Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif
secara sosial maupun ekonomis.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan atau serangkaian
kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam
bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit,
dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan atau masyarakat.
Dibentuknya Suku Dinas Kesehatan di tingkat Kota Administratif
atau Kabupaten merupakan salah satu perwujudan dari sistem otonomi
daerah tersebut dalam mengelola pembangunan kesehatan dimana Suku
Dinas Kesehatan Jakarta Selatan merupakan perpanjangan tangan Dinas
Kesehatan Provinsi DKI Jakarta untuk mempermudah kedudukan, tugas,
dan fungsi, organisasi, kepegawaian, keuangan, aset, pelaporan,
akuntabilitas, pengawasan.
Suku Dinas Kesehatan merupakan lembaga yang berada di bawah
Dinas Kesehatan Provinsi sebagaimana yang dijelaskan dalarn Peraturan
Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 278 Tahun 2016
tentang Organisasi dan Tatakerja Dinas Kesehatan. Suku Dinas Kesehatan
Jakarta Selatan rnempunyai tugas untuk melaksanakan perencanaan,
pengendalian, dan penilaian program kesehatan masyarakat yang meliputi
pencegahan dan penanggulangan penyakit menular, penyakit tidak menular,
penyehatan lingkungan dan kesehatan kerja, kesehatan jiwa masyarakat dan
narkotik, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA) serta gizi dan

1
2

pembinaan peran serta masyarakat di Kota madya, dalam melaksanakan


tugas-tugasnya tersebut. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan memiliki 5
seksi yaitu, Sub bagian Tata Usaha, Seksi Kesehatan Masyarakat, Seksi
Pelayanan Kesehatan, Seksi Sumber Daya Kesehatan, dan Seksi
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Seksi Sumber Daya Kesehatan
membawahi koordinator Kefarmasian yang merupakan salah satu wadah
bagi Apoteker dalam menjalankan tugas profesinya di lingkungan
kesehatan.
Dengan melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di
Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan ini, mahasiswa(i)
program apoteker diharapkan mampu memperoleh pengalaman kerja,
pengetahuan, gambaran, dan pemahaman yang lebih mendalam tentang
peran Apoteker di lingkup pemerintahan. Pelaksanaan Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) tersebut juga diharapkan dapat membuka wawasan
mahasiswa(i) mengenai peran Apoteker dalam melaksanakan tugas
profesinya dalam pemerintahan. Terutama dalam bidang yang berhubungan
dengan Farmasi karena Apoteker merupakan salah satu tenaga kesehatan
pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang mempunyai peranan
penting karena terkait langsung dengan pemberian pelayanan khususnya
pelayanan kefarmasian.
Sehingga untuk mencapai hal tersebut, Kepala Program Studi Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Institut Sains dan Teknologi Nasional
melakukan kerjasama dengan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi
Jakarta Selatan untuk melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) yang dilaksanakan Tanggal 1 sampai 29 Maret 2018.

1.2. Tujuan
Praktik Kerja Profesi Apoteker di lembaga pemerintahan menurut Suratt
Keputusan Bersama Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia No.
083/SK/ISFJ/VII2009 dan Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia
No. 003/SKJAPTFI/VI/2009 antara lain:
3

1. Menerapkan dan memiliki keterampilan dalam melaksanakan


manajemen dan kepemimpinan secara efektif dan efisien dalam rangka
pelaksanaan tugas pokok regulasi, pembinaan, dan pengawasan
pekerjaan kefarmasian dan perbekalan farmasi yang bermutu aman dan
berkhasiat/ bermanfaat bagi klien/ masyarakat yang membutuhkan.
2. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi dan
posisi, dan tanggung jawab apoteker dalam lembaga pemerintahan.
3. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian di lembaga pemerintahan.
4. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai
tenaga farmasi professional.
4

BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Dinas Kesehatan


Dinas Kesehatan merupakan unsur pelaksana otonomi daerah untuk urusan
kesehatan. Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui
Sekretaris Daerah. Kepala Dinas Kesehatan dibantu oleh seorang Wakil Kepala
Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pembinaan, dan
pengembangan urusan kesehatan.

2.1.1 Visi dan Misi Dinas Kesehatan

Visi Dinas Kesehatan adalah “Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan


Berkeadilan”. Sedangkan misi yang diemban oleh Dinas Kesehatan
untuk mencapai visi tersebut adalah:
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui
pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat
madani.
2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya
upaya kesehatan yang paripurna, merata bermutu, dan
berkeadilan.
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan.
4. Menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik.

Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pembinaan,

dan pengembangan urusan kesehatan. Dinas Kesehatan menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan rencana strategis serta rencana kerja dan anggaran Dinas

Kesehatan
5

b. Pelaksanaan rencana strategis dan dokumen pelaksanaan anggaran Dinas

Kesehatan

c. Penyusunan kebijakan, pedoman, dan standar teknis urusan kesehatan

d. Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan sistem kesehatan daerah;

e. Perencanaan, pembangunan, pengembangan, dan pembinaan kesehatan

masyarakat, kesehatan lingkungan, serta pelayanan kesehatan

f. Pengawasan, pemantauan, pengendalian dan evaluasi sistem, upaya dan

kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan

serta pelayanan kesehatan

g. Pengawasan, pengendalian, pemantauan, dan evaluasi pelayanan

kesehatan pada seluruh sarana kesehatan di wilayah daerah

h. Perencanaan, pengaturan, penyelenggaraan, pembinaan, dan pengawasan

upaya kesehatan ibu, bayi, anak, remaja, lanjut usia dan penyandang

disabilitas

i. Perencanaan, pengaturan, penyelenggaraan, pembinaan, dan pengawasan

penyelenggaraan pelayanan kesehatan khusus

j. Pencegahan, pengendalian, dan penanganan penyakit menular dan

penyakit tidak menular serta akibat yang ditimbulkannya

k. Pengawasan, pemantauan, pengendalian, pembinaan, dan evaluasi

pelayanan RSUD/RSKD
6

l. Pengawasan, pengendalian, dan pembinaan kesehatan kerja

m. Pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan pengembangan informasi

kesehatan

n. Pembangunan, pengembangan, dan pembinaan peran serta masyarakat

dalam pengelolaan kesehatan

o. Perencanaan, dan pengelolaan pembiayaan penyelenggaraan pelayanan

kesehatan

p. Penanganan kesehatan fakir miskin sesuai dengan lingkup tugasnya

q. Pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan, dan

pertanggungjawaban penerimaan retribusi bidang pelayanan kesehatan

r. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan, dan perawatan

prasarana dan sarana di bidang kesehatan

s. Pengawasan dan pengendalian izin di bidang kesehatan

t. Pemberian dukungan teknis kepada masyarakat dan perangkat daerah di

bidang kesehatan

u. Penegakan peraturan perundang-undangan daerah di bidang kesehatan

v. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang Dinas Kesehatan

w. Pengelolaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan Dinas Kesehatan


7

x. Pengelolaan kearsipan data dan informasi Dinas Kesehatan

y. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas

Kesehatan.

2.1.2 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan

Berikut merupakan susunan Struktur organisasi Dinas Kesehatan, yang


terdiri dari :
a. Kepala Dinas;
b. Wakil Kepala Dinas;
c. Sekretariat, terdiri dan:
1. Subbagian Umum
2. Subbagian Kepegawaian;
3. Subbagian Sarana dan Prasarana dan
4. Subbagian Keuangan.
d. Bidang Perencanaan dan Pembiayaan terdiri dari.
1. Seksi Program dan Anggaran.
2. Seksì Pengendalian, Evaluasi dan Pembiayaan Kesehatan.
3. Seksi Data, Informasi dan Pelaporan.
e. Bidang Kesehatan Masyarakat, terdiri dari:
1. Seksi Kesehatan Keluarga.
2. Seksi Gizi, Prornosi Kesehatan dan Pembinaan Peran Serta Masyarakat.
3. Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Kesehatan Olahraga.
f. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, terdiri dari:
2. Seksi Surveilans, Epidemiologi dan Imunisasi;
3. Seksi Penyakit Menukir, Tular Vektor dan Zoonotik.
4. Seksi Penyakit Tidak Menular, Kesehatañ Jiwa dan Napza.
g. Bidang Pelayanan Kesehatan, terdiri dari:
1. Seksi Fasilitas Layanan Kesehatan Dasar, Tradisional dan komplementer.
2. Seksi Fasiltas Kesehatan Rujukan dan Krisis Kesehatan.
3. Seksi Standarisasi Mutu PelayananKesehatan.
h. Bidang Sumber Daya Kesehatan, terdiri dari:
8

1. Seksi Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan.


2. Seksi Kefarmasian.
3. Seksi Alat Kesehatan.
i. Suku Dinas Kota.
j. Suku Dinas Kabupaten;
k. Unit Pelaksana Teknis; dan
1. Kelompok Jabatan Fungsional..

2.2 Landasan Hukum


Suku Dinas Kesehatan mempunyai beberapa landasan hukum yang
dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan
pengembangan kesehatan masyarakat, antara lain:
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Kesehatan.
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika.
4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2009 tentang
Psikotropika.
5. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
6. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang
Tenaga Kesehatan.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2016
Tentang Registrasi, Izin Praktik Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
9

10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2017


Tentang Apotek.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017
Tentang Penggolongan Narkotik.
15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2017
Tentang Penggolongan Psikotropika.
16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015
tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Kefarmasian.
17. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 80 tahun 2016
tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Asisten Tenaga Kefarmasian.
18. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2018
Tentang Perubahan Penggolongan Narkotika
19. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2010 Tentang
Prekusor.
20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang
Pekerjaan Kefarmasian.
21. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1998 Tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan.
22. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 Tentang
Kewenangan Pemerintah Dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah
Otonom.
23. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 Tentang
Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi Dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
10

24. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 1331 Tahun 2002
Tentang Pedagang Eceran Obat.
25. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan
No.HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pemberian
Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga.
26. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
No. HK..03.1.23.10.11.08481 tahun 2011 tentang Kriteria dan Tata
Laksana Registrasi Obat.
27. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
No. HK. 03.1.23.06.11.5629 Tahun 2011 Tentang Peryaratan Teknis Cara
Pembuatan Obat Tradisional yang Baik.
28. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Repubiik Indonesia
No. 39 tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Publik di Lingkungan
Badan Pengawas Obat dan Makanan.
29. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Repub1ik Indonesia
No. 14 tahun 2014 tentang Organisasi dan TataKerja Unit Pelaksana
Telmis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan.
30. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 278
Tahun 2016 Tentang Organisasi Dinas Kesehatan Dan Tatakerja Dinas
Kesehatan.
31. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 47
Tahun 2017 Tentang Petunujk Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
32. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 89
Tahun 2017 Tentang Penataan, Pembinaan, Pengawasan, dan
Pengendalian Kefarmasian.

2.3 Suku Dinas Kesehatan


Suku dinas kesehatan merupakan unit kerja Dinas Kesehatan pada Kota
Administrasi. Suku dinas kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas
yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas,
serta secara operasional dikoordinasikan oleh Walikota.
11

2.3.1 Visi Dan Misi Suku Dinas Kesehatan


Visi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan adalah
Jakarta Selatan Kota Berbudaya Sehat yang warganya terlibat dalam
mewujudkan kesehatan bagi semua Tahun 2022. Visi tersebut bermakna
terwujudnya Jakarta selatan :
1. Dihuni oleh penduduk yang memiliki kesadaran dan kemandirian hidup
sehat.
2. Mempunyai akses pelayanan perorangan dan masyarakat.
3. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan untuk seluruh warga.
4. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular serta Penyakit Tidak
Menular.
5. Meningkatnya Kesehatan Masyarakat melalui Keluarga Sehat.
6. Meningkatnya kualitas dan respon time pelayanan kesehatan gawat
darurat dan bencana.
7. Terwujudnya Sumber Daya Kesehatan sesuai standar.

Misi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan untuk


mencapai visi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan pembangunan kesehatan dengan kaidah-kaidah


“Good Governance”.
2. Meningkatkan Pelayanan kesehatan perorangan, kesehatan masyarakat
dan kegawatdaruratan kesehatan dengan prinsip pelayanan kesehatan
prima dan bermutu.
3. Mencegah dan mengendalikan gizi, penyakit menular, penyakit tidak
menular, dan penyakit-penyakit yang berbasis lingkungan.
4. Meningkatkan Keluarga Sehat dengan pemberdayaan masyarakat,
Promosi Kesehatan, Gizi seimbang, Kesehatan Keluarga serta
Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga.
5. Menyelanggarakan manajemen administrasi sesuai standar.
6. Meningkatkan kualitas tenaga kesehatan sesuai standar kompetensi.
7. Meningkatkan kualitas Sarana Farmasi, Alat Kesehatan, IRTP.
12

8. Menggalang kemitraan dengan berbagai sector dan seluruh potensi


yang ada di Masyarkat.

2.3.2 Tugas Dan Fungsi Suku Dinas Kesehatan

Suku Dinas Kota mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pembinaan,


pengawasan dan pengendalian dan pengembangan kesehatan masyarakat, serta
kesehatan perorangan. Untuk melaksanakan tugas pembinaan dan
pengembangan kesehatan masyarakat, suku dinas kesehatan mempunyai fungsi:
a. Penyusunan rencana strategis dan rencana kerja dan anggaran Suku
Dinas Kota;
b. Pelaksanaan rencana strategis dan dokumen pelaksanaan anggaran Suku
Dinas Kota;
c. Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian penyelenggaraan kesehatan
keluarga, peningkatan program gizi dan PPSM serta promosi dan
informasi kesehatan;
d. Pengkoordinasian kegiatan puskesmas, dan rumah sakit dalam
pelayanan kesehatan UKM dan UKP;
e. Pelaksanaan pengembangan peran serta masyarakat dalam upaya
peningkatan gizi dan kesehatan masyarakat;
13

f. Pelayanan kesehatan perorangan dan komunitas, pelayanan kesehatan


keahlian dan tradisional dan pengendalian penanggulangan kegawat
daruratan, bencana serta KLB;
g. Pengendalian, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular/tidak
menular serta pelaksanaan surveilans kesehatan;
h. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan kesehatan haji
dan bimbingan kesehatan jamaah haji;
i. Pengawasan dan pengendalian ketersediaan farmasi;
j. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pengembangan penerapan system
manajemen mutu kesehatan;
k. Pengendalian pencapaian standarisasi sarana dan prasarana pelayanan
kesehatan baik pemerintah maupun swasta;
l. Melaksanakan pengawasan, pengendalian, monitoring dan evaluasi
perizinan dan non perizinan di bidang kesehatan;
m. Menyusun bahan rekomendasi kepada penyelenggara PTSP dalam rangka
penetapan dan pemberian sanksi atas pelanggaran/penyalahgunaan
perizinan dan non perizinan di bidang kesehatan;
n. Pengkoordinasian penegakan peraturan perundang-undangan di bidang
kesehatan pada lingkup kota administrasi;
o. Pengelolaan dan pengembangan data dan teknologi informasi;
p. Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang Suku Dinas Kesehatan
Kota;
q. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan
prasarana dan sarana kerja Suku Dinas Kota;
r. Perencanaan, pengawasan pembangunan dan pemeliharaan fasilitas
kesehatan;
s. Pelaksanaan rehab berat dan rehab sedang sarana dan prasarana kesehatan;
t. Pengelolaan kearsipan Suku Dinas Kota;
u. Pelaksanaan kegiatan ketatausahaan dan kerumahtanggaan Suku Dinas
Kota;
14

v. Pelaksanaan publikasi kegiatan dan pengaturan acara Suku Dinas Kota; dan
w. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Suku
Dinas Kota disampaikan oleh Kepala Suku Dinas kepada Kepala Dinas
dengan tembusan kepada Walikota.

2.3.3 Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan


Suku Dinas Kota berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta No. 278 Tahun 2016, terdiri dari (2) :

1. Kepala Suku Dinas;


2. Subbagian Tata Usaha;
3. Seksi Kesehatan Masyarakat;
4. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit;
5. Seksi Pelayanan Kesehatan;
6. Seksi Sumber Daya Kesehatan;
7. Puskesmas Kecamatan;
8. Puskesmas Kelurahan; dan
9. Subkelompok Jabatan Fungsional.

Subbagian dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian dan setiap Seksi


dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya
bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan. Skema struktur
organisasi suku dinas kesehatan dapat dilihat pada Lampiran 1.

1. Kepala Suku Dinas


Kepala Suku Dinas Kota mempunyai tugas sebagai berikut :
a. Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi
Suku Dinas Kesehatan.
b. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas Subbagian, Seksi,
Puskesmas, RSUD/RSKD, dan Subkelompok Jabatan Fungsional
Suku Dinas Kesehatan.
15

c. Melaksanakan kerjasama dan koordinasi dengan Satuan Kerja


Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD)
dan/atau instansi pemerintah/swasta terkait, dalam rangka
pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas Kesehatan; dan
d. Melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas dan
fungsi Suku Dinas Kesehatan.

2. Subbagian Tata Usaha


Subbagian Tata Usaha merupakan satuan kerja staf Suku Dinas Kesehatan
Kota dalam pelaksanaan administrasi Suku Dinas Kesehatan. Subbagian
tata usaha dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Subbagian Tata
Usaha mempunyai tugas:
a. Menyusun bahan rencana strategis dan rencana kerja dan anggaran
Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya;
b. Melaksanakan rencana strategis dan Dokumen Pelaksanaan
Anggaran (DPA) Suku Dinas Kota sesuai dengan lingkup
tugasnya;
c. Mengkoordinasikan penyusunan rencana strategis dan rencana
kerja dan angggaran Suku Dinas Kota;
d. Melaksanakan kegiatan pengelolaan kepegawaian Suku Dinas
Kota;
e. Melaksanakan monitoring, dan evaluasi kepegawaian Suku Dinas
Kota, Puskesmas dan RSUD/RSKD;
f. Melaksanakan pengelolaan keuangan, dan barang Suku Dinas
Kota;
g. Mengkoordinasikan pengelolaan aset Suku Dinas Kota,
Puskesmas dan RSUD/RSKD;
h. Melaksanakan kegiatan pengelolaan ketatausahaan dan
kerumahtanggaan Suku Dinas Kota;
16

i. Melaksanakan publikasi kegiatan, upacara, dan pengaturan acara


Suku Dinas Kota;
j. Melaksanakan kegiatan pengelolaan surat menyurat dan kearsipan
Suku Dinas Kota
k. Melaksanakan kegiatan pemeliharaan kebersihan, keindahan,
keamanan dan ketertiban kantor;
l. Melaksanakan pengelolaan ruang rapat/pertemuan Suku Dinas
Kota;
m. Menghimpun, menganalisa dan mengajukan kebutuhan
penyediaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana Suku Dinas
Kota;
n. Menerima, menyimpan dan mendistribusikan prasarana dan
sarana kantor Suku Dinas Kota;
o. Menyampaikan dokumen penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian dan penghapusan barang untuk dibukukan;
p. Mengkoordinasikan penyusunan laporan keuangan, kinerja,
kegiatan, dan akutabilitas bidang pengawasan, pengendalian dan
perlindungan konsumen;
q. Melaksanakan manajemen data base kesehatan melalui SIK
terintegrasi;
r. Melaksanakan perencanaan, monitoring pembangunan,
pengembangan dan perawatan/rehab sarana dan pasarana kerja
kesehatan sesuai dengan kewenangannya;
s. Melaksanakan rehab berat dan rehab sedang sarana dan prasarana;
t. Melakukan koordinasi dengan SKPD/UKPD tentang pengadaan
sarana dan prasarana;
u. Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan pengolahan data dan
informasi;
v. Melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian
terhadap pelaksanaan kegiatan pengelolaan data dan informasi;
17

w. Melaksanakan pengelolaan kehumasan Suku Dinas Kota;


x. Melakukan Binwasdal pelaksanaan Program Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan; dan
y. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas
dan fungsi Subbagian Tata Usaha.

3. Seksi Kesehatan Masyarakat


Seksi Kesehatan Masyarakat merupakan satuan kerja lini Suku Dinas Kota
dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengawasan di bidang
kesehatan keluarga, gizi, mayarakat, promosi kesehatan, pemberdayaan
masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga. Seksi
Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas
Kota. Seksi kesehatan masyarakat mempunyai tugas:
a. Menyusun bahan rencana strategis dan rencana kerja dan anggaran
Suku Dinas Kota sesuai dengan lingkup tugasnya;
b. Melaksanakan rencana strategis dan Dokumen Pelaksanaan
Anggaran (DPA) Suku Dinas Kota sesuai dengan lingkup
tugasnya;
c. Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan pelayanan kesehatan
maternal, pelayanan kegawatdaruratan maternal, kelangsungan
hidup balita dan anak prasekolah, kualitas hidup balita dan anak
prasekolah, kesehatan usia sekolah dan remaja di luar sekolah,
kesehatan reproduksi dan keluarga berencana, KTA/KTP, akses
dan kualitas kesehatan usia lanjut serta fasilitas pelayanan
kesehatan;
d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap
pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan maternal, pelayanan
kegawatdaruratan maternal, kelangsungan hidup balita dan anak
prasekolah, kualitas hidup balita dan anak prasekolah, kesehatan
18

usia sekolah dan remaja di luar sekolah, kesehatan reproduksi dan


keluarga berencana, KTA/KTP, akses dan kualitas kesehatan usia
lanjut serta fasilitas pelayanan kesehatan;
e. Melaksanakan pembinaan petugas pelaksana dan evaluasi
pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan maternal, pelayanan
kegawatdaruratan maternal, kelangsungan hidup balita dan anak
prasekolah, kualitas hidup balita dan anak prasekolah, kesehatan
usia sekolah dan remaja di luar sekolah, kesehatan reproduksi dan
keluarga berencana, KTA/KTP, akses dan kualitas kesehatan usia
lanjut serta fasilitas pelayanan kesehatan;
f. Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dalam
upaya pengembangan pelayanan kegiatan kesehatan maternal,
pelayanan kegawatdaruratan maternal, kelangsungan hidup balita
dan anak prasekolah, kualitas hidup balita dan anak prasekolah,
kesehatan usia sekolah dan remaja di luar sekolah, kesehatan
reproduksi dan keluarga berencana, KTA/KTP, akses dan kualitas
kesehatan usia lanjut serta fasilitas pelayanan kesehatan;
g. Melaksanakan pengendalian mutu pelaksanaan kegiatan promosi
kesehatan, gizi dan pemberdayaan masyarakat;
h. Melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan
promosi kesehtana, perkemas (KPLDHI), gizi dan pemberdayaan
masyarakat;
i. Melaksanakan pembinaan petugas pelaksana dan evaluasi
pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan, gizi dan pemberdayaan
masyarakat;
j. Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dan penyebarluasan
informasi program kesehatan;
k. Melakukan upaya pengembangan kerja sama dan koordinasi lintas
program dan lintas sektoral dengan SKPD/UKPD dan/atau
instansi pemerintahan/swasta/organisasi terkait, dalam upaya
19

perbaikan gizi, promosi kesehatan dan pembinaan peran serta


masyarakat serta Puskesmas (KLPDH);
l. Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan kesehatan lingkungan,
kesehatan kerja dan kesehatan olahraga;
m. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian kegiatan kesehatan
lingkungan termasuk pengendalian limbah, kesehatan kerja dan
kesehatan olahraga;
n. Melaksanakan pembinaan petugas pelaksana dan evaluasi
pelaksaan kegiatan kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan
kesehatan olahraga;
o. Melaksanakan pengawasan, pengendalian, monitoring dan
evaluasi perizinan dan non perizinan pada kesehatan lingkungan;
p. Memberikan rekomendasi kepada penyelenggara PTSP dalam
rangka penetapan dan pemberian perizinan dan non perizinan pada
kesehatan lingkungan;
q. Memberikan rekomendasi kepada penyelenggara PTSP dalam
rangka penetapan dan pemberian sanksi atas
pelanggaran/penyalahgunaan perizinan dan non perizinan pada
kesehatan lingkungan;
r. Melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian
pelaksanaan kesehatan lingkungan pada penanggulangan bencana
dan kegiatan-kegiatan khusus;
s. Melaksanakan kerjasama lintas program dan kerjasama lintas
sektoral dalam upaya pengembangan kesehatan lingkungan,
kesehatan kerja dan kesehatan olahraha;
t. Mengelola data dan informasi kegiatan di seksi kesehatan
masyarakat;
u. Melaksanakan bimbingan teknis tenaga kesehatan di bidang
kesehatan masyarakat;
20

v. Melaksanakan koordinasi program Kesehatan masyarakat dengan


SKPD/UKPD Jajaran Kesehatan;
w. Melaksanakan koordinasi dengan sector terkait dan masyarakat
profesi untuk pencegahan dan pengendalian program kesehatan
masyarakat;
x. Melaksanakan manajemen data base Program kesehatan
masyarakat melalui sistem informasi manajemen kesehatan yang
terintegrasi; dan
y. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas
Seksi Kesehatan Masyarakat.

4. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit merupakan satuan kerja lini
Suku Dinas Kota dalam pelaksanaan pembinaan dan pengawasan kegiatan
dibidang surveilans dan imunisasi, pencegahan dan pengendalian penyakit
menular, pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dan
kesehatan jiwa. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mempunyai
tugas:
a. Menyusun bahan rencana strategis dan rencana kerja dan anggaran
Suku Dinas Kota sesuai dengan lingkup tugasnya;
b. Melaksanakan rencana strategis dan dokumen pelaksanaan
anggaran Suku Dinas Kota sesuai dengan lingkup tugasnya;
c. Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan surveilans, emerging,
penanggulangan Kejadian Luar Biasa, kekarantinaan kesehatan
serta surveilans kematian, imunisasi dasa, imunisasi lanjutan dan
khusus serta kesehatan haji dan matra;
d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap
pelaksanaan kegiatan surveilans penyakit potensial wabah dan
penyakit infeksi emerging, penanggulangan Kejadian Luar Biasa,
kekarantinaan kesehatan serta surveilans kematian, imunisasi
21

dasa, imunisasi lanjutan dan khusus serta kesehatan haji dan


matra;
e. Melaksanakan pembinaan petugas pelaksana dan evaluasi
pelaksanaan kegiatan surveilans penyakit potensial wabah dan
penyakit infeksi emerging, penanggulangan Kejadian Luar Biasa,
kekarantinaan kesehatan serta surveilans kematian, imunisasi
dasar, imunisasi lanjutan dan khusus serta kesehatan haji dan
matra;
f. Melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan fasilitas
pelayanan kesehatan, SKPD/UKPD dan instansi
pemerintah/swasta/organisasi terkait lainnya, dalam rangka
surveilans penyakit potensial wabah dan penyakit infeksi
emerging, penanggulangan Kejadian Luar Biasa, kekarantinaan
kesehatan serta surveilans kematian, imunisasi dasar, imunisasi
lanjutan dan khusus serta kesehatan haji dan matra;
g. Melaksanakan koordinasi dan kerjasama pelaksanaan bantuan
teknis dan lintas sector dalam pengendalian KLB;
h. Melaksanakan kegiatan investigasi penyakit potensial KLB dan
dugaan wabah serta keracunan makanan;
i. Mengelola system jaringan informasi wabah/Kejadian Luar Biasa
(KLB) dan surveilans dalam rangka system kewaspadaan dini
(SKD);
j. Mengkoordinasikan pelaksanaan penyelidikan epidemiologi,
analisis, pelaporan dalam rangka kewaspadaan dini dan respons
Kejadian Luar Biasa dan wabah;
k. Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan pencegahan dan
pengendalian penyakit menular langsung TB, ISPA, pneumonia,
HIV-AIDS dan IMS, hepatitis & PISP, kusta dan frambusia;
l. Melaksanakan pengendalian mutu kesehatan pencegahan dan
pengendalian penyakit tular vector dan zoonotic; Penyakit Demam
22

Berdarah, Cikungunya, Japanese Encephalitis (JE), Malaria,


Leptospirosis, Rabies, Flu Burung, Filariasis dan Kecacingan,
serta pengendalian vector penyakit;
m. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian kegiatan
pencegahan dan pengendalian penyakit menular langsung TB,
ISPA, pneumonia, HIV-AIDS dan IMS, hepatitis & PISP, kusta
dan frambusia;
n. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian kegiatan
pencegahan dan pengendalian penyakit tular vector dan zoonotic:
malaria, leptospirosis, rabies, flu burung, antrax, DBD,
chikungunya, japane encephatis, filarial, cacingan;
o. Melaksanakan pembinaan dan evaluasi kegiatan pencegahan dan
pengendalian penyakit menular langsung TB, ISPA, pneumonia,
HIV-AIDS dan IMS, hepatitis & PISP, kusta dan frambusia;
p. Melaksanakan pembinaan dan evaluasi kegiatan pencegahan dan
pengendalian penyakit tular vector dan zoonotic: malaria,
leptospirosis, rabies, flu burung, antrax, DBD, chikungunya,
japane encephatis, filarial, cacingan;
q. Melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan SKPD/UKPD
dan instansi pemerintah/swasta/organisasi Profesi, LSM, dalam
rangka upaya pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan
penyakit tular vektor zoonotic;
r. Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan penyakit tidak
menular dan kesehatan jiwa serta penyalahgunaan Napza;
s. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian kegiatan penyakit
tidak menular dan kesehatan jiwa serta penyalahgunaan Napza;
t. Melaksanakan pembinaan dan evaluasi kegiatan penyakit tidak
menular dan kesehatan jiwa serta penyalahgunaan Napza;
u. Melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan SKPD/UKPD,
dan instansi pemerintah/swasta/organisasi Profesi, LSM dalam
23

rangka upaya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak


menular dan kesehatan jiwa serta penyalahgunaan Napza;
v. Melaksanakan manajemen data base program pencegahan dan
pengendalian penyakit melalui system informasi manajemen
kesehatan dan terintegrasi;
w. Melaksanakan koordinasi, kerjasama dan kemitraan dengan
SKPD/UKPD, dan instansi pemerintah/swasta/organisasi terkait,
dalam rangka pencegahan dan pengendalian penyakit; dan
x. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas
dan fungsi Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.

5. Seksi Pelayanan Kesehatan


Seksi Pelayanan Kesehatan merupakan satuan kerja lini Suku Dinas Kota
dalam pelaksanaan Pembinaan dan Pengawasan di bidang pelayanan
kesehatan primer dan pelayanan kesehatan rujukan termasuk peningkatan
mutunya, serta pelayanan kesehatan tradisional. Seksi Pelayanan Kesehatan
dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan
bertanggungjawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Pelayanan Kesehatan
mempunyai tugas:
a. Menyusun bahan rencana strategis dan recana kerja dan anggaran
Suku Dinas Kota sesuai dengan lingkup tugasnya;
b. Melaksanakan rencana strategis dan Dokumen Pelaksanaan
Anggaran (DPA) Suku Dinas Kota sesuai dengan lingkup
tugasnya;
c. Melaksanakan pengendalian mutu sarana pelayanan kesehatan
dasar, rujukan dan fasilitas kesehatan penunjang;
d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap sarana
pelayanan kesehatan dasar, rujukan dan fasilitas kesehatan
penunjang;
24

e. Melaksanakan pembinaan, monitoring dan evaluasi pelayanan


kesehatan dasar, rujukan dan fasilitas kesehatan penunjang;
f. Melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian
terhadap pelaksanaan/pencapaian SPM di puskesmas,
RSUD/RSKD dan sarana kesehatan;
g. Melakukan pengawasan,pengendalian dan monitoring serta
evaluasi perizinan dan non perizinan pada pelayanan kesehatan;
h. Memberikan rekomendasi kepada PTSP dalam rangka penetapan
perizinan dan pemberian sanksi atas pelanggaran/penyalahgunaan
prizinan dan non perizinan pada bidang pelayanan kesehatan;
i. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelayanan
kesehatan yang menggunakan metodologi dan teknik
khusus/khas/spesifik;
j. Melaksanakan pembinaan dan evaluasi pelayanan kesehatan yang
menggunakan metodologi dan teknologi khusus/khas/spesifik;
k. Melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian
penerapan sistem manajemen mutu di puskesmas, RSUD/RSKD;
l. Melaksanakan evaluasi penerapan system manajemen mutu di
puskesmas, RSUD/RSKD;
m. Melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian
terhadap persiapan akreditasi fasilitas kesehatan tingkat pertama;
n. Melaksanakan penilaian kinerja fasilitas layanan kesehatan tingkat
kota administrasi;
o. Melaksanakan pemeliharaan system manajemen mutu di Suku
Dinas Kota;
p. Melaksanakan kegiatan pengukuran tingkat kepuasan pelanggan
di bidang kesehatan di Suku Dinas Kota;
q. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian kegiatan pelayanan
kesehatan tradisional, komplementer dan kegawatdaruratan;
25

r. Melakukan pembinaan dan evaluasi kegiatan pelayanan kesehatan


tradisional, komplementer dan kegawatdaruratan;
s. Mengkoordinasi dan melaksanakan kegiatan peningkatan
kapasitas kegawatdaruratan pada petugas dan masyarakat;
t. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dukungan kesehatan dan
penanganan korban bencana di wilayah;
u. Mengelola data dan informasi sarana pelayanan kesehatan dan
kegiatan kegawatdaruratan dan penanganan korban bencana di
wilayah;
v. Melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian
pelaporan kegiatan pelayanan di rumah sakit, dalam rangka
penanggulangan KLB;
w. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian kegiatan pelayanan
kesehatan lapangan, pelayanan kesehatan pra rumah sakit,
kegawatdaruratan medis dan korban bencana alam serta pelayanan
kesehatan tertentu;
x. Melaksanakan pembinaan dan evaluasi kegiatan pelayanan
kesehatan lapangan, pelayanan kesehatan pra rumah sakit,
kegawatdaruratan medis dan korban bencana alam serta pelayanan
kesehatan tertentu;
y. Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan sistem
pelayanan kesehatan dan kegawatdaruratan dan penanganan
korban bencana;
z. Melaksanakan manajemen data base Program Pelayanan
kesehatan melalui sistem informasi manajemen kesehatan yang
terintegrasi;
aa. Melaksanakan koordinasi, kerjasama dan kemitraan dengan
SKPD/UKPD dan instansi pemerintah/swasta/organisasi terkait,
dalam rangka pelaksanaan pelayanan kesehatan;
26

bb. Melaksanakan koordinasi dengan kantor PTSP tingkat kota


administrasi dalam mengelola data dan informasi perizinan
fasilitas kesehatan; dan
cc. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas
Seksi Pelayanan Kesehatan.

6. Seksi Sumber Daya Kesehatan


Seksi Sumber Daya Kesehatan merupakan satuan kerja lini Suku Dinas
Kota dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengawasan di
bidang kefarmasian, alat kesehatan dan PKRT serta sumber daya
kesehatan. Seksi Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang
Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Sumber Daya Kesehatan mempunyai
tugas:
a. Menyusun bahan rencana strategis dan rencana kerja dan anggaran
Suku Dinas Kota sesuai dengan lingkup tugasnya;
b. Melaksanakan rencana strategis dan Dokumen Pelaksanaan
Anggaran (DPA) Suku Dinas Kota sesuai dengan lingkup
tugasnya;
c. Melaksanakan pengawasan, pengendalian, monitoring dan
evaluasi sumber daya kesehatan, antara lain tenaga kesehatan,
farmasi dan perbekalan, makanan dan minuman, kerjasama
pelayanan dan litbangkes;
d. Melaksanakan pembinaan, pengawasan, pengendalian perizinan
dan non perizinan pada praktek tenaga kesehatan;
e. Melaksanakan evaluasi perizinan dan non perizinan pada praktek
tenaga kesehatan;
f. Memberi rekomendasi kepada penyelenggara PTSP dalam rangka
penetapan dan pemberian sanksi atas pelanggaran/penyalahgunaan
perizinan dan non perizinan pada praktek tenaga kesehatan;
27

g. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan kompetensi SDK;


h. Melaksanakan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan
pegawai;
i. Melaksanakan penilaian dan penetapan angka kredit Jabatan
Fungsional;
j. Melaksanakan verifikasi usulan izin belajar dan tugas belajar;
k. Melakukan monitoring, evaluasi dan membuat laporan
pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengawasan, pengendalian dan
pengembangan tenaga kesehatan, pendidikan dan pelatihan tenaga
kesehatan dan penilaian tenaga kesehatan;
l. Melaksanakan kegiatan pengukuran tingkat kepuasan pelanggan
di tingkat Suku Dinas Kota;
m. Melaksanakan pengelolaan ketersediaan obat dan perbekalan
kesehatan pada lingkup kota administrasi;
n. Melaksanakan pengendalian mutu keamanan pangan dan PIRT;
o. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian keamanan pangan
dan PIRT;
p. Melaksanakan pembinaan dan evaluasi keamanan pangan dan
PIRT;
q. Mengelola obat program, vaksin dan makanan tambahan program
gizi tingkat kota administrasi dengan system pengelolaan satu
pintu;
r. Mengelola logistik obat buffer bencana tingkat kota administrasi;
s. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian pelayanan
kefarmasian di Puskesmas dan RSUD/RSKD;
t. Melaksanakan pembinaan dan evaluasi pelayanan kefarmasian di
Puskesmas dan RSUD/RSKD;
u. Melaksanakan pengawasan, pembinaan dan pengendalian sarana
produksi, peredaran, perdagangan obat, kosmetik, obat tradisional;
28

v. Memberi rekomendasi kepada penyelenggara PTSP dalam rangka


penetapan dan pemberian sanksi atas pelanggaran/penyalahgunaan
perizinan dan non perizinan pada bidang Sumber Daya Kesehatan;
w. Melaksanakan pengawasan, pembinaan dan pengendalian sarana
produksi, peredaran, perdagangan alat kesehatan, perbekalan
kesehatan dan reagensia;
x. Melaksanakan pengendalian mutu keamanan pangan dan PIRT;
y. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian keamanan pangan
dan PORT;
z. Melaksanakan pembinaan dan evaluasi keamanan pangan dan
PIRT;
aa. Memberi rekomendasi kepada penyelenggara PTSP dalam rangka
penetapan dan pemberian sanksi atas pelanggaran/penyalahgunaan
perizinan dan non perizinan PIRT;
bb. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan SKPD/UKPD,
Organisasi Profesi dan instansi Pemerintah/Swasta terkait, dalam
rangka pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengawasan dan
pengendalian terhadap sumber daya kesehatan;
cc. Melakukan koordinasi dengan kantor PTSP tingkat kota
administrasi dalam mengelola data dan informasi usaha dan
kegiatan produksi, peredaran, perdagangan, dan penggunaan
sediaan farmasi, alkes, perbekalan kesehatan dan PIRT;
dd. Melaksanakan manajemen data base program Sumber Daya
Kesehatan melalui system informasi manajemen kesehatan yang
terintegrasi;
ee. Mengelola data dan informasi kegiatan dalam ruang lingkup
pelaksanaan tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan; dan
ff. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas
Seksi Sumber Daya Kesehatan.
29

2.4 Puskesmas
Menurut Permenkes RI Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, Pusat Kesehatan Masyarakat yang
selanjutnya disingkat Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas
kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan baik pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan
penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan yang
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau
masyarakatdenganlebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dalam
lingkup wilayah kerjanya(3). Puskesmasjuga merupakan sarana pelayanan
kesehatan strata pertama yang bertanggungjawab menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat perorangan dan upaya kesehatan masyarakat di
wilayah kerjanya.

a. Visi, Misi, dan Tujuan Puskesmas


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 128 Tahun 2004, Visi dan
Misi dari Puskesmas adalah sebagai berikut :
1. Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat.
Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator
utama, yaitu :
A. Lingkungan yang sehat
B. Perilaku masyarakat yang sehat
C. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
30

D. Derajat kesehatan penduduk kecamatan tinggi


2. Misi
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi
tersebut diantaranya :
a. Menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya.
c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan.
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, dan
masyarakat beserta lingkungannya.

Selain itu, tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh


puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat.

b. Tugas dan Fungsi Puskesmas


Puskesmas memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Pusat pergerakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja
b. Pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga
c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama, yang meliputi :
a. Pelayanan Kesehatan Perorangan.
b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat.
Selain fungsi tersebut, untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan
melalui Puskesmas, yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat,
Puskesmas memilliki tanggung jawab untuk menyelenggarakan upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang jika ditinjau dari sistem
kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama.
31

2.5 Pekerjaan Kefarmasian


Menurut Peraturan Pemerintah No.51 tahun 2009, Pekerjaan kefarmasian
adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusi atau penyaluranan obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat,
serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

2.5.1 Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian


a. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pengadaan Sediaan Farmasi
Pengadaan Sediaan Farmasi dilakukan pada fasilitas produksi, fasilitas
distribusi atau penyaluran dan fasilitas pelayanan sediaan farmasi. Pengadaan
Sediaan Farmasi harus dilakukan oleh Tenaga kefarmasian. Pengadaan Sediaan
Farmasi harus dapat menjamin keamanan, mutu, manfaat dan khasiat Sediaan
Farmasi.
b. Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi
Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi harus memiliki Apoteker
penanggung jawab dan dibantu oleh Apoteker pendamping dan/atau Tenaga
Teknis Kefarmasian.
Fasilitas Produksi Sediaan Farmasi dapat berupa industri farmasi obat, industri
bahan baku obat, industri obat tradisional, dan pabrik kosmetika. Dalam
melakukan Pekerjaan Kefarmasian, Apoteker menetapkan Standar Prosedur
Operasional. Standar Prosedur Operasional harus dibuat secara tertulis dan
diperbaharui secara terus menerus sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang farmasi dan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
c. Pekerjaan Kefarmasian dalam Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi
Setiap Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi berupa obat harus
memiliki seorang Apoteker sebagai penanggung jawab dan dibantu oleh Apoteker
pendamping dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian.
32

Pekerjaan Kefarmasian dalam Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan


Farmasi harus memenuhi ketentuan Cara Distribusi yang Baik yang ditetapkan
oleh Menteri. Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian, Apoteker menetapkan
Standar Prosedur Operasional. Standar Prosedur Operasional harus dibuat secara
tertulis dan diperbaharui secara terus menerus sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang farmasi dan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
d. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pelayanan Sediaan Farmasi.
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian berupa :
1. Apotek
2. Instalasi farmasi rumah sakit
3. Puskesmas
4. Klinik
5. Toko Obat
6. Praktek bersama
Dalam menjalankan praktek kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian, Apoteker harus menerapkan standar pelayanan kefarmasian.
Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter dilaksanakan oleh
Apoteker.
Dalam hal di daerah terpencil tidak terdapat Apoteker, Menteri dapat
menempatkan Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah memiliki STRTTK pada
sarana pelayanan kesehatan dasar yang diberi wewenang untuk meracik dan
menyerahkan obat kepada pasien.
Dalam hal di daerah terpencil yang tidak ada apotek, dokter atau dokter
gigi yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi mempunyai wewenang meracik
dan menyerahkan obat kepada pasien yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian, Apoteker menetapkan Standar
Prosedur Operasional. Standar Prosedur Operasional harus dibuat secara tertulis
dan diperbaharui secara terus menerus sesuai dengan perkembangan ilmu
33

pengetahuan dan teknologi di bidang farmasi dan sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.

2.5.2 Tujuan Pengaturan Pekerjaan Kefarmasian

Tujuan pengaturan Pekerjaan Kefarmasian untuk:


a. Memberikan perlindungan kepada pasien dan masyarakat dalam memperoleh
dan/atau menetapkan sediaan farmasi dan jasa kefarmasian
b. Mempertahankan dan meningkatkan mutu penyelenggaraan Pekerjaan
Kefarmasian sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta peraturan perundangan-undangan
c. Memberikan kepastian hukum bagi pasien, masyarakat dan Tenaga Kefarmasian.

2.5.3 Tenaga Kefarmasian

Tenaga Kefarmasian terdiri atas:


a. Apoteker
b. Tenaga Teknis Kefarmasian
Setiap Tenaga Kefarmasian yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian di
Indonesia wajib memiliki surat tanda registrasi. Surat tanda registrasi
diperuntukkan bagi:
a. Apoteker berupa STRA
b. Tenaga Teknis Kefarmasian berupa STRTTK
Apoteker merupakan pendidikan profesi setelah sarjana farmasi.
Pendidikan profesi Apoteker hanya dapat dilakukan pada perguruan tinggi sesuai
peraturan perundang-undangan. Standar pendidikan profesi Apoteker terdiri atas:
a. Komponen kemampuan akademik
b. Kemampuan profesi dalam mengaplikasikan Pekerjaan Kefarmasian.
Peserta pendidikan profesi Apoteker yang telah lulus pendidikan profesi
Apoteker berhak memperoleh ijazah Apoteker dari perguruan tinggi. Apoteker yang
menjalankan Pekerjaan Kefarmasian harus memiliki sertifikat kompetensi profesi.
34

Bagi Apoteker yang baru lulus pendidikan profesi, dapat memperoleh sertifikat
kompetensi profesi secara langsung setelah melakukan registrasi.
Sertifikat kompetensi profesi berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk
setiap 5 (lima) tahun melalui uji kompetensi profesi apabila Apoteker tetap akan
menjalankan Pekerjaan Kefarmasian.
Untuk memperoleh STRA, Apoteker harus memenuhi persyaratan:
a. Memiliki ijazah Apoteker
b. Memiliki sertifikat kompetensi profesi
c. Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji
Apoteker
d. Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang
memiliki surat izin praktik
e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan
etika profesi.
STRA dikeluarkan oleh Menteri.
Tenaga Teknis kefarmasian terdiri dari Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi,
Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.
Tenaga Kefarmasian melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian pada:
a. Fasilitas Produksi Sediaan Farmasi berupa industri farmasi obat,
industri bahan baku obat, industri obat tradisional, pabrik kosmetika
dan pabrik lain yang memerlukan Tenaga Kefarmasian untuk
menjalankan tugas dan fungsi produksi dan pengawasan mutu
b. Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi dan alat
kesehatan melalui Pedagang Besar Farmasi, penyalur alat
kesehatan, instalasi Sediaan Farmasi dan alat kesehatan milik
Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota
c. Fasilitas Pelayanan Kefarmasian melalui praktik di Apotek, instalasi
farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, toko obat, atau praktek
bersama.
35

Tenaga kefarmasian harus memiliki keahlian dan kewenangan dalam


melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Keahlian dan kewenangan harus
dilaksanakan dengan menerapkan Standar Profesi.
Untuk dapat menjalankan Pekerjaan Kefarmasian peserta didik yang telah
memiliki ijazah wajib memperoleh rekomendasi dari Apoteker yang memiliki STRA
di tempat yang bersangkutan bekerja. Ijazah dan rekomendasi wajib diserahkan
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk memperoleh izin kerja.
Untuk memperoleh STRTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian wajib
memenuhi persyaratan:
a. Memiliki ijazah sesuai dengan pendidikannya
b. Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter
yang memiliki surat izin praktek
c. Memiliki rekomendasi tentang kemampuan dari Apoteker yang
telah memiliki STRA di tempat Tenaga Teknis Kefarmasian
bekerja
d. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan
ketentuan etika kefarmasian
STRTTK dikeluarkan oleh Menteri. Menteri dapat mendelegasikan pemberian
STRTTK kepada pejabat kesehatan yang berwenang pada pemerintah daerah
provinsi. STRTTK berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun apabila memenuhi syarat

2.5.4 Peranan Profesi Apoteker


Untuk melaksanakan fungsi sebagai apoteker, maka Apoteker
dituntut memainkan peran dalam masyarakat sesuai dengan kemampuannya.
Berikut adalah delapan peran, yang dapat dilaksanakan oleh Apoteker, yang
dikenal dengan istilah Nine Stars Pharmacists yang dicetuskan oleh WHO-
FIP yaitu:
36

1. Care-giver
Seorang apoteker yang menyediakan dan memberikan pelayanan.
Pelayanan ini meliputi pelayanan klinik analisis, teknologi, dan regulasi.
Diperlukan farmasis yang dapat berinteraksi dengan baik bersama dengan
individu dan masyarakat. Farmasis harus melihat praktek terintegrasi, bermutu
tinggi, dan secara kontinu sejalan dengan sistem pelayanan kesehatan dan
termasuk dengan farmasis lainnya.
2. Decision maker
Menjadikan penggunaan sumber daya/ personalia, produk farmasi, bahan,
perlengkapan / alat, prosedur, dan praktek yang tepat, bermanfaat, “cost-
effective” sebagai dasar kerja, dan pengambilan keputusan. Pencapaian dan
sasaran mi membutuhkan kemampuan untuk mengevaluasi, mensistesis, dan
memutuskan kegiatan apa yang paling tepat.
3. Communicator
Seorang apoteker yang berada dalam posisi yang ideal di antara dokter/
atau pengambil keputusan dengan pasien/masyarakat. Apoteker haruslah
mempunyai pengetahuan dan kepercayaan diri tinggi jika berinteraksi dengan
tenaga kesehatan profesional lainnya dan dengan masyarakat. Komunikasi
menyangkut keterampilan secara verbal, dan non verbal.
4. Leader
Seorang Apoteker yang menemukan dirinya sebagai pimpinan dalam
situasi multi displin, atau didaerah dimana ada tenaga profesional lain.
Kepemimpinan meliputi sikap empati/keharuan terhadap orang lain sejalan
dengan kemampuannya, untuk berkomunikasi, mengambil keputusan, dan
mengelola secara efektif.
5. Manager
Seorang apoteker yang mengelola secara efektif sumber daya (SDM, fisik,
dan finansial) dan informasi. Apoteker juga dapat dengan mudah dan tenang
dikelola orang lain, misalnya oleh pemilik ataupun atasannya.
6. Lifelonglearner
37

Seorang apoteker yang menerapkan konsep, prinsip, dan komitmen untuk


selalu belajar sepanjang karirnya. Apoteker juga harus belajar bagaimana belajar.
7. Teacher
Apoteker yang bertanggung jawab untuk membantu melalui pendidikan
dan pelatihan calon apoteker atau tenaga kesehatan lainnya. Partisipasi tidak
hanya sebagai pengajar/pelatih, tetapi juga memberikan peluang untuk praktisi
lain untuk meningkatkan pengetahuan mereka dan penyesuaian keterampilan
yang ada.
8. Researcher
Seorang farmasis/apoteker bertanggung jawab untuk menyediakan segala
data/informasi yang akurat, terkini, dan cukup untuk pekerjaan pelayanan
kefarmasian berdasarkan hasil penelitian yang baik.
9. Entrepreneur
Seorang farmasis/apoteker diharapkan dapat menjadi wirausaha
dalam mengembangkan kemandirian serta membantu mensejahterakan
masyarakat, misalnya mendirikan perusahaan obat, kosmetik,
makanan,minuman, alat kesehatan, dan sebagainya, baik skala kecil maupun
besar.

Anda mungkin juga menyukai