnya arus modal sebesar lebih dari -100% sejak awal kasus
COVID-19 di negara-negara emerging economies, termasuk Indonesia. Dampak
penurunan arus modal dan investasi akibat sebuah wabah penyakit ini ternyata
sekitar 4-5 kali lebih besar dibandingkan krisis finansial 2008 dan dampak
kepanikan akan pengumuman kebijakan moneter Amerika Serikat pada 2013
(OECD, 2020). Di Indonesia sendiri, peningkatan kasus COVID-19 sejak awal
Maret 2020 memicu turunnya arus modal sebanyak $11.7 miliar atau sekitar minus
70 persen sejak akhir Februari 2020 hingga April 2020. Melalui hal ini, terlihat
bahwa menurunnya tingkat kesehatan, terutama melalui keberadaan wabah, mampu
mengguncang perekonomian melalui penurunan investasi/arus modal.
2.2. Kerangka Analisis untuk Studi Kelangsungan Hidup Anak di Negara
Berkembang
Pada negara berkembang kelangsungan hidup anak di bidang kesehatan di
analisis dengan 3 cara antara lain :
1. Analisis Biaya (Cost Analisis)
Dalam menganaisis biaya dari sitem pelayana kesehatan, para ekonom
seringkali ,mengukur nilai dari sumber daya yang dugunakan untuk menghasilkan
tingkat pelayanan tertentu. Kesulitan utama dari pengukuran-pengukuran tingkat
pelayanan ini adalah tidak adanya atau pengaruh dai pelayanan tersebut. Oleh
karenanya tingkat pelayanan haus dipandang sebagai petunjuk untuk membahas
biaya. Dalam mengukur opportunity cost usaha diarahkan untuk menilai sosial dari
sumber daya tersebut dalam berbagai alternative investasi. Oleh karenanya, bila
sukarelawan dipakai dalam system kesehatan, perlu ditentukan nilai dari orang-
orang ini.
2. Analisis Biaya Manfaat (Cost Benefit Analysis)
Analisis Biaya Manfaat (CBA) merupakan suatu alat yang paling penting
untuk membantu pengambilan keputusan dalam menentukan pilihannya, atau

5
lazimnya metode ini akan menjamin pengambilan keputusan untuk da pat
melakukan allocative afficiency (Mooney, 1986). Pada dasarnya CBA menawarkan
pebandingan antara seluruh biaya dan manfaat dari suatu program yang dibiayai
dari dana masyarakat. Biaya yang dkeluarkan termasuk juga rencana pengeluaran
yang terlihat dalam anggaran. Sedangkan manfaat didapat bila kerugian di masa
dating bisa dicegah karena kebehasilan dari program tersebut.
3. Analysis Cost Effectiveness
Analisis cost-effectiveness merupakan cara memilih untuk menilai program
yang terbaik bila beberapa program yang berbeda dengan tujuan yang sama tersedia
untuk dipilih). Dalam menganalisis suatu biaya dalam penyakit, analisis cost
effectiveness mendasarkan pada perbandingan antara biaya suatu program
pemberantasan tertentu dan akibat dari program tersebut dalam bantuk perkiraan
dari kematian dan kasus yang bisa dicegah.
2.3. Analisis Ekonomi dari Program-Program Kesehatan
Indeks Pembangunan Manusia Indonesia dari tahun ke tahun meningkat,
walaupun saat ini Indonesia masih berada pada ranking 108 dari 1 87 negara di
dunia. Pembangunan manusia pada dasarnya adalah upaya untuk memanusiakan
manusia kembali. Adapun upaya yang dapat ditempuh harus dipusatkan pada
seluruh proses kehidupan manusia itu sendiri, mulai dari bayi dengan pemberian
ASI dan imunisasi hingga lanjut usia, dengan memberikan jaminan sosial.
Kebutuhan-kebutuhan pada setiap tahap kehidupan harus terpenuhi agar
dapat mencapai kehidupan yang lebih bermartabat. Program Indonesia Sehat terdiri
atas 1) Paradigma Sehat; 2) Penguatan Pelayanan Kesehatan Primer; dan 3)
Jaminan Kesehatan Nasional. Ketiganya akan dilakukan dengan menerapkan
pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko (health risk).
Ada beberapa kesulitan untuk dapat menerapkan dengan baik ilmu ekonomi
ke dalam bidang kesehatan. Yang pertama menyangkut operasionalisasi
terminology kesehatan hingga dapat diukur secara ekonomis. Yang kedua, adalah
kesulitan untuk mengukur hasil operasionalisasi tersebut, terutama yang
menyangkut masalah pengukuran output kesehatan itu sendiri. Apalagi jika diingat
bahwa kesehatan itu sebenarya bukanlah barang dalam pengertian ekonomi. Sebab
kesehaan tidak dapat diperjualbelikan (non tradeable). Lain halnya dengan

6
perawatan kesehatan, yang dapat diperjualbelikan dan mempunyai nilai atau harga.
Karenanya, sebenarnya ilmu ekonomi akan lebih banya dan lebih relevan
peranannya untuk membicarakan masalah perawatan kesehatan daripada
kesehatannya sendiri (Lubis,2009).
Operasional terminology kesehatan mempunyai dua sisi bahasan, yaitu yang
berkaitan dengan cakupan aspek bahasan dan yang berkaitan dengan kedalaman
aspek bahasan. Pada kedua aspek inilah yang nantinya akan diukur secara
ekonomis. Cakupan bahasan yang dimaksud disini adalah aspek manakah dari
kesehatan yang akan dibahas (Lubis,2009)
Dalam mendekati berbagai kesulitan pengukuran output analisis ekonomi,
pakar ekonomi kesehatan mencoba mengukur melalui tiga bentuk pendekatan.
Yaitu pertama melalui pendekatan sumber daya manusia (human capital approach)
yang pada awalnya dikembangkan oleh Grossman (1972) dan Evans (1972).
Pendekatan yang kedua adalah dengan cara kemauan pasien untuk membayar
(Willingness to pay/WTP approach) yang antara lain digunakan oleh Mooney
(1977) dalam membahas tentang perhitungan manfaat pemberian pagar pada jalan
bebas hambatan di Inggris Raya. Yang terakhir adalah dengan melalui manfaat dari
status sehat itu sendiri (Utility of health status).
Human capital approach pada dasarnya menghitung manfaat hasil
perawatan kesehatan itu melalui berbagai kemampuan si pasien untuk
menghasilkan produksi di masa mendatang, yaitu setelah ia sembuh dari penyakit
yang dideritanya (produktivitas di kemudian hari). Pendekatan willingness to pay
merupakan koreksi terhadap kelemahan dari pendekatan human capital, dimana
dalam pendekatan ini penilaian output kesehatan lebih banyak ditawarkan kepada
si pasien sendiri. Artinya sei pasien sendirilah yang menilai berapa dia mau
membayar seandainya satatus kesehatannya yang jadi membaik dari kondisi saat
ini.
2.4. Stunting dan Konsekuensinya di Indonesia
Indonesia diperkirakan akan menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia dalam
beberapa dekade mendatang. PricewaterhouseCoopers (PWC) memprediksi
ekonomi Indonesia akan masuk dalam lima besar dunia pada 2030, bahkan menjadi
urutan ke-4 negara dengan ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2050. Jika itu

7
terjadi, posisi Indonesia hanya akan ada di bawah Tiongkok, India dan Amerika
Serikat. Prediksi tersebut didasarkan pada pertumbuhan ekonomi Indonesia yang
dianggap stabil dan populasi yang besar. berdasarkan proyeksi komposisi usia
penduduk pada 2030, 70 persen penduduk Indonesia berusia 15 -64 tahun, atau
berada dalam masa produktif. Komposisi ini disebut sebagai bonus demografi.
Kelompok usia produktif inilah, yang jumlahnya diperkirakan 180 juta jiwa, yang
akan menjadi motor penggerak perekonomian nasional. Alih-alih menjadi berkah,
bonus demografi terancam menjadi malapetaka karena tingginya persentase balita
penderita stunting di Indonesia. Padahal, balita inilah yang kelak menjadi tenaga
produktif tersebut.
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi pada seribu
hari pertama kehidupan anak. Dimana kondisi ini dapat berefek jangka panjang
hingga anak dewawa dan lanjut usis. Kasus stunting banyak ditemukan di daerah
dengan kemiskinan tinggi dan tingkat pendidikan yang rendah. Di Indonesia tingkat
stunting sebagai dampak kurang gizi pada balita telah melampaui batas yang
ditetapkan WHO. Stunting merupakan kondisi ketika balita memiliki tinggi badan
dibawah rata-rata. Hal ini diakibatkan asupan gizi yang diberikan, dalam waktu
yang panjang, tidak sesuai dengan kebutuhan. Stunting berpotensi memperlambat
perkembangan otak, dengan dampak jangka panjang berupa keterbelakangan
mental, rendahnya kemampuan belajar, dan risiko serangan penyakit kronis seperti
diabetes, hipertensi, hingga obesitas.
Grafik 1. Perkembangan Angka Stunting di Indonesia dari Tahun 2013-2021

Angka Stunting
40

30

20

10

0
2013 2015 2017 2019 2021

Angka Stunting

Sumber: Kemenkes RI, 2021

8
Angka stunting di Indonesia pada tahun 2013 mencapai 37,2 persen dan
pada tahun 2015 sebesar 29 persen. Selanjutnya, pada tahun 2017 angka stunting di
Indonesia sebesar 27,6 persen dan tahun 2019 sebesar 27,7%. Pada tahun 2021
angka stunting di Indonesia menurun menjadi 24,4 persen. Namun, angka tersebut
masih di atas batas yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 20
persen. Saat ini prevelensi stunting di Indonesia lebih baik dari Myanmar (35%),
tetapi masih lebih tinggi dari Vietnam (23%), Malaysia (17%), Thailand (16%), dan
Singapura (4%). Berdasarkan angka stunted (pendek menurut usia) dikaitkan
dengan angka wasted (kurus menurut tinggi badan) sesuai standar yang ditetapkan
WHO, hanya Bali menjadi satu-satunya provinsi berkategori baik dengan angka
stunted rendah (≤ 20 persen) yakni 10.9 persen dan wasted rendah (≤ 5 persen)
yakni 3 persen. Untuk provinsi dalam kategori kronik dengan angka stunted rendah
dan wasted tinggi, di dalamnya terdapat 5 provinsi antara lain Lampung, Bangka
Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, dan Yogyakarta.

Kemudian, kategori akut dengan angka stunted tinggi dan wasted rendah
adalah Bengkulu. Sedangkan kategori terakhir, kronik dan akut terdapat 27 provinsi
sisanya dengan angka stunted dan wasted tinggi. Stunting dan permasalahan
kekurangan gizi lain yang terjadi pada balita erat kaitannya dengan kemiskinan.
Stunting umumnya terjadi akibat balita kekurangan asupan penting seperti protein
hewani dan nabati dan juga zat besi. Pada daerah-daerah dengan kemiskinan tinggi,
seringkali ditemukan balita kekurangan gizi akibat ketidakmampuan orang tua
memenuhi kebutuhan primer rumah tangga. Adapun dampak yang timbul akibat
dari stunting adalah sebagai berikut:

a. Kognitif lemah dan psikomotorik terhambat


Bukti menunjukkan anak yang tumbuh dengan stunting mengalami masalah
perkembangan kognitif dan psikomotor. Jika proporsi anak yang mengalami
kurang gizi, gizi buruk, dan stunting besar dalam suatu negara, maka akan
berdampak pula pada proporsi kualitas sumber daya manusia yang akan
dihasilkan. Artinya, besarnya masalah stunting pada anak hari ini akan
berdampak pada kualitas bangsa masa depan.

9
b. Kesulitan menguasai sains dan berprestasi dalam olahraga
Anak-anak yang tumbuh dan berkembang tidak proporsional hari ini, pada
umumnya akan mempunyai kemampuan secara intelektual di bawah rata-
rata dibandingkan anak yang tumbuh dengan baik. Generasi yang tumbuh
dengan kemampuan kognisi dan intelektual yang kurang akan lebih sulit
menguasai ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi karena kemampuan analisis
yang lebih lemah. Pada saat yang sama, generasi yang tumbuh dengan kondisi
kurang gizi dan mengalami stunting, tidak dapat diharapkan untuk berprestasi
dalam bidang olah raga dan kemampuan fisik. Dengan demikian, proporsi
kurang gizi dan stunting pada anak adalah ancaman bagi prestasi dan kualitas
bangsa di masa depan dari segala sisi.
c. Lebih mudah terkena penyakit degeneratif
Kondisi stunting tidak hanya berdampak langsung terhadap kualitas intelektual
bangsa, tapi juga menjadi faktor tidak langsung terhadap penyakit degeneratif
(penyakit yang muncul seiring bertambahnya usia). Berbagai studi
membuktikan bahwa anak-anak yang kurang gizi pada waktu balita, kemudian
mengalami stunting, maka pada usia dewasa akan lebih mudah mengalami
obesitas dan terserang diabetes melitus.
d. Sumber daya manusia berkualitas rendah
Kurang gizi dan stunting saat ini, menyebabkan rendahnya kualitas sumber
daya manusia usia produktif. Masalah ini selanjutnya juga berperan dalam
meningkatkan penyakit kronis degeneratif saat dewasa.

2.5. Kebijakan Ekonomi Pembangunan Kesehatan di Indonesia


2.5.1 Program Keluarga Berencana
Keluarga Berencana (KB) pertama kali ditetapkan sebagai program
pemerintah pada tanggal 29 Juni 1970, bersamaan dengan dibentuknya Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Program KB di Indonesia sudah dimulai
sejak tahun 1957, namun masih menjadi urusan kesehatan dan belum menjadi
urusan kependudukan. Namun sejalan dengan semakin meningkatnya jumlah
penduduk Indonesia serta tingginya angka kematian ibu dan kebutuhan akan
kesehatan reproduksi, Program KB selanjutnya digunakan sebagai salah satu cara

10
untuk menekan pertumbuhan jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu
dan anak.
Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyatakan bahwa pembangunan
keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam
lingkungan yang sehat; dan Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran
anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,
perlindungan, dan bantuan sesuai hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga
berkualitas. UU ini mendukung Program KB sebagai salah satu upaya untuk
mewujudkan keluarga sehat dan berkualitas. Pengaturan kehamilan dalam Program
KB dilakukan dengan menggunakan alat kontrasepsi.
Keluarga merupakan komponen terkecil dari sebuah negara, dan dari sebuah
keluarga dihasilkan manusia berkualitas yang akan membangun bangsa dan negara.
Keluarga Berencana (KB) adalah salah satu cara untuk menghasil kan manusia yang
berkualitas, baik dari sisi materi dan maupun spiritual. Secara kependudukan, KB
bertujuan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Secara kesehatan, KB
merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan ibu dan anak.
Melalui program KB diharapkan kualitas bangsa akan terus meningkat dan dapat
dilihat dari AHH dan angka melek huruf yang semakin tinggi, serta jumlah
kemiskinan dan angka kematian ibu yang semakin menurun. Oleh karena itu, untuk
mendukung program KB dibutuh kan kemudahan akses bagi peserta dan calon
peserta untuk mendapatkan layanan KB. Kementerian Kesehatan, BKKBN, serta
Pemerintah Daerah berkewajiban untuk mendukung penyediaan dan kemudahan
akses KB.
2.5.2 Sosialisasi Pencegahan Stunting
Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang berdampak serius
terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah satu masalah kekuran gan gizi
yang masih cukup tinggi di Indonesia terutama masalah pendek (stunting) dan kurus
(wasting) pada balita serta masalah anemia dan kurang energi kronik (KEK) pada
ibu hamil. Masalah kekurangan gizi pada ibu hamil ini dapat menyebabkan berat
badan bayi lahir rendah (BBLR) dan kekurangan gizi pada balita, termasuk
stunting.

11
Stunting dapat terjadi sebagai akibat kekurangan gizi terutama pada saat 1000
HPK. Pemenuhan gizi dan pelayanan kesehatan pada ibu hamil perlu mendapat
perhatian untuk mencegah terjadinya stunting. Stunting akan berpengaruh terhadap
tingkat kecerdasan anak dan status kesehatan pada saat dewasa. Akibat kekurangan
gizi pada 1000 HPK bersifat permanen dan sulit untuk diperbaiki.
Penanggulangan Stunting menjadi tanggung jawab bersama, tidak hanya
Pemerintah tetapi juga setiap keluarga Indonesia. Karena stunting dalam jangka
panjang berdampak buruk tidak hanya terhadap tumbuh kembang anak tetapi juga
terhadap perkembangan emosi yang berakibat pada kerugian ekonomi. Mulai dari
pemenuhan gizi yang baik selama 1000 hari pertama kehidupan anak hingga
menjaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat. STOP generasi balita pendek di
Indonesia.
2.5.3 Sosialisasi GERMAS
Gerakan Kesehatan Masayarakat merupakan program garda depan di era
pemerintahan Presiden Joko Widodo untuk membangun sumber daya manusia
Indonesia yang unggul. Maka, tidak mengherankan jika tujuan tersebut tidak
mungkin hanya dibebankan pada satu atau sekelompok kementerian semata,
sekalipun fokus perhatiannya adalah kesehatan. Diteguhkan de ngan Instruksi
Presiden nomor 1 tahun 2017 tentang Germas sebagai payung hukumnya, Germas
sejak awal dirancang sebagai program lintas sektor yang melibatkan 20
Kementerian dan Lembaga, Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota,
dunia usaha, serta masyarakat. Dengan demikian, gerakan ini bisa menjadi andalan
untuk menjaga kesehatan secara holistik yang bertumpu pada kemandirian
masyarakat.
Slogan-slogan seperti ‘empat sehat lima sempurna’, kegiatan ‘SKJ (Senam
Kesegaran Jasmani)”, atau pelaksanaan program “Samijaga (Sarana Air Minum dan
Jamban Keluarga)”. Pada era berikutnya ada gerakan hijau, cinta lingkungan, 3R
(reduce, reuse, recycle), juga tren bersepeda ‘gowes’, ‘car free day’, jalan sehat,
lari sehat (run-5K, 10K), dan berbagai inisiatif lain, yang dipopulerkan baik oleh
pemerintah, masyarakat, organisasi nirlaba, maupun dunia usaha. Terkini, ajakan
“Gemar Makan Ikan” dan “Isi Piringku” menjadi andalan upaya perbaikan gizi
masyarakat. Ajakan makan ikan dilatarbelakangi konsumsi ikan masyarakat

12
Indonesia yang masih rendah dibandingkan negara-negara di kawasan ASEAN,
sementara produksi ikan berlimpah. “Isi piringku” merupakan pedoman praktis gizi
seimbang yang menerjemahkan bukti-bukti ilmiah kedalam porsi makanan sehari-
hari yang mudah diikuti. Semua itu bagian dari upaya kesehatan promotif preventif,
baik berdiri sendiri maupun bagian dari program yang komprehensif.
Germas merupakan upaya untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan bagi setiap orang untuk hidup sehat agar peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud (Pedoman Umum Pelaksanaan
Germas, 2017). Untuk menurunkan faktor risiko utama penyakit menular, penyakit
tidak menular, angka kematian ibu, angka kematian bayi dan stunting, baik faktor
biologis, perilaku, maupun lingkungan, maka perlu dilakukan gerakan masyarakat
hidup sehat.
2.5.4 Peningkatan Pelayanan Kesehatan
Kesehatan masyarakat memiliki peran penting dalam upaya peningkatan
kualitas sumber daya manusia, penanggulangan kemiskinan dan pembangunan
ekonomi. Indeks Pembangunan Manusia meletakkan kesehatan adalah salah satu
komponen utama pengukuran selain pendidikan dan pendapatan. Kondisi umum
kesehatan Indonesia dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perilaku, dan pelayanan
kesehatan. Sementara itu pelayanan kesehatan terdiri dari beberapa komponen
antara lain ketersediaan dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan, obat dan
perbekalan kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan dan manajemen kesehatan.
Pemerintah melakukan lima upaya guna menguatkan pelayanan kesehatan, antara
lain:
1. Peningkatan Akses. Upaya ini dilakukan melalui pemenuhan tenaga
kesehatan, peningkatan sarana pelayanan primer (Puskesmas, klinik pratama,
dokter praktek mandiri), pemenuhan prasarana pendukung (alat kesehatan,
obat, dan bahan habis pakai), serta inovasi untuk pelayanan di daerah
terpencil dan sangat terpencil, dengan pendekatan pelayanan kesehatan
bergerak, gugus pulau, atau telemedicine.
2. Peningkatan mutu baik fasilitas penyelenggara layanan, maupun sumber
daya manusia kesehatan diantaranya melalui penyediaan norma, standar,
prosedur dan kriteria (NSPK) atau standar prosedur operasional (SPO),

13
peningkatan kemampuan tenaga kesehatan (Nakes), dokter layanan primer
(DLP) dan akreditasi fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP).
3. Regionalisasi rujukan melalui penguatan sistem rujukan baik di tingkat
Kabupaten, Regional, maupun Nasional. Sejak jaminan kesehatan nasional
(JKN) dilaksanakan mulai awal 2014, kebutuhan penataan sistem rujukan
semakin dibutuhkan. Di era JKN, mekanisme rujukan penting untuk
menjamin mutu pelayanan dan efisiensi pembiayaan.
4. Penguatan peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan
Provinsi melalui sosialisasi advokasi dan capacity building.
5. Penguatan dukungan bagi penguatan pelayanan kesehatan dari lintas sektor,
baik itu berupa regulasi, infrastruktur, maupun pendanaan.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesehatan merupakan bagian dari modal manusia yang memengaruhi
pertumbuhan ekonomi. Bloom & Canning (2008) mengemukakan bahwa kesehatan
sebagai modal manusia memengaruhi perekonomian melalui produktivitas tenaga
kerja dalam jangka panjang dan jangka pendek. Dalam jangka panjang, kesehatan
di masa kanak-kanak mampu memengaruhi beberapa indikator tenaga kerja di masa
dewasa.
Kesehatan memiliki dampak tidak langsung terhadap perekonomian melalui
pengaruhnya pada tabungan dan investasi, yaitu dua indikator utama yang
membentuk kapital pada model fungsi produksi sebelumnya. Kesehatan
memengaruhi tabungan dan investasi setidaknya melalui tiga hal, antara lain: 1)
Menurunnya tabungan akibat pengeluaran (out of pocket) untuk biaya pengobatan.
2) Meningkatnya angka harapan hidup yang memberi insentif lebih menabung
untuk masa depan. 3) Meningkatnya investasi akibat adanya peningkatan
produktivitas tenaga kerja.
Kesehatan masyarakat memiliki peran penting dalam upaya peningkatan
kualitas sumber daya manusia, penanggulangan kemiskinan dan pembangunan
ekonomi. Indeks Pembangunan Manusia meletakkan kesehatan adalah salah satu
komponen utama pengukuran selain pendidikan dan pendapatan. Kondisi umum
kesehatan Indonesia dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perilaku, dan pelayanan
kesehatan. Sementara itu pelayanan kesehatan terdiri dari beberapa komponen
antara lain ketersediaan dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan, obat dan
perbekalan kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan dan manajemen kesehatan.
3.2 Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan
makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun
nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan
menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari
para pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA

Dasman, Hardisman. 2019. Empat dampak stunting bagi anak dan


negara Indonesia. Diakses 7 April 2022 melalui
https://theconversation.com/empat-dampak-stunting-bagi-anak-dan-negara-
indonesia-110104
Humas Litbangkes. 2021. Angka Stunting Turun 2021. Diakses tanggal 7 April
2022 melalui https://www.litbang.kemkes.go.id/angka-stunting-turun-di-
tahun-2021/
Lubis, Ade Fatma. Ekonomi kesehatan. USUpress, 2009.
P2PTM Kemens RI. 2018. Stunting, Ancam Generasi Masa Depan Indonesia.
Diakses tanggal 7 April 2022 melalui http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-
p2ptm/subdit-penyakit-diabetes-melitus-dan-gangguan-metabolik/stunting-
ancaman-generasi-masa-depan-indonesia
Wahyuni, Krismanti Tri. "Analisis pengaruh infrastruktur ekonomi dan sosial
terhadap produktivitas ekonomi di Indonesia." (2009).

16

Anda mungkin juga menyukai