PENDAHULUAN
1
penggunaan obat, LB3 dan LB4 yang lebih banyak memuat tentang program
puskesmas.
1.2 Tujuan
Peran ahli madya dan tanggung jawabnya sangat besar di puskesmas, maka
seorang ahli madya harus mempunyai kemampuan dan keterampilan yang cukup
tentunya tidak hanya diperoleh dari bangku kuliah yang berupa teori-teori kefarmasian,
melainkan juga harus ditunjang dengan adanya praktek kerja di lapangan. Oleh karena
itu Program Ahli Madya, Sekolah Tinggi Farmasi Bandung bekerjasama dengan Dunas
Kesehatan Kota Bandung dalam menyelenggarakan Peraktek Kerja Lapangan (PKL) di
Puskesmas Kopo. Adapun tujuan dari praktek kerja lapangan di apotek, diantaranya :
1. Meningkatkan pemahaman calon ahli madya tentang peran, fungsi, dan tanggung
jawab ahli madya dalam pelayanan kefarmasian di puskesmas.
2. Membekali calon ahli madya agar memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan,
dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di puskesmas.
3. Memberi kesempatan pada calon ahli madya untuk melihat dan mempelajari strategi
dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan praktek
farmasi komunitas di puskesmas.
4. Mempersiapkan calon ahli madya dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga
kefarmasiaan yang professional.
5. Memberikan gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasiaan di
puskesmas.
2
BAB II
3
3. Mengutamakan profesionalisme dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat.
4. Menggali potensi masyarakat dalam pembangunan kesehatan.
4
2. Seksi Evaluasi Program Kesehatan
3. Seksi Data Informasi Program Kesehata
Kepala Dinas
Sekretariat
UPT
5
2.2 Gambaran Umum Puskesmas
Derajat kesehatan di Kota Bandung telah mengalami kemajuan yang cukup
bermakna. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat antara lain ditunjukan dengan
makin menurunnya angka kematian bayi serta menurunnya prevalensi kurang gizi pada
balita. Namun demikian, yang masih menjadi masalah kesehatan di Kota Bandung
adalah disparitas derajat kesehatan antar wilayah dan antar kelompok tingkat sosial
ekonomi penduduk masih tinggi.
Upaya kesehatan yang diselenggarakan dipuskesmas Kopo terdiri dari upaya
kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan wajib
merupakan upaya kesehatan yang dilaksanakan oleh seluruh puskesmas di Indonesia.
Upaya ini memberikan daya bangkit paling besar terhadap keberhasilan pembangunan
kesehatan melalui peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Juga termasuk
kedalam kesepakatan global maupun nasional. UPT Puskesmas Kopo sebagai salah satu
Puskesmas di kota Bandung menjalankan fungsinya berdasarkan visi dan misinya.
6
1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan.
2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat.
3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama.
7
4. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
a. Biasanya terdapat satu atau lebih disetiap RW/Desa/Kelurahan.
b. Hal ini sangat tergantung kepada peran serta aktif para RT, RW, Lurah,
tokoh masyarakat setempat bersama para kader kesehatan yang telah
dibentuk dan ditunjuk.
c. Dari segi sasaran pelayanan, jenis posyandu dibagi menjadi:
a) Posyandu Bayi-Balita
b) Posyandu Lansia/Manula
d. Dari aspek pencapaian jenis pelayanan, dikelompokan:
a) Posyandu Pratama
b) Posyandu Madya
c) Posyandu Purnama
d) Posyandu Mandiri
1. Kepala Puskesmas
2. Unit tata usaha yang bertanggung jawab membantu kepala Puskesmas dalam
pengelolaan:
a. Data dan informasi
b. Perencanaan dan penilaian
c. Keuangan
d. Umum dan pengawasan
3. Unit pelaksana teknis fungsional puskesmas:
a. Upaya kesehatan masyarakat, termasuk pembinaan terhadap UKBM
b. Upaya kesehatan perorangan
8
4. Jaringan pelayanan puskesmas:
a. Unit puskesmas pembantu
b. Unit puskesmas keliling
c. Unit bidan di desa/komunitas
9
jumlah yang tepat, dengan mutu yang terjamin dan dapat diperoleh pada waktu yang
tepat.
3) Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan obat dan perbekalan kesehatan yang diterima pada tempat yang
dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat dan
perbekalan kesehatan.
4) Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran dan
pengiriman obat yang bermutu pada waktu dan jumlah yang tepat ke unit pelayanan
kesehatan.
5) Pelayanan merupakan salah satu komponen dasar rangkaian sistem pengelolaan
obat. Apabila dalam memberikan pelayanan obat kepada pasien, obat tidak
diberikan dengan benar dengan jumlah serta dosis yang tepat dan tidak diberiakn
informasi cara pemakaian atau informasi lainnya, maka semua upaya agar obat
sampai kepada pasien tidak akan ada gunanya.
6) Pencatatan dan pelaporan data obat di puskesmas merupakan rangkaian kegiatan
dalam rangka penatausahaan obat secara tertib, baik obat-obatan yang diterima,
disimpan, didistribusikan dan digunakan di puskesmas.
10
Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat yang sesuai dengan azas penyelenggaraan puskesmas, perlu
ditunjang oleh manajemen puskesmas yang baik. Manajemen puskesmas adalah
rangkain kegitan yang bekerja secara sistematik untuk menghasilkan puskesmas yang
efektif dan efisien. Rangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan oleh puskesmas
membentuk fungsi-fungsi manajemen.
Ada tiga fungsi manajemen puskesmas yang dikenal yakni perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian, serta pengawasan dan pertanggungjawaban. Semua
fungsi manajemen tersebut harus dilaksanakan secara seksama dan berkesinambungan.
11
2. Tenaga kesehatan harus memiliki kualifikasi minimum.
3. Tenaga kesehatan berwenang untuk penyelenggarakan pelayanan
kesehatan sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki dan wajib
memiliki izin dari pemerintah.
4. Tenaga kesehatan dilarang mengutamakan kepentingan yang bernilai
materi.
5. Tenaga kesehatan harus memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi,
hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan dan standar
prosedur operasional.
6. Pengadaan dan pendayagunaan tenaga kesehatan dilakukan dengan
memperhatikan:
a. Jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat;
b. Jumlah sarana pelayanan kesehatan; dan
c. Jumlah tenaga kesehatan sesuai dengan beban kerja pelayanan
kesehatan yang ada.
7. Penempatan tenaga kesehatan sebagaimana dilakukan dengan tetap
memperhatikan hak tenaga kesehatan dan hak masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang merata.
8. Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan pelindungan hukum
dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya dan berkewajiban
mengembangkan, meningkatkan pengetahuan serta keterampilan yang
dimiliki.
12
4. Fasilitas pelayanan kesehatan wajib:
a. Memberikan akses yang luas bagi kebutuhan penelitian dan
pengembangan di bidang kesehatan; dan
b. Mengirimkan laporan hasil penelitian dan pengembangan kepada
pemerintah daerah atau menteri.
13
7. Standar Profesi adalah pedoman untuk menjalankan praktik profesi
kefarmasian secara baik.
8. Standar Prosedur Operasional adalah prosedur tertulis berupa petunjuk
operasional tentang pekerjaan kefarmasian.
9. Standar Kefarmasian adalah pedoman untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian pada fasilitas produksi, distribusi atau penyaluran, dan
pelayanan kefarmasian.
10. Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian selanjutnya disingkat
STRTTK adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Mentri kepada tenaga
teknis kefarmasian yang telah diregistrasi.
11. Surat Izin Kerja selanjutnya disingkat SIK adalah surat izin yang
diberikan kepada Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian untuk dapat
melaksanakan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas produksi dan fasilitas
distribusi atau penyaluran.
12. Rahasia Kefarmasian adalah pekerjaan kefarmasian yang menyangkut
proses produksi, proses penyaluran dan proses pelayanan dari sediaan
farmasi yang tidak boleh diketahui oleh umum sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
14
BAB III
TINJAUAN KHUSUS PUSKESMAS
3.1 Lokasi
Puskesmas Kopo merupakan Unit Pelayanan Teknis yang berlokasi di
Kelurahan Kebon Lega RT 02/ RW 07 Kecamatan Bojongloa Kidul, Wilayah Tegalega,
Bagian Selatan Kota Bandung dengan luas wilayah sekitar 292,01 hektar. Terdiri dari 6
kelurahan, 44 RW dan 262 RT. Secara geografis posisi Puskesmas berada di ujung barat
wilayah kerja, sehingga kedudukannya tidak tepat berada di tengah-tengah wilayah
kerja. Akibatnya terdapat wilayah kerja yang berada jauh dari lokasi Puskesmas.
Idealnya dikecamatan Bojong Loa Kidul terdapat 1 puskesmas, dengan jumlah
penduduk sebanyak 68.293 orang.
15
UPT Kopo mempunyai beberapa tempat umum yang terkait dengan kesehatan
lingkungan seperti terminal Lewi Panjang, pasar, rumah makan dan tempat pengelolaan
makanan. Di wilayah kerja terdapat satu buah rumah sakit swasta (Rs Imanuel) dan 3
rumah bersalin swasta. Keberadaan sarana kesehatan tersebut turut medukung dalam
pemberian pelayanan kesehatan di wilayah kerja UPT Puskesmas Kopo.
Hambatan yang ditemukan lebih bersifat nontehnik terkait rendahnya kepatuhan
para pengelola sarana kesehatan dalam memberikan laporan bulanan penyakit. Untuk
menanggulangi masalah tersebut, pihak puskesmas melakukan pembinaan berupa
kunjungan langsung, pemberian surat himbauan dan mengadakan pertemuan secara
berkala.
Kondisi Daerah
Letak UPT Puskesmas kopo berada di bagian selatan Kota Bandung pada
merupakan dataran landai melingkar (plateau) dataran landai ini termasuk daerah
tangkapan air yang sangat potensial sebagai daerah rawan banjir.
Secara umum Kecamatan bojong Loa kidul berbetuk sebuah mangkok besar.
Untuk demikian menyebabkan polusi udara, pencemaran air dan tanah. Pencemaran
yang terjadi sulit di netralisir secara alami akibat topografi tanah berbetuk mangkok.
Berdasarkan kondisi di atas, wilayah Kecamatan Bojong Loa Kidul bukan daerah yang
tepat untuk pengembagan industri. Polusi udara yang ditimbulkan akan menjadi beban
kesehatan yang sedimikian tinggi dan sulit dikendalikan. Kondisi geologi tanah
dilapisan Kecamatan Bojong Loa Kidul secara keseluruhan mirip dengan kondisi tanah
di daerah Bandung Selatan. Terdiri dari tanah endapan dan tanah lempung atau tanah
liat.
Di beberapa bagian wilayah seperti sebagian selatan Kelurahan Kebon Lega dan
bagian timur keluraha cibaduyut serta sebelah barat kelurahan mekar wangi masih
ditemukan huwain berdiri di atas kolam dengan tingkat sanitasi ligkungan yang sangat
mencemaskan. Nampak negatif kondisi tersebut adalah penjalaran penyakit berbasis
ligkungan seperti diare, ISPA, TBC menjadi lebih mudah.
16
Letak wilayah kerja UPT Puskesmas Kopo berbatas dengan puskesmas
pasawahan dan wilayah kabupaten bandung (Puskesmas Bihbul dan Puskesmas
Cangkuang). Wilayah terluas berada di Kelurahan Mekar Wangi terdiri dari dataran
rendah, area persawahan dan permukiman penduduk. Sebagian lahan berupa kolam dan
yang terbuka dipergunakan perumahan elit komplek Mekar Wangi dan permukiman
penduduk. Setiap tahun persentasi keberadaan lahan terbuka di wilayah kelurahan
Mekar Wangi terus menerus mengalami penyusutan. Area terbuka mengalami
perubahan, baik berubah karena hak guna fungsi maupun peruntungan yang telah
mengalami distorsi dengan perkembagan jalan.
Kepala UPT
Puskesmas Kopo
Kepala Sub Bagian
Tata Usaha
Kes. Kes. KIA Gizi P2M BP UKS UKK Kes. Perkes Kes.
Ling Ling Or mas Gilut
KB TB. PARU
HIV/AIDS
SURVALENS
I
ISPA/DIARE
IMUNISASI
17
Struktur Organisasi UPT Puskesmas Kopo Dinas Kesehatan Kota Bandung
3.3 Tugas dan Tanggung Jawab Asisten Apoteker
A. Tugas pokok : Melakukan penyerahan obat di puskesmas kopo serta meracik
obat sesuai resep dokter.
B. Fungsi : Sebagai pelaksana pelayanan obat di puskesmas kopo.
C. Kegiatan pokok :
1. Menyusun rencana kebutuhan obat dan vaksin serta alat kesehatan setiap
tahun.
2. Mengajukan permintaan obat ke gudang farmasi Kabupaten/Kota melalui
kepala puskesmas setiap bulan.
3. Membuat pembukuan obat, serta peralatan medis puskesmas.
4. Melayani distribusi obat ke puskesmas pembantu dan bidan di desa.
5. Meracik obat sesuai dengan resep dokter untuk diberikan kepada pasien.
6. Memberikan penyuluhan cara memakan obat kepada pasien.
7. Membuat laporan pemakaian obat sesuai dengan pedoman.
18
Stok Optimum = SK + WK + WT + SP
= 5.000 + 0 + 1.000 + 500
= 6.500 tablet
Sisa Stok (SS) = 100 tablet
Kebutuhan = SO – SS
= 6.500 – 100 = 6.400 tablet (7 botol)
Jadi kebutuhan parasetamol untuk bulan April sebanyak 6.400 tablet
19
Pemilihan obat berdasarkan pada obat generik terutama yang tercantum
dalam Daftar Obat Pelayanan Dasar (PKD) dan Daftar Obat Essensial Nasional
(DOEN) yang masih berlaku dengan patokan harga sesuai dengan keputusan
Mentri Kesehatan tentang daftar harga obat untuk Obat Pelayanan Kesehatan
Dasar (PKD) dan obat program kesehatan. Dengan dasar pertimbangan:
a. Obat generik mempunyai mutu, efikasi yang memenuhi standar pengobatan.
b. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan publik.
c. Menjaga kelangsungan pelayanan publik.
d. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi alokasi dana obat pelayanan
kesehatan publik.
20
bekerja di UPOPPK Kabupaten/Kota maupun unit Pelayanan Kesehatan Dasar
(PKD). Masalah kekosongan obat atau kelebihan obat dapat terjadi apabila
informasi semata-mata hanya berdasarkan informasi teoritis terhadap kebutuhan
pengobatan. Koordinasi dan proses perencanaan untuk pengadaan obat secara
terpadu serta melalui tahapan seperti di atas, diharapkan obat yang direncanakan
dapat tepat jenis, tepat jumlah serta tepat waktu dan tersedia pada saat
dibutuhkan.
Untuk menentukan kebutuhan obat dilakukan pendekatan perhitungan
melalui metode konsumsi dan atau morbiditas.
a. Metode Konsumsi
Didasarkan atas analisa data konsumsi obat tahun sebelumnya. Untuk
menghitung jumlah obat yang dibutuhkan berdasatkan metode konsumsi perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Pengumpulan dan pengolahan obat.
2. Analisa data untuk informasi dan evaluasi.
3. Perhitungan perkiraan kebutuhan obat.
4. Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana.
Untuk memperoleh data kebutuhan obat yang mendekati ketepatan perlu
dilakukan analisa trend (regresi linier) pemakaian obat 3 (tiga) tahun
sebelumnya atau lebih.
b. Metode Morbiditas
21
c. Masing-masing penyakit pertahun untuk seluruh populasi pada
kelompok umur yang ada.
d. Menghitung perkiraan jenis dan jumlah obat sesuai dengan
pedoman pengobatan dasar di puskesmas.
e. Frekuensi masing-masing penyakit pertahun untuk seluruh
populasi pada kelompok umur yang ada.
f. Menghitung kebutuhan jumlah obat (jumlah kasus x) sesuai
pedoman pengobatan dasar di puskesmas.
g. Untuk mengetahui jenis, jumlah, dosis, frekuensi dan lama
pemberian obat dapat menggunakan pedoman pengobatan yang
ada.
h. Menghitung jumlah kebutuhan obat yang akan datang dengan
mempertimbangkan pola penyakit, lead time, dan buffer stock.
i. Menghitung kebutuhan obat tahun anggaran yang akan datang.
Sie Sie
Puskesmas
Gudang Obat
Kererangan :
22
GFK : Gudang farmasi kabupaten/kota
Sie : Seksi
UPO : Unit pelayanan obati
: Distribusi
: Pelaporan
23
FEFO : Expirede kedua keluar pertama
2. Penyimpanan berdasarkan :
Bentuk sediaan
Alpabets
Kode lokasi
2. Tiap lembar kartu stok hanya mencatat dan mutasi satu jenis obat
satu anggaran.
3. Tiap baris data hanya mencatat satu kejadian mutasi obat.
3.4.7 Distribusi
Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran
dan pengiriman obat-obat yang bermutu, terjamin keabsahan serta tepat jenis
dan jumlah dari gudang obat secara merata dan teratur untuk memenuhi
kebutuhan unit-unit pelayanan kesehatan.
Tujuan distribusi:
1. Terlaksana pengiriman obat secara merata dan teratur sehingga dapat
diperoleh pada saat dibutuhkan.
2. Terjamin mutu obat dan perbekalan kesehatan pada saat pendistribusian.
3. Terjamin kecukupan dan terpeliharanya penggunaan obat di unit pelayanan
kesehatan.
24
4. Terlaksananya pemerataan kecukupan obat sesuai kebutuhan pelayanan dan
program kesehatan.
3.4.8 Penghapusan
A. Penghapusan dilakukan untuk:
1. Menghindarkan pembiayaan
2. Menjaga keselamatan
3. Menghindarkan penyalahgunaan
B. Alur penghapusan
1. Inventarisasi alasan penghapusan
2. Ka Puskesmas
3. Melakukan pemeriksaan
4. Membuat surat ke Ka Dinas Kesehatan Kota
5. Barang diserahkan ke Dinas Kesehatan Kota
6. Dilakukan pemusnahan
C. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)
Kegunaan LPO :
1. Sebagai bukti pengeluaran obat di UPOPPK
2. Sebagai bukti penerimaan obat di Rumah Sakit/Puskesmas
3. Sebagai surat permintaan/pesanan obat dari Rumah sakit/Puskesmas
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota UPOPPK
4. Sebagai bukti penggunaan obat di Rumah Sakit/Puskesmas
25
Administrasi untuk sediaan farmasi dan perbekelan kesehatan meliputi semua
tahap pengelolaan dan pelayanan kefarmasian yaitu:
1. Perencanaan
2. Permintaan obat ke instalasi farmasi kabupaten/kota
3. Penerimaan
4. Penyimpanan menggunakan kartu stok atau komputer
5. Pendistribusian dan pelaporan menggunakan form LP-LPO
26
BAB IV
PEMBAHASAN
27
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat untuk menentukan jumlah
obat dalam rangka pengadaan, tujuan pengadaan obat adalah untuk mendapatkan
perkiraan jumlah obat dan jenis obat yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Menghindari
terjadinya kekosongan obat dan meningkatkan penggunaan obat secara rasional dan
meningkatkan efisiensi penggunaan obat. Fungsi pemilihan obat adalah untuk
menentukan apakah obat benar- benar diperlukan sesuai dengan kebutuhan.
Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan yang diserahkan
dari unit lebih tinggi keunit pengelola dibawahnya, penerimaan diantar ke puskesmas
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan dengan menggunakan LPLPO, SBBK dan
berita acara dari dinas.
Tujuan penyimpanan sediaan obat yaitu: memelihara mutu obat, menghindari
pengunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga kelangsungan persediaan,
memudahkan pencarian dan pengawasan. Penyimpanan obat di UPT Puskesmas Kopo
dilakukan dengan cara FIFO (first in first out) dan FEFO (first expire first out).
Penyimpanan obat di gudang Puskesmas Kopo berdasarkan alfabetis dan sesuai dengan
bentuk sediaan. Untuk penyimpanan obat-obat khusus, seperti obat narkotika,
psikotropika dan HIV/AIDS di simpan di lemari khusus yang terkunci, untuk vaksin
disimpan dilemari es dengan alat pengatur suhu.
Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluran dan
pengirimaan obat yang bermutu. Terjamin keabsahan serta tepat jenis dan jumlah dari
gudang obat secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan unit pelayanan
kesehatan. Distribusi obat ke setiap UPT menggunakan LPLPO sub unit.
Penghapusan dilakukan untuk menghindarkan pembiayaan, menjaga
keselamatan, menghindari penyalahgunaan, penghapusan untuk obat expired atau rusak
dengan menggukan berita acara.
Tujuan Pencatatan dan pelaporan adalah bukti bahwa suatu kegiatan telah
dilakukan, sebagai sumber data untuk pengaturan dan pengendalian. Pencatata di
puskesmas kopo meliputi buku pembantu harian, buku harian, buku pemakaian, buku
penerimaan, jumlah kunjungan, jumlah pasein, resep generik non generik, kartu stok
gudang, obat kadaluarsa atau rusak.
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada
apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan
28
perundangan yang berlaku. Pelayanan resep adalah proses kegiatan yang meliputi aspek
tehnik dan non tehnik yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep sampai
dengan penyerahan obat pada pasein. Pelayanan resep di puskesmas kopo dimulai dari
penyerahan resep ke ruang obat, resep dikaji dan dilihat ketersediaan obatnya jika
terdapat salah satu obat yang kosong, habis atau tulisan yang tidak terbaca dapat di
tanyakan/konsultsasikan pada dokter penulis resep setelah resep dikaji asisten apoteker
membuat etiket sesuai dengan signa yang tertera pada resep, setelah itu obat disiapkan
sesuai dengan yang di resepkan dokter, kemudian obat dimasukan ke dalam kemasan,
tidak lupa dilakukan pemeriksaan ulang untuk menghindari terjadinya kesalahan, obat
siap diserahkan kepada pasien dengan informasi obat tersebut.
29
BAB V
5.1 Kesempulan
Berdasarkan pengamata selama Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Puskesmas
Kopo, maka dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian di
Puskesmas adalah sebagai berikut :
30
berorientasi kerasionalan penggunaan perbekalan farmasi dengan tujuan untuk
meningkatakan kualitas hidup pasien atau masyarakat.
5.2 Saran
4. Dalam hal penyimpanan obat, suhu dan sirkulasi udara sangat penting untuk
menjaga kestabilan mutu obat, sehingga dibutuhkan sarana untuk sirkulasi udara
seperti fentilasi dan pendingin ruangan (AC).
6. Ada beberapa pengelola obat yang bukan tenaga teknis kefarmasian. Mereka
adalah tenaga fungsional lain yang diberi tugas mengelola obat. Sebaiknya ada
penambahan tenaga teknis kefarmasian di Puskesmas Kopo untuk pelayanan
kefarmasian yang lebih baik.
31
7. Untuk pengambilan obat tanpa kemasan terkecil (obat lost) sebaiknya
menggunakan spatel untuk memperkecil kontaminasi silang.
TUGAS KHUSUS
CARA PENGGUNAAN OBAT TOPIKAL
32
Obat suppositoria atau rectal medication diberikan melalui anus dan
berbentuk seperti peluru atau cairan. Diberikan untuk mengatasi keluhan sistemik atau
sebagai laksatif bila mengalami konstipasi. Namun, obat antiemetik dapat juga
diberikan melalui rectal bila pemberian dengan cara yang lain tidak berhasil. Cairan
enema diberikan melalui rectal dengan menggunakan alat khusus. Cairan enema terdiri
dari gliserin cair, sejumlah 100 mL dan dibiarkan sebentar sekitar 5 ± 10 menit, sebelum
akhirnya merasa ingin defekasi.
Vaginal douche atau medikasi/obat yang diberikan melalui vagina berupa busa,
cairan, jelly, krim, atau tablet. Indikasi pengobatan adalah untuk kontrasepsi,
membunuh bakteri sebelum pembedahan, mengatasi keluhan atau infeksi yang terjadi
pada vagina atau untuk menstimulasi/mempercepat kelahiran bayi.
Tujuan pemberian obat topikal secara umum adalah untuk memperoleh reaksi
lokal dari obat tersebut.
33
2. Pastikan kondisi ujung botol tetes tidak rusak.
5. Tutup mata selama 2-3 menit. Bersihkan cairan berlebih pada wajah
dengan menggunakan tisu.
34
7. Pasang kembali tutup botol tetes mata dengan rapat.
8. Cucilah tangan anda dengan air dan sabun untuk membersihkan sisa obat
yang mungkin menempel.
2. Tetes Telinga
A. Definisi Tetes Telinga menurut Farmakope Indonesia Edisi III
Guttae Auriculares, tetes telinga adalah obat tetes yang digunakan untuk
telinga dengan cara meneteskan obat ke dalam telinga. Kecuali dinyatakan
lain, tetes telinga dibuat menggunakan cairan pembawa bukan air.
B. Pemberian obat tetes telinga
Yaitu memberikan obat pada telinga melalui kanal iseksternal, dalam bentuk
cair. Tujuannya adalah:
1. Untuk memberikan efek terapi local (mengurangi peradangan,
membunuh organisme penyebab infeksi pada kanal telinga eksternal)
2. Menghilangkan nyeri
3. Untuk melunakkan serumen agar mudah untuk diambil
C. Cara Menggunakan Obat Tetes Telinga
1. Cucilah tangan anda dengan air dan sabun.
35
3. Bersihkan telinga bagian luar dengan menggunakan air hangat atau kain
lembab dengan hati-hati, kemudian dikeringkan.
36
kecil telinga atau gunakan kapas steril untuk menyumbat lubang telinga
agar obat dapat mencapai dasar saluran telinga.
7. Pasang kembali tutup botol tetes telinga dengan rapat, jangan menyeka
atau membilas ujung botol tetes.
8. Cucilah tangan anda dengan air dan sabun untuk membersihkan sisa obat
yang mungkin menempel.
3. Tetes Hidung
A. Definisi Tetes Hidung menurut Farmakope Indonesia Edisi III
Guttae Nasales, tetes hidung adalah obat tetes yang digunakan untuk hidung
dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga hidung; dapat mengandung
zat pensuspensi, pendapar dan pengawet.
B. Pemberian obat tetes hidung
Yaitu memberikan obat tetes melalui hidung dengan tujuan:
1. Untuk mengencerkan sekresi dan memfasilitasi drainase dari hidung
2. Mengobati infeksi dari rongga hidung dan sinus
C. Cara Menggunakan Obat Tetes Hidung
1. Bersihkan hidung yang sakit.
37
2. Duduklah dan tengadahlah atau berbaringlah dengan meletakkan bantal
di bawah punggung, kepala tegak ke atas.
4. Suppositoria
A. Definisi Suppositoria menurut Farmakope Indonesia edisi IV
Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk yang
diberikan melalui rektal, vagina, atau uretra. Umumnya meleleh, melunak,
atau melarut pada suhu tubuh. Suppositoria dapat bertindak sebagai
pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapeutik yang bersifat
lokal atau sistemik. Bahan dasar suppositoria umumnya lemak coklat, gelatin
38
trigliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran polietilen glikol
berbagai bobot molekul dan ester asam lemak polietilen glikol.
B. Pemberian suppositoria
Yaitu memberikan obat suppositoria bertujuan:
1. Untuk tujuan lokal seperti pada pengobatan wasir atau hemoroid dan
penyakit infeksi lainnya. Suppositoria untuk tujuan sistemik karena dapat
diserap oleh membran mukosa dalam rektum.
2. Untuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat.
3. Untuk menghindari perusakan obat oleh enzim di dalam saluran
gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia di dalam hati.
39
8. Angkat bagian atas dubur untuk menjangkau ke daerah rectal
10. Tahan posisi tubuh tetap berbaring menyamping dengan kedua kaki
menutup selama kurang lebih 5 menit untuk menghindari suppositoria
terdorong keluar.
11. Buang wadah suppositoria yang sudah terpakai dan kembali cuci kedua
tangan sampai bersih.
40
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2009. Standar sarana penyimpanan obat
publik dan perbekalan Kesehatan Depkes RI.
41
42