DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah “Pengembangan Kebijakan
Kesehatan”. Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu drg. Hermiyanty, M.Kes, selaku
dosen mata kuliah Administrasi Kebijakan Kesehatan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kelompok 3
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemampuan membangun sistem kebijakan untuk mencapai tujuan kebijakan
merupakan kunci utama dalam menilai salah satu parameter efektivitas pemerintah yang
sedang berkuasa. Hal ini dinyatakan oleh Organization for economic Co-operation and
development (OECD, 2000), yakni “a key determintant of government effectiveness is how
well regulatory systems achieve their policy objectives”. Kendati demikian, banyak
Negara OECD yang masih terus melahirkan berbagai kebijakan yang belum memenuhi
harapan masyarakat luas hingga tak sedikit yang menuai protes dan tuntutan publik.
Kegagalan kebijakan ini kemudian mendorong pemerintah melahirkan semakin banyak
kebijakan, namun amat disayangkan tidak disertai dengan penjelasan memadai tentang
penyebab terjadinya kegagalan. Situasi ini terjadi pula di Indonesia, tidak terkecuali di
sektor kesehatan.
Ketidakadilan dan disparitas pelayanan kesehatan Adalah fenomena gunung es
bagi indonesia. Pelayanan kesehatan adalah suatu kemewahan yang tak terjangkau bagi
banyak rakyat miskin. Mempertimbangkan indeks Gini yang rendah dapat diperkirakan
masalah kesehatan yang ter potret hanya sedikit dari yang sebetulnya terjadi. Untuk
mengatasi kondisi ini, jelas tidak cukup hanya mengandalkan empati para pemimpin yang
lantas memerintahkan penanganan cepat kasus per kasus. Dibutuhkan sebuah sistem yang
menjamin merata dan terjangkau unya pelayanan kesehatan bagi setiap warga negara tanpa
terkecuali dan tak hanya bergerak oleh karena diangkatnya kasus tersebut meluas ke
publik.
Ungkapan lawas Julianto Tudor Hart bahwa "variasi dari ketersediaan pelayanan
kesehatan di suatu daerah cenderung berkebalikan dengan kebutuhan pelayanan dari
penduduk yang dilayaninya" masih tertampakan di negara ini. Pelayanan kesehatan
cenderung berada di kota besar dan maju yang telah memiliki derajat kesehatan relatif
baik. Di lain pihak, justru pada daerah terpencil dan tertinggal yang penduduknya masih
memiliki derajat kesehatan rendah, pelayanan kesehatan lebih sulit didapat. Permasalahan
kesehatan tak dapat diselesaikan dengan baik tanpa dukungan pembiayaan kesehatan yang
memadai. Pembiayaan kesehatan merupakan faktor yang signifikan memengaruhi kualitas
kesehatan suatu negara. Saat ini, indonesia sudah mengalokasikan 5% dari belanja
negaranya dalam sektor kesehatan. Hal ini dapat dilihat dari besarnya anggaran yang
4
dialokasikan ,yakni Rp104 triliun dari total belanja negara sebesar Rp2.080,5 Trilliun
(Kementrian Keuangan RI, 2017).
Masalah-masalah kesehatan tersebut adalah cerminan dari kegagalan kebijakan
(policy failure) yang merefleksikan buruknya formulasi kebijakan, ketidakketepatan
implementasi, rendahnya efektivitas evaluasi kebijakan, atau kurang mendukungnya
berbagai aktor serta faktor eksternal dan internal lain yang berperan dalam tahapan
pengembangan kebijakan. Kebijakan yang gagal dapat bermula dari munculnya
permasalahan atau ketidak ketepatan formulasi kebijakan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kebijakan dan kebijakan kesehatan?
2. Apa itu karakterisitik kebijakan?
3. Apa itu analisis kebijakan dan evaluasi kebijakan?
4. Apa saja tujuan dari analisis kesehatan?
5. Apa saja bentuk dari analisis kesehatan?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian kebijakan dan kebijakan kesehatan
2. Untuk mengetahui karakteristik kebijakan
3. Untuk mengetahui pengertian analisis kebijakan dan evaluasi kebijakan
4. Untuk mengetahui tujuan dari analisis kesehatan
5. Untuk mengetahui bentuk dari analisis kesehatan
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
B. Karakteristik Kebijakan
Secara sederhana, kebijakan kesehatan dipahami persis sebagai kebijakan publik
yang berlaku untuk bidang kesehatan. Urgensi kebijakan kesehatan sebagai bagian dari
kebijakan public semakin menguat mengingat karakteristik unik yang ada pada sektor
kesehatan sebagai berikut :
a) Sektor kesehatan amat kompleks karena menyangkut hajat hidup orang banyak dan
kepentingan masyarakat luas.
b) Consumer ignorance, keawaman masyarakat membuat posisi dan relasi ‘masyarakat –
tenaga medis’ menjadi tidak sejajar dan cenderung berpola paternalistik. Artinya
masyarakat, atau dalam hal ini pasien, tidak memiliki posisi tawar yang baik, bahkan
hampir tanpa daya tawar.
c) Kesehatan memiliki sifat uncertainty (ketidakpastian). Kebutuhan akan pelayanan
kesehatan sama sekali tidak berkait dengan kemampuan ekonomi rakyat. Siapa pun
dia baik dari kalangan berpunya maupun miskin ketika jatuh sakit tentu akan
membutuhkan pelayanan kesehatan.
d) Karakteristik berikutnya adalah adanya eksternalitas, yaitu keuntungan yang
dinikmati atau kerugian yang diderita oleh sebagian masyarakat karena tindakan
kelompok masyarakat lainnya.
Secara lebih rinci World Health Organization (WHO) membedakan peran negara
dan pemerintah sebagai pelaksana di bidang kesehatan, yaitu sebagai pengarah
(stewardship atau oversight), regulator, dan sebagai objek regulasi. Kemudian WHO juga
menetapkan delapan elemen yang harus tercakup dan menentukan kualitas dari sebuah
kebijakan kesehatan, yaitu :
a) Pendekatan holistik, kesehatan sebaiknya didefinisikan sebagai sesuatu yang dinamis
dan lengkap dari dimensi fisik, mental, sosial, dan spritual.
b) Partisipatori, melalui partisipasi masyarakat dapat dibangun collective action (aksi
bersama masyarakat) yang akan menjadi kekuatan pendorong dalam
pengimplementasian kebijakan dan penyelesaian masalah.
c) Kebijakan publik yang sehat, yaitu setiap kebijakan harus diarahkan untuk mendukung
terciptanya pembangunan kesehatan yang kondusif dan berorientasi kepada masyarakat.
d) Ekuitas, yaitu harus terdapat distribusi yang merata dari layanan kesehatan. Ini berarti
negara wajib menjamin pelayanan kesehatan setiap warga negara tanpa memandang
status ekonomi maupun status sosialnya.
7
e) Efisiensi, yaitu layanan kesehatan harus berorientasi proaktif dengan mengoptimalkan
biaya dan teknologi.
f) Kualitas, artinya pemerintah harus menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas
bagi seluruh warga negara. Di samping itu, dalam menghadapi persaingan pasar bebas
dan menekan pengaruh globalisasi dalam sector kesehatan, pemerintah perlu
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan setara dengan pelayanan kesehatan bertaraf
internasional.
g) Pemberdayaan masyarakat, terutama pada daerah terpencil, dan perbatasan untuk
mengoptimalkan kapasitas sumber daya yang dimiliki.
h) Self-reliant, kebijakan kesehatan yang ditetapkan sebisa mungkin dapat memenuhi
keyakinan dan kepercayaan masyarakat akan kapasitas kesehatan di wilayah sendiri..
8
kesehatan juga merupakan satu bentuk riset terapan yang dilaksanakan untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai masalah kesehatan
masyarakat secara utuh sehingga dengan pemahaman tersebut dapat mengarahkan
pada alternatif solusi untuk masalah tersebut. Sebagai aktifitas intelektual, analisis
kebijakan dilakukan dengan menciptakan, menilai dan mengkomunikasikan
pengetahuan yang relevan dengan kebijakan dalam satu atau lebih tahapan proses
pembuatan kebijakan (Ade Heryana,2020).
Analisis kebijakan terdiri dari dua hal, yaitu analisis determinasi kebijakan
dan analisis isi kebijakan. Determinasi kebijakan yaitu suatu analisis yang di
dalamnya berisikan mengenai cara pembuatan kebijakan, alasan kebijakan dibuat,
kapan kebijakan tersebut dirumuskan, dan untuk siapa kebijakan itu dibuat.
Sedangkan, analisis isi kebijakan yaitu mendeskripsikan suatu kebijakan dan juga
memaparkan bagaimana kebijakan tersebut mempunyai keterkaitan dengan
kebijakan sebelumnya/dahulunya. Analisis isi kebijakan didasarkan dengan adanya
informasi yang ada di kerangka nilai teoritis yang dilakukan untuk menyumbang
kritik atas kebijakan tersebut. Dalam melakukan analisis kebijakan, maka hal
pertama yang dilakukan adalah dengan melakukan suatu penelitian yang dapat
memberikan penjelasan terhadap masalah yang menjadi alasan dibuatnya kebijakan
tersebut sampai dengan tahap implementasi pelaksanaan kebijakan tersebut.
Dalam berbagai macam disiplin ilmu, analisis kebijakan memiliki tujuan
yang bersifat deskriptif, evaluatif, serta preskriptif. Sehingga, dalam analisis
kebijakan harus menghasilkan informasi serta argumen yang masuk akal, maka
dalam analisis kebijakan harus dapat menjawab tiga pertanyaan, yaitu: Pertama,
nilai yang digunakan pencapaiannya harus merupakan standar utama untuk
menentukan apakah masalah tersebut dapat diatasi atau tidak. Kedua, keberadaan
fakta bisa menjadi panggar atau justru bisa untuk meningkatkan penyampaian nilai.
Ketiga, suatu tindakan yang dalam penerapannya dapa menghasilkan atau
mencapai nilai-nilai yang diinginkan.
b. Tujuan Analisis Kebijakan
Memberikan rekomendasi perbaikan dan solutif alternative terhadap
pengambil kebijakan untuk mewujudkan evidence based policy.
9
2. Evaluasi Kebijakan
a. Definisi Evaluasi Kebijakan
Evaluasi kebijakan adalah kegiatan yang menjelaskan mengenai penilaian
dalam kebijakan yang meliputi esensi, pelaksanaan serta dampak. Oleh karena itu,
evaluasi kebijakan publik dipandang sesuatu kegiatan fungsional, yang berarti
evaluasi dilakukan di seluruh rangkaian kegiatan kebijakan. Dengan demikian,
evaluasi kebijakan mencangkup tahap perumusan masalah kebijakan, alternatif-
alternatif yang menjadi usulan, pelaksanaan, serta dampak dari kebijakan itu.
Terkait dengan kesehatan, kualitas pelayanan kesehatan dapat dinilai dari
informasi tentang penggunaan pengaruh (evaluasi hasil), tentang penampilan
kegiatan-kegiatan (evaluasi proses) atau tentang fasilitasfasilitas dan penataan-
penataan (evaluasi struktur). Evaluasi harus dipandang sebagai suatu cara untuk
perbaikan pembuatan keputusan untuk tindakan-tindakan di masa yang akan
datang.
Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan
(input), keluaran (output), dam hasil (outcome) terhadap rencana dan standar.
Evaluasi kebijakan publik menurut Muhadjir dalam Widodo (2008, h.112),
merupakan suatu proses untuk menilai seberapa jauh suatu kebijakan publik dapat
membuahkan hasil, yaitu dengan membandingkan antara hasil yang diperoleh
dengan tujuan atau target kebijakan publik yang ditentukan.
Edward A. Suchman dalam Permatasari (2020) menyebutkan langkah-
langkah dalam mengevaluasi kebijakan publik, yaitu: melakukan identifikasi
terhadap tujuan dan program, analisis permasalahan, deskripsi dan standarisasi
kegiatan, melakukan pengukuran, menetapkan penyebab yang menciptakan
perubahan, serta indikator-indikator penentu kemunculan dampak. Pelaksanaan
evaluasi kebijakan publik bertujuan memilih tingkat kinerja, efisiensi suatu
kebijakan, mengukur tingkat keluaran suatu kebijakan, mengukur dampak suatu
kebijakan, untuk mengetahui apabila ada penyimpangan-penyimpangan yang
mungkin terjadi, dan sebagai bahan masukan untuk kebijakan yang akan datang
untuk menghasilkan kebijakan yang lebih baik.
Kriteria yang menjadi indikator evaluasi oleh Dunn dalam Fitriana (2019),
yaitu:
1) Efektivitas yaitu diartikan untuk melihat apakah kebijakan tersebut mencapai
hasil yang dicita-citakan.
10
2) Efisiensi yaitu berkaitan dengan seberapa banyak usaha yang dilakukan untuk
bisa menciptakan efektivitas.
3) Kecukupan yaitu berkaitan dengan sejauh mana efektivitas dapat memenuhi
seluruh keputusan, nilai atau kesempatan yang menjadi alasan berkembangnya
masalah.
4) Perataan berkaitan dengan distribusi kebijakan apakah dilakukan secara merata
dan adil atau tidak pada seluruh elemen masyarakat.
5) Responsivitas yaitu berkaitan dengan sejauh mana kebijakan tersebut dapat
menjawab kebutuhan, preferensi atau nilai dari masyarakat kelompok tertentu.
6) Ketepatan yaitu indikator yang berhubungan dengan rasionalitas substantive.
Indikator ini memilki fokus pada nilai dari tujuan kegiatan yang menjadi fokus
utama dari tujuan-tujuan yang melandasinya.
b. Tujuan Evaluasi Kebijakan
Secara umum, tujuan evaluasi kebijakan adalah menilai isi atau konten
kebijakan apakah berlangsung sesuai tujuan penetapan dan terimplementasi dengan
baik, serta mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran kebijakan. Selain itu,
hasil evaluasi akan mampu menjelaskan keberhasilan atau kegagalan
pengembangan kebijakan. Tujuan evaluasi untuk mengetahyui hasil capaian kinerja
pembangunan, identifikasi permasalahan dan tindak lanjut yang direkomendasikan
sebagai bahan perumusan dan perbaikan kebijakan/program/kegiatan, serta
membantu penentuan penyusunan sasaran dan target kinerja pembangunan secara
tepat.
11
rekomendasi yang praktis untuk keputusan-keputusan penting (WHO, 2020). Kebijakan
kesehatan dapat bermanifestasi dalam berbagai hal dan tidak selalu dalam bentuk
dokumen- dokumen (Ritsatakis, 2008). Kebijakan kesehatan diexpresikan dalam bentuk
suatu konstitusi, undang-undang dan peraturan-peraturan termasuk juga platform dari
partai-partai politik atau kertas-kertas kebijakan (Ritsatakis, 2018). Kebijakan Kesehatan
juga bertujuan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman akan kebijakan kesehatan
serta hubungan antara kebijakan kesehatan dan kesehatan, sehingga memungkinkan untuk
menanggani persoalan-persoalan dari kesehatan masyarakat Kebijakan kesehatan tidak
saja terdiri dari dokumen-dokumen strategi dalam suatu negara, tetapi juga bagaimana
kebijakan itu diimplementasi oleh pengambil keputusan dan pemegang program
kesehatan, dan bagaimana melakukannya secara praktis pada masing-masing tingkatan
pemerintahan.
12
1) Analisis berorientasi Disiplin, lebih terfokus pada pengembangan dan pengujian
teori dasar dalam disiplin keilmuan, dan menjelaskan sebab akibat kebijakan.
Contoh: Upaya pencarian teori dan konsep kebutuhan serta kepuasan tenaga
kesehatan di Indonesia, dapat memberi kontribusi pada pengembangan
manajemen SDM original berciri Indonesia (kultural). Orientasi pada tujuan dan
sasaran kebijakan tidak terlalu dominan. Dengan demikian, jika ditetapkan
untuk dasar kebijakan memerlukan kajian tambahan agar lebih operasional.
2) Analisis berorientasi masalah, menitikberatkan pada aspek hubungan sebab
akibat dari kebijakan, bersifat terapan, namun masih bersifat umum. Contoh:
Pendidikan dapat meningkatkan cakupan layanan kesehatan. Orientasi tujuan
bersifat umum, namun dapat memberi variabel kebijakan yang mungkin dapat
dimanipulasikan untuk mencapai tujuan dan sasaran khusus, seperti
meningkatnya kualitas kesehatan gigi anak sekolah melalui peningkatan
program UKS oleh puskesmas.
3) Analisis beriorientasi penerapan, menjelaskan hubungan kausalitas, lebih tajam
untuk mengidentifikasi tujuan dan sasaran dari kebijakan dan para pelakunya.
Informasi yang dihasilkan dapat digunakan untuk mengevaluasi hasil kebijakan
khusus, merumuskan masalah kebijakan, membangun alternatif kebijakan yang
baru, dan mengarah pada pemecahan masalah praktis. Contoh: analis dapat
memperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau
kegagalan pelayanan KIA di Puskesmas. Informasi yang diperoleh dapat
digunakan sebagai dasar pemecahan masalah kebijakan KIA di puskesmas.
3. Analisis Kebijakan Terpadu
Bentuk analisis ini bersifat konprehensif dan kontinyu, menghasilkan dan
memindahkan informasi gabungan baik sebelum maupun sesudah tindakan kebijakan
dilakukan. Menggabungkan bentuk prospektif dan restropektif, serta secara ajeg
menghasilkan informasi dari waktu ke waktu dan bersifat multidispliner.
Bentuk analisis kebijakan di atas, menghasilkan jenis keputusan yang relatif
berbeda yang, bila ditinjau dari pendekatan teori keputusan (teori keputusan deksriptif
dan normatif), yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Teori Keputusan Deskriptif , bagian dari analisis retrospektif, mendeskripsikan
tindakan dengan fokus menjelaskan hubungan kausal tindakan kebijakan, setelah
kebijakan terjadi. Tujuan utama keputusan adalah memahami problem kebijakan,
13
diarahkan pada pemecahan masalah, namun kurang pada usaha pemecahan
masalah.
2) Teori Keputusan Normatif , memberi dasar untuk memperbaiki akibat tindakan,
menjadi bagian dari metode prospektif (peramalan atau rekomendasi), lebih
ditujukan pada usaha pemecahan masalah yang bersifat praktis dan langsung.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kebijakan merupakan suatu rangkaian alternatif yang siap dipilih berdasarkan prinsip-
prinsip tertentu. Ilmu kebijakan sering dipergunakan untuk mengembangkan
hubungan antara pemerintah dan swasta, distribusi kewenangan dan tanggung jawab
antara level pemerintah, hubungan antara penyusunan kebijakan dan pelaksanaannya.
Kebijakan kesehatan merupakan aplikasi dari kebijakan public ketika pedoman yang
ditetapkan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Kebijakan
kesehatan merupakan segala Tindakan pengambilan keputusan yang mempengaruhi
sistem kesehatan yang dilakukan oleh actor institusi pemerintah, organisasi, Lembaga
swadaya masyarakat dan lainnya. Kebijakan kesehatan adalah keputusan, rencana dan
Tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan kesehatan tertentu di dalam suatu
masyarakat.
2. Secara sederhana, kebijakan kesehatan dipahami persis sebagai kebijakan publik yang
berlaku untuk bidang kesehatan. Urgensi kebijakan kesehatan sebagai bagian dari
kebijakan public semakin menguat mengingat karakteristik unik yang ada pada sektor
kesehatan,yaitu : Sektor kesehatan amat kompleks karena menyangkut hajat hidup
orang banyak dan kepentingan masyarakat luas, Consumer ignorance, Kesehatan
memiliki sifat uncertainty (ketidakpastian), adanya eksternalitas.
3. Analisis kebijakan merupakan suatu disiplin ilmu terapan dengan memakai metode
untuk meneliti dan memberikan pendapat, untuk membuat serta mentransformasikan
suatu informasi yang selaras dengan kebijakan.
4. Evaluasi kebijakan adalah kegiatan yang menjelaskan mengenai penilaian dalam
kebijakan yang meliputi esensi, pelaksanaan serta dampak. Oleh karena itu, evaluasi
kebijakan publik dipandang sesuatu kegiatan fungsional, yang berarti evaluasi
dilakukan di seluruh rangkaian kegiatan kebijakan. Tujuan dari kebijakan kesehatan
adalah untuk menyediakan pola pencegahan, pelayanan yang terfokus pada
pemeliharaan kesehatan, pengobatan penyakit dan perlindungan terhadap kaum
rentan. Kebijakan kesehatan juga peduli terhadap dampak dari lingkungan dan sosial
ekonomi terhadap kesehatan. Kebijakan Kesehatan juga bertujuan untuk menambah
pengetahuan dan pemahaman akan kebijakan kesehatan serta hubungan antara
kebijakan kesehatan dan kesehatan, sehingga memungkinkan untuk menanggani
persoalan-persoalan dari kesehatan masyarakat Kebijakan kesehatan tidak saja terdiri
15
dari dokumen-dokumen strategi dalam suatu negara, tetapi juga bagaimana kebijakan
itu diimplementasi oleh pengambil keputusan dan pemegang program kesehatan, dan
bagaimana melakukannya secara praktis pada masing-masing tingkatan pemerintahan.
5. Analisis kebijakan terdiri dari beberapa bentuk, yang dapat dipilih dan digunakan.
Pilihan bentuk analisis yang tepat, menghendaki pemahaman masalah secara
mendalam, sebab kondisi masalah yang cenderung menentukan bentuk analisis yang
digunakan. Berdasarkan pendapat para ahli (Dunn, 1988; Moekijat, 1995; Wahab,
1991) dapat diuraikan beberapa bentuk analisis kebijakan yang lazim digunakan,
yaitu: Analisis Kebijakan Prospektif, Analisis Kebijakan Restrospektif (AKR),
Analisis Kebijakan Terpadu.
B. Saran
Kurangnya kepatuhan dalam mengimplementasikan berbagai regulasi atau isi
kebijakan itu sendiri adalah penyebab kegagalan kebijakan. Pelaksanaan policy
monitoring and monitoring compliance, yaitu pengawasan terhadap kepatuhan berbagai
bentuk monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan merupakan upaya yang dapat
ditempuh untuk meningkatkan kepatuhan terhadap pada tahap implementasi.
16
DAFTAR PUSTAKA
Prodi Kesehatan Masyarakat : Universitas Esa Unggu Fitriana, Dina Mei. (2019). Evaluasi
kebijakan pelayanan rumah sakit keliling Dinas Kesehatan provinsi Lampung (Studi
pada kelurahan Panarangan Jaya kecamatan Tulang Bawang Tengah kabupaten
Tulang Bawang Barat). Skripsi Fisip, Ilmu Pemerintahan.Universitas Lampung.
Permatasari, Iman Amanda. (2020). Kebijakan publik (Teori, analisis, implementasi, dan
evaluasi kebijakan).
The Journalish: Social and Goverment. 1(1), 36-37. Biro Perencanaan dan Penganggaran.
2020.
Rencana Aksi Kegiatan Tahun 2020- 2024. Jakarta : Sekretariat Jenderal Kementrian
Kesehatan
Dian Herdiana. 2018. ‘Sosialisasi Kebijakan Publik: Pengertian dan Konsep Dasar’. Jurnal
Ilmiah Wawasan Insan Akademik. Vol. 1, No. 3.
Supriyanto, dkk. 2020. Kebijakan Kesehatan dan Analisis Kebijakan. Zifatama Jawara:
Sidoarjo.
Roy G.A. Massie. Kebijakan Kesehatan: Proses, Implementasi, Analisis dan Penelitian.
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan –Vol. 12 No. 4 Oktober 2018: 409–417
Ritsatakis A, 2018. Framework for the analysis of country (HFA) policies. WHO Regional
Office for Europe, 2018 (document ICP/MPN 032) Copenhagen Denmark. Walt,2018.
Health policy: an introduction to process and power. London: Zen Books. UK. World Health
Organisation (WHO), 2020. The World Health Report: Health System: Improving
Perfomance (p. 1-125). Geneva
Rapotan, Hasibua. 2020. Bahan Ajar Administrasi dan Kebijakan Kesehatan. FKM
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
17
Dr. Dumilah Ayuningtyas, MARS. 2019. Analisis Kebijakan Kesehatan: Prinsip dan
Aplikasi. Depok. Rajawali Pers.
18