Anda di halaman 1dari 19

Penataan Arsip Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam instansi Pemerintahan, perlu sekali adanya pekerjaan


ketatausahaan, salah satu unsur pekerjaan tata usaha tersebut adalah
aktivitas penyimpanan informasi, penyimpanan dokumen - dokumen yang
dinamakan proses pengarsipan, pengelolaan kearsipan dokumen dalam suatu
organisasi pemerintahan memiliki peranan yang sangat penting hal ini
dikarenakan pengarsipan merupakan dasar dari pemeliharaan dokumen-
dokumen organisasi tersebut. Sehingga dengan adanya pemeliharaan
kearsipan ini akan memudahkan organisasi untuk mendapatkan informasi
yang diperlukan. Saat ini dalam pengelolaan kearsipan di Instansi
Pemerintahan seringkali diabaikan atau tidak terlalu diperhatikan.

Tidak terlepas dari hal tersebut Bagian Perencanaan Dinas Kesehatan


dan KB Kabupaten Pulau Morotai sendiri mengalami hal yang sama Penataan
Dokumen yang belum tertata dengan baik menyebabkan susahnya mencari
dokumen yang menumpuk dan tidak teratur karna kurangnya kontrol.

Dengan melakukan penataan kembali dokumen di Bagian Perencanaan


diharapkan dapat memperbaiki sistem pengarsipan dokumen yang ada. Oleh
karena itu melalui kegiatan ini saya mencoba satu gagasan yakni “Penataan
Arsip Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa di Dinas Kesehatan dan KB
Kabupaten Pulau Morotai” dalam rangka meningkatkan efektifitas dan
efisiensi pendataan dokumen di lingkup Bagian Perencanaan.

2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penataan arsip dokumen pengadaan barang dan jasa di


Bagian Perencanaan Dinas Kesehatan dan KB adalah agar semua dokumen
terkumpul dan tertata sesuai dengan Kegiatan dan Tahun Anggaran

Manfaat dari penataan arsip dokumen pengadaan barang dan jasa di


Bagian Perencanaan Dinas Kesehatan dan KB adalah dokumen pengadaan
barang dan jasa gampang di akses dan ditemukan.

Capaian Has Aktualisasi | 1


Penataan Arsip Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa

3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan Penataan Arsip Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa di


laksanakan di Dinas Kesehatan dan KB Kabupaten Pulau Morotai pada
Tanggal 12 Bulan April sampai dengan Tanggal 18 Bulan Mei 2021

No
Kegiatan Mg. I Mg. II Mg. III Mg. IV
.

1. Persiapan

2. Penataan Dokumen

3. Pelabelan Dokumen

4. Evaluasi

Tabel 1.1 Waktu Pelaksanaan Kegiatan

Capaian Has Aktualisasi | 2


Penataan Arsip Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa

B. GAMBARAN UMUM ORGANISASI DAN NILAI-NILAI DASAR

1. Profil Organisasi

Berdasrkan Peraturan Bupati No. 40 Tahun 2017 tentang Kedudukan,


Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Perangkat Daerah
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Pulau Morotai.
Adapun Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata
Kerja Dinas Kesehatan, maka ditetapkan Visi Dinas Kesehatan Kabupaten
Pulau Morotai yaitu :

“Terwujudnya percepatan Morotai Sehat, produktif dan berdaya


saing tinggi serta “aman” bagi para wisatawan, tahun 2021”

Dalam rangka mencapai Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Pulau Morotai


tersebut, ditetapkan 4 misi yakni :

Misi 1 : Mewujudkan manajemen kesehatan yang


akuntabel, professional dan dinamis,

Dengan terciptanya manajemen kesehatan yang akuntabel dilingkungan


Dinas kesehatan Kabupaten Pulau Morotai, fungsi-fungsi administrasi
kesehatan dapat terselenggara secara efektif dan efesien yang didukung
oleh sistem informasi, IPTEK serta hukum kesehatan. Melalui
penyelenggaraan manajemen kesehatan yang akuntabel dan profesional
dengan menetapkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good
governance), diharapkan upaya pembangunan kesehatan dapat
dipertanggungjawabkan dan dipertanggunggugatan kepada semua
lapisan masyarakat.

Misi 2 : Mendorong kemandirian masyarakat dalam


mengatasi masalah kesehatan,

Percepatan Pembangunan Kesehatan tidak akan berhasil jika tidak ada


upaya dari masyarakat untuk secara mandiri melakukan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit. Untuk itu upaya
membangun kemandirian masyarakat perlu dilakukan sehingga kondisi
dimana masyarakat Morotai menyadari, mau dan mampu untuk

Capaian Has Aktualisasi | 3


Penataan Arsip Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa

mengenali, mencegah dan mengatasi permasalahan kesehatan yang


dihadapi secara partisipatif.

Misi 3 : Meningkatkan kemitraan dengan sektor terkait,


pelaku industri, dan mitra potensial lainnya dalam
mewujudkan pelayanan kesehatan yang
berkualitas, adil dan terjangkau.

Untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian karena


penyakit, diperlukan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata,
terjangkau dan berkeadilan oleh seluruh lapisan masyarakat. Selain itu,
sinergisme dengan lintas sektor terkait, pelaku industri maupun mitra
potensial lainnya harus diwujudkan.Karena tidak sedikit permasalahan
kesehatan harus diselesaikan dengan pendekatan non kesehatan seperti
genangan air dan penebngan hutan secara liar berpotensi sebagai habitat
perkembangbiakan nyamuk.

Misi 4 : Membangun jejaring dengan organisasi potensial


nasional, bilateral dan internasional.

Dalam upaya percepatan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di


Pulau Morotai, bantuan dana dan teknis guna mewujudkan tenaga
kesehatan yang professional diperlukan dari organisasi nasional, bilateral
maupun internasional

Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Dinas Kesehatan


Kabupaten Pulau Morotai memiliki fungsi antara lain:

a. Perumusan dan penetapan visi, misi dan rencana strategis serta


program kerja Dinas;
b. Perumusan kebijakan teknis bidang kesehatan berpedoman pada
ketentuan peraturan perundangundangan;
c. Penyelenggaraan upaya peningkatan pelayanan publik di bidang
kesehatan;
d. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang
kesehatan;
e. Pengelolaan urusan ASN;

Capaian Has Aktualisasi | 4


Penataan Arsip Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa

f. Pelaksanaan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan


perorangan melalui pendekatan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif;
g. Pelaksanaan standar pelayanan minimal bidang kesehatan;
h. Pengelolaan sumber daya kesehatan;
i. Pelaksanaan kebijakan bidang kesehatan;
j. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan bidang kesehatan;
k. Pengelolaan perijinan bidang kesehatan;
l. Pelayanan teknis dan admiistrasi bidang kesehatan;
m. Peningkatan jumlah, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan sesuai
peraturan perundang - undangan;
n. Penyediaan dan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan;
o. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan;
p. Pengembangan manajemen bidang kesehatan;
q. Pembinaan terhadap Unit pelaksana Teknis Dinas dan Rumah Sakit
Umum Daerah;
r. Pengelolaan rekomendasi teknis di bidang kesehatan;
s. Pembinaan, monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas
bidang kesehatan;
t. Menyelenggarakan kesekretariatan Dinas Kesehatan;
u. Pembinaan dan fasilitasi lembaga pelayanan kesehatan swasta;
v. Penyelenggaraan koordinasi, informasi dan sinkronisasi pelaksanaan
tugas Dinas dengan perangkat daerah dan instansi terkait;
w. Pelaksanaan kerjasama dengan pihak lain baik Instansi Pemerintah,
Lembaga Organisasi Swadaya Masyarakat dan/atau swasta; dan
x. Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Bupati sesuai
tugas dan fungsinya.

2. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan dan KB


Struktur Dinas Kesehatan Kabupaten Pulau Morotai terdiri dari:

1. Kepala Dinas Kesehatan


2. Sekretariat, yang membawahi 2 kepala sub bagian yakni:
a. Subbagia Umum dan Kepegawaian;
b. Subbagian Program, Pelaporan dan Keuangan;

Capaian Has Aktualisasi | 5


Penataan Arsip Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa

3. Bidang Pelayanan Kesehatan dan Sumber Daya Manusia Kesehatan,


terdiri dari:
a. Seksi Pelayanan Kesehatan Primer, Rujukan dan
Tradisional.
b. Seksi Kefarmasian, Alkes dan PKRT
c. Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan
4. Bidang Kesehatan Masyarakat yang membawahi 3 kepala seksi
yakni
a. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi;
b. Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
c. Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan
Olahraga
5. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, terdiri dari:
a. Seksi Surveillans dan Imunisasi;
b. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular.
c. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak
Menular dan Kesehatan Jiwa.
6. Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (KB),
terdiri dari :
a. Seksi Data dan Informasi;
b. Seksi Operasional KB dan Kesehatan Reproduksi;
c. Seksi Operasional Kelaurga Sejahtera dan Pemberdayaan
Keluarga;
7. Unit Pelaksana Teknis Dinas yang terdiri dari 13 Puskesmas dan 1
RSUD
8. Kelompok Jabatan Fungsional.

Capaian Has Aktualisasi | 6


Penataan Arsip Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa

Gambar 1.1 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan dan KB Kabupaten Pulau Morotai

Capaian Has Aktualisasi | 7


Penataan Arsip Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa

3. Nilai – Nilai Dasar, Kedudukan Dan Peran Asn

a) Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah sebuah konsep etika yang dekat dengan


administrasi publik pemerintahan (lembaga eksekutif pemerintah, lembaga
ligislatif parlemen dan lembaga yudikatif kehakiman) yang mempunyai
beberapa arti antara lain, yang dapat dipertanggungjawabkan
(responsibility), kemmpuan memberikan jawaban (answerability), yang dapat
dipersalahkan (blameworthiness) dan yang mempunyai ketidak bebasan
(liability).

Akuntabilitas ini bertujuan membantu CPNS untuk menjawab


pertanyaan–pertanyaan yang berkaitan dengan akuntabilitas publik. Selain
itu, akuntabilitas juga bertujuan untuk menanamkan nilai – nilai yang
nantinya akan menjadi dasar CPNS dalam berperilaku.

Dalam Undang-undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil


Negara, pegawai ASN berfungsi sebagai: 1) Pelaksana kebijakan publik; 2)
Pelayan publik; dan 3) Perekat dan pemersatu bangsa. Fungsi-fungsi ASN
ini harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik.

Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah
untuk dipahami. Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang
terlintas adalah sesuatu yang sangat penting, tetapi tidak mengetahui
bagaimana cara mencapainya. Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering
disamakan dengan responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada
dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas
adalah kewajiban untuk bertanggung jawab, sedangkan akuntabilitas adalah
kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai.

Indikator akuntabilitas antar lain :


1. Tanggungjawab
2. Jujur
3. Kejelasan target
4. Netral
5. Mendahulukan kepentingan publik

Capaian Has Aktualisasi | 8


Penataan Arsip Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa

6. Adil
7. Transparan
8. Konsisten
9. Partisipatif

b) Nasionalisme

Makna nasionalisme secara politis merupakan manifestasi kesadaran


nasional yang mengandung cita-cita dan pendorong bagi suatu bangsa, baik
untuk merebut kemerdekaan atau mengenyahkan penjajahan maupun
sebagai pendorong untuk membangun dirinya maupun lingkungan
masyarakat, bangsa dan negaranya. Kita sebagai warga negara Indonesia,
sudah tentu merasa bangga dan mencintai bangsa dan negara Indonesia.
Kebanggaan dan kecintaan kita terhadap bangsa dan negara tidak berarti
kita merasa lebih hebat dan lebih unggul daripada bangsa dan negara lain.
Kita tidak boleh memiliki semangat nasionalisme yang berlebihan
(chauvinisme) tetapi kita harus mengembangkan sikap saling menghormati,
menghargai dan bekerja sama dengan bangsa-bangsa lain.

Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan


bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana
mestinya. Sikap seperti ini jelas mencerai beraikan bangsa yang satu
dengan bangsa yang lain. Keadaan seperti ini sering disebut chauvinisme.
Sedang dalam arti luas, nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa
cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati
bangsa lain.

Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan


manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada
nilai-nilai Pancasila. Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-
nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa:
menempatkan persatuan kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa
dan negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan;
menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara ;
bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak
merasa rendah diri; mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan
kewajiban antara sesama manusia dan sesama bangsa; menumbuhkan

Capaian Has Aktualisasi | 9


Penataan Arsip Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa

sikap saling mencintai sesama manusia; mengembangkan sikap tenggang


rasa.

Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai ASN. Bahkan


tidak sekedar wawasan saja tetapi kemampuan mengaktualisasikan
nasionalisme dalam menjalankan fungsi dan tugasnya merupakan hal yang
lebih penting. Diharapkan dengan nasionalisme yang kuat, maka setiap
pegawai ASN memiliki orientasi berpikir mementingkan kepentingan publik,
bangsa dan negara. Pegawai ASN akan berpikir tidak lagi sektoral dangan
mental blocknya, tetapi akan senantiasa mementingkan kepentingan yang
lebih besar yakni bangsa dan negara.

Nilai-nilai yang senantiasa berorientasi pada kepentingan publik


(kepublikan) mejadi nilai dasar yang harus dimiliki oleh setiap pegawai ASN.
Untuk itu pegawai ASN harus memahami dan mampu mengaktualisasikan
Pancasila dan semangat nasionalisme serta wawasan kebangsaan dalam
setiap pelaksanaan fungsi dan tugasnya, sesuai bidangnya masing-masing.
Pegawai ASN dapat mempelajari bagaimana aktualisasi sila demi sila dalam
Pancasila, dan berbagai kisah ketauladanan yang dapat diambil hikmahnya.
Peserta Prajabatan dapat belajar dari sejarah perjalanan bangsa,
ketauladanan para pejuang dan aparatur/pejabat publik yang saat ini mampu
memberikan inspirasi betapa mereka memiliki karakter yang kuat dengan
nasionalisme dan wawasan kebangsaaannya.

Indikator dari nasionalisme :

1. Religius (patuh kepada ajaran agama)


2. Hormat menghormati
3. Kerjasama
4. Tidak memaksakan kehendak
5. Jujur
6. Amanah (dapat dipercaya)
7. Adil
8. Persamaan derajat
9. Tidak diskriminatif
10. Mencintai sesama manusia
11. Tenggang rasa
12. Membela kebenaran

Capaian Has Aktualisasi | 10


Penataan Arsip Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa

13. Persatuan
14. Rela berkorban
15. Cinta tanah air
16. Memelihara ketertiban
17. Disiplin
18. Musyawarah
19. Kekeluargaan
20. Menghormati keputusan
21. Tanggung jawab
22. Kepentingan bersama
23. Gotong royong
24. Sosial
25. Tidak menggunakan hak yang bukan miliknya
26. Hidup sederhana
27. Kerja keras
28. Menghargai karya orang lain

c) Etika Publik

Weihrich dan Koontz (2005:46) mendefinisikan etika sebagai “the


dicipline dealing with what is good and bad and with moral duty and
obligation”. Secara lebih spesifik Collins Cobuild (1990:480) mendefinisikan
etika sebagai “an idea or moral belief that influences the behaviour, attitudes
and philosophy of life of a group of people”. Oleh karena itu, konsep etika
sering digunakan sinonim dengan moral. Ricocur (1990) mendefinisikan
etika sebagai tujuan hidup yang baik bersama dan untuk orang lain di dalam
institusi yang adil. Dengan demikian etika lebih dipahami sebagai refleksi
atas baik/buruk, benar/salah yang harus dilakukan atau bagaimana
melakukan yang baik atau benar, sedangkan moral mengacu pada
kewajiban untuk melakukan yang baik atau apa yang seharusnya dilakukan.
Dalam kaitannya dengan pelayanan publik, etika publik adalah refleksi
tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku,
tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka
menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.

Pengertian Kode Etik

Capaian Has Aktualisasi | 11


Penataan Arsip Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa

Kode Etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu
kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip
dalam bentuk ketentuan-ketentuan tertulis. Adapun Kode Etik Profesi
dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika suatu kelompok khusus
dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan
dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu.

Kode Etik Aparatur Sipil Negara

Berdasarkan Undang-Undang ASN, kode etik dan kode perilaku ASN


yakni sebagai berikut :

1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan


berintegritas tinggi.
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan.
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat
yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan.
6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara.
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif dan efisien.
8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya.
9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada
pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
10. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,
kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari
keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain.
11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN.
12. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
disiplin pegawai ASN.

Dimensi Etika Publik


Pada prinsipnya ada 3 (tiga) dimensi etika publik :

Capaian Has Aktualisasi | 12


Penataan Arsip Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa

1. Dimensi Kualitas Pelayanan Publik


2. Dimensi Modalitas
3. Dimensi Tindakan Integritas Publik

d) Komitmen Mutu

Penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean


governance) sudah menjadi keniscayaan di era reformasi saat ini. Berbagai
upaya telah dilakukan untuk mewujudkan keniscayaan tersebut, namun
dalam implementasinya masih belum sesuai harapan. Hal ini ditandai
dengan banyaknya keluhan masyarakat atas buruknya layanan aparatur
pemerintahan, misalnya: (1) terkait dengan maraknya kasus korupsi, sebagai
cerminan penyelenggaraan pemerintahan yang tidak efisien; (2) banyaknya
program pembangunan sarana fisik yang terbengkalai, sebagai cerminan
ketidakefektifan roda pemerintahan; (3) kecenderungan pelaksanaan tugas
yang lebih bersifat rule driven dan sebatas menjalankan rutinitas kewajiban,
sebagai cerminan tidak adanya kreativitas untuk melahirkan inovasi; serta
(4) masih banyaknya keluhan masyarakat karena merasa tidak puas atas
mutu layanan aparatur, sebagai cerminan penyelenggaraan layanan yang
kurang bermutu.

e) Anti Korupsi

Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang artinya
kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Selaras dengan kata asalnya,
korupsi sering dikatakan sebagai kejahatan luar biasa, salah satu
alasannya adalah karena dampaknya yang luar biasa menyebabkan
kerusakan baik dalam ruang lingkup, pribadi, keluarga, masyarakat dan
kehidupan yang lebih luas. Kerusakan tersebut tidak hanya terjadi dalam
kurun waktu yang pendek, namun dapat berdampak secara jangka
panjang.
Kehidupan telah diciptakan dengan penuh harmoni, semua berjalan
sesuai dengan orbitnya, ketika sesuatu mengalami penyimpangan maka
terjadi kerusakan dimuka bumi. Penanganan korupsi perlu diselesaikan
secara komprehensif, karenakorupsi adalah masalah kehidupan,
dampak dan bahayanya bisa berpengaruh secara jangka panjang dan
merusak kehidupan.

Capaian Has Aktualisasi | 13


Penataan Arsip Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa

Kesadaran anti korupsi Anda akan memberikan makna bagi kehidupan


Anda jika kesadaran tersebut terbukti atau telah diikuti dengan upaya
dan tindakan nyata dalam menghindari korupsi. Anda tidak memberikan
ruang dan waktu sedikitpun untuk munculnya niat dan kesempatan
korupsi dalam perjalanan karir dan pengabdian Anda sebagai pegawai
negeri sipil atau bagian dari masyarakat Indonesia. Niat, semangat dan
komitmen Anda akan menjadi modal untuk belajar dan menguasai serta
mempraktekan kompetensi yang dapat menghindarkan diri Anda dari
perilaku dan tindak pidana korupsi.
Beberapa point penting dari Anti Korupsi diantaranya :
1. Dampak korupsi tidak hanya sekedar menimbulkan kerugian
keuangan negara namun dapat menimbulkan kerusakan
kehidupan yang tidak hanya bersifat jangka pendek tetapi dapat
pula bersifat jangka panjang.
2. Membahas fenomena dampak korupsi sampai pada kerusakan
kehidupan dan dikaitkan dengan tanggungjawab manusia
sebagai yang diberi amanah untuk mengelolanya dapat menjadi
sarana untuk memicu kesadaran diri para PNS untuk anti korupsi.
3. Kesadaran diri anti korupsi yang dibangun melalui pendekatan
spiritual, dengan selalu ingat akan tujuan keberadaannya sebagai
manusia di muka bumi, dan selalu ingat bahwa seluruh ruang dan
waktu kehidupannya harus dipertanggungjawabkan, dapat
menjadi benteng kuat untuk anti korupsi.
4. Tanggung jawab spiritual yang baik pasti akan menghasilkan niat
yang baik dan mendorong untuk memiliki visi dan misi yang baik,
hingga selalu memiliki semangat untuk melakukan proses atau
usaha terbaik dan mendapatkan hasil terbaik, agar dapat
dipertanggungjawabkan juga secara publik.

KPK bersama dengan para pakar telah melakukan identifikasi nilai-


nilai dasar anti korupsi, dan dihasilkan sebanyak 9 nilai anti korupsi
sebagai berikut :
1. Jujur
2. Peduli
3. Mandiri

Capaian Has Aktualisasi | 14


Penataan Arsip Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa

4. Disiplin
5. Tanggung jawab
6. Kerja keras
7. Sederhana
8. Berani
9. Adil

f) Manajemen ASN

Aparatur Sipil Negara mempunyai peran yang amat penting dalam


rangka menciptakan masyarakat madani yang taat hukum,
berperadaban modern, demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi
dalam menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat secara adil
dan merata, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan pebuh
kesetiaan kepada Pancasila dan Undang Undang Dasar Tahun 1945.
Kesemuanya itu dalam rangka mencapai tujuan yang dicita-citakan
oleh bangsa Indonesia.
Perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi menjadikan
aksesibilitas semakin mudah untuk berhubungan dari suatu negara ke
negara lain, globalisasi ekonomi menjadi semakin nyata yang ditandai
dengan persaingan yang tinggi di tingkat internasional. Ketentuan-
ketentuan yang berlaku secara internasional harus dapat diikuti oleh
birokrasi kita dengan baik jika kita ingin dapat memenangkan
persaingan tersebut.
Namun dalam kenyataannya birokrasi kita masih menjadi hambatan
dalam pembangunan, yang ditandai dengan masih rendahnya kinerja
pelayanan birokrasi dan masih tingginya angka korupsi di Indonesia. Hal
ini tergambar dari beberapa laporan kinerja pemerintahan seperti The
Global Competitiveness Report 2014-2015 (World Economic Forum,
2014) dimana Indonesia menempati peringkat 37 dari 140 negara, dan
laporan Bank Dunia melalui Worlwide Governance Indicators yang
menunjukkan bahwa efektivitas pemerintahan (Government
Effectiveness) Indonesia masih sangat rendah, dengan nilai indeks di
tahun 2014 adalah – 0, 01.

Capaian Has Aktualisasi | 15


Penataan Arsip Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa

g) Whole Of Government (WOG)

WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan


yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari
keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna
mencapai tujuantujuan pembangunan kebijakan, manajemen program
dan pelayanan publik. Oleh karenanya WoG juga dikenal
sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan
sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang
relevan. Pada dasarnya pendekatan WoG mencoba menjawab
pertanyaan klasik mengenai koordinasi yang sulit terjadi di antara sektor
atau kelembagaan sebagai akibat dari adanya fragmentasi sektor
maupun eskalasi regulasi di tingkat sektor. Sehingga WoG sering kali
dipandang sebagai perspektif baru dalam menerapkan dan memahami
koordinasi antar sektor.
Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan mengapa WoG
menjadi penting dan tumbuh sebagai pendekatan yang mendapatkan
perhatian dari pemerintah.
1. adanya faktor-faktor eksternal seperti dorongan publik dalam
mewujudkan integrasi kebijakan, program pembangunan dan
pelayanan agar tercipta penyelenggaraan pemerintahan yang lebih
baik. Selain itu perkembangan teknologi informasi, situasi dan
dinamika kebijakan yang lebih kompleks juga mendorong
pentingnya WoG dalam menyatukan institusi pemerintah sebagai
penyelenggara kebijakan dan layanan publik.
2. terkait faktor-faktor internal dengan adanya fenomena ketimpangan
kapasitas sektoral sebagai akibat dari adanya nuansa kompetisi
antar sektor dalam pembangunan. Satu sektor bisa menjadi sangat
superior terhadap sektor lain, atau masing-masing sektor tumbuh
namun tidak berjalan beriringan, melainkan justru kontraproduktif
atau “saling membunuh‟. Masing-masing sektor menganggap
bahwa sektornya lebih penting dari yang lainnya.
3. khususnya dalam konteks Indonesia, keberagaman latar belakang
nilai, budaya, adat istiadat, serta bentuk latar belakang lainnya
mendrong adanya potensi disintegrasi bangsa. Pemerintah sebagai
institusi formal berkewajiban untuk mendorong tumbuhnya nilai -

Capaian Has Aktualisasi | 16


Penataan Arsip Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa

nilai perekat kebangsaan yang akan menjamin bersatunya elemen -


elemen kebangsaan ini dalam satu frame NKRI.

Terdapat beberapa cara pendekatan WoG yang dapat dilakukan,


baik dari sisi penataan institusi formal maupun informal. Cara-cara
ini pernah dipraktekkan oleh beberapa negara, termasuk Indonesia
dalam level-level tertentu, di antaranya :
1. Penguatan koordinasi antar lembaga
2. Membentuk lembaga koordinasi khusus
3. Membentuk gugus tugas
4. Koalisi sosial

Praktek WoG dalam pelayanan publik dlakukan dengan menyatukan


seluruh sektor yang terkait dengan pelayanan publik. Jenis pelayanan
publik yang dikenal yang dapat didekati oleh pendekatan WoG adalah :
1. Pelayanan yang Bersifat Adminisitratif
2. Pelayanan Jasa
3. Pelayanan Barang
4. Pelayanan Regulatif
Adapun berdasarkan polanya, pelayanan publik dapat dibedakan juga
dalam 5 (lima) macam pola pelayanan yang masing-masing diuaraikan
sebagaimana berikut ini.
1. Pola Pelayanan Teknis Fungsional
2. Pola Pelayanan Satu Atap
3. Pola Pelayanan Satu Pintu
4. Pola Pelayanan Terpusat
5. Pola Pelayanan Elektronik

h) Pelayanan Publik

Pelayanan publik adalah “Sebagai segala bentuk kegiatan


pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintahan di
Pusat dan Daerah, dan di lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk
barang dan /atau jasa, baik dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.
(Lembaga Administrasi Negara: 1998).

Capaian Has Aktualisasi | 17


Penataan Arsip Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa

Sementara Departemen Dalam Negeri menyebutkan bahwa


Pelayanan publik adalah suatu proses bantuan kepada orang lain
dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan
interpersonal tercipta kepuasan dan keberhasilan. Setiap pelayanan
menghasilkan produk, baik berupa barang dan jasa (Pengembangan
Kelembagaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, 2004).
Sedangkan definisi yang saat ini menjadi rujukan utama dalam
penyelenggaraan pelayanan publik sebagaimana termuat dalam
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik,
dijelaskan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
1. Prinsip-Prinsip Pelayanan Publik
Berbagai literatur administrasi publik menyebut bahwa prinsip
pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan prima adalah :
a. Partisipatif
b. Transparan
c. Responsif
d. Tidak diskriminatif
e. Mudah dan Murah
f. Efektif dan Efisien
g. Aksesibel
h. Akuntabel
i. Berkeadilan

Capaian Has Aktualisasi | 18


Penataan Arsip Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa

Capaian Has Aktualisasi | 19

Anda mungkin juga menyukai