Anda di halaman 1dari 29

suai kewenangan) sehingga mampu bersaing dengan

tenaga kesehatan asing, baik yang akan bekerja di institusi


pelayanan kesehatan dalam negeri maupun luar negeri,
diperlukan upaya meningkatkan mutu sumber daya
manusia kesehatan melalui regulasi di bidang kesehatan dan
pengembangan profesionalisme dengan menyiapkan kurikulum
yang sesuai pada setiap pendidikan dan pelatihan.
Pendidikan dan pelatihan yang dilakukan Dinas kesehatan
Provinsi harus terakreditasi, baik kurikulum, jumlah peserta,
pelatih, penyelenggara pelatihan dan tempat pelatihan (sarana,
prasarana pelatihan).

3. Mewujudkan peran serta masyarakat dan


pemangku kepentingan dalam pembangunan kesehatan
Pembangunan kesehatan harus diselenggarakan
dengan menggalang kemitraan antara pemerintah, masyarakat
dan dunia usaha serta lembaga terkait, dengan
mendayagunakan potensi yang dimiliki. Kemitraan
diwujudkan dalam suatu jejaring agar diperoleh sinergisme
yang mantap. Untuk itulah diperlukan adanya

IV - 1
penggerakkan kemitraan dan peran serta masyarakat
dalam mewujudkan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

4. Melaksanakan Pelayanan Publik yang Bermutu


Pelayanan publik di lingkungan Dinas Kesehatan
meliputi pelayanan informasi dan administrasi baik
internal maupun eksternal. Pelayanan internal meliputi
administrasi kepegawaian (Penetapan Angka Kredit bagi
tenaga fungsional kesehatan di kabupaten/ kota, UPTD dan
Rumah Sakit; penempatan bidan PTT), keuangan (termasuk
penggajian bidan PTT) dan aset, yang harus dilakukan secara
transparan dan akuntabel dalam rangka mewujudkan
good governance.
Pelayanan administrasi eksternal meliputi pemberian
rekomendasi terkait usulan sarana prasarana dari Rumah
Sakit, Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, pelayanan perijinan
di bidang farmasi dan perbekalan kesehatan, peningkatan
kelas dan akreditasi rumah sakit umum dan swasta.
Pelayanan informasi terdiri dari pelayanan kehumasan
dan informasi publik melalui media elektronik (website,
televisi, teleconference, radio, dll) dan media cetak
(majalah infokes, leaflet, poster, dll), baliho dan spanduk.

Visi dan Misi tidak akan terwujud apabila kondisi


penduduk Provinsi Jawa Tengah tidak sehat, sehingga perlu
perencanaan strategis yang mampu mengatasi berbagai
hambatan dan kendala bidang kesehatan. Pengembangan
kebijakan pembangunan kesehatan sangat penting mengingat

IV - 2
penyelenggaraan pembangunan kesehatan pada saat ini
semakin kompleks sejalan dengan permasalahan,

IV - 3
perkembangan demokrasi, desentralisasi dan tuntutan globalisasi
yang semakin meningkat.
Kesehatan merupakan sektor yang kompleks dengan
banyak pelaku di lembaga pemerintah, masyarakat, dan
kelompok swasta. Dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dan mewujudkan pembangunan
berwawasan kesehatan di Provinsi Jawa Tengah, terdapat
beberapa pelaku antara lain: (1) Pelaku dalam Stewardship
mencakup lembaga yang berfungsi sebagai penetap kebijakan
dan regulator dalam sistem kesehatan di Provinsi Jawa
Tengah. Disamping itu ada Lembaga dan Unit Pemerintah non
Dinas Kesehatan yang terkait dengan sektor Kesehatan sebagai
pemangku kepentingan atau SKPD Lain yang terkait sektor
kesehatan; (2) Pelaku dalam Financing (Sumber Pendanaan
Kesehatan) adalah : Kementerian Kesehatan dan berbagai
Kementerian teknis terkait kesehatan yang memberikan
Anggaran Pemerintah Pusat; Pemerintah Daerah Provinsi Jawa
Tengah yang memberikan Anggaran Pemerintah Provinsi;
Masyarakat dan Swasta yang memberikan kontribusi; (3) Pelaku
dalam Pelayanan Kesehatan (Healthcare Delivery), mencakup
Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta; Lembaga Pelayanan
Kesehatan non Rumah Sakit milik Pemerintah; Lembaga
Pelayanan Kesehatan non - Rumah Sakit milik Swasta; Lembaga
Pelayanan kesehatan penunjang lainnya : Apotik/ Toko Obat,
Klinik, Praktek dokter bersama, Rumah Bersalin, laboratorium,
praktek komplementer. Disamping itu terdapat Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) Kesehatan dan Organisasi Profesi serta (4)

IV - 4
Pelaku dalam Resource Generation adalah berbagai
Lembaga Pendidikan Tenaga Kesehatan Pemerintah dan Swasta.
Selanjutnya, untuk dapat menjalankan peran secara
optimal maka sektor kesehatan perlu menggunakan konsep good
governance secara baik. Dalam konsep good governance, Dinas
Kesehatan Provinsi

IV - 5
Jawa Tengah memiliki tiga peran kunci, yakni sebagai: (1)
sebagai regulator, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
harus menjadi penggerak, institusi paling utama, yang terbaik
dan paling tahu tentang kesehatan, sebagai panutan, cakap,
mampu, proaktif yang dilandasi dengan pola pikir, pola sikap dan
pola tindak yang sistematis, transparan dan akuntabel dalam
sistem pelayanan kesehatan di wilayahnya untuk mencapai
status kesehatan masyarakat yang optimal; (2) sebagai
pemberi dana, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Dinas
Kesehatan harus menjamin bahwa layanan kesehatan yang
diperlukan oleh masyarakat dapat diakses oleh seluruh
masyarakat, sehingga jika terjadi barier ekonomi dari
kelompok masyarakat yang miskin, maka Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah harus menjadi ujung tombak dan bertanggung
jawab menyediakan dana dan atau membuat sistem, supaya
pelayanan kesehatan dapat diakses oleh penduduk miskin dengan
kualitas yang baik; (3) sebagai pelaksana, maka Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah harus menjadi motivator, leader, dan
institusi yang menjadi tumpuan pemerintah Provinsi Jawa
Tengah dalam rangka menyediakan layanan kesehatan paripurna
yang diperankan oleh semua pelaku di Jawa Tengah baik
eksekutif, legislatif, yudikatif, dunia usaha dan atau lembaga-
lembaga non pemerintahan secara profesional dan
bertanggungjawab, termasuk penyediaan sumber daya kesehatan
bagi masyarakat yang bermutu, kompeten, cakap dan
bertanggung jawab melalui Unit Pelayanan Teknis (UPT),
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, Puskesmas, Poliklinik
Kesehatan Desa (PKD) serta Rumah Sakit Umum dan Khusus.

IV - 6
B. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah
Tujuan yang akan dicapai oleh Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah secara umum adalah terwujudnya Institusi
yang Profesional dalam Mewujudkan Kesehatan Paripurna
di Jawa Tengah yang mampu menggerakkan pembangunan
bidang kesehatan oleh pemerintah, swasta dan masyarakat dalam
rangka meningkatkan status kesehatan, pembiayaan kesehatan
dan pelayanan kesehatan yang bermutu.
Untuk mencapai tujuan dimaksud, Visi telah dijabarkan dalam 4
(empat) misi. Dalam rangka mencapai Misi-misi tersebut, maka
tujuan dan sasaran yang akan dicapai adalah :
1. Misi I : Meningkatkan Pelayanan Kesehatan yang
Bermutu dan Berkeadilan
Untuk mencapai misi ini, maka tujuan dan sasaran
yang akan dicapai adalah :
a. Tujuan : Meningkatkan pelayanan kesehatan
masyarakat b. Sasaran :
1) Meningkatnya kesehatan ibu dan anak
2) Terkendalinya penyakit menular dan tidak menular
3) Meningkatnya fasilitas pelayanan kesehatan yang
memenuhi standar
4) Meningkatnya kuantitas dan kualitas kesehatan pemukiman,
tempat-tempat umum dan tempat pengolahan
makanan
5) Meningkatnya mutu sediaan farmasi, makanan
minuman, alat kesehatan dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga (PKRT).

IV - 7
2. Misi II : Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Berdaya
Saing
Untuk mencapai misi ini, maka tujuan dan sasaran
yang akan dicapai adalah :
a. Tujuan :
1) Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia kesehatan
2) Meningkatkan pelayanan pendidikan dan pelatihan
bidang kesehatan
3) Mendayagunakan sumber daya manusia kesehatan
b. Sasaran :
1) Meningkatnya masyarakat yang mengikuti pendidikan
di institusi pendidikan kesehatan
2) Meningkatnya kualitas institusi pendidikan kesehatan
3) Meningkatnya sumber daya manusia kesehatan
yang mengikuti pendidikan dan pelatihan
4) Meningkatnya pendidikan dan pelatihan yang terakreditasi
5) Meratanya distribusi tenaga kesehatan

3. Misi III : Mewujudkan Peran Serta Masyarakat


dan
Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan Kesehatan
a. Tujuan :
1) Meningkatkan advokasi dan social support
pemangku kepentingan
b. Sasaran :
1) Meningkatnya peran pemerintah kabupaten/ kota
dalam pembangunan kesehatan
2) Meningkatnya peran dunia usaha dalam
pembangunan kesehatan

IV - 8
3) Meningkatnya peran masyarakat dalam
pembangunan kesehatan

4. Misi IV : Melaksanakan Pelayanan Publik yang Bermutu


a. Tujuan :
1) Meningkatkan pelayanan administrasi di bidang kesehatan
2) Meningkatkan pelayanan informasi di bidang
kesehatan b. Sasaran :
1) Meningkatnya penerbitan ijin dan registrasi sumber daya
kesehatan
2) Meningkatnya tata kelola kepegawaian, kehumasan,
aset, keuangan, perencanaan dan evaluasi
pembangunan kesehatan
3) Meningkatnya tata kelola administrasi perkantoran
4) Meningkatnya masyarakat yang memanfaatkan
informasi kesehatan

C. Strategi dan
Kebijakan
Untuk mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran maka
strategi yang akan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah dalam periode 2013 – 2018 menurut Misi adalah
sebagai berikut :
1. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
berkeadilan.
a. Strategi :
1) Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan anak melalui upaya :
a) Penyelenggaraan pelayanan KIA, yang meliputi :
i. penemuan kasus risiko tinggi dan tindak lanjutnya
IV - 9
ii. penguatan Distric Team Probling Solving
(DTPS) Kab/Kota,

IV -
10
iii. pelacakan kematian maternal
perinatal, iv. pendampingan KIA
kab/kota,
v. penguatan pelayanan Antenatal Care (ANC)
Perinatal Care (PNC) dan SOP
kegawatdaruratan obstetri neonatal,
vi. Review program KIA Tk. Provinsi,
vii. Review pelaksanaan ANC PNC dan SOP
kegawatdaruratan obstetri neonatal,
viii. Penguatan manajemen dan jejaring
pelayanan persalinan dan rujukan tingkat Regional,
ix. Penguatan Program Perencanaan Pertolongan
Persalinan dan Komplikasi (P4K) Kab/Kota,
x. Pembelajaran hasil rekomendasi Audit Maternal
Perinatal (AMP)
Kab/Kota,
xi. Pertemuan koordinasi perencanaan, evaluasi program
Gizi, KIA dan validasi
data,
xii. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan
dalam penanganan dan pelayanan kekerasan
terhadap perempuan dan anak (KtPA),
xiii. Analisis AMP Kab/Kota
xiv. Puskesmas mampu tatalaksana PKPR,
xv. Pengembangan screening hipotyroid
kongenital. b) Pemantauan Wilayah Setempat KIA,
yang meliputi :
i. Analisis, penelusuran data kohort dan rencana
tindak lanjut,

IV - 10
ii. Pembinaan teknis program KIA, reproduksi dan KB
iii. Penguatan penyeliaan fasilitatif.
c) Peningkatan upaya perbaikan gizi keluarga,
yang meliputi:

IV - 11
i. Pemantauan pertumbuhan
Balita, ii. penatalaksanaan kasus
gizi buruk, iii. pemberian suplemen
gizi,
iv. fasilitasi peningkatan ASI eksklusif,
v. pemantauan kasus gizi burk pada Balita,
vi. peningkatan kapasitas petugas dalam tatalaksana
gizi buruk di RS,
vii. Peningkatan kapasitas petugas dalam
pemantauan pertumbuhan,
viii. Peningkatan kapasitas petugas dalam
konseling menyusui,
ix. Sosialisasi pedoman gizi
seimbang, x. Implementasi PP-ASI,
xi. Workshop dan lomba kreasi menu seimbang.

2) Pengendalian penyakit menular dan tidak menular


melalui upaya:
b) Manajemen P2 berbasis
wilayah c) Optimalisasi
penemuan kasus
d) Penguatan tatalaksana
kasus e) Peningkatan kualitas
SDM
f) Penguatan sistem informasi dan Recording Reporting
(RR)
g) Pengediaan logistik dan perbekalan kesehatan
h) Pengendalian faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM)

IV - 12
i) Pelaksanaan penanggulangan KLB dan Bencana
atau krisis kesehatan
j) Pelaksanaan program imunisasi

IV - 13
k) Pelaksanaan surveilans Penyakit dapat
Ditanggulangi dengan Imunisasi (PD3I)
l) Pelaksanaan kesehatan haji

3) Peningkatan koordinasi pelayanan kesehatan dasar


dan rujukan yang memenuhi standar melalui upaya:
a) Fasilitasi puskesmas PONED;
b) Fasilitasi pembinaan akreditasi puskesmas
(program dasar dan pengembangan);
c) Pendampingan TPKJM;
d) Peningkatan pelayanan kesehatann wanita pekerja (WUS
dan Bumil) bagi perusahaan/ tempat kerja;
e) Penerapan standar pelayanan fasilitas
pelayanan kesehatan (fasyankes) rujukan;
f) Standarisasi PONEK Rumah Sakit;
g) Peningkatan mutu pelayanan kesehatan rujukan;
h) Pengembangan sistem informasi dalam pelaporan RS;
i) Pelayanan kesehatan komunitas.

4) Peningkatan kuantitas dan kualitas kesehatan


pemukiman, tempat-tempat umum dan tempat
pengolahan makanan melalui upaya:
a) Pengawasan kualitas air dan sanitasi dasar meliputi:
i. Surveilans kualitas
air;
ii. Pembinaan jejaring penyelenggaraan air minum
(PDAM, DAMIU, BP
SPAM);
iii. Pengembangan desa Sanitasi Total Berbasis

IV - 14
Masyarakat
(STBM);

IV - 15
iv. Pendampingan bantuan keuangan desa
bidang kesehatan;
v. Pengadaan peralatan surveilans kualitas air.
b) Pengawasan Hygiene Sanitasi (HS) TTU dan
TPM
meliputi:
i. Pengawasan HS Sarana fasyankes;
ii. Pengawasan HS di embarkasi;
iii. Pengembangan pasar sehat;
iv. Peningkatan HS di pondok pesantren;
v. Pembinaan pengawasan TPM;
vi. Pengadaan food contamination test kit.

5) Peningkatan mutu sediaan farmasi, makanan minuman,


alat kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
(PKRT) melalui kegiatan:
a) Koordinasi dan pembinaan pengawasan dan
distribusi
sediaan farmasi dan berbekalan kesehatan meliputi:
i. Fasilitasi dan pembinaan pengawasan obat;
ii. Fasilitasi dan pembinaan pengawasan
obat tradisional;
iii. Fasilitasi dan pembinaan pengawasan kosmetika;
iv. Fasilitasi dan pembinaan pengawasan alat kesehatan;
v. Fasilitasi dan pembinaan pengawasan PKRT;
b) Koordinasi dan pembinaan dan pengawasan
Makanan
Minuman meliputi:
i. Fasilitasi dan pembinaan pengawasan
makanan minuman;
IV - 16
ii. Fasilitasi dan pembinaan pengawasan
sertifikasi industri makanan minuman dan rumah
tangga.

IV - 17
b. Arah Kebijakan
1) Menurunkan kematian ibu, bayi dan anak balita
dan meningkatkan status gizi ibu, bayi dan anak balita
2) Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian
penyakit menular, mengendalikan faktor risiko penyakit
menular dan tidak menular serta meningkatkan
surveilans
3) Meningkatkan sarana prasarana pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan sesuai standar dan
pemenuhan sumber daya manusia kesehatan.
4) Meningkatkan cakupan sanitasi dasar dan tempat-
tempat
umum dan tempat pengolahan makanan yang
memenuhi syarat
5) Meningkatkan pengawasan kualitas penyediaan
dan distribusi sediaan farmasi, makanan
minuman, alat kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)

2. Mewujudkan sumber daya manusia kesehatan


yang berdaya saing
a. Strategi
1) Peningkatan pendayagunaan lulusan institusi
pendidikan kesehatan melalui kegiatan koordinasi
organisasi profesi kesehatan, meliputi:
a) Optimalisasi peran organisasi profesi
dalam pembangunan kesehatan;
b) Fasilitasi sertifikasi dan registrasi tenaga kesehatan;
IV - 18
c) Fasilitasi dan pembinaan kuallitas tenaga
kesehatan strategis;

IV - 19
d) Fasilitasi peningkatan kompetensi SDM Kesehatan.
2) Peningkatan kualitas institusi pendidikan melalui
upaya fasilitasi penyelenggaraan institusi pendidikan
kesehatan meliputi :
a) Rapat koordinasi institusi pendidikan kesehatan,
b) Evaluasi pelaksanaan pengabdian
masyarakat, c) Fasilitasi sumpah tenaga
kesehatan,
d) Pemetaan lulusan tenaga kesehatan,
e) Fasilitasi pelaksanaan kuliah umum di institusi
Diknakes.
3) Peningkatan SDM Kesehatan yang mengikuti
pendidikan dan pelatihan melalui upaya
penyelenggaraan pelatihan SDM Kesehatan meliputi :
a) Koordinasi pelaksanaan pelatihan teknis Dinas
Kesehatan;
b) Quality control pelaksanaan pendidikan dan pelatihan.
4) Peningkatan pendidikan dan pelatihan yang
terakreditasi melalui upaya pelaksanaan akreditasi
pelatihan,
5) Pemerataan distribusi tenaga kesehatan

b. Arah Kebijakan
1) Menjalin kerjasama/ jejaring antara institusi
pendidikan kesehatan dengan pengguna tenaga
kesehatan
2) Akreditasi institusi pendidikan oleh Badan Akreditasi
Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT)

IV - 20
3) Memfasilitasi sumber daya manusia kesehatan
untuk peningkatan kapasitas dengan mengikuti
pendidikan dan pelatihan

IV - 21
4) Akreditasi pelatihan bidang kesehatan di Provinsi dan
Kab/kota

3. Mewujudkan Peran Serta masyarakat dan


pemangku kepentingan dalam pembangunan kesehatan
a. Strategi
1) Peningkatan peran pemerintah kabupaten/ kota
dalam pembangunan kesehatan melalui upaya:
a) Advokasi/ sosialisasi program kesehatan meliputi:
i. Advokasi penyusunan regulasi kesehatan (KTR,
ASI Eksklusif dan PSN)
ii. Pasar dengan garam
beryodium b) Pembiayaan
kesehatan meliputi:
i. Pengembangan Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan ii. Pembiayaan kesehatan
c) Peningkatan kemitraan kesehatan meliputi :
kerjasama bidang kesehatan antar provinsi MPU dan
daerah lintas batas
2) Peningkatan peran dunia usaha dalam
pembangunan kesehatan melalui upaya:
a) kemitraan dengan dunia usaha dan LSM
dalam penanganan masalah kesehatan
b) kemitraan dengan institusi diknakes
dalam pengembangan desa siaga aktif
3) Peningkatan peran masyarakat dalam
pembangunan kesehatan malalui upaya:
a) Pemberdayaan Masyarakat, meliputi:
i. Peningkatan kualitas desa siaga
IV - 22
ii. Revitalisasi dan pengembangan UKBM

IV - 23
iii. Pembudayaan
PHBS
b) Peningkatan Kemitraan Kesehatan, meliputi:
i. Kemitraan dengan institusi Diknakes
dalam pengembangan desa siaga aktif
ii. Kemitraan dengan organisasi massa,
organisasi pemuda, PKK dalam peningkatan
kualitas desa siaga

b. Arah Kebijakan
1) Menjadikan pembangunan kesehatan sebagai
program prioritas daerah
2) Menjalin kemitraan, dunia usaha, ormas dan LSM
dalam
mengatasi masalah kesehatan
3) Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam
mengatasi masalah kesehatan melalui pemberdayaan
masyarakat

4. Melaksanakan pelayanan publik yang bermutu


a. Strategi
1) Peningkatan mutu pelayanan penerbitan ijin dan
registrasi sumber daya kesehatan melalui upaya
koordinasi organisasi profesi kesehatan, meliputi :
a) optimalisasi peran organisasi profesi,
b) Fasilitasi sertifikasi dan registrasi tenaga kesehatan
2) Peningkatan tata kelola kepegawaian, kehumasan,
aset, keuangan, perencanaan dan evaluasi

IV - 24
pembangunan kesehatan melalui upaya perencanaan
dan pengendalian pembangunan kesehatan, meliputi :
a) Sinkronisasi dan koordinasi perencanan,
penganggaran dan evaluasi Pembangunan
kesehatan antara pusat, provinsi dan kabupaten/
kota,

IV - 25
b) Penyusunan dokumen perencanaan, penganggaran
dan evaluasi pembangunan kesehatan Provinsi
Jawa Tengah,
c) Fasilitasi dan pendampingan penyusunan
perencanaan dan penganggaran pembangunan
kesehatan ke Dinas kesehatan kabupaten/ kota,
Rumah Sakit Kabupaten/ kota dan UPT,
3) Peningkatan tata kelola administrasi perkantoran
melalui upaya penyediaan jasa surat menyurat,
penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan
listrik, penyediaan jasa peralatan dan perlengkapan
perkantoran, penyediaan jasa kebersihan, penyediaan
alat tulis kantor, penyediaan barang cetak dan
penggandaan, penyediaan peralatan rumah tangga,
penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-
undangan, penyediaan bahan logistik kantor,
penyediaan makanan minuman, rapat-rapat koordinasi
dan konsultasi di dalam dan luar daerah, Peningkatan
sarana dan prasarana aparatur, peningkatan disiplin
aparatur, peningkatan kapasitas smber daya aparatur,
peningkatan jasa pelayanan kesehatan
4) Peningkatan masyarakat yang memanfaatkan
informasi kesehatan melalui upaya:
a) Penyebarluasan informasi melalui berbagai
media, meliputi: Penyebarluasan informasi
melalui media cetak, media elektronik dan media
luar ruang
b) Penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan, meliputi:

IV - 26
i. Penyusunan buku Profil
Kesehatan ii. Penyusunan buku
saku kesehatan

IV - 27
iii. Penyusunan buku Standar Pelayanan Minimal
(SPM) Kesehatan kab/Kota
iv. Penyusunan buku Data Dasar Puskesmas dan RS

b. Arah Kebijakan
a) Mempermudah dan menyederhanakan penerbitan ijin
dan registrasi sumber daya kesehatan melalui
pelayanan satu pintu.
b) Meningkatkan tata kelola kepegawaian, kehumasan, aset,
keuangan, perencanaan dan evaluasi
pembangunan kesehatan sesuai standar dan berbasis
teknologi informasi
c) Meningkatkan tata kelola administrasi perkantoran
dan pembiayaan kesehatan sesuai standar dan
berbasis teknologi informasi
d) Meningkatkan kualitas layanan informasi
kesehatan berbasis web.

IV - 28

Anda mungkin juga menyukai