Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN KINERJA

INSTANSI PEMERINTAH
DINAS KESEHATAN KAB. HULU SUNGAI TENGAH
TAHUN 2018

JL. SMP NO 44 TELPON


(0517) 41285 FAX : 43534
BARABAI
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah
mencurahkan taufik dan hidyah-Nya, sehingga penyusunan Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah (LKIP) Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2018
dapat diselesaikan pada waktunya. Penyusunan LKIP ini dimaksudkan sebagai
evaluasi sekaligus pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang
diemban Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang dijabarkan dalam
bentuk pelaksanaan berbagai program kegiatan dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya disampaikan kepada
semua pihak baik di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah,
yang telah memberikan kontribusinya dalam upaya penyusunan Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah sejak dari pengumpulan data, penyusunan naskah sampai dengan
selesainya dokumen LKIP ini.
Kami menyadari betul bahwa apa yang tertuang dalam laporan ini masih
banyak ditemui kelemahan dan kekurangan baik dari sisi sistematika penulisan redaksi
maupun isinya oleh karena itu saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan,
demi perbaikan dan penyempurnaan penyusunan LKIP yangakan datang.
Akhirnya kami berharap dengan segala kerendahan hati semoga Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) ini dapat memberikan manfaat bagi perbaikan dan
peningkatan upaya pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Hulu Sungai
Tengah.

Barabai, Januari 2019


Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Hulu Sungai Tengah,

drg. H. Kusudiarto, M.AP


Pembina Utama Madya
NIP. 19630801 199003 1 007

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal i


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum ............................................................................. 1
B. Tugas dan Fungsi ............................................................................. 2
C. Struktur Organisasi .......................................................................... 3
D. Ketenagaan....................................................................................... 5
E. Sarana............................................................................................... 6
F. Biaya ................................................................................................ 7

BAB II PERENCANAAN KINERJA


A. Perencanaan Strategis ...................................................................... 8

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA


A. Capaian Kinerja Organisasi…………………………………….. 10
B. Realisasi Anggaran .......................................................................... 42

BAB IV P E N U T U P........................................................................................ 51

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal ii


BAB I
PENDAHULUAN

A. Gambaran Umum
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi–tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan
diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan ,pemberdayaan dan
kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian
khusus kepada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia (lansia) dan
keluarga miskin.
Undang-Undang Dasar 1945 dan Konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) serta Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menetapkan
bahwa sehat adalah hak asasi manusia yang merupakan hak fundamental setiap warga
Negara. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten Hulu
Sungai Tengah Tahun 2016-2021 juga dinyatakan bahwa dalam rangka mewujudkan
sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing, maka kesehatan bersama
sama dengan pendidikan dan peningkatan daya beli keluarga/masyarakat adalah tiga
pilar utama untuk meningkatkan kualitas SDM dan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Pencapaian pembangunan bidang kesehatan dilakukan selama ini di
Kabupaten Hulu Sungai Tengah menunjukkan hasil yang cukup baik, hal ini ditandai
dengan antara lain berbagai aspek.Upaya perbaikan yang serius dan terus-menerus
harus dilakukan agar tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dapat terjadinya
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi, meningkatnya
Umur Harapan Hidup (UHH) dan menurunnya prevalensi gizi kurang dan gizi buruk
pada balita. Namun demikian, masih terdapat berbagai kekurangan dan kelemahan
dalam tercapai.
Tantangan kedepan yang dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan di
Kabupaten Hulu Sungai Tengah antara lain adalah bagaimana meningkatkan
jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan yang sekaligus mengurangi kesenjangan
status kesehatan masyarakat, meningkatkan jumlah dan penyebaran tenaga kesehatan

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 1


yang masih kurang; meningkatkan akses terhadap fasilitas kesehatan dan mengurangi
beban ganda penyakit. Pola penyakit yang diderita sebagian besar masyarakat adalah
penyakit infeksi menular, namunpadawaktu yang bersamaan terjadi peningkatan
penyakit tidak menular serta meningkatnya penyalahgunaan narkotika dan obat-obat
terlarang.
B. Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Bupati Hulu Sungai Tengah Nomor : 9 tahun 2008
tentang uraian tugas, fungsi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai
Tengah bahwa Kepala Dinas Kesehatan mempunyai tugas membantu Bupati dalam
melaksanakan urusan pemerintahan daerah dibidang kesehatan berdasarkan asas
otonomi dan tugas pembantuan.
1. Fungsi:
a. Perumusan kebijakan teknis pemerintah daerah dibidang kesehatan yang meliputi
upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, obat
dan perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan manajemen kesehatan.
b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang kesehatan.
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang kesehatan.
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya.

2. Uraian Tugas :
a. Menyusun perumusan kebijakan teknis pemerintah daerah di bidang kesehatan
yang meliputi upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia
kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan
manajemen kesehatan.
b. Menyusun dan mengkoordinasikan rumusan program dan kegiatan
penyelenggaraan urusan bidang kesehatan.
c. Melaksanakan pembinaan, pengendalian dan pengawasan seluruh aktivitas
manajemen Dinas Kesehatan.
d. Melakukan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit.
e. Melakukan upaya - upaya penyehatan lingkungan;
f. Melakukan upaya - upaya perbaikan gizi masyarakaat.

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 2


g. Memfasilitas ipelayanan kesehatan perorangan dan masyarakat.
h. Mengelola pembiayaan kesehatan masyarakat.
i. Menata dan mengendalikan ketersediaan, kualitas dan penyebaran tenaga
kesehatan.
j. Mengatur, mengendalikan dan mengawasi ketersediaan dan pemerataan mutu obat,
keterjangkauan harga obat serta perbekalan kesehatan.
k. Memfasilitasi pemberdayaan individu, keluarga dan masyarakat agar berperilaku
hidup sehat dan pengembangan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat.
l. Melaksanakan penelitian dan pengembangan dibidang kesehatan.
m. Mengelola system informasi kesehatan kabupaten.
n. Mendistribusikan tugas kepada semua satuan kerja sesuai dengan tugas dan fungsi
masing - masing.
o. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Bupati.
p. Menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas yang menjadi tanggungnya kepada
Bupati.
C. Struktur Organisasi

Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Pembentukan,


susunan organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah
Kabupaten Hulu Sungai Tengah, dibentuk Dinas Kesehatan sebagai salah satu
organisasi perangkat daerah. Struktur Organisisi Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu
Sungai ditetapkan terdiri dari : Kepala Dinas, sekretariat dengan 3 (tiga) sub bagian
dan 4 bidang dengan masing-masing terdiri dari 3 (tiga) seksi, unit pelaksana teknis
dinas dan Kelompok jabatan fungsional. Secara rinci dapat dilihat sebagai berikut :

§ Kepala Dinas
§ Sekretariat yang terdiri dari 3 (tiga) sub bagian :
- Sub Bagian Umum
- Sub Bagian Keuangan
- Sub Bagian Kepegawaian
§ Kelompok Jabatan Fungsional.
§ Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit terdiri dari 3 (tiga) seksi :
- Seksi Surveilans dan Imunisasi

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 3


- Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
- Seksi Pencegahan dan Pengendalian PTM dan KESWA
§ Bidang Pelayanan Kesehatan terdiri dari 3 (tiga) seksi:
- Seksi Pelayanan Kesehatan Primer
- Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan
- Seksi Pelayanan Kesehatan Tradisional
§ Bidang Kesehatan Masyarakat terdiri dari 3 seksi :
- Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi
- Seksi Promkes dan Pemberdayaan Masyarakat
- Seksi Kesling Kesehatan Kerja dan Olahraga
§ Bidang Sumber Daya Kesehatan terdiri 3 seksi :
- Seksi Kefarmasian
- Seksi Alat Kesehatan dan PKRT
- Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan
§ Unit Pelaksana Teknis Dinas
- Terdiri dari 19 Puskesmas, 1 Gudang Obat (Farmasi), dan 1 Akademi Keperawatan

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 4


Gambar 1.1
Bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kab. Hulu Sungai Tengah

KEPALA DINAS

KELOMPOK JABATAN SEKRETARIS


FUNGSIONAL

SUB BAGIAN SUB BAGIAN


SUB BAGIAN UMUN
KEUANGAN KEPEGAWAIAN

BIDANG PENCEGAHAN
BIDANG KESEHATAN BIDANG PELAYANAN BIDANG SUMBER DAYA
DAN PENGENDALIAN
MASYARAKAT KESEHATAN KESEHATAN
PENYAKIT

SEKSI KESEHATAN SEKSI SURVEILANS DAN SEKSI PELAYANAN


SEKSI KEFARMASIAN
KELUARGA DAN GIZI IMUNISASI KESEHATAN PRIMER

SEKSI PROMKES & SEKSI PENCEGAHAN &


SEKSI PELAYANAN SEKSI ALAT KESEHATAN
PEMBERDAYAAN PENGENDALIAN
KESEHATAN RUJUKAN DAN PKRT
MASYARAKAT PENYAKIT MENULAR

SEKSI KESLING SEKSI PENCEGAHAN SEKSI PELAYANAN


SEKSI SUMBER DAYA
KESEHATAN KERJA & DAN PENGENDALIAN KESEHATAN
MANUSIA KESEHATAN
OLAHRAGA PTM & KESWA TRADISIONAL

UPT DINKES

Sumber: Subbagian Kepegawaian Dinas Kesehatan Hulu Sungai Tengah Tahun 2018

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 5


D. Ketenagaan

Jumlah seluruh pegawai di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai


Tengah sampai dengan tahun 2018 adalah sebanyak 582 orang dengan kualifikasi
pendidikan S2 = 10 orang; S1/D IV= 119 orang; D III = 313 orang; D1/D2= 107
orang; SLTA = 30 Orang; SLTP = 2 orang; SD = 1 orang. Pangkat / Golongan: Gol.
IV/c = 1 Orang; Gol IV/b = 1 Orang; Gol. IV/a = 21 orang;Gol. III/d=136 Orang; Gol.
III/c=66 Orang; III/b = 91 Orang; III/a= 74 Orang; Gol. II/d=117 Orang;II/c = 64
Orang; Gol. II/b=5 Orang;; II/a= 4 Orang ; I/c=1 Orang.

Distribusi Pegawai Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan


Tahun 2018

S2 S1/D IV D III D I/D II SLTA SLTP SD

Sumber: Subbagian Kepegawaian Dinas Kesehatan Hulu Sungai Tengah Tahun 2018

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 6


Distribusi Pegawai Berdasarkan Golongan Tahun 2018

4%
0%
33%
Gol I
Gol II
63% Gol III
Gol IV

Sumber: Subbagian Kepegawaian Dinas Kesehatan Hulu Sungai Tengah Tahun 2018

E. Sarana

Jumlah sarana pelayanan kesehatan sampai dengan tahun 2018 seperti pada tabel
berikut:
Tabel 1
Sarana Pelayanan Kesehatan Pemerintah di Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Tahun 2018
No. Jenis sarana Jumlah Keterangan
1. Rumah Sakit Umum 1
2. Puskesmas Induk 19 Termasuk 5 Puskesmas
perawatan
3. Puskesmas Pembantu 43
4. Puskesmas Keliling 19
5. Gudang Farmasi 1
6 Poskesdes 39
7. Polindes 78
Sumber: Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Hulu Sungai Tengah
Tahun 2018

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 7


F. BIAYA
Jumlah seluruh anggaran yang dialokasikan pada Dinas Kesehatan Kabupaten
Hulu Sungai Tengah untuk tahun 2018 sebesar Rp.107.795.528.371,- terdiri dari
belanja tidak langsung sebesar Rp. 46.031.448.397,- dan belanja langsung Rp.
61.764.079.974,- Seluruh anggaran ini berasal dari 2 (dua) sumber yaitu APBD
kabupaten dan APBN (DAK) 2018.

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 8


BAB II
PERENCANAAN KINERJA

A. Perencanaan Strategis
1. Visi
Visi pembangunan kesehatan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Tahun 2016 – 2021 adalah :
“Masyarakat Hulu Sungai Tengah yang mandiri untuk Hidup Sehat,
didukung lingkungan sehat dan pelayanan kesehatan yang merata dan
bermutu”
2. Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu
Sungai Tengah melakukan misi ;
1. Menjamin Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan yang adil, merata, bermutu dan
terjangkau.
2. Mendorong terlaksananya pembangunan daerah yang berwawasan kesehatan.
3. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat.
4. Meningkatan peran lintas program/lintas sektor terkait dalam upaya
pembangunan kesehatan.

3. Tujuan dan Sasaran

Tujuan pembangunan bidang kesehatan jangka menengah dalam kurun


waktu 2016 - 2021 adalah:
1. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan.
2. Meningkatkan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dan tidak
menular.
3. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
4. Meningkatkan status gizi dan kesehatan masyarakat.
5. Meningkatkan pelayanan kesehatan anak, remaja dan lansia.
6. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan.

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 9


Sasaran pembangunan bidang kesehatan jangka menengah dalam kurun waktu
2016-2021 adalah:
1. Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan
2. Meningkatnya pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dan tidak
menular
3. Menurunnya angka kematian ibu dan bayi
4. Meningkatnya status gizi dan kesehatan masyarakat
5. Meningkatnya pelayanan kesehatan anak, remaja danlansia
6. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan

4. Program Pokok
Program pokok pembangunan kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah
merupakan upaya yang dilakukan untuk mewujudkan visi dan misi Dinas
Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah, yang meliputi :
1. Program Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan.
2. Program Upaya Kesehatan Masyarakat.
3. Program Pengawasan Obat dan Makanan.
4. Program Pengembangan Obat Asli Indonesia.
5. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
6. Program Perbaikan Gizi Masyarakat.
7. Program Pengembangan LIngkungan Sehat.
8. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular.
9. Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan.
10. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita.
11. Program Peningkatan Pelayanan Lansia.
12. Program Pengawasan dan Pengendalian kesehatan makanan.
13. Program Peningkatan Keselamatan Ibu melahirkan dan anak

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 10


BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
DINAS KESEHATAN KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH
TAHUN 2018

A. Capaian Kinerja Organisasi


Manajemen pembangunan berbasis kinerja mengandaikan bahwa fokus dari
pembangunan bukan hanya sekedar melaksanakan program/kegiatan yang sudah
direncanakan. Esensi dari manajemen pembangunan berbasis kinerja adalah orientasi
untuk mendorong perubahan, di mana program/ kegiatan dan sumber daya anggaran
adalah alat yang dipakai untuk mencapai rumusan perubahan, baik pada level
keluaran, hasil, maupun dampak.
Pendekatan ini juga sejalan dengan prinsip good governance di mana salah satu
pilarnya, yaitu akuntabilitas, akan menunjukkan sejauhmana sebuah instansi
pemerintahan telah memenuhi tugas dan mandatnya dalam penyediaan layanan publik
yang langsung bisa dirasakan hasilnya oleh masyarakat. Karena itulah, pengendalian
dan pertanggungjawaban program/kegiatan menjadi bagian penting dalam memastikan
akuntabilitas kinerja pemerintah daerah kepada publik telah dicapai. Pijakan yang
dipergunakan adalah sistem akuntabilitas kinerja ini adalah berpedoman kepada
Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis
Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah. Dalam regulasi ini, antara lain juga mengatur tentang kriteria
yang dipergunakan dalam penilaian kinerja organisasi pemerintah. Berikut ini
merupakan gambaran umum pencapaian kinerja organisasi pada Dinas Kesehatan
Kabupaten Hulu Sungai Tengah tahun 2018 sebagai berikut:.

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 11


1. Meningkatnya Status Kesehatan dan Gizi Masyarakat

Tabel 2
Meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat
Target Target
Capaian
No. Indikator Kinerja Sasaran Satuan Sebelum Setelah Realisasi Ket
%
Perubahan Perubahan
Per 1000
18/1.000 12/1.000
1 Angka Kematian Bayi Kelahiran 18/1.000 KH 133%
KH KH
Hidup
per
100.000 183/100.000 183/100.000 199/100.000
2 Angka Kematian Ibu 91%
Kelahiran KH KH KH
Hidup
Cakupan kunjungan Ibu Hamil
3 % 76% 76% 74,62% 98,18%
K4

4 Cakupan kunjungan Ibu Nifas % 81% 81% 79,96% 98,71%

Per 1.000
Angka harapan hidup pada saat 986/1.000 988/1.000
5 Kelahiran 986/1.000 KH 100,2%
lahir KH KH
Hidup
Cakupan Komplikasi Kebidanan
6 % 70% 70% 86,26% 123,22%
yang ditangani

Cakupan pertolongan persalinan


7 oleh tenaga kesehatan yang % 90% 90% 83% 83%
memiliki kompetensi kebidanan

8 Prevalensi Gizi kurang % < 20 % <20% 14,4% 128%

9 Prevalensi Gizi buruk % <1% <1% 0,27% 173%

Cakupan Balita Gizi buruk


10 % 100% 100% 100% 100%
mendapat perawatan

Persentase balita gizi kurang


11 (kurus) yang mendapatkan % 80% 80% 95,30% 119,1%
makanan tambahan

12 Prosentase Ibu hamil KEK % 10% 10% 11,78% 82,2%

Ibu Hamil dan Remaja Puteri


13 % 13% 13% 31,67% 243%
Anemia

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 12


Angka prevalensi anak-anak di
14 % 6% 6% 4,6% 76,6%
bawah berat badan normal

15 Cakupan kunjungan Bayi % 90% 90% 84,45% 93,8%

Cakupan pemantauan tumbuh


16 % 70% 70% 69,58% 99,4%
kembang anak Balita
Cakupan penjaringan siswa kls 1,
17 % 100% 100% 100% 100%
VII dan kelas X
Cakupan pelayanan kesehatan
18 % 20% 20% 21,6% 108%
pra usila dan usila

Sumber: Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Hulu Sungai Tengah Tahun
2018
Kementerian Kesehatan dengan visi, misi, dan Sasaran strategisnya mendukung
komitmen bersama pemerintah Indonesia didalam pembangunan kesehatan yang
diantaranya adalah penurunan AKI dan AKB. Target Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, AKI sebesar 306 per 100.000 KH dan AKB
24 per 1000 KB pada tahun 2019.

1.1. Angka Kematian Bayi


Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai
bayi berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi,
secara garis besar dari sisi penyebabnya kematian bayi ada 2 (dua) macam yaitu
endogen dan eksogen.
Kematian bayi endogen biasa disebut dengan kematian neonatal adalah kematian
bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan dan umumnya disebabkan oleh
faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat
konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian bayi eksogen atau kematian post
natal, adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah usia satu bulan
sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian
dengan pengaruh lingkungan luar.
Indikator ini digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam peningkatkan
pelayanan kesehatan ibu dan anak, terutama pelayanan kesehatan ibu hamil, program
pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program perbaikan gizi dan
pemberian makanan sehat untuk anak balita.

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 13


Berdasarkan data kinerja tahun 2018 yang disajikan dalam tabel 3.2 di atas,
bahwa realisasi capaian kinerja atas indikator ini sebesar 12 per 1.000 kelahiran hidup.
Tercapainya indikator kinerja sasaran ini antara lain didukung oleh :
a. Kebijakan penempatan adanya Pengangkatan tenaga kesehatan khususnya
Bidan, Perawat, dan Gizi PTT yang ditempatkan di desa-desa terpencil dan
sangat terpencil di Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
b. Adanya Program Jaminan Persalinan (Jampersal) bagi masyarakat yang tidak
mampu dan tidak memiliki jaminan kesehatan yang membiayai semua
perawatan pertolongan persalinan dan bayi baru lahir di fasilitas kesehatan
tingkat pertama dan rujukan.
c. Adanya Tenaga di Puskesmas yang mampu menangani Pertolongan Obstetri
Neonatal Emergeny Dasar (PONED), sehingga beberapa komplikasi yang
mungkin timbul dapat segera diatasi.
d. Meningkatnya kapasitas kerja tenaga bidan melalui serangkaian pendidikan
dan pelatihan yang dilaksanakan.
e. Mulai aktifnya kelas ibu hamil dan kelas ibu balita di desa dan Puskesmas.

Sebagai perbandingan, berikut adalah daftar angka kematian bayi di Kabupaten


Hulu Sungai Tengah 5 tahun terakhir:

TAHUN ANGKA KEMATIAN BAYI

2014 5/1.000 KH

2015 18/1.000 KH

2016 14/1.000 KH

2017 14/1.000 KH

2018 12/1.000 KH

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 14


Angka Kematian Bayi Per 1.000 Kelahiran Hidup didapat dari rumus:

Indikator Kinerja Angka Kematian Bayi (AKB) termasuk kedalam indikator


negatif artinya jika semakin kecil angka realisasinya maka semakin baik kinerjanya.
Angka kematian bayi tahun 2018 yaitu 12 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan tahun
2017 sebanyak 14 per 1.000 kelahiran hidup, ini menunjukan penurunan apabila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada data yang angka realisasi dibawah
angka target pada indikator ini menunjukan bahwa kinerjanya tercapai. Apabila
dibandingkan dengan target awal 18 per 1.000 kelahiran hidup, maka keberhasilan
indikator kinerja ini sebesar 133% (Sangat Baik).

1.2. Angka Kematian Ibu


Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam
kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan
atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau
pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dan
lain-lain. Indikator ini digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam peningkatkan
pelayanan kesehatan ibu dan anak, meliputi pengembangan program peningkatan
kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan yang aman bebas risiko tinggi
(making pregnancy safer), peningkatan jumlah persalinan yang ditangani oleh tenaga
kesehatan, penyiapan sistem rujukan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong
kelahiran.
Data peristiwa kematian ibu yang disajikan dalam laporan ini didasarkan atas
laporan bidang Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai
Tengah tahun 2018 yang merupakan hasil kompilasi dari laporan 19 puskesmas di
Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Berdasarkan data tersebut, bahwa realisasi capaian
kinerja atas indikator ini adalah sebesar 199 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2018 dari targetnya angka nasional sebesar 183 per 100.000 kelahiran hidup.

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 15


Pencapaian Angka Kematian Ibu (AKI) di atas menunjukkan bahwa target kinerja
indikator ini pada tahun 2018 melebihi dari target Nasional yang telah ditetapkan,
sehingga Capaiannya pun tidak sempurna yaitu cuma 91%. Meskipun demikian, angka
ini masih dalam skala Baik. Adapun rumus untuk menghitung AKI sebagai berikut:

Sebagai perbandingan, berikut adalah daftar angka kematian ibu di Kabupaten


Hulu Sungai Tengah 5 tahun terakhir:

TAHUN ANGKA KEMATIAN IBU

2014 276/100.000 KH

2015 183/100.000 KH

2016 181/100.000 KH

2017 167/100.000 KH

2018 198/100.000 KH

Untuk menurunkan angka kematian ibu maka diperlukan peningkatan kinerja


pada dinas kesehatan kabupaten hulu sungai tengah yaitu:
a. Kebijakan penempatan adanya Pengangkatan tenaga kesehatan khususnya
Bidan, Perawat, Gizi, Kesmas PTT pada tahun 2018 yang ditempatkan di
desa-desa terpencil dan sangat terpencil di Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
b. Adanya dana jaminan persalinan (jampersal) bagi ibu-ibu yang melahirkan di
fasiltas kesehatan milik pemerintah atau fasilitas kesehatan yang membuat
Perjanjian Kerja sama dengan pemerintah. Dengan demikian proses
persalinan dapat dilaksanakan sesuai standar dan setiap kasus
kegawatdaruratan kebidanan dapat segera mendapat pertolongan, sehingga
mengurangi risiko kematian bayi.

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 16


c. Adanya dana BOK untuk menunjang upaya promotif dan preventif termasuk
upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan penting pengelolaan
kehamilan dan persalinan yang aman. Kegiatan ini nampaknya berdampak
pada semakin meningkatnya pelayanan persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan (bidan).
d. Semakin meningkatnya kemampuan tenaga kesehatan (bidan) dalam
penanganan kasus-kasus persalinan normal maupun dengan komplikasi
sebagai dampak dari kegiatan pembinaan yang telah dilakukan.
e. Adanya peningkatan kemitraan antara bidan dengan dukun bayi, sehingga
pertolongan persalinan oleh dukun bayi tetap dibawah pembinaan bidan di
desa. Dengan demikian kualitas pelayanan persalinan dapat ditingkatkan.
Pada tahun 2018, telah dilakukan pembinaan kemitraan antara bidan dan
dukun bayi dengan didukung dana BOK Kab. Hulu Sungai Tengah.

Gambar 2
Kegiatan Sosialisasi Binaan KP Ibu dan Stiker P4K Desa Mantaas

1.3. Cakupan kunjungan Ibu Hamil K4 dan Ibu Nifas

Cakupan kunjungan Ibu Hamil K4 adalah cakupan ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali
dengan distribusi waktu 1 kali pada trimester ke-1, 1 kali pada trimester ke-2 dan 2
kali pada trimester ke-3 disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.Dengan

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 17


indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap (memenuhi
standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan tingkat
perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, di samping menggambarkan kemampuan
manajemen ataupun kelangsungan program KIA.
Rumus yang dipergunakan adalah :

Pada tahun 2018 realisasi cakupan kunjungan ibu hamil K4 sebesar 74,62% dari target
awalnya 76% sehingga Capaiannya sebesar 98,18% (Sangat Baik).
Cakupan Kunjungan Ibu Nifas adalah cakupan pelayanan kepada ibu pada masa
6 jam sampai dengan 42 hari pasca bersalin sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan
distribusi waktu 6 jam – 3 hari, 8 – 14 hari dan 36 – 42 hari setelah bersalin di
suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui
cakupan pelayanan nifas secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati
waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan jangkauan dan kualitas pelayanan
kesehatan ibu nifas, di samping menggambarkan kemampuan manajemen ataupun
kelangsungan program KIA.

Pada tahun 2018 realisasi cakupan kunjungan ibu nifas sebesar 79,96 dari target
awalnya 81% sehingga Capaiannya sebesar 98,71% (Sangat Baik).

1.4. Angka harapan hidup pada saat lahir


Angka harapan hidup pada waktu lahir merupakan rata-rata jumlah tahun hidup
yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu. Keberhasilan
pembangunan kesehatan di Indonesia, berdampak peningkatan Umur Harapan Hidup
(UHH) yang menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah Lansia. Seiring dengan
bertambahnya jumlah Lanjut Usia (Lansia), kecenderungan untuk mengalami penyakit
degeneratif makin meningkat yang mengakibatkan kebutuhan biaya kesehatan yang

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 18


tinggi. Untuk mengantisipasi keadaan tersebut perlu dilakukan upaya peningkatan
pembinaan dan pelayanan kesehatan lanjut usia di Puskesmas, dengan melakukan
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Dengan kondisi diatas maka
dimunculkan variable persentase lanjut usia yang dilayani di tahun 2017. Definisi
operasional dari varibel ini adalah Jumlah Lansia (usia ≥ 60 tahun) yang mendapatkan
pelayanan kesehatan baik dalam gedung maupun di luar gedung di suatu wilayah kerja
Puskesmas dalam kurun waktu 1 tahun, dibagi dengan Jumlah semua Lansia (usia ≥ 60
tahun) yang ada di wilayah kerja dalam kurun waktu satu tahun perhitungan dan
dinyatakan dalam persentase (%).
Pada Tahun 2018 Angka Harapan Hidup pada saat lahir sebesar 988/1.000
Kelahiran Hidup. Angka Ini melebihi dari target awal yang telah ditentukan, sehingga
Capaian pada Indikator Kinerja ini mencapai 100,2% (Sangat Baik).

1.5. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang ditangani


Adalah cakupan Ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu yang ditangani secara definitif sesuai dengan standar oleh tenaga
kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Penanganan definitif
adalah penanganan/pemberian tindakan terakhir untuk menyelesaikan permasalahan
setiap kasus komplikasi kebidanan.Indikator ini mengukur kemampuan manajemen
program KIA dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara professional
kepada ibu hamil bersalin dan nifas dengan komplikasi.
Rumus yang dipergunakan :

Pada tahun 2018, Dinas Kesehatan dibantu dengan Puskesmas SeKabupaten


Hulu Sungai Tengah melaksanakan penanganan komplikasi kebidanan Sangat Baik
dengan Capaian 123,22 %.

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 19


1.6. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan
Untuk menjawab kajian terkait upaya penurunan AKI dan AKB yang ternyata
dirasakan masih kurang optimal (Kondisi di Indonesia dimana masih terdapat
kepercayaan terhadap ”dukun beranak”, dan pola bersalin di rumah, menyebabkan
bahwa persalinan oleh nakes yang diasumsikan akan memenuhi standar, baik secara
kelayakan tempat, sarana prasarana, dll, ternyata menghasilkan dampak yang kurang
cukup mendongkrak penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi). Melihat kondisi
diatas, maka persalinan oleh tenaga kesehatan di tingkatkan menjadi persalinan di
fasilitas kesehatan yang merupakan upaya mendorong ibu bersalin untuk bersalin di
fasilitas kesehatan. Dengan komitmen ini maka akses ibu hamil dan bersalin terhadap
pelayanan kesehatan menjadi sasaran penting. Pertolongan persalinan merupakan
proses pelayanan persalinan yang dimulai pada kala I sampai dengan kala IV
persalinan. Indikator ini diukur dari jumlah ibu bersalin yang mendapatkan
pertolongan sesuai standar oleh tenaga Kesehatan di fasilitas kesehatan dibandingkan
dengan jumlah sasaran ibu bersalin dalam setahun dikali 100%.
Rumus yang dipergunakan :

Pada tahun 2018 realisasi Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi kebidanan adalah sebesar 83% dari target 90%. Capaian yang
diperoleh dari Indikator kinerja ini adalah 92,22% (Baik).

1.7. Prevalensi Gizi Kurang dan Gizi Buruk


Prevalensi Gizi Kurang didapatkan dari perhitungan jumlah balita gizi kurang
dibagi dengan jumlah balita ditimbang, sedangkan prevalensi gizi buruk didapat dari
jumlah balita gizi buruk dibagi jumlah balita ditimbang. Pada tahun 2018 di
Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk mempunyai
target masing-masing < 20% dan < 1%. Kedua Indikator Kinerja ini termasuk dalam
indikator negatif sehingga angka realisasi diharapkan dibawah target yang ada.
Prevalensi Gizi Kurang mempunya Capaian sebesar 128% dan Prevalensi Gizi Buruk

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 20


berjumlah 173%. Kedua indikator ini bisa dikatakan sangat berhasil (tercapai dengan
skala Sangat Baik).
1.8. Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan
Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan adalah balita gizi buruk yang
ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi buruk disatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu. Pada indikator kinerja ini target dan realisasinya
adalah 100% sehingga capaian nya pun juga 100%, artinya semua balita gizi buruk
telah mendapat perawatan. Angka 100% diperoleh dari jumlah balita gizi buruk
mendapat perawatan disarana pelayanan kesehatan di suatu wilayah dibagi dengan
jumlah seluruh balita gizi buruk yang ditemukan di satu wilayah kerja pada kurun
waktu yang sama dikali 100%, secara rumus sebagai berikut:

1.9. Persentase balita gizi kurang (kurus) yang mendapat makanan tambahan
Pada tahun 2018, Realisasi pada Indikator Kinerja ini sebesar 95,30% dari
target yang mau dicapai sebesar 80%. Sehingga Capaian yang didapat sebanyak
119,12% (Sangat Baik).
1.10. Prosentase Ibu Hamil KEK
Kekurangan energi kronis (KEK) adalah masalah gizi yang disebabkan karena
kekurangan asupan makanan dalam waktu yang cukup lama, hitungan tahun. Kondisi
kurang energi kronik (KEK) biasanya terjadi pada wanita usia subur yaitu wanita yang
berusia 15-45 tahun. Seseorang yang mengalami KEK biasanya memiliki status gizi
kurang. Kekurangan energi kronis dapat diukur dengan mengetahui lingkar lengan atas
dan indeks massa tubuh seseorang. Ibu yang mempunyai lingkar lengan atas yang
kurang dari 23,5 cm dapat dikatakan ia mengalami kekurangan gizi kronis.
Seorang ibu hamil yang kekurangan energi kronis (KEK) akan mengalami:
a. Merasa kelelahan terus-menerus
b. Merasa kesemutan
c. Muka pucat dan tidak bugar

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 21


d. Mengalami kesulitan ketika melahirkan
e. Ketika menyusui nanti, ASI ibu tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan
bayi, sehingga bayi akan kekurangan ASI
Sementara, akibat KEK yang bisa terjadi pada janin yang dikandung:
a. Keguguran
b. Pertumbuhan janin tidak maksimal menyebabkan bayi lahir dengan berat badan
lahir rendah
c. Perkembangan semua organ janin terganggu, hal ini mempengaruhi
kemampuan belajar, kognitif, serta anak berisiko mengalami kecacatan
d. Kematian bayi saat lahir
Berbagai upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka ibu hamil yang
kekurangan energi kronis adalah dengan penyuluhan-penyuluhan dengan berbagai
media yang dapat diterima masyarakat, pemberian PMT bagi ibu hamil yang
kekurangan energy kronis dan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil.
Pada tahun 2018 Dinas Kesehatan menargetkan Prosentase Ibu Hamil KEK
hanya sebesar 10%, tetapi realisasinya mencapai 11,78%. Karena Indikator Kinerja ini
merupakan Indikator negatif maka capaiannya adalah sebesar 82,2%.

1.11. Cakupan Kunjungan Bayi


Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan bayi yang memperoleh pelayanan
kesehatan sesuai dengan standar oleh dokter, bidan, dan perawat yang memiliki
kompetensi klinis kesehatan, paling sedikit 4 kali disatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu. Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama atau yang dikenal dengan
sebutan dengan KN1, merupakan indikator yang menggambarkan upaya kesehatan
yang dilakukan untuk mengurangi risiko kematian pada periode neonatal yaitu 6 - 48
jam setelah lahir, dengan cara mendeteksi sedini mungkin permasalahan yang
mungkin dihadapi bayi baru lahir, sekaligus memastikan pelayanan yang seharusnya
didapatkan oleh bayi baru lahir yang diantaranya terdiri dari konseling perawatan bayi
baru lahir, ASI eksklusif, pemberian Vitamin K1 injeksi (bila belum diberikan) dan
Hepatitis B 0 (nol) injeksi (bila belum dberikan). Kunjungan ini dilakukan dengan
pendekatan MTBM (Manajemen Terpadu Bayi Muda). Perhitungan cakupan ini
dilakukan dengan cara membandingkan bayi baru lahir yang mendapatkan kunjungan

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 22


neonatal pertama dengan jumlah seluruh bayi baru lahir di wilyahnya yang kemudian
dikonversi dalam bentuk persentase.
Pada tahun 2018 capaian (%) yang diperoleh dari Indikator Kinerja ini adalah
93,8% artinya tercapai dengan baik.

1.12. Cakupan penjaringan siswa kls 1, VII dan kelas X


Penjaringan Kesehatan adalah serangkaian kegiatan pemeriksaan kesehatan
yang bertujuan untuk mengetahui secara dini masalah-masalah kesehatan anak
sekolah. Penjaringan kesehatan meliputi kegiatan: pemeriksaan riwayat kesehatan
peserta didik dan riwayat keluarga, imunisasi dan gaya hidup, pemeriksaan tanda-
tanda vital, status gizi, kebersihan diri, kesehatan penglihatan, kesehatan pendengaran,
kesehatan gigi dan mulut, kebugaran jasmani, kesehatan reproduksi, kesehatan mental
emosional dan kesehatan intelegensia. Penjaringan kesehatan dilakukan 1 kali pada
peserta didik kelas I, VII dan X. Dalam melaksanakan penjaringan kesehatan, petugas
kesehatan dibantu oleh guru dan kader kesehatan sekolah (dokter kecil/ kader
kesehatan remaja).
Penjaringan kesehatan peserta didik merupakan serangkaian kegiatan
pemeriksaan kesehatan yang dilakukan terhadap peserta didik untuk memilah siswa
yang mempunyai masalah kesehatan agar segera mendapatkan penanganan sedini
mungkin. Kegiatan penjaringan kesehatan siswa terdiri dari pemeriksaan kesehatan,
pemeriksaan kebersihan perorangan (rambut, kulit dan kuku), pemeriksaan status gizi
melalui pengukuran antropometri, pemeriksaan ketajaman indera (penglihatan dan
pendengaran), pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut, pemeriksaan laboratorium untuk
anemia dan kecacingan, pengukuran kebugaran jasmani dan deteksi dini masalah
mental emosional.
Pada tahun 2018 Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah bekerja
sama dengan Puskesmas sekabupaten Hulu Sungai Tengah mencapai realisasi 100%
pada indikator kinerja ini, sehingga dapat dikatakan bahwa proses pelaksanaan
penjaringan telah berjalan sangat baik.

2. Meningkatnya Mutu Lingkungan Hidup yang Lebih Sehat

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 23


Tabel 3
Meningkatnya mutu lingkungan hidup yang lebih sehat
Target Target
Indikator Kinerja Capaian
No. Satuan Sebelum Setelah Realisasi Ket
Sasaran %
Perubahan Perubahan
Jumlah Desa di
1 Cakupan Desa STBM % 65% 65% 62% 95,38% Kab. HST 169
Desa

Sumber: Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Hulu Sungai Tengah Tahun
2018

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang disingkat STBM adalah pendekatan


untuk mengubah perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat
dengan cara pemicuan.
Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan lima pilar akan
mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih baik serta
mengubah dan mempertahankan keberlanjutan budaya hidup bersih dan sehat.
Pelaksanaan STBM dalam jangka panjang dapat menurunkan angka kesakitan dan
kematian yang diakibatkan oleh sanitasi yang kurang baik, dan dapat mendorong
tewujudnya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. Perubahan perilaku
dalam STBM dilakukan melalui metode Pemicuan yang mendorong perubahan
perilaku masyarakat sasaran secara kolektif dan mampu membangun sarana sanitasi
secara mandiri sesuai kemampuan. Lima pilar STBM yaitu Stop buang air besar
sembarangan; Cuci tangan pakai sabun; Pengelolaan air minum/makanan rumah
tangga; Pengelolaan sampah rumah tangga; Pengelolaan limbah cair rumah tangga.
Pada Indikator Kinerja Cakupan Desa STBM pada tahun 2018 di Kabupaten Hulu
Sungai Tengah Target yang dicapai 65% dan Realisasinya adalah 62% Sehingga
Capaiannya adalah 95,38% dan bisa dikatakan sangat baik.

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 24


Gambar
Sosialisasi STBM bagi kader dan aparat desa di desa pajukungan

3. Meningkatnya Peran Serta Masyarakat dalam Bidang Kesehatan


Tabel 4
Meningkatnya peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan
Target Target
Indikator Kinerja
No. Satuan Sebelum Setelah Realisasi Capaian % Ket
Sasaran
Perubahan Perubahan
Persentase Rumah Tangga
1 % 52% 50% 87,8% 175%
yang melaksanakan PHBS

2 Cakupan Desa Siaga aktif % 41,4% 40% 42% 105%

Sumber: Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Hulu Sungai Tengah Tahun
2018

3.1. Persentase Rumah Tangga yang melaksanakan PHBS


Rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah rumah tangga
yang anggota keluarganya tahu, mau dan mampu mempraktikan perilaku hidup bersih
dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Gambaran
praktik PHBS di rumah tangga adalah sebagai berikut :
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Memberi ASI Eksklusif

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 25


3. Menimbang balita setiap bulan
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu
8. Makan buah dan sayur setiap hari
9. Tidak merokok di dalam rumah
10. Melakukan aktivitas fisik setiap hari.

Indikator ini digunakan untuk mengukur keberhasilan upaya pemberdayaan


masyarakat dalam penerapan perilaku hidup bersih dan sehat dan peningkatan
kepedulian masyarakat terhadap kesehatan di dalam lingkungan rumah tangga.
Berdasarkan data kinerja sasaran tahun 2018 seperti pada tabel 3.1 nampak
bahwa realisasi capaian kinerja atas indikator ini adalah sebesar 52 % dari targetnya
sebesar 52% angka ini diperoleh dari hasil survei cepat PHBS di 3 desa setiap
Puskesmas dengan sampel 210 rumah tangga. Angka di atas menunjukkan bahwa
target kinerja indikator ini pada tahun 2018 belum mencapai target yang ditetapkan.
Belum tercapainya target karena ada beberapa indikator masih terdapat kelemahan
diantaranya yaitu :
1) Masih tingginya perilaku merokok di dalam rumah pada masyarakat bahkan
pada kelompok penduduk usia muda.
2) Masih rendahnya kesadaran ibu-ibu yang baru melahirkan untuk memberikan
ASI eksklusif kepada bayinya.
3) Masih kurang nya kesadaran membawa anak balita ke posyandu khususnya
balita di atas 1 tahun.

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 26


Gambar 1
Kegiatan menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun

Apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2018 yang sebesar


44,94%, maka Persentase Rumah Tangga berPHBS pada tahun 2018 naik sebesar
7,06%. Bila dilakukan perbandingan realisasi data kinerja dari tahun ke tahun, maka
hasilnya adalah sebagai berikut :

3.2 Persentase Desa Siaga Aktif


Desa Siaga Aktif adalah desa yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar yang
memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 27


sarana kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti Pusat Kesehatan Masyarakat
Pembantu (Pustu), Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas) atau sarana kesehatan
lainnya.
2) Penduduknya mengembangkan UKBM dan melaksanakan survailans berbasis
masyarakat (meliputi pemantauan penyakit, kesehatan Ibu dan anak, gizi,
lingkungan dan perilaku),kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana
serta penyehatan lingkungan sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS).

Indikator ini digunakan untuk mengukur tingkat perkembangan Desa Siaga dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Berdasarkan data kinerja tahun 2018 seperti yang disajikan dalam tabel 3.1 di atas,
bahwa realisasi capaian kinerja atas indikator ini adalah sebesar 166 desa siaga
aktif atau 98,22% dari targetnya sebesar 169 desa siaga. Angka di atas
menunjukkan bahwa target kinerja indikator ini pada tahun 2018 belum tercapai
sesuai dengan target yang ditetapkan. Pencapaian indikator kinerja sasaran ini
tidak terlepas dari adanya dukungan Pemerintah Pusat, Propinsi dan Kabupaten
untuk pengembangan desa siaga antara lain :
1) Adanya dukungan dana dari Pemerintah Pusat Melalui Dana Alokasi Khusus
(DAK) tahun 2018 dan Dana dari APBD kabupaten sehingga berhasil melakukan
Pembangunan Puskesmas Rawat Inap dan Rehab Puskesmas sebanyak 3 buah,
yaitu Puskesmas Kalibaru, Kambat Utara dan Pagat.
2) Adanya program Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) untuk menunjang
penyelenggaraan upaya promotif dan preventif termasuk di desa siaga.
3) Ketersediaan anggaran operasional desa siaga berupa honorarium bulanan kader
desa siaga melalui anggaran APBD Kabupaten tahun 2018.

Persentase Desa Siaga aktif tahun 2018 dari rencana 40% terealisasi 42% dengan
tingkat capaian terhadap target 105% sehingga dikategorikan kinerjanya sangat baik.
Pencapaian indikator kinerja sasaran di atas tidak terlepas dari dukungan program-
program dan kegiatan utama yang dilaksanakan selama tahun 2018

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 28


4. Menurunnya Angka Kesakitan Akibat Penyakit Menular dan Penyakit
Tidak Menular

Tabel 5
Menurunnya angka kesakitan akibat penyakit menukar dan penyakit tidak
menular
Target Target
Capaian
No. Indikator Kinerja Sasaran Satuan Sebelum Setelah Realisasi Ket
%
Perubahan Perubahan
Cakupan Desa / Kelurahan mengalami
1 KLB yang dilakukan penyelidikan % 75% 100% 100% 100%
epidemologi < 24 jam
Angka kesakitan malaria per 1.000
penduduk (atau angka prevalensi Per 1000
2 < 1/1000 < 1/1000 0,04/1000 0,04%
Penyakit Malaria per 100.000 Penduduk
penduduk)
per
Angka kematian karena penyakit
3 100.000 2 0 0 0
malaria per 100.000 penduduk
penduduk

Persentase penderita TB Paru BTA +


4 % 85% 85% 134 64,73
yang dapat disembuhkan

Penemuan kasus baru kusta (CDR /


5 % < 9% < 9% 0,51% 194,33%
100.000)

Cakupan Desa / Kelurahan Universal


6 % 88% 90% 136 88
Child Imunization (UCI)

Melaksanakan pengendalian PTM


7 terpadu, pembentukan posbindu, % 30% 40% 51,37% 128%
deteksi dini kanker serviks

Cakupan penemuan dan penanganan


8 % 100% 100 186 100
penderita penyakit DBD

9 Angka kesakitan Penderita DBD % 200 100 186 100

Cakupan penemuan dan penanganan


10 % 100 100 215 100
penderita penyakit TBC BTA

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 29


Persentasi cakupan pengobatan massal
11 Filariasis terhadap jumlah penduduk % 80% 97 97 97
endemis

Persentasi Penderita HIV/AIDS yang


12 % 40% 100 18 100
diobati

Persentasi jangkauan Program HIV


13 % 35% 50% 45% 90%
pada populasi kunci

14 Angka penemuan penderita Pneumonia % 55% 90% 27,33% 169,63%

Angka penemuan penderita


15 % 36 100 52 52%
Rabies/HPR

Jumlah kasus /Penderita Diare yang


16 % 100% 100% 100% 100 3229
ditangani
Kasus

Sumber: Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Hulu


Sungai Tengah Tahun 2018

4.1. Cakupan Desa / Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan


penyelidikan epidemologi < 24 jam

Kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular, keracunan makanan, keracunan


bahan berbahaya lainnya masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena dapat
menyebabkan jatuhnya korban kesakitan dan kematian yang besar, menyerap
anggaran biaya yang besar dalam upaya penanggulangannya, berdampak pada sektor
ekonomi, pariwisata serta berpotensi menyebar luas lintas kabupaten/kota, propinsi
bahkan internasional yang membutuhkan koordinasi dalam penanggulangannya.
KLB penyakit dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan kesakitan dan
kematian yang besar yang juga berdampak pada pariwisata ekonomi dan sosial,
sehingga membutuhkan perhatian dan penanganan oleh semua pihak terkait. Kejadian-
kejadian KLB perlu dideteksi secara dini dan diikuti tindakan yang cepat dan tepat,
perlu diidentifikasi adanya ancaman KLB beserta kondisi rentan yang memperbesar
risiko terjadinya KLB agar dapat dilakukan peningkatan kewaspadaan dan

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 30


kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan KLB, dan oleh karena itu perlu diatur dalam
pedoman Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa.
4.1.1. Penyelidikan dugaan KLB dilakukan dengan cara

a. Di Unit Pelayanan Kesehatan, petugas kesehatan menanyakan setiap


pengunjung Unit Pelayanan Kesehatan tentang kemungkinan adanya
peningkatan sejumlah penderita penyakit yang diduga KLB pada lokasi
tertentu.
b. Di Unit Pelayanan Kesehatan, petugas kesehatan meneliti register rawat
inap dan rawat jalan terhadap kemungkinan adanya peningkatan kasus yang
dicurigai pada lokasi tertentu berdasarkan alamat penderita, umur dan jenis
kelamin atau karakteristik Iain.
c. Petugas kesehatan mewawancarai kepala desa, kepala asrama dan setiap
orang yang mengetahui keadaan masyarakat tentang adanya peningkatan
penderita penyakit yang diduga KLB.
d. Membuka pos pelayanan di łokasi yang diduga terjadi KLB dan
menganalisis data penderita berobat untuk mengetahui kemungkinan adanya
peningkatan penyakit yang dicurigai.
e. Mengunjungi rumah-rumah penderita yang dicurigai atau kunjungan dari
rumah ke rumah terhadap semua penduduk tergantung pilihan tim
penyelidikan.

4.1.2. Kajian Epidemiologi Ancaman KLB


Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyelenggarakan kegiatan sebagai berikut

a. Melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data dan informasi penyakit


berpotensi KLB dan kondisi rentan KLB di daerah kabupaten/kota dengan
bekerjasama dengan Unit Pelayanan Kesehatan di kabupaten/kota.
b. Melakukan kajian epidemiologi terus menerus secara sistematis terhadap
perkembangan penyakit berpotensi KLB dan faktorfaktor risikonya,
sehingga dapat mengidentifikasi adanya ancaman KLB di daerah
kabupaten/kota atau pada beberapa wilayah puskesmas tertentu.

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 31


c. Melaksanakan penyelidikan lebih luas terhadap kondisi rentan KLB,
kualitas penyelenggaraan penanggulangan KLB, serta kualitas kerjasama
dalam jejaring SKD-KLB

4.1.3 Hasil Kinerja

Indikator kinerja ini bertujuan untuk mencegah timbulnya atau meningkatnya


kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
desa/kelurahan dalam waktu tertentu. Pada tahun 2018 awalnya target yang ditentukan
adalah 75% kemudian setelah perubahan DPA, targetnya menjadi 100% demi
efektifitas kinerja Dinas Kesehatan.

4.2. Angka kesakitan malaria per 1.000 penduduk dan Angka kematian
karena penyakit malaria per 100.000 penduduk

Di Indonesia malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih


menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama. Penyakit malaria mempunyai
pengaruh yang sangat besar pada angka kesakitan dan kematian bayi, anak balita
dan ibu melahirkan, serta dapat menyebabkan penurunan produktifitas kerja.
Terjadinya peningkatan kasus malaria yang disertai dengan KLB, umumnya
terjadi di daerah terpencil yang jauh dari pusat pelayanan kesehatan masyarakat
juga karena pemantauan dan analisa data malaria yang masih lemah di semua
jenjang, sehingga tindakan yang dilaksanakan sering tidak memberikan hasil yang
optimal.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, program pemberantasan malaria
mengeluarkan kebijakan program meliputi beberapa kegiatan terpadu, yaitu
diagnosa dini dan pengobatan tepat, serta pemantauan, pencegahan dan
penanggulangan KLB malaria secara dini.
Salah satu kegiatan ułama untuk mendukung keberhasilan program tersebut,
diperlukan adanya suatu sistim surveilans yang dilaksanakan pada semua tingkat
administratif.

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 32


Jenis Data kasus malaria yang dikumpulkan di setiap jenjang baik di tingkat
Puskesmas, Kabupaten

a. Kegiatan di tingkat Puskesmas Data dikumpulkan/dianalisa .


1) Data kasus:

a) Data kematian per desa/dusun per minggu


b) Pengamatan kasus malaria klinis per desa per minggu
c) Pengamatan kasus malaria positif dan spesiesnya per desa per minggu

d) Kelompok umur penderita (bayi, balita, anak sekolah dan dewasa) per desa per
minggu

e) Penyelidikan epidemiologi pada semua penderita malaria positif


f) Penderita malaria diobati klinis dan radikal
g) Penderita yang masih positif setelah diberi pengobatan Data tersebut dapat
diperoleh dari buku registrasi Pustu, buku registrasi dan pemeriksaan laboratorium
Puskesmas, laporan Juru Malaria Desa (JMD), pencatatan Kader malaria serta
pencatatan penderita yang memperoleh pengobatan.
Untuk mendapatkan Angka Kesakitan Malaria maka digunakan rumus:

Sedangkan untuk Angka kematian karena penyakit malaria per 100.000 penduduk
pada tahun 2018 adalah tidak ditemukan kasus.

4.3. Persentase penderita TB Paru BTA + yang dapat disembuhkan


Angka kesembuhan atau cure rate adalah persentase kasus baru BTA positif
yang sembuh di antara kasus baru TB paru BTA positif yang diobati. Angka
kesembuhan berguna untuk mengetahui efektivitas Obat Anti Tuberculosis (OAT)
standar DOTS ketika diberikan kepada pasien TB di suatu komunitas. Angka
kesembuhan yang rendah merupakan indikator awal kemungkinan kekebalan/resistensi
bakteri tuberkulosis terhadap OAT standar. Hasil capaian prosentase kasus TBC BTA

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 33


positif yang diobati dan sembuh pada tahun 2018 sebesar 64,73% dari target yang
ditetapkan sebesar 85%, dan untuk menjamin keberlanjutan pengobatan TBC
pemerintah telah memenuhi kebutuhan Obat Anti Tuberculosis (OAT). Disamping itu
pula peran PMO (pendamping minum obat) dalam memantau keteraturan minum obat
sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan pengobatan TBC. Faktor penyebab
rendahnya angka kesembuhan bisa dibagi dua pihak; penyedia pelayanan dan
pengguna pelayanan (pasien). Sejumlah faktor penghambat yang dapat mempengaruhi
angka kesembuhan: (1) Putus berobat karena merasa sudah enak; (2) Pengobatan tidak
teratur karena berpindah-pindah tempat kerja; (3) Kebosanan minum obat; (4) Pasien
kurang motivasi; (5) Efek samping obat (reaksi pada tubuh setelah minum obat).
Upaya yang telah dilaksanakan untuk mencapai target indikator
1) Penyiapan logistik, terutama Obat Anti Tuberkulosis (OAT) secara teratur,
menyeluruh dan tepat waktu
2) Meningkatkan peran PMO TB dalam memantau keteraturan berobat pasien
berjalan dengan baik
3) Public-Private-Mix, kerjasama antara institusi pemerintah dan swasta, atau
institusi pemerintah dan pemerintah, guna memperluas dan memelihara
kesinambungan strategi DOTS, terutama di UPK swasta (RS, klinik, praktek
dokter umum, dokter spesialis) yang memiliki potensi meningkatkan penjaringan
kasus, CDR, maupun pengobatan kasus TB dengan strategi DOTS.
4) Melakukan pembinaan, superfisi dan evaluasi terhadap pelayanan di UPK guna
menjaga mutu dalam pengobatan TB
5) Pencatatan dan pelaporan yang baik sehingga memungkinkan penilaian terhadap
hasil pengobatan untuk tiap pasien dan penilaian terhadap program pelaksanaan
pengawasan tuberkulosis secara keseluruhan
6) Menerapan Sistem Informasi Terpadu Tuberkulosis (SITT) sebagai langkah
untuk monitoring program TB dengan kualitas data yang lebih baik.

Permasalahan:

1) Belum semua kasus TB di masyarakat ditemukan sehingga masih banyak pasien


TB yang belum diobati, dan pastinya hal ini akan menjadi sumber penularan.
2) Adanya epidemi HIV akan meningkatkan kejadian koinfeksi TB HIV.
3) Kasus TB Multi Drug Resistance (MDR) mulai meningkat.

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 34


4) Keterbatasan sumber daya yang dimiliki dan besarnya tantangan yang
ditimbulkan akibat penyakit TB, menjadikan pengendalian TB belum dapat
berjalan optimal.
5) Petugas TB hanya sebagai tugas sampiran, yang semestinya merupakan tugas
pokok
6) Masih terdapat UPK (Rumah Sakit/Klinik) yang kurang berkomitmen terhadap
penanggulangan TB dengan strategi DOTS
7) Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat menyebabkan rendahnya
pengobatan dini, dan meningkatnya putus berobat
8) Stigma masyarakat, penyakit TB dianggap memalukan sehingga berusaha
menyembunyikan.

Solusi:

1) Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat dengan KIE


2) Meningkatkan peran PMO dalam keberhasilan pengobatan TB dengan
memantau keteraturan berobat pasien berjalan dengan baik
3) Memaksimalkan peran Pusk/Pustu/PPM/Ponpes/Praktisi Swasta (RS, klinik,
praktek dokter) yang memiliki potensi meningkatkan penjaringan kasus, CDR,
maupun pengobatan kasus TB dengan strategi DOTS.
4) Meningkatkan pengetahuan SDM terutama petugas TB, dokter dan perawat
dengan pelatihan-pelatihan.

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 35


4.4. Penemuan kasus baru kusta (CDR / 100.000)
Penyakit kusta adalah merupakan penyakit kulit dengan ditandai bercak putih
atau kemerahan disertai mati rasa atau anestesi, penebalan saraf tepi yang disertai
gangguan fungsi saraf berupa mati rasa dan kelemahan/kelumpuhan yang sering
terjadi pada otot tangan, otot kaki serta mata. Kulit juga bisa menjadi kering dan
pertumbuhan rambut juga bisa terganggu. Pada pemeriksaan kerokan jaringan kulit
(skin smear) didapatkan adanya kuman M. Leprae. Kusta terbagi 2 yaitu kusta
Pausibasiler (PB) dan kusta Multibasiler (MB). Tingkat kecacatan kusta : Tingkat 0,
normal. Tingkat I, mati rasa pada telapak tangan dan atau telapak kaki. Tingkat II,
kelopak mata tidak menutup, jari tangan maupun jari kaki memendek, bengkok dan
luka. Persentasi penemuan kasus baru penyakit kusta tahun 2018 sebesar 0,51/100.000
Penduduk. Angka ini jauh dari target nasional sebesar <9/100.000 penduduk. Karena
ini adalah indikator negative yang berarti semakin kecil realisasi maka semakin baik
kinerjanya maka didapat capaian sebesar 194,33% (Sangat Baik).
4.5. Cakupan Desa / Kelurahan Universal Child Imunization (UCI)
Desa atau Kelurahan UCI adalah desa/kelurahan dimana ≥ 80% dari jumlah
bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap. Imunisasi
dasar lengkap pada bayi meliputi : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis
Hepatitis B, 1 dosis Campak. Ibu hamil dan WUS meliputi 2 dosis TT. Anak sekolah
tingkat dasar meliputi, 1 dosis DT, 1 dosis campak, 2 dosis TT.
Indikator ini digunakan untuk mengukur keberhasilan program imunisasi di
tingkat desa/kelurahan. Berdasarkan data kinerja tahun 2018 yang ada dapat dijelaskan
bahwa realisasi capaian kinerja indikator ini sebesar 88% (Baik).

Adapun Rumus yang digunakan untuk menghitung Cakupan Desa UCI:

4.6. Melaksanakan pengendalian PTM terpadu, pembentukan posbindu,


deteksi dini kanker serviks
Indonesia menyadari bahwa PTM menjadi salah satu masalah kesehatan dan
penyebab kematian yang merupakan ancaman global bagi pertumbuhan ekonomi di

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 36


Indonesia, Program PTM telah direvisi dengan rencana strategis PTM tahun 2015-
2019, dan rencana kerja PTM Indonesia 2015-2019 telah diluncurkan Oktober 2015
Pencegahan dan Pengendalian faktor risiko PTM meliputi 4 cara, yaitu :

1. Advokasi, kerjasama, bimbingan dan manajemen PTM


2. Promosi, pencegahan, dan pengurangan faktor risiko PTM melalui pemberdayaan
masyarakat
3. Penguatan kapasitas dan kompetensi layanan kesehatan, serta kolaborasi sektor
swasta dan profesional
4. Penguatan surveilans, pengawasan dan riset PTM
Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) adalah kegiatan
monitoring dan deteksi dini faktor resiko PTM terintegrasi (Penyakit jantung dan
pembuluh darah, diabetes, penyakit paru obstruktif akut dan kanker) serta gangguan
akibat kecelakaan dan tindakan kekerasan dalam rumah tangga yang dikelola oleh
masyarakat melalui pembinaan terpadu. Posbindu PTM adalah bentuk peran serta
masyarakat (kelompok masyarakat, organisasi, industri, kampus, instansi, sekolah dll
) dalam upaya promotif dan preventif untuk mendeteksi dan pengendalian dini
keberadaan faktor resiko penyakit tidak menular secara terpadu.

Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks. Serviks


merupakan sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan
berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri eksternum. Penyebab kanker serviks
diketahui adalah virus HPV (Human Papilloma Virus) sub tipe onkogenik, terutama
sub tipe 16 dan 18. Adapun faktor risiko terjadinya kanker serviks antara lain: aktivitas
seksual pada usia muda, berhubungan seksual dengan multipartner, merokok,
mempunyai anak banyak, sosial ekonomi rendah, pemakaian pil KB (dengan HPV
negatif atau positif), penyakit menular seksual, dan gangguan imunitas. Deteksi lesi
pra kanker terdiri dari berbagai metode : 1. Papsmear (konvensional atau liquid-base
cytology /LBC ), 2. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA), 3. Inspeksi Visual Lugoliodin
(VILI), 4. Test DNA HPV (genotyping / hybrid capture).
Dengan ditemukannya kasus kanker Serviks di Kabupaten Hulu Sungai Tengah
pada Tahun 2018 diatas 50%, maka diperlukan deteksi dini dengan melaksanakan
pengandalian terpadu dan pembentukan posbindu di wilayah Kabupaten Hulu Sungai
Tengah.

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 37


4.7. Cakupan penemuan, penanganan penderita penyakit DBD, dan Angka
kesakitan Penderita DBD
Demam berdarah adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus
dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus
Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus.Epidemiologi DBD cenderung
semakin meningkat jumlah penderitanya serta sangat luas penyebarannya. Sejalan
dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk, penyakit DBD selalu
ditemukan tiap tahun sehingga penyakit ini perlu mendapat perhatian baik dari
pemerintah maupun masyarakat.
Beberapa faktor resiko terjadinya penularan dan semakin berkembangnya
penyakit DBD adalah pertumbuhan jumlah penduduk, semakin majunya sistem
transportasi sehingga mobilisasi penduduk sangat mudah, sistem pengelolaan limbah
dan penyediaan air bersih yang kurang memadai, berkembangnya penyebaran dan
kepadatan nyamuk, perubahan pola musim hujan/curah hujan dan kemarau juga
disinyalir menyebabkan risiko terhadap penularan DBD ditambah dengan kesadaran
masyarakat melaksanakan gerakan PSN masih rendah.
Upaya yang telah dilakukan untuk menekan angka DBD adalah:
1. Revitalisasi Pokjanal DBD
2. Pemberdayaan masyarakat melalui Gertak PSN,
3. Pemberantasan vektor dan KIE yang terus-menerus dilakukan oleh jajaran
kesehatan didukung lintas sektor, kecamatan dan kelurahan cukup
memberikan dampak yang positif terhadap upaya penurunan angka kesakitan
DBD di Kab Gunungkidul.
4. Kebijakan politik, dengan terbitnya SE Bupati Gunungkidul No.479/0482.
Permasalahan:

· Mobilisasi penduduk karena membaiknya sarana dan prasarana transportasi


memungkin terjadinya penularan kasus
· Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap gerakan PSN
· Belum optimalnya peran Lintas Sektoral
· Rendahnya angka bebas jentik
Masalah Yang Dihadapi (mencegah kematian karena DBD)

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 38


· Kurang maksimalnya sarana prasarana fasilitas pelayanan kesehatan dalam
penanganan kasus DBD, terutama terkait pemeriksaan laboratorium banyak
kendala yang dihadapi
Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap gejala penyakit DBD, dianggap
sakit biasa sehingga terjadi keterlambatan dalam pengobatan

4.8. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA


Angka keberhasilan (succes rate) adalah jumlah semua kasus TBC yang
sembuh dan pengobatan lengkap di antara semua kasus TBC yang diobati dan
dilaporkan yang angka ini merupakan penjumlahan dari angka kesembuhan semua
kasus dan angka pengobatan lengkap semua kasus.
Angka kesembuhan cenderung mempunyai gap dengan angka keberhasilan
pengobatan, sehingga kontribusi pasien yang sembuh terhadap angka keberhasilan
pengobatan menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Dalam upaya
pengendalian penyakit, fenomena menurunnya angka kesembuhan ini perlu mendapat
perhatian besar karena akan mempengaruhi penularan penyakit TBC.
Upaya dan Pengendalian Pencegahan dan pengendalian faktor risiko TBC
dilakukan dengan cara: Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat;
Membudayakan perilaku etika berbatuk; Melakukan pemeliharaan dan perbaikan
kualitas perumahan dan lingkungannya sesuai dengan standar rumah sehat;
Peningkatan daya tahan tubuh; Penanganan penyakit penyerta TBC; Penerapan
pencegahan dan pengendalian infeksi TBC di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, dan di
luar Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

4.9. Persentasi cakupan pengobatan massal Filariasis terhadap jumlah


penduduk endemis
Filariasis adalah penyakit infeksi sistemik kronik yang disebabkan oleh cacing
seperti benang, dari genus Wuchereria dan Brugia yang dikenal sebagai filaria yang
tinggal di sistem limfa (mengandung getah bening), yaitu jaringan pembuluh yang

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 39


berfungsi untuk menyangga dan menjaga keseimbangan cairan antara darah dan
jaringan otot yang merupakan komponen esensial dari sistem kekebalan tubuh.1
Filariasis atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit “kaki gajah” ini disebabkan
oleh tiga spesies filaria, yaitu Wuchereria brancofti dimana hampir sebagian besar
berada di daerah yang memiliki kelembaban yang cukup tinggi.

4.10. Persentasi Penderita HIV/AIDS yang diobati


Penderita HIV/AIDS adalah penderita yang mempunyai gejala (untuk keperluan
Survailans) sebagai berikut : a) Dewasa (>12 tahun), apabila : Test HIV (+) dan
ditemukan 2 gejala mayor dan 1 gejala minor. Ditemukan Sarkoma Kaposi atau
Pneumonia pneumocystis carinii. b) Anak-anak (< 12 tahun), apabila : Jika umur > 18
bulan, test HIV (+) dan ditemukan 2 gejala mayor dan 2 gejala minor Jika umur < 18
bulan test HIV (+) dan ditemukan 2 gejala mayor dan 2 gejala minor dengan ibu yang
HIV (+) a. Tatalaksana HIV/AIDS dimaksud : ii. Voluntary Counseling Testing
(VCT) adalah kegiatan test konseling secara sukarela iii. Perawatan orang sakit dengan
HIV/AIDS
i. Pengobatan Anti Retro Viral (ARV)
ii. ii. Pengobatan infeksi Opurtunistik
iii. iii. Rujukan kasus spesifik

Pada tahun 2018, capaian yang dicapai sebesar 100% (Sangat Baik).
4.11. Persentasi jangkauan Program HIV pada populasi kunci
Populasi kunci merupakan populasi yang bisa beresiko terkena HIV
AIDS. Dalam hal ini yakni pekerja seks komersial, pengguna napza jarum
suntik (penasun), LSL (lelaki yang berhubungan seksual dengan lelaki lain), dan
waria.Untuk memahami epidemi yang terjadi di Indonesia, maka perlu dilakukan
perhitungan estimasi jumlah populasi kunci terdampak HIV AIDS. Estimasi jumlah

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 40


populasi kunci merupakan kunci untuk memahami potensi epidemi dalam suatu area,
memperkirakan beban dari suatu penyakit, dan menyusun prioritas yang sesuai dalam
merespon epidemi.

Pada tahun 2018, terdapat 2049 kasus dan persentasi jangkauan Program HIV
pada populasi kunci realisasinya 45% dari target setelah perubahan 50%, sehingga
capaiannya sebanyak 90% (Baik).

4.12. Angka penemuan penderita Pneumonia


Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)
yang ditandai dengan batuk disertai napas cepat dan atau napas sesak.

Pada tahun 2018 ditemukan 407 penderita Pneumonia di Kabupaten Hulu


Sungai Tengah. Target setelah perubahan sebesar 90% dan realisasinya sebesar
27,33%. Karena Indikator Kinerja ini termasuk Indikator negatif maka semakin kecil
angka realisasinya semakin baik. Hasil Capaian Angka penemuan penderita
Pneumonia tahun 2018 sebesar 169,22% (Sangat Baik).
4.13. Angka penemuan penderita Rabies/HPR
Rabies merupakan penyakit zoonosis yang dapat menyerang semua hewan
berdarah panas dan manusia. Virus rabies ditransmisikan melalui air liur hewan
terinfeksi rabies dan umumnya masuk ke tubuh melalui infiltrasi air liur yang
mengandung virus dari hewan rabies ke dalam luka (misalnya goresan), atau dengan
paparan langsung permukaan mukosa air liur dari hewan yang terinfeksi (misalnya
gigitan). Virus rabies tidak bisa menyusup/melewati kulit dalam kondisi utuh (tanpa
luka). Begitu sampai ke otak, virus rabies dapat bereplikasi lebih lanjut, sehingga
menghasilkan tanda klinis pada pasien. Penyakit rabies di Indonesia masih merupakan
penyakit hewan yang penting dan termasuk ke dalam penyakit hewan menular
strategis prioritas karena berdampak terhadap sosial ekonomi dan kesehatan
masyarakat. Kejadian rabies pada hewan maupun manusia hampir selalu diakhiri
dengan kematian (case fatality rate 100%) sehingga akibat penyakit ini menimbulkan
rasa takut dan kekhawatiran serta keresahan bagi masyarakat. Selain itu rabies juga

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 41


mengakibatkan kerugian secara ekonomi pada daerah tertular di antaranya biaya
penyidikan, pengendalian yang tinggi, serta tingginya biaya perawatan pasca pajanan.
Dan sampai sekarang belum ada obat yang efektif untuk pengobatan penyakit rabies.
Pada tahun 2018 terdapat 52 kasus penderita Rabies/HPR. Capaian yang
dihasilkan adalah 100% (Sangat Baik).

4.14. Jumlah kasus /Penderita Diare


Data mengenai diare yang bisa didapatkan dari laporan puskesmas berupa data
jumlah penderita yang datang ke puskesmas, cakupan pelayanan penderita diare KLB
diare. Strategi pengendalian penyakit diare yang dilaksanakan pemerintah adalah :
1. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di sarana kesehatan melalui
lima langkah tuntaskan diare ( LINTAS Diare).
2. Meningkatkan tata laksana penderita diare di rumah tangga yang tepat dan benar.
3. Meningkatkan SKD dan penanggulangan KLB diare.
4. Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif.
5. Melaksanakan monitoring dan evaluasi.
Pada tahun 2018 terdapat 3229 kasus diare. Capaian dari indikator ini adalah
100% (Sangat Baik).

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 42


5. Meningkatnya Upaya dan Mutu Pelayanan Kesehatan

Tabel 6
Meningkatnya upaya dan mutu pelayanan kesehatan
Target Target
Capaian
No. Indikator Kinerja Sasaran Satuan Sebelum Setelah Realisasi Ket
%
Perubahan Perubahan
Jumlah penduduk miskin
1 % 100% 100% 100% 100%
yang terlayani

Sumber: Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Hulu Sungai Tengah Tahun
2018

Kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk dapat hidup layak dan
produktif. Untuk itu diperlukan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang terkendali
biaya dan mutunya. Masyarakat miskin dan tidak mampu yang tersebar di seluruh
Indonesia membutuhkan perhatian dan penanganan khusus dari Pemerintah
sebagaimana diamanatkan dalam konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Penjaminan pelayanan kesehatan, utamanya terhadap masyarakat miskin akan
memberikan sumbangan yang sangat besar bagi terwujudnya percepatan pencapaian
indikator kesehatan yang lebih baik. Pengelolaan dana pelayanan kesehatan bagi
masyarakat miskin bersumber dari Pemerintah yang merupakan dana bantuan sosial,
harus dikelola secara efektif dan efisien dan dilaksanakan secara terkoordinasi dan
terpadu dari berbagai pihak terkait baik pusat maupun daerah. Diharapkan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat miskin dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk
mewujudkan peningkatan derajat kesehatan masyarakat seutuhnya.
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 23/ 1992
tentang kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapat pelayanan
kesehatan. Maka, setiap individu, keluarga, dan masyarakat berhak memperoleh
perlindungan terhadap kesehatanya, dan negara bertanggungjawab mengatur agar
terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk masyarakat miskin dan tidak
mampu. Angka kesehatan masyarakat miskin yang masih rendah tersebut diakibatkan
karena sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Kesulitan akses pelayanan

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 43


dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tidak adanya kemampuan secara ekonomi
karena biaya pengobatan penyakit yang relatif mahal.
Angka 100% Jumlah Penduduk Miskin Yang Terlayani pada Indikator Kinerja
Sasaran didapat dari setiap Penduduk Miskin yang datang Berobat ke Fasilitas
Kesehatan (Fasyankes) yang sudah memakai Sistem BPJS P-Care akan dilayani oleh
petugas kesehatan sesuai standar yang ada.

B. Realisasi Anggaran
1. Pengukuran Kinerja Kegiatan
Pengukuran kinerja kegiatan Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Tahun 2018 dapat dilihat pada tabel berikut 3.7 terlampir.

2. Pengukuran Kinerja Keuangan


Total Anggaran Belanja Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Tengah Tahun 2018 sebesar Rp.107.795.528.371,-. Anggaran ini digunakan
untuk membiaya belanja tidak langsung dan belanja langsung. Secara lebih rinci
dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Belanja Tidak Langsung


Total anggaran belanja tidak langsung yang dikelola oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2018 adalah sebesar Rp.
46.031.448.397,-. Anggaran belanja tidak langsung ini digunakan untuk
Belanja Pegawai yang terdiri atas : (1) Gaji dan tunjangan dan (2)
Tambahan penghasilan berdasarkan beban kinerja.
Dari total anggaran sebagai mana tersebut diatas, tingkat penyerapan
anggaran belanja tidak langsung Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai
Tengah Tahun 2018 mencapai %, dengan rincian sebagai berikut :

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 44


Tabel 3.6
Alokasi Anggaran dan Realisasi Belanja Tidak Langsung Dinas Kesehatan
Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2018

ALOKASI
NO. URAIAN REALISASI %
ANGGARAN

1 Belanja Pegawai 46,031,448,397 38,239,223,697 83.07

JUMLAH 46,031,448,397 38,239,223,697 83.07

b) Belanja Langsung
Total anggaran belanja langsung yang dikelola Dinas Kesehatan Kabupaten
Hulu Sungai Tengah tahun 2018 berjumlah Rp. 61.764.079.974,-.

Anggaran Belanja Langsung ini dimanfaatkan untuk pembiayaan


pelaksanaan kegiatan pada program yang menjadi urusan kesehatan.
Dari total anggaran sebagaimana tersebut diatas, tingkat penyerapan
anggaran belanja langsung Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai
Tengah Tahun 2018 (realisasi sampai dengan bulan Desember 2018)
adalah sebesar 76,12%, sebagaimana pada tabel berikut :

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 45


Tabel 8
Alokasi Dan Realisasi Program / Kegiatan Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai
Tengah Tahun 2018

PROGRAM/KEGIATAN ANGGARAN REALISASI (Rp) %


(Rp)
BELANJA TIDAK LANGSUNG
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 4,043,426,900.00 2,239,622,652.00 55.39
1 Penyediaan Jasa Surat Menyurat 156,000,000.00 153,511,300.00 98.40
2 Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumberdaya 500,000,000.00 416,441,735.00 83.29
air dan listrik.
3 Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor 613,305,000.00 385,530,400.00 62.86
4 Penyediaan Alat Tulis Kantor 171,399,100.00 130,577,800.00 76.18
5 Penyediaan Barang Cetakan dan 62,800,000.00 57,149,700.00 91.00
Penggandaan
6 Penyediaan Komponen Instalasi 19,648,800.00 19,630,400.00 99.91
7 Listrik/Penerangan dan Bangunan kantor.
8 Penyediaan Peralatan dan Perlengkapan 338,564,000.00 336,567,017.00 99.41
Kantor.
9 Penyediaan bahan Bacaan dan Peraturan 7,200,000.00 2,160,000.00 30.00
Perundang-undangan
10 Penyediaan Makanan dan Minuman 1,444,190,000.00 586,554,300.00 40.61
11 Penyediaan jasa keamanan kantor 730,320,000.00 151,500,000.00 20.74

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana 931,138,000.00 870,299,334.00 93.47


Aparatur
1 Pembangunan gedung kantor 906,138,000.00 845,404,334.00 93.30
2 Pemeliharaan rutin /berkala gedung kantor 25,000,000.00 24,895,000.00 99.58

Program Peningkatan Pengembangan Sistem 181,859,800.00 171,258,700.00 94.17


Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan

1 Penyusunan Dokumen Penganggaran dan 12,402,000.00 9,372,500.00 75.57


Laporan Keuangan SKPD
2 Penyusunan Dokumen Perencanaan dan 19,460,000.00 16,210,000.00 83.30
Laporan Kinerja SKPD
3 Sistem Informasi Kesehatan 149,997,800.00 145,676,200.00 97.12

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 46


Program Obat dan Perbekalan Kesehatan 1,977,377,700.00 1,945,623,749.17 98.39
1 Kegiatan peningkatan mutu penggunaan obat 184,912,300.00 169,364,835.00 91.59
& perbekalan kesehatan
2 Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan 647,701,400.00 631,766,210.00 97.54
3 Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan 1,144,764,000.00 1,144,492,704.17 99.98
4 DAK Sub Bidang Kefarmasian

Program Upaya Kesehatan Masyarakat 20,952,125,299.00 17,189,589,435.80 82.04


1 Pelayanan Kesehatan penduduk miskin di 11,779,275,000.00 10,505,646,287.00 89.19
puskesmas jaringannya
2 Pengadaan Peralatan dan Perbekalan 6,399,972,800.00 4,153,474,016.80 64.90
3 Kesehatan Termasuk Obat Generik Esensial
4 Peningkatan Kesehatan Masyarakat 114,080,000.00 95,059,500.00 83.33
5 Peningkatan Pelayanan dan Penanggulangan 498,150,000.00 305,790,000.00 61.39
Masalah Kesehatan
6 Penyediaan Jasa Pelayanan Kesehatan 2,160,647,499.00 2,129,619,632.00 98.56
Program Pengawasan Obat dan Makanan 25,411,667.00 25,411,667.00 100.00
1 Pengawasan dan Pembinaan Toko Obat dan 17,626,667.00 17,626,667.00 100.00
Apotek
2 Peningkatan pengawasan keaman pangan dan 7,785,000.00 7,785,000.00 100.00
bahan berbahaya

Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan 1,047,395,000.00 907,686,000.00 86.66


Masyarakat
1 Pembinaan pelayanan usaha kesehatan 95,740,000.00 83,844,875.00 87.58
sekolah
2 Pengembangan media promosi dan informasi 250,970,000.00 230,186,875.00 91.72
sadar hidup sehat
3 Peningkatan pemanfaatan sarana kesehatan 638,750,000.00 545,883,625.00 85.46
4 Penyuluhan masyarakat, pola hidup sehat 61,935,000.00 47,770,625.00 77.13

Program Perbaikan gizi masyarakat 200,184,200.00 102,199,300.00 51.05


1 Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian 29,334,200.00 28,236,600.00 96.26
keluarga sadar gizi
2 Pemberian tambahan makanan dan vitamin 145,230,000.00 48,692,900.00 33.53
3 Penanggulangan kurang energi protein 19,220,000.00 19,140,200.00 99.58
4 (KEP), anemia gizi besi, gangguan akibat
kurang yodium (GAKY),

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 47


kurang vitamin A, dan kekurangan zat gizi
mikro lainnya
5 Penyusunan peta informasi masyarakat 6,400,000.00 6,129,600.00 95.78
kurang gizi

Program Pengembangan Lingkungan Sehat 60,000,000.00 60,000,000.00 100.00


1 Pengembangan kebijakan lingkungan sehat 60,000,000.00 60,000,000.00 100.00
2 Pengkajian pengembangan lingkungan sehat 0.00 0.00 0.00

Program Pencegahan dan Penanggulangan 1,248,932,800.00 1,151,415,500.00 92.19


Penyakit menular
1 Pelayanan Pencegahan dan Penanggulangan 24,000,000.00 9,810,000.00 40.88
Penyakit HIV/AIDS
2 Pelayanan pencegahan dan penanggulangan 116,400,000.00 104,779,000.00 90.02
penyakit menular
3 Pelayanan Pencegahan dan Penanggulangan 144,454,000.00 130,990,000.00 90.68
Penyakit Tuberkulosis
4 Pelayanan vaksinasi bagi balita dan anak 139,025,000.00 136,378,800.00 98.10
sekolah
5 Pencegahan penularan penyakit endemik / 237,600,000.00 237,600,000.00 100.00
epidemik
6 Pengadaan alat fogging dan bahan-bahan 125,500,000.00 121,306,400.00 96.66
fogging
7 Pengendalian Penyakit Tidak Menular 305,230,000.00 301,432,500.00 98.76
(PTM)
8 Peningkatan komunikasi,informasi dan 0.00 0.00 0.00
9 edukasi (KIE) pencegahan dan
pemberantasan penyakit
10 Peningkatan survellance epidemiologi dan 63,843,800.00 51,038,800.00 79.94
penanggulangan wabah
11 Penyemprotan / fogging sarang nyamuk 92,880,000.00 58,080,000.00 62.53

Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan 4,122,145,600.00 2,184,782,900.00 53.00


1 Penyediaan tenaga kontrak 2,622,205,000.00 1,098,750,000.00 41.90
medis/paramedis/kesmas
2 Penyusunan standar pelayanan kesehatan 1,499,940,600.00 1,086,032,900.00 72.41

Program Pelayanan Kesehatan Penduduk miskin 0.00 0.00 0.00

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 48


1 Pelayanan Operasi Katarak 0.00 0.00 0.00
2 Pelayanan sunatan masal 0.00 0.00 0.00

Program Pengadaan,Peningkatan dan Perbaikan 4,991,187,347.00 4,614,649,510.00 92.46


Sarana dan Prasarana Puskesmas/Puskesmas
Pembantu dan Jaringannya
1 Pembangunan Puskesmas 3,044,550,000.00 2,712,006,116.00 89.08
2 Pembangunan Puskesmas Pembantu 0.00 0.00 0.00
3 Pembangunan Rumah Dinas Tenaga 0.00 0.00 0.00
Kesehatan
4 Pemeiharaan rutin/berkala sarana dan 166,155,700.00 151,735,142.00 91.32
prasarana puskesmas
5 Pemeiharaan rutin/berkala sarana dan 0.00 0.00 0.00
prasarana puskesmas keliling
6 Pengadaaan sarana dan prasarana puskesmas 1,394,180,000.00 1,392,697,500.00 99.89
7 Pengadaaan sarana dan prasarana puskesmas 0.00 0.00 0.00
keliling
8 Pengadaaan sarana dan prasarana puskesmas 0.00 0.00 0.00
Pembantu
9 Peningkatan Puskesmas Menjadi Puskesmas 341,051,647.00 314,585,300.00 92.24
Rawat Inap
10 Rehab Rumah Dinas Tenaga Kesehatan 0.00 0.00 0.00
11 Rehab sedang/berat puskesmas 22,500,000.00 21,925,200.00 97.45
12 Rehab sedang/berat puskesmas pembantu 22,750,000.00 21,700,252.00 95.39

Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan anak 76,412,000.00 75,780,225.00 99.17


balita
1 Pelatihan dan pendidikan perawatan anak 37,640,000.00 37,497,400.00 99.62
balita
2 Penyuluhan kesehatan anak balita 38,772,000.00 38,282,825.00 98.74

Program Peningkatan pelayanan kesehatan lansia 114,861,000.00 93,193,400.00 81.14


1 Pelayanan pemeliharaan kesehatan 67,790,000.00 50,750,000.00 74.86
2 Pendidikan dan pelatihan perawatan 15,871,000.00 15,843,400.00 99.83
kesehatan
3 Peningkatan pelayanan kesehatan usia lanjut 31,200,000.00 26,600,000.00 85.26

Program pengawasan dan pengendalian 18,806,667.00 18,806,667.00 100.00

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 49


kesehatan makanan
1 Pengawasan dan pengendalian keamanan dan 18,806,667.00 18,806,667.00 100.00
2 kesehatan makanan hasil produksi rumah
tangga

Program Peningkatan keselamatan ibu 210,658,800.00 175,449,700.00 83.29


melahirkan dan anak
1 Peningkatan pelayanan kesehatan ibu hamil 89,601,400.00 82,210,300.00 91.75
dan ibu bersalin
2 Peningkatan pelayanan Kesehatan Keluarga 7,092,000.00 6,873,600.00 96.92
3 Peningkatan pelayanan kesehatan usia subur 28,237,400.00 27,918,900.00 98.87
dan keluarga berencana
4 Penyuluhan Kesehatan bagi ibu hamil dari 21,656,000.00 20,370,000.00 94.06
keluarga kurang mampu
5 Perawatan Secara berkala bagi ibu hamil bagi 22,758,000.00 15,738,500.00 69.16
keluarga kurang mampu
6 Pertolongan persalinan bagi ibu dari keluarga 41,314,000.00 22,338,400.00 54.07
kurang mampu

Program Bantuan Operasional Kesehatan 11,517,095,000.00 8,065,145,638.00 70.03


1 Bantuan Operasional Kesehatan Puskesmas 497,371,895.00 447,585,000.00 89.99
Awang Besar
2 Bantuan Operasional Kesehatan Puskesmas 653,754,895.00 552,872,300.00 84.57
Barabai
3 Bantuan Operasional Kesehatan Puskesmas 515,452,895.00 349,096,611.00 67.73
Barikin
4 Bantuan Operasional Kesehatan Puskesmas 523,618,895.00 389,444,034.00 74.38
Batu Tangga
5 Bantuan Operasional Kesehatan Puskesmas 625,821,895.00 395,314,800.00 63.17
Birayang
6 Bantuan Operasional Kesehatan Puskesmas 527,714,895.00 362,886,150.00 68.77
Durian Gantang
7 Bantuan Operasional Kesehatan Puskesmas 616,651,895.00 540,832,695.00 87.70
Hantakan
8 Bantuan Operasional Kesehatan Puskesmas 621,492,895.00 381,133,500.00 61.33
Haruyan
9 Bantuan Operasional Kesehatan Puskesmas 619,829,895.00 336,373,075.00 54.27
Ilung

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 50


10 Bantuan Operasional Kesehatan Puskesmas 523,961,895.00 300,224,900.00 57.30
Kalibaru
11 Bantuan Operasional Kesehatan Puskesmas 556,137,895.00 421,758,700.00 75.84
Kambat Utara
12 Bantuan Operasional Kesehatan Puskesmas 611,663,895.00 375,787,720.00 61.44
Kasarangan
13 Bantuan Operasional Kesehatan Puskesmas 517,628,895.00 440,321,546.00 85.07
Kubur Jawa
14 Bantuan Operasional Kesehatan Puskesmas 558,887,890.00 389,487,450.00 69.69
Limpasu
15 Bantuan Operasional Kesehatan Puskesmas 523,045,895.00 384,562,212.00 73.52
Pagat
16 Bantuan Operasional Kesehatan Puskesmas 627,653,895.00 425,447,120.00 67.78
Pandawan
17 Bantuan Operasional Kesehatan Puskesmas 579,144,895.00 428,565,550.00 74.00
Pantai Hambawang
18 Bantuan Operasional Kesehatan Puskesmas 535,709,895.00 390,409,955.00 72.88
Sungai Buluh
19 Bantuan Operasional Kesehatan Puskesmas 519,035,895.00 511,060,895.00 98.46
Tandilang
20 Kegiatan Monitoring Bantuan Operasional 762,514,000.00 241,981,425.00 31.73
Kesehatan

Program Jaminan Persalinan (Jampersal) 3,233,783,000.00 1,940,899,455.00 60.02


1 Kegiatan Jaminan Persalinan (Jampersal) 3,233,783,000.00 1,940,899,455.00 60.02
JUMLAH 54,952,800,780.00 41,831,813,832.97 76.12
Sumber: Subbagian Keuangan Dinas Kesehatan Hulu Sungai Tengah Tahun 2018

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2018 Hal 51


BAB IV
PENUTUP

Pengukuran kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan

untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan

program, kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan

visi, misi dan strategi instansi pemerintah. Proses ini dimaksudkan untuk menilai

pencapaian setiap indikator kinerja guna memberikan gambaran tentang

keberhasilan dan kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran. Selanjutnya dilakukan

pula analisis akuntabilitas kinerja yang menggambarkan keterkaitan pencapaian

kinerja kegiatan dengan program dan kebijakan dalam rangka mewujudkan

sasaran, tujuan, visi dan misi sebagaimana ditetapkan dalam rencana stratejik.

Hasil pengukuran kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai

Tengah Tahun 2018 menunjukkan tingkat capaian yang cukup baik meskipun

masih ada beberapa indikator kinerja yang belum memenuhi target yang telah

ditetapkan. Beberapa hambatan yang masih menghalangi pencapaian target

kinerja tersebut antara lain disebabkan belum optimalnya peranserta masyarakat

dalam pembangunan kesehatan, masih lemahnya koordinasi lintas sektor/lintas

program, kelemahan dalam aspek perencanaan dan keterbatasan sumber daya

yang tersedia.

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2018 Page 55
Pencapaian yang diperoleh Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai

Tengah pada tahun 2018 merupakan hasil pelaksanaan tupoksi yang optimal oleh

seluruh jajaran kesehatan yang didukung oleh komitmen daerah yang

menempatkan pembangunan sektor kesehatan sebagai kegiatan prioritas.

Diharapkan dukungan ini dapat terus dilanjutkan dalam upaya optimalisasi

pembangunan sektor kesehatan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

Demikian Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Dinas Kesehatan

Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2018 disusun sebagai salah bentuk

pertanggungjawaban atas anggaran yang dialokasikan untuk pelaksanaan

pembangunan kesehatan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2018. Harapan

kami semoga apa yang telah dipaparkan dalam laporan ini dapat menjadi bahan

masukan untuk perbaikan dan peningkatan kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten

Hulu Sungai Tengah ke depan.

LKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2018 Page 56

Anda mungkin juga menyukai