Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 9

KIRANA AULIA PUTRI (1715301045)

NADIA IZZATI (1715301002)

CIKITA GUSPA RIANI (1715301036)

ANNISA ANDRIANI (1715301043)

JURUSAN KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

TA. 2020/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan hidayah Nya kami dapat menyelesaikan makalah Kapita Selekta Tentang “Target
Kinerja Dan Kerangka Pendanaan”.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita tentang “Target Kinerja Dan Kerangka Pendanaan”.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini Masih banyak terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang kami buat demi masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini bisa berguna untuk kedepannya, dan jika ada kata-kata yang
kurang berkenan kami mohon maaf. Terimakasih

Bandar Lampung, 28 juli


2020
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................. i

KATA PENGANTAR................................................................................ ii

DAFTAR ISI............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakanng............................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................... 1

1.3 Tujuan.............................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Teknis Lainnya...... 4

2.2 Perencanaan dan Penganggaran Program Pembangunan Kesehatan.... 4

2.3 Pembinaan administrasi kepegawaian.................................................. 6

2.4 Pembinaan Pengelolaan Administrasi Keuangan dan Barang Milik Negara 23

2.5 Perumusan Peraturan Perundang-Undangan dan Organisasi 23

2.6 Pengelolaan Urusan Tata Usaha, Keprotokolan, Rumah Tangga, Keuangan, dan
Gaji 23

2.7 Pengelolaan Data dan Informasi Kesehatan.......................................... 23

2.8 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat............................. 23


BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan........................................................................................... 29

3.2 Saran...................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan nasional diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan


dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan pada
periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan
derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan
pemeratan pelayanan kesehatan. Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah :

a) Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak;


b) Meningkatnya pengendalian penyakit;
c) Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan;
d) Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu
Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan;
e) Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin;
f) Meningkatkan responsivitas sistem kesehatan.

Memperhatikan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2009


tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara serta Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1144/Menkes/per/VII/2010 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Sekretariat Jenderal merupakan unsur
pembantu pimpinan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri
Kesehatan. Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan mempunyai tugas
menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian
dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di Kementerian Kesehatan.
Dalam upaya memperlancar pelaksanaan Sekretariat Jenderal perlu disusun suatu
rencana aksi program Sekretariat Jenderal yang berisi tujuan, sasaran, strategis dan
berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun 2015 – 2019.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja yang termasuk program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas
teknis lainnya?
2. Bagaimana perencanaan dan penganggaran program pembangunan kesehatan?
3. Bagaimana pembinaan administrasi kepegawaian?
4. Bagaimana pembinaan pengelolaan administrasi keuangan dan barang milik
Negara?
5. Bagaimana perumusan dan peraturan undang – undang organisasi?
6. Bagaimana pengelolaan urusan tata usaha,keprotokolan,rumah tangga,dan
gaji?
7. Bagaimana pengelolaan data dan informasi kesehatan?
8. Bagaimana promosi kesehatan dan pemberdayaan di masyarakat?

1.3 Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas


teknis lainnya
2. Untuk mengetahui perencanaan dan penganggaran program pembangunan
kesehatan
3. Untuk mengetahui pembinaan administrasi kepegawaian
4. Untuk mengetahui pembinaan pengelolaan administrasi keuangan dan barang
milik Negara
5. Untuk mengetahui perumusan dan peraturan undang – undang organisasi
6. Untuk mengetahui pengelolaan urusan tata usaha,keprotokolan,rumah
tangga,dan gaji
7. Untuk mengetahui pengelolaan data dan informasi kesehatan
8. Untuk mengetahui promosi kesehatan dan pemberdayaan di masyarakat
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Teknis Lainnya

Program dukungan manajemen dan pelaksanaan teknis lainnya merupakan salah satu
program generik di lingkungan Kementerian Kesehatan RI yang terbagi menjadi 13
kegiatan. Sasaran Program Peningkatan Manajemen dan Tugas Teknis Lain adalah
meningkatnya koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan
manajemen Kementerian Kesehatan. Indikator pencapaian sasaran adalah:

a) Jumlah kebijakan publik yang berwawasan kesehatan sebanyak 15 kebijakan.


b) Persentase harmonisasi dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis
lainnya sebesar 98%.
c) Untuk mencapai sasaran hasil tersebut, maka kegiatan yang akan dilakukan
adalah:
d) Perencanaan dan Penganggaran Program Pembangunan Kesehatan Sasaran
e) Pembinaan Administrasi Kepegawaian
f) Pembinaan Pengelolaan Administrasi Keuangan dan Barang Milik Negara
g) Pengelolaan Urusan Tata Usaha, Keprotokolan, Rumah Tangga, Keuangan,
dan Gaji
h) Pengelolaan Data dan Informasi Kesehatan
i) Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
j) Penanggulangan Krisis Kesehatan
k) Pengelolaan Komunikasi Publik
l) Peningkatan Intelegensia Kesehatan
m) Peningkatan Kesehatan Jemaah Haji
n) Peningkatan Kerja sama Luar Negeri
o) Pengelolaan Konsil Kedokteran Indonesia
2. 2 Perencanaan dan Penganggaran Program Pembangunan Kesehatan

Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya kualitas perencanaan dan penganggaran


program pembangunan kesehatan. Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:

Jumlah Provinsi yang memiliki rencana lima tahun dan anggaran kesehatan
terintegrasi dari berbagai sumber sebanyak 34 Provinsi.

Jumlah dokumen kebijakan perencanaan, anggaran dan evaluasi pembangunan


kesehatan yang berkualitas sebanyak 127 dokumen.

Jumlah rekomendasi monitoring dan evaluasi terpadu sebanyak 170 rekomendasi.

A. Kebutuhan Anggaran Kesehatan

Kebutuhan layanan kesehatan penduduk secara regional spesifik di kebanyakan


negara. Sistem kesehatan nasional dihadapkan pada dilema mengalokasikan sumber
daya ke wilayah ini untuk memperhitungkan kebutuhan. Meskipun sistem historis
dan inkremental merupakan norma di masa lalu, negara-negara semakin
memanfaatkan informasi mengenai kebutuhan lokal untuk mempengaruhi alokasi ini.
(Firdaus, 2012)

Di Indonesia, ketidaksetaraan pola pendanaan bersejarah diperburuk oleh dampak


undang-undang desentralisasi yang diberlakukan pada tahun 1999 dan direvisi pada
tahun 2001 yang menempatkan sebagian besar layanan kesehatan di bawah tanggung
jawab pemerintah kabupaten. (Firdaus, 2012)

Dinas Kesehatan Kabupaten sekarang harus bersaing dengan sektor lain untuk
pendanaan. Tinjauan pengeluaran publik baru-baru ini menunjukkan bahwa
pengeluaran kesehatan lokal sebagian besar terkait dengan pendapatan kabupaten
daripada kebutuhan populasi. Ketidakadilan di tingkat kabupaten cenderung
berkontribusi terhadap ketidakadilan di tingkat individu : studi penelitian
menunjukkan bahwa Indonesia memiliki salah satu distribusi sumber daya kesehatan
masyarakat paling miskin di wilayah ini. (Firdaus, 2012)
B. Alokasi Dana Kesehatan

Dinas Kesehatan memiliki pengaruh terhadap sistem kesehatan dengan mewajibkan


pemerintah daerah untuk menyediakannya paket layanan minimal (Standar Pelayanan
Minimal atau SPM) untuk populasi mereka. SPM terdiri dari perawatan ibu dan bayi,
keluarga berencana, bayi dan kesehatan anak (termasuk pemeriksaan kesehatan rutin
dan merawat anak-anak yang menderita kekurangan gizi, diare dan infeksi
pernafasan) dan prioritasnya menular penyakit (tuberkulosis, malaria dan demam
berdarah). Itu SPM menetapkan target tingkat cakupan yang relevan kelompok
penduduk mulai dari sekitar 75% (cakupan kasus malaria) sampai 95% (asuhan
antenatal). Paket mencakup perawatan kesehatan pribadi dan kesehatan masyarakat
tindakan (misalnya penyemprotan demam berdarah). Paketnya juga mendefinisikan
dukungan untuk perawatan kesehatan pribadi yang lebih luas untuk orang miskin
termasuk perawatan dasar dan rujukan. Layanan ini tidak didefinisikan dengan baik
dan dalam tulisan ini kita membatasi perhatikan biaya layanan universal yang ada
ditentukan untuk diberikan kepada seluruh populasi. (Firdaus, 2012)

Pembiayaan untuk mencapai target SPM berasal dari beberapa sumber. Sejak tahun
2004 telah ada skema asuransi untuk orang miskin berdasarkan karakteristik rumah
tangga dan individu pertama dikelola oleh asuransi kesehatan negara agensi (PT
Askes) dan, sejak 2008, sebagai program khusus dari Kementerian Kesehatan
(Jamkesmas). Kabupaten adalah diperlukan untuk menyediakan dana untuk layanan
prioritas ke sisa populasi tapi sedikit yang diketahui tentang biaya komitmen tersebut
dan bagaimana hal itu bervariasi melintasi negara. Variasi biaya yang luas sangat
mungkin terjadi karena negara ini terdiri dari lebih dari 17.000 pulau yang memiliki
status ekonomi dan sosial yang sangat berbeda. Fokus penelitian ini adalah pada
estimasi dana yang dibutuhkan untuk mencapai minimum. (Firdaus, 2012)

Tingkat cakupan SPM yang ditetapkan secara politis untuk setiap layanan memiliki
potensi untuk menghasilkan pergeseran sumber daya yang penting menuju daerah
dengan penggunaan rendah relatif terhadap kebutuhan. Analisis statistik Faktor
kebutuhan untuk menentukan pembobotan terhambat oleh kurangnya kumpulan data
berskala besar yang representatif di daerah di negara berpenghasilan rendah dan
menengah. Demografis dan Survei Kesehatan disediakan apa yang mungkin paling
konsisten dan dapat diandalkan untuk pemodelan kebutuhan kesehatan tapi biasanya
tidak representatif di bawah tingkat provinsi dan sebagian besar terbatas pada
serangkaian indikator proses utama untuk ibu dan pemanfaatan kesehatan anak.
(Firdaus, 2012)

2.3 Pembinaan administrasi kepegawaian

Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya pelayanan administrasi kepegawaian.


Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah :

a) Persentase pemenuhan kebutuhan SDM aparatur kesehatan sebesar 90%.


b) Persentase pejabat struktural di lingkungan Kementerian Kesehatan yang
kompetensinya sesuai persyaratan jabatan sebesar 90%.
c) Persentase pegawai Kementerian Kesehatan dengan nilai kinerja minimal baik
sebesar 94%.

Pembinaan kepegawaian perlu dilaksanakan dalam upaya meningkatkan kualitas


sumber daya aparatur untuk dapat bekerja secara profesional dalam rangka mencapai
tujuan organisasi. Secara implisit mengandung suatu interprestasi bahwa pembinaan
adalah segala usaha dan kegiatan mulai dari perencanaan, pengorganisasian,
pembiayaan, koordinasi, pelaksanaan sampai pada pengawasan untuk mencapai
tujuan dengan hasil yang maksimal. Untuk menghindari bias kepentingan individu
dengan kepentingan organisasi maka diperlukan pembinaan yang bermuatan suatu
ketugasan yakni meningkatkan ketertiban administrasi, disiplin dan motivasi kerja.
Menurut Sondang P. Siagian (1994 : 24) : “Bahwa secara ilmiah pembinaan sumber
daya manusia (aparatur) dapat diartikan sebagai pembinaan mutu kehidupan berkarya
bagi pencapaian misi organisasi publik telah menunjuk indikator-indikator patologi
bagi bina sumber daya manusia (aparatur yang mutakhir) yang meliputi bina
keperilakukan, persepsi, profesionalisme, skill, ekspektasi dan etos atau sistem kerja”.
Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa, untuk mencapai misi organisasi dapat
dilakukan dengan menunjuk pada indikator-indikator tertentu seperti skill,
profesionalisme, pengelolaan administrasi maupun bina keperilakuan. Namun secara
realita, semua itu akan terlalu berat jika dilakukan secara bersama-sama tanpa
dukungan SDM yang memadai dan sarana yang mendukung, tentu ada prioritas agar
lebih maksimal dalam pelaksanaannya. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
profesionalisme pegawai salah satunya adalah pembinan administrasi kepegawaian.

Pembinaan administrasi kepegawaian instansi, yang dilakukan oleh Badan


Kepegawaian Daerah Kabupaten Sleman meliputi 4 (empat) komponen kegiatan
pokok yang dilaksanakan yaitu :

1. Pelaporan perkembangan data kepegawaian, pembinaan ini difokuskan pada


bagaimana seorang pengelola kepegawaian instansi membuat penjagaan
KGB, KP, pensiun, permasalahan cuti PNS, laporan perubahan data keluarga,
laporan perceraian, dan laporan kehadiran pegawai;
2. Pengelolaan file kepegawaian, pembinaan ini ditekankan pada bagaimana
seorang pegawai menyadari akan pentingnya dan manfaat dari file
kepegawaian, sehingga terjadi komunikasi yang sinergis antara PNS dan
pengelola kepegawaian instansi;
3. Pemantauan pengelolaan kepegawaian, penekanannya pada seberapa besar
capaian perkembangan data kepegawaian dan pengelolaan file kepegawaian
pada kurun waktu tertentu. Jika output yang dihasilkan pembinaan
menunjukkan peningkatan capaian kinerja maka bisa dipertahankan tetapi
sebaliknya jika output yang dicapai mengalami penurunan atau tidak ada
perkembangan yang signifikan maka perlu dievaluasi;
4. Komponen pendukung, dalam pembinaan selain tersebut pada butir diatas
masih dilengkapi data pendukung seperti : Formulir data nominatif, daftar
urut kepengkatan, Bezetting, kartu cuti PNS yang tujuannya untuk
menyamakan persepsi tentang data kepegawaian seiring dengan adanya
perubahan regulasi yang begitu cepat.
2.4 Pembinaan Pengelolaan Administrasi Keuangan dan Barang Milik Negara

Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan dan Barang
Milik Negara (BMN) Kementerian Kesehatan secara efektif, efisien dan dilaporkan
sesuai ketentuan. Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:

a) Persentase Satker yang menyampaikan laporan keuangan tepat waktu dan


berkualitas sesuai dengan SAP untuk mempertahankan WTP sebesar 100 %.
b) Persentase nilai aset tetap yang telah mendapatkan Penetapan Status
Penggunaan (PSP) sesuai ketentuan sebesar 100 %.
c) Persentase pengadaan menggunakan e-procurement sebesar 100 %.

Pasal 119 Bagian Rumah Tangga dan Protokol mempunyai tugas melaksanakan
urusan kerumahtanggaan di lingkungan Sekretariat Jenderal dan keprotokolan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Pasal 120 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 119,
Bagian Rumah Tangga dan Protokol menyelenggarakan fungsi: a. pelaksanaan urusan
dalam di lingkungan Sekretariat Jenderal; b. pelaksanaan urusan ketatalaksanaan dan
kepegawaian Biro; c. pelaksanaan pemeliharaan barang milik negara di lingkungan
Sekretariat Jenderal; dan d. pelaksanaan urusan keprotokolan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

Pasal 121 Bagian Rumah Tangga dan Protokol terdiri atas: a. Subbagian Urusan
Dalam; b. Subbagian Pemeliharaan; dan c. Subbagian Protokol.

Pasal 122 (1) Subbagian Urusan Dalam mempunyai tugas melakukan urusan
keamanan, ketertiban, kebersihan, keindahan, pengaturan penggunaan kendaraan dan
rumah dinas, dan pengelolaan poliklinik di lingkungan Sekretariat Jenderal serta
urusan ketatalaksanaan dan kepegawaian Biro. (2) Subbagian Pemeliharaan
mempunyai tugas melakukan pemeliharaan barang milik negara di lingkungan
Sekretariat Jenderal. (3) Subbagian Protokol melakukan urusan keprotokolan dan
penerimaan tamu di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

2.5 Perumusan Peraturan Perundang-Undangan dan Organisasi

Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya produk peraturan perundang-undangan,


pelayanan hukum, organisasi dan tata laksana. Indikator pencapaian sasaran tersebut
adalah:

Jumlah produk hukum bidang kesehatan yang diselesikan:

a) (RUU/RPP/R.Per/Keppres/Inpres yang diselesaikan sebanyak 35 produk


hukum.
b) Jumlah R.Permenkes/R.Kepmenkes bidang kesehatan sebanyak 375 produk
hukum.
c) Jumlah penanganan masalah/kasus dan perjanjian kerjasama bidang
kesehatan:
d) Jumlah penanganan masalah hukum terkait aset sebanyak 300 penanganan.
e) Jumlah penanganan kasus-kasus hukum sebanyak 175 penanganan.
f) Jumlah produk organisasi dan tata kerja serta analisis jabatan sebanyak 44
produk.
g) Jumlah produk ketata laksanaan, penyelenggaraan urusan pemerintahan
bidang kesehatan, akuntabilitas kinerja dan jabatan fungsional sebanyak 75
produk.

Peraturan Presiden Nomor 68 tahun 2019 tentang Organisasi Kementerian Negara


adalah pengaturan mengenai pokok-pokok organisasi kementerian negara. Peraturan
Presiden Nomor 68 tahun 2019 tentang Organisasi Kementerian Negara ditetapkan
dalam rangka mewujudkan organisasi kementerian negara yang tepat fungsi, tepat
ukuran, dan tepat proses untuk mendukung efektivitas penyelenggaraan
pemerintahan. Peraturan Presiden Nomor 68 tahun 2019 tentang Organisasi
Kementerian Negara juga untuk melaksanakan ketentuan Pasal 11 Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara.

Pelaksanaan kegiatan di bidang pembentukan peraturan perundang-undangan terdiri


dari, antara lain:

1. Pemberian Saran dan Tanggapan Terhadap Rancangan yang berasal dari Instansi
Lain;

2. Rekomendasi Persetujuan Usul Prakarsa Penyusunan RUU;

3. Penyusunan Rancangan Peraturan (UU, PP dan lainnya);

4. Sosialisasi Rancangan Undang-Undang;

5. Publikasi Peraturan Perundang-undangan;

6. Pembinaan dan Pengembangan Tenaga Perancang.

2.6 Pengelolaan Urusan Tata Usaha, Keprotokolan, Rumah Tangga, Keuangan, dan
Gaji

Sasaran kegiatan ini adalah:

a) Meningkatnya kualitas administrasi korespondensi, pengaturan acara dan


kegiatan pimpinan dengan baik dan lancar sesuai aturan,
b) Meningkatnya kualitas pelayanan dokumen perjalanan dinas luar negeri, tata
naskah dinas dan pengelolaan kearsipan dilingkungan Kementerian
Kesehatan,
c) Meningkatnya pengelolaan kantor Kementerian Kesehatan,
d) Meningkatnya kualitas pengelolaan pembayaran gaji dan/atau insentif tenaga
kesehatan strategis tepat sasaran dalam rangka mendukung capaian indikator
program pembangunan kesehatan 2015-2019.

Indikator pencapaian sasaran tersebut pada tahun 2019 adalah :


a) Persentase terselenggaranya administrasi korespondensi, pengaturan acara dan
kegiatan pimpinan dengan baik dan lancar sesuai peraturan sebesar 95 %.
b) Persentase pelayanan dokumen perjalanan dinas luar negeri tepat waktu
sebesar 95 %.
c) Persentase pembinaan kearsipan dan tata naskah dinas terdiri dari persentase
Satker Pusat yang terbina kearsipannya sebesar 90 % dan persentase Satker
UPT daerah yang terbina kearsipan dan tata naskah dinasnya sebesar 80 %.
d) Persentase tersedianya sarana dan prasarana kantor sebesar 100 %.
e) Persentase pembayaran gaji dan/atau insentif tenaga kesehatan strategis tepat
sasaran sebanyak 96%.

Biro Umum mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan keuangan dan gaji,urusan


ketatausahaan, pembinaan dan pengelolaan persuratan dan kearsipan,barang milik
negara, serta kerumahtanggaan dan keprotokolan di lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

Pasal 105 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104, Biro
Umum menyelenggarakan fungsi:a. pelaksanaan pengelolaan keuangan dan gaji; b.
pelaksanaan urusan persuratan dan kearsipan di lingkungan Sekretariat Jenderal; c.
pelaksanaan urusan tata usaha pimpinan dan keprotokolan; d. pembinaan dan
pengelolaan barang milik negara, persuratan, dan kearsipan di lingkungan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; e. penatausahaan barang milik negara
Biro; dan f. pelaksanaan urusan kerumahtanggaan di lingkungan Sekretariat Jenderal.

Pasal 106 Biro Umum terdiri atas: a. Bagian Keuangan dan Gaji; b. Bagian Tata
Usaha; c. Bagian Barang Milik Negara; dan d. Bagian Rumah Tangga dan Protokol.

Pasal 107 Bagian Keuangan dan Gaji mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan
keuangan dan gaji, pelaporan serta tunjangan lainnya di lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Pasal 108 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107,
Bagian Keuangan dan Gaji menyelenggarakan fungsi: a. pelaksanaan pengelolaan
keuangan; b. pelaksanaan pengelolaan gaji dan tunjangan lainnya di lingkungan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; dan c. penyusunan laporan keuangan Biro.

Pasal 109 Bagian Keuangan dan Gaji terdiri atas: a. Subbagian Keuangan; b.
Subbagian Gaji; dan c. Subbagian Pelaporan.

Pasal 110 (1) Subbagian Keuangan mempunyai tugas melakukan penyusunan bahan
perencanaan anggaran serta penerimaan, penyimpanan, pembayaran, dan
pertanggungjawaban keuangan di lingkungan Biro. (2) Subbagian Gaji mempunyai
tugas melakukan urusan gaji, belanja pegawai, dan tunjangan lainnya di lingkungan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (3) Subbagian Pelaporan mempunyai
tugas melakukan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan Biro.

Pasal 111 Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan penyusunan bahan
pembinaan dan pengelolaan persuratan dan kearsipan di lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan serta urusan tata usaha pimpinan.

Pasal 112 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111,
Bagian Tata Usaha menyelenggarakan fungsi: a. penyusunan bahan pembinaan
persuratan dan kearsipan di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; b.
pelaksanaan urusan persuratan di lingkungan Sekretariat Jenderal; c. pelaksanaan
urusan tata usaha pimpinan; dan d. penyusunan risalah rapat pimpinan. .

Pasal 113 Bagian Tata Usaha terdiri atas: a. Subbagian Persuratan; b. Subbagian
Kearsipan; dan c. Subbagian Tata Usaha Pimpinan.

Pasal 119 Bagian Rumah Tangga dan Protokol mempunyai tugas melaksanakan
urusan kerumahtanggaan di lingkungan Sekretariat Jenderal dan keprotokolan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pasal 120 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 119,
Bagian Rumah Tangga dan Protokol menyelenggarakan fungsi: a. pelaksanaan urusan
dalam di lingkungan Sekretariat Jenderal; b. pelaksanaan urusan ketatalaksanaan dan
kepegawaian Biro; c. pelaksanaan pemeliharaan barang milik negara di lingkungan
Sekretariat Jenderal; dan d. pelaksanaan urusan keprotokolan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

Pasal 121 Bagian Rumah Tangga dan Protokol terdiri atas: a. Subbagian Urusan
Dalam; b. Subbagian Pemeliharaan; dan c. Subbagian Protokol.

Pasal 122 (1) Subbagian Urusan Dalam mempunyai tugas melakukan urusan
keamanan, ketertiban, kebersihan, keindahan, pengaturan penggunaan kendaraan dan
rumah dinas, dan pengelolaan poliklinik di lingkungan Sekretariat Jenderal serta
urusan ketatalaksanaan dan kepegawaian Biro. (2) Subbagian Pemeliharaan
mempunyai tugas melakukan pemeliharaan barang milik negara di lingkungan
Sekretariat Jenderal. (3) Subbagian Protokol melakukan urusan keprotokolan dan
penerimaan tamu di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

2.7 Pengelolaan Data dan Informasi Kesehatan

Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya pengelolaan data dan informasi kesehatan.
Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:

a) Persentase kabupaten/kota yang melaporkan data kesehatan prioritas sebesar


70%.
b) Persentase tersedianya jaringan komunikasi data yang diperuntukkan untuk
pelaksanaan e-kesehatan sebesar 50%.

Sistem informasi kesehatan adalah sistem pengolahan data dan informasi kesehatan di
semua tingkat pemerintahan secara sistematis dan terintegrasi untuk mendukung
manajemen kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat.

Menurut WHO, sistem informasi kesehatan merupakan salah satu dari 6 “building
block” atau komponen utama dalam sistem kesehatan di suatu Negara. Keenam
komponen (building block) sistem kesehatan tersebut adalah :

a) Service delivery (pelaksanaan pelayanan kesehatan)


b) Medical product,vaccine, and technologies (produk medis, vaksin, dan
teknologi kesehatan)
c) Health worksforce (tenaga medis)
d) Health system financing (sistem pembiayaan kesehatan)
e) Health information system (sistem informasi kesehatan)
f) Leadership and governance (kepemimpinan dan pemerintah)

Subsistem dalam sistem informasi kesehatan secara umum meliputi :

a) Surveilans epidemiologis (untuk penyakit menular dan tidak menular,kondisi


lingkungan dan factor resiko)
b) Pelaporan rutin dari puskesmas,rumah sakit,laboratorium kesehatan
daerah,gudang farmasi,praktek swasta
c) Pelaporan program khusus, seperti TB, lepra, malaria, KIA, imunisasi,
HIV/AIDS, yang biasanya bersifat vertical
d) Sistem administrative, meliputi sistem pembiayaan, keuangan, sistem
kepegawaian, obat dan logistic, program pelatihan, penelitian, dan lain – lain.
e) Pencatatan vital, baik kelahiran,kematian,maupun migrasi
Keuntungan investasi sistem informasi menurut WHO :

a) Membantu pengambilan keputusan untuk mendeteksi dan mengendalikan


masalah kesehatan, memantau perkembangan, dan meningkatkannya
b) Pemberdayaan individu dan komunitas dengan cepat dan mudah dipahami
serta melakukan berbagai perbaikan kualitas pelayanan kesehatan
c) Penguatan evidence based dalam pengambilan kebijakan yang
efektif,evaluasi,dan inovasi melalui penelitian
d) Perbaikan dalam tata kelola, memobilisasi sumber daya baru, dan
akuntabilitas cara yang digunakan.

Manfaat adanya sistem informasi kesehatan dalam suatu fasilitas kesehatan


diantaranya :

a) Memudahkan setiap pasien untuk melakukan pengobatan di rumah sakit


b) Memudahkan rumah sakit untuk mendaftar setiap pasien yang berobat disana
c) Semua kegiatan di rumah sakit terkontrol dengan baik/ bekerja secara
terstruktur

2.1.8 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya pelaksanaan pemberdayaan dan promosi


kesehatan kepada masyarakat. Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:

a) Jumlah kebijakan publik yang berwawasan kesehatan untuk meningkatkan


kualitas hidup manusia Indonesia sebanyak 15 kebijakan.
b) Persentase kabupaten/kota yang memiliki kebijakan PHBS sebesar 80%.
c) Persentase desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM sebesar
50%.
d) Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR nya untuk program kesehatan
sebanyak 60 dunia usaha.
e) Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya
untuk mendukung kesehatan sebanyak 45 buah.
Aktivitas promosi kesehatan merupakan bagian dari program pemerintah yang ada di
bawah koordinasi Kementerian Kesehatan khususnya Direktorat Promosi Kesehatan
dan Pemberdayaan Masyarakat. Terdapat petugas promosi kesehatan yang
ditempatkan di setiap puskesmas sebagai lembaga pelayanan kesehatan yang
berinteraksi langsung dengan tingkatan masyarakat.

Petugas promosi kesehatan dapat menjadi elemen penting dari kampanye gerakan
kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah. Hal ini disebabkan karena petugas
promosi kesehatan merupakan sosok yang berinteraksi langsung di tingkatan
masyarakat serta mengetahui kondisi di lapangan sebagai bagian dari institusi
puskesmas.

Program atau gerakan kesehatan yang dicanangkan oleh pemerintah merupakan


sebuah upaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Beberapa gerakan
seperti Gerakan Masyarakat Hidup Sehat atau Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dapat
menjadi sebuah sebuah gerakan yang sukses dengan dukungan promosi kesehatan.

Tujuan promosi kesehatan yang utama adalah memberikan informasi yang pada
tingkatan lebih lanjut dapat memicu kesadaran masyarakat mengenai program atau
gerakan yang tengah dicanangkan oleh pemerintah. Direktorat Promosi Kesehatan
menjadi bagian yang secara khusus membawahi segala aktivitas promkes atau
promosi kesehatan yang ditujukan bagi masyarakat luas.

Selain menjadi corong pemerintah dalam hal promosi di bidang kesehatan, program
promosi kesehatan juga memiliki fungsi sebagai penyaring informasi langsung dari
tingkat masyarakat. Kegiatan promosi yang berlangsung di tingkat masyarakat dapat
menjadi sebuah media efektif untuk mengumpulkan data dan informasi yang
kemudian dapat diolah, dianalisis dan digunakan sebagai informasi penunjang untuk
merancang perencanaan dan pelaksanaan berbagai macam program promosi
kesehatan selanjutnya.
Tugas penting lain dari aktivitas promosi kesehatan adalah menjadi pembimbing dan
pengendali teknis kegiatan promosi kesehatan. Promosi ini dapat berupa kegiatan
lintas program, lintas sektoral ataupun melibatkan berbagai elemen masyarakat,
instansi pemerintah ataupun instansi swasta.

Pada saat ini terdapat beberapa materi promosi kesehatan yang tengah giat
disosialisasikan. Salah satu contoh promosi kesehatan yang tengah digaungkan adalah
program Indonesia Eliminasi Tuberkulosis pada tahun 2030. Tuberkulosis merupakan
salah satu penyakit menular yang sedianya telah berhasil dihilangkan dari
masyarakat. Kini aktivitas promosi kesehatan terkait eliminasi penyakit Tuberkulosis
telah melibatkan berbagai elemen masyarakat untuk memperoleh sinergi untuk hasil
terbaik.

Kegiatan promosi kesehatan masyarakat dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk;


bahkan dapat berupa anjuran dari pemerintah melalui instansi ataupun pejabat yang
berkaitan dengan bidang kesehatan. Seperti pesan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia, Prof. Dr. Dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K) yang mengajak masyarakat
Indonesia agar tidak Mager atau males gerak dengan menjalankan salah satu aktivitas
Program GERMAS yaitu Aktivitas Fisik.

Melakukan aktivitas fisik telah menjadi bagian dari banyak kampanye kesehatan dari
pemerintah; salah satunya sejak dicanangkannya Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Kedua gerakan tersebut memasukkan poin
melakukan antivitas fisik dalam bentuk kegiatan olahraga ataupun kegiatan bekerja
yang melibatkan aktivitas fisik.

Gaya hidup masyarakat modern yang minim aktivitas fisik hingga konsumsi makanan
dengan gizi kurang seimbang menjadi beberapa penyebab meningkatnya masalah
kesehatan berupa penyakit tidak menular. Aktivitas promosi kesehatan dari
Kementrian Kesehatan RI memasukkan poin ajakan melakukan aktivitas fisik
setidaknya 30 menit setiap hari untuk mengurangi stres dan merangsang otak agar
lebih bahagia dan santai. Konsep yang diterapkan dalam promosi kesehatan adalah :
1. Menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

2. Cuci tangan pakai sabun (CTPS)

3. Mengkonsumsi makanan sehat seperti buah dan sayur.

4. Tidak membuang sampah sembarangan

5. Melakukan kerja bakti untuk menciptakan lingkungan sehat

6. Menggunakan pelayanan kesehatan.

7. Menjalankan gaya hidup sehat bersama anggota keluarga


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Rencana Aksi Program Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan Tahun 20152019


disusun sebagai acuan bagi semua satuan kerja dilingkungan Sekretariat Jenderal dan
semua pemangku kepentingan. Oleh karena itu, Rencana Aksi Program ini
diharapkan dapat dijadikan pedoman dalam penyusunan rencana kegiatan dimasing-
masing satker di lingkungan Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan untuk
periode Tahun 2015 – 2019. Rencana Aksi Program Sekretariat Jenderal Kementerian
Kesehatan Tahun 2015 – 2019 diharapkan mampu menjawab tantangan, hambatan,
dinamika dan kebutuan organisasi dalam mendukung penyelenggaraan pembangunan
kesehatan. RAP Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan Tahun 2015 – 2019
akan dilakukan penyempurnaan sebagaimana mestinya apabila dikemudian hari ada
perubahan organisasi dan tata kerja dilingkungan Sekretariat Jenderal Kementerian
Kesehatan, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

3.2 Saran

Rencana strategi kesehatan yang telah dibuat harus dapat diwujudkan dengan peran
serta pemerintah,tenaga kesehatan,dan seluruh masyarakat sehingga rencana strategi
kesehatan tidak hanya menjadi rencana dan wacana melainkan dapat terlaksana
dengan baik dan optimal sehingga angka kesakitan dan kematian dapat menurun dan
teratasi
DAFTAR PUSTAKA

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019

Rencana Strategi Kesehatan 2015-2019

Promosi Kesehatan Kementrian Kesehatan

Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perencanaan dan


Penganggaran Bidang Kesehatan

Prabowo,Tripitono Adi. 2016. Efektivitas Sistem Penganggaran Bidang Pendidikan


dan Kesehatan di Kabupaten Madiun

Trisugiarto,Teguh. 2016. . Efektivitas Sistem Informasi Penganggaran Terhadap


Pencapaian Kinerja

Anda mungkin juga menyukai