Anda di halaman 1dari 62

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR

DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

Subdit Pengamanan Limbah dan Radiasi


Direktorat Kesehatan Lingkungan
Ditjen Kesehatan Masyarakat
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu melakukan pengelolaan
limbah cair sesuai persyaratan

Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan konsep pengelolaan limbah cair
2. Melakukan pengelolaan limbah cair sesuai prosedur

Pokok Bahasan
1. Konsep pengelolaan limbah cair
2. Pengelolaan limbah cair sesuai prosedur
Apa dan Apa Saja  Semua air buangan termasuk tinja, berasal dari kegiatan rumah
sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia
LIMBAH CAIR beracun, radioaktif, darah, cairan tubuh lain yang berbahaya bagi
Fasyankes? kesehatan

Limbah cair tercemar berat yang


Blackwater mengandung konsentrasi zat fecal dan
 Cairan tubuh
(sewage)  Darah
urin tinggi  Feces/tinja
 Air cucian linen
Mengandung residu cair dari cuci,
 Air dari kamar mandi
Greywater mandi, proses laboratorium, laundry,
 Urin
(sullage) proses Teknik seperti air cooling atau
 Air cucian laboratorium
pencucian film x-ray
 Sisa reagensia dari laboratorium
Bukan limbah cair, tetapi air hujan  Fixer dan developer
Stormwater yang terkumpul di atap, dasar, taman,  Air buangan dapur
dan permukaan jalan fasyankes  Lain-lain
Mari kita diskusikan jenis limbah menurut
ruang dan karakteristiknya
Peserta dibagi menjadi 3 kelompok (A, B, dan C)
A B C
R. Operasi Laboratorium Dapur
R. Rawat Radiologi R. Hemodialisis
R. Emergensi Laundry R. Bersalin
R. Poliklinik R. Periksa Patologi Anatomi R. Dental
Toilet ruang tunggu R. Sterilisasi Alat R. Pemulasaraan jenazah
R. Kemoterapi R. Farmasi R. Radioterapi

Ruang Jenis limbah Karakteristik


KARAKTERISTIK Sumber limbah cair Material-material utama
Pengaruh pada konsentrasi tinggi pada
penanganan biologis
LIMBAH CAIR Ruang pasien • Material-material • Antiseptik : beracun untuk
organik mikroorganisme
FASYANKES Operasi
• Ammonia • Antibiotik : beracun untuk
Ruang emergency
MENURUT Ruang hemodialysis
• Bakteri patogen
• Antiseptik
mikroorganisme

SUMBER Toilet, ruang bersalin


• Antibiotik

Klinik dan ruang pengujian • Material solvent organik • Logam berat : beracun untuk
patologi • Fosfor mikroorganisme
Laboratorium • Logam berat • pH fleksibel : beracun untuk
• pH fleksibel mikroorganisme
Ruang dapur • Material-material • Minyak/lemak : mengurangi
organik perpindahan oksigen ke air
• Minyak/lemak • Pembersih ABS : terbentuk gelembung-
• Fosfor gelembung dalam bio-reaktor
• Pembersih ABS
Ruang cuci (laundry) • Fosfor • pH 8 ~ 10 : beracun untuk
• pH 8 ~ 10 mikroorganisme
• ABS, N-heksana • ABS : terbentuk gelembung-gelembung
dalam bio-reaktor
Ruang pemrosesan sinar X Ag, logam berat lain Ag : beracun untuk mikroorganisme
Contoh
KARAKTERISTIK
LIMBAH CAIR
RUMAH SAKIT
di DKI JAKARTA
BAKU MUTU

Parameter Satuan Kadar


Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Maksimum
dan Kehutanan Nomor pH - 6–9
P-68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 BOD mg/L 30
tentang Baku Mutu Air Limbah
COD mg/L 100
Domestik
TSS mg/L 30
Minyak dan lemak mg/L 5
Amoniak mg/L 10
Total Coliform Jumlah/100mL 3000
Debit L/orang/hari 100
Konsentrasi Paling Tinggi
Parameter
BAKU MUTU
Nilai Satuan
Kimia    
pH 6-9 mg/L
Besi, terlarut (Fe) 5 mg/L
Mangan, terlarut (Mn) 2 mg/L
Barium, (Ba) 2 mg/L
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Tembaga, (Cu) 2 mg/L
Seng, (Zn) 5 mg/L
Nomor 05 tahun 2014 Krom valensi enam, (Cr6+) 0,1 mg/L
tentang Baku Mutu Air Limbah Krom total, (Cr)
Kadmium, (Cd)
0,5
0,05
mg/L
mg/L
Lampiran XLIV huruf b Merkuri, (Hg) 0,002 mg/L
Timbal, (Pb) 0,1 mg/L
Stanium, (Sn) 2 mg/L
Arsen, (As) 0,1 mg/L
Selenium, (Se) 0,05 mg/L
Nikel, (Ni) 0,2 mg/L
Kobal, (Co) 0,4 mg/L
Sianida, (CN) 0,05 mg/L
Sulfida, (S=) 0,05 mg/L
Flourida, (F-) 2 mg/L
Klorin bebas, (Cl2) 1 mg/L
Amoniak bebas, (NH3-N) 1 mg/L
Nitrat, (NO3-N) 20 mg/L
Nitrit, (NO2-N) 1 mg/L
Senyawa aktif biru metilen, (MBAS) 5 mg/L
Fenol 0,5 mg/L
AOX 0,5 mg/L
Berapa perkiraan kuantitas
limbah cair Fasyankes?

 80% dari kuantitas air bersih yang digunakan


 Menurut WHO, perkiraan kuantitas limbah cair rumah sakit
 Rumah sakit kapasitas kecil-sedang: 300-500 liter/TT/hari
 Rumah sakit kapasitas besar : 400-700 liter/TT/hari
 Rumah sakit Pendidikan : 500-900 liter/TT/hari
 Menurut WHO, perkiraan kuantitas Limbah cair Puskesmas
 40-60 liter per pasien rawat inap
 5 liter per pasien rawat jalan
 100 liter per prosedur bedah
Apa dan Bagaimana Proses penanganan limbah cair dari sumber penghasil,
penyaluran hingga pengolahannya termasuk pengawasan,
PENGELOLAAN LIMBAH pencatatan dan pelaporan sehingga memenuhi baku mutu
CAIR FASYANKES? efluen yang berlaku dan tidak menimbulkan dampak negatif
terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup

AIR LAIN2 DAPUR LAUNDRY LAB RAD RAWAT POLI BEDAH


SUMBER
HUJAN

PENGOL. PENGOL. PENGOL. PENGOL.


AWAL 1 AWAL 2 AWAL 3 AWAL 4 SALURAN

PENGOLAHAN
BAKU
MUTU LC

Badan Air Penerima PEMBUANGAN


Bagaimana PENANGANAN LIMBAH CAIR
PADA SUMBER?

Apa saja permasalahan yang sering terjadi dalam


penanganan limbah cair pada sumber?
Bagaimana PENANGANAN LIMBAH CAIR
PADA SUMBER?

a. Menyediakan SOP pembuangan limbah cair


b. Menyediakan wadah khusus untuk limbah kimia B3
c. Menyediakan saringan pada lubang pembuangan
limbah cair
SISTEM PENYALURAN
Limbah Cair

Apa saja permasalahan yang sering terjadi dalam


penyaluran limbah cair?
SISTEM PENYALURAN
Limbah Cair
Bagaimana METODE PENYALURAN Limbah Cair?

GRAVITASI DENGAN POMPA KOMBINASI

• Dilakukan bila ada • Bila tinggi permukaan • Bila gravitasi ataupun


perbedaan tinggi tanah sumber sama atau dengan pompa tidak
permukaan tanah antara lebih rendah dengan dapat sepenuhnya
sumber dan pengolahan pengolahan dilakukan, maka dapat
dengan kemiringan • Tiap 15 meter atau ada dikombinasi keduanya
minimal 2,5% perubahan aliran
dipasang bak kontrol
SISTEM PENYALURAN
Limbah Cair

KRITERIA Sistem Penyaluran:

1. Kemiringan saluran
2. Kecepatan alir pada saluran
3. Bak Kontrol
KRITERIA SISTEM PENYALURAN

Ukuran Pipa Kemiringan Minimal


1. Kemiringan Pipa (inchi) Per 100 feet jarak
 8 0,400
 10 0,280
 12 0,220
 14 0,170
 16 0,150
 18 0,120
 21 0,100
 24 0,080
 27 0,067
 30 0,058
 36 0,046
KRITERIA SISTEM PENYALURAN

2. Kecepatan Alir Saluran

Jenis Benda dalam Cairan Kecepatan Alir (m/detik)


 Lumpur 0,10
 pasir yang halus 0,15
 pasir kasar 0,20
 kerikil halus 0,30
 kerikil kasar 0,70
 batu-batuan 1,20
KRITERIA SISTEM PENYALURAN

3. Sumur Pemeriksaan
 Di tempat-tempat yang terdapat perubahan arah aliran saluran limbah cair atau
pada belokan.
 Pada tempat yang salurannya mendapatkan tambahan aliran dari pipa lain atau
pada sambungan
 Apabila saluran tersebut merupakan saluran yang lurus, maka lubang
pemeriksaan ditempatkan pada jarak tertentu sesuai ukuran pipa, meliputi:

Jarak antara sumuran (m) Diameter saluran (cm)


 50-100 20-50
 101-125 51-100
 126-150 101-200
 200 > 200
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
PRINSIP
menghilangkan atau mengurangi kontaminan yang terdapat di dalam limbah cair
sehingga hasil olahan limbah dapat dimanfaatkan kembali atau tidak mengganggu
lingkungan apabila dibuang ke lingkungan
 Mengurangi jumlah padatan tersuspensi
 Mengurangi jumlah padatan terapung
 Mengurangi jumlah bahan organik
 Menghilangkan mikroorganisme patogen
 Mengurangi jumlah bahan kimia yang berbahaya dan
TUJUAN beracun
 Mengurangi unsur nutrisi (N dan P) yang berlebihan
 Mengurangi unsur lain yang dianggap dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap ekosistem
 SESUAI BAKU MUTU LIMBAH CAIR
METODE PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

Pre-Treatment (Pra Pengolahan)

Primary Treatment (Pengolahan Primer)

Secondary Treatment (Pengolahan Sekunder).

Tertiary Treatment (Pengolahan Tersier)

Advance Treatment (Pengolahan Tingkat Lanjut).


Pre-Treatment (Pra Pengolahan)

 Proses pendahuluan yang berlangsung dan dilakukan untuk


menghilangkan benda-benda kasar/sampah dalam limbah cair yang
berukuran besar dan mudah terlihat mata, seperti kayu, plastik, sisa
kain, pasir, dan lain-lain.
 Alat yang digunakan: BAR SCREEN
Pre-Treatment (Pra Pengolahan)

 Pengumpulan secara terpisah untuk limbah kimia dari laboratorium, radiologi, dan
farmasi, khususnya kimia fotografi, aldehid (formaldehid dan glutaraldehid), pewarna
dan farmasi
 Netralisasi asam-basa, penyaringan untuk menahan sedimen, atau autoclaving
sampel pasien sangat infeksius untuk limbah cair yang berasal dari laboratorium
klinik.
 Grease trap (penangkap lemak) dapat dipasang untuk menghilangkan lemak,
minyak dan zat terapung lainnya dari Limbah cair dapur. Lemak yang terkumpul
dibuang setiap 2-4 minggu.
 Pengumpulan cairan tubuh dengan kuantitas sedikit, baik darah, cairan tubuh, dan
cairan pembersih dari ruang operasi dan rawat intensif untuk kemudian dapat
dibuang IPAL.
 Screen, ditujukan untuk menyaring benda yang berukuran besar seperti sampah,
lemak, kerikil atau pasir.
Primary Treatment (Pengolahan Primer)
 Proses yang berlangsung secara fisik, yakni padatan dibiarkan mengendap
atau terapung, kemudian dipisahkan.
 Proses ini mereduksi Bological Oxygen Demand (BOD) sebanyak 25-30%
dan Total Suspended Slid sebanyak 50-60%.
 Alat yang digunakan: Tangki Sedimentasi dan Floatasi
Apa saja permasalahan yang sering terjadi dalam pre
treatment dan primary treatment?
Secondary Treatment (Pengolahan Sekunder).

 Proses pengolahan sekunder untuk rumah sakit umumnya proses biologis yang
mampu mereduksi kadar BOD sebanyak 80-90% dan kadar TSS sebanyak 50-
60%.
 Unit-unit pengolahan yang lazim digunakan antara lain:
1. Biomassa Tersuspensi: Activated Sludge (Lumpur aktif), High rate aeration,
Pure Oxygen Process, Sequence Reactor
2. Biomassa Melekat: Rotating Biological Contactor, Trickling Filter, Anaerobik
Filter, Membran Biofilm Reactor
3. Lagoon: Aerated lagoon, kolam stabilisasi
Proses Lumpur Aktif Standar/
KLASIFIKASI PENGOLAHAN Standard Activated Sludge

LIMBAH CAIR SEKUNDER Proses


Proses Aerasi Bertahap/
Step Aeration
SECARA BIOLOGIS Biomasa
Tersuspensi Proses Aerasi Berlanjut/
Extended Aeration
Proses Oksidasi Parit/
Oxidation Ditch

Filter Tetes/Trickling Filter


Pengolahan Limbah
Cair Secara Biologis Proses Reaktor Kontak Biologis Putar/
Biomasa Rotating Biological Contactor
Melekat
Biofilter Tercelup/
Submerged biofilter

Kolam dangkal/shallow pond

Kolam/lagoon Kolam Dalam/deep pond

Kolam Fakultatif/Facultative
pond
EFISIENSI PROSES PENGOLAHAN LIMBAH CAIR SECARA BIOLOGIS
EFISIENSI   
KELOMPOK PROSES JENIS PROSES
PENYISIHAN BOD (%) KETERANGAN
Lumpur Aktif Standar 85 – 95 -
  Step Aeration 85 – 95 Untuk beban pengolahan yang besar.
  Modified Aeration 60 – 75 Untuk beban pengolahan ualitas air olahan sedang.
  Contact Stabilization 80 – 90 Untuk pengolahan paket, dan mereduksi ekses lumpur.
PROSES BIOMASA High Rate Aeration 75 – 90 Untuk pengolahan paket, bak aerasi dan pengendap akhir
TERSUSPENSI merupakan satu paket. Memerlukan area yang kecil.
  Pure Oxygen Process 85 – 95 Untuk pengolahan air limbah yang sulit diuraikan secara
  biologis. Luas area yang dibutuhkan kecil.
Oxidation Ditch 75 – 95 Konstruksinya mudah, tetapi memerlukan area yang luas.
Trickling Filter 80 – 95 Sering timbul lalat dan bau. Proses operasinya mudah.
Rotating Biological 80 – 95 Konsumsi energi rendah, produksi lumpur kecil. Tidak
 
Contactor memerlukan proses aerasi.
PROSES BIOMASA
Contact Aeration 80 – 95 Memungkinkan untuk penghilangan nitrogen dan phospor.
MELEKAT
Process
 
Biofilter Anaerobic 65 – 85 memerlukan waktu tinggal yang lama, lumpur yang terjadi
kecil.
memerlukan waktu tinggal yang cukup lama, dan area
LAGOON Kolam stabilisasi 60 – 80
yang dibutukkan sangat luas
Parameter Perencanaan Proses Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Biologis Aerobik
Tertiary Treatment (Pengolahan Tersier)

Proses pengolahan untuk memperoleh sludge atau lumpur dari


primary dan secondary treatment serta Disinfeksi

DISINFEKSI PENGOLAHAN LUMPUR


 Klorinasi  Bak Pengering Lumpur
 Ozonisasi  Bak Stabilisasi Lumpur
 Sinar Ultra Violet  Alat Pengering Lumpur
Disinfeksi:
 Proses menghancurkan atau mencegah pertumbuhan mikroba
 Dimaksudkan untuk menonaktifkan (menghancurkan inefektifitas) mikroba
secara fisika, kimia atau biologis
 Inaktivasi dicapai dengan cara mengubah atau menghancurkan struktur
atau fungsi penting dalam mikroba
 Proses inaktivasi meliputi denaturasi dari:
 Protein (protein structural, enzim, protein transport)
 Asam nukleat (DNA genomic atau RNA, mRNA, tRNA)
 Lipid (membrane lpiran ganda lipid, lipid lainnya)
KLORINASI
 Klorinasi dilakukan untuk mendisinfeksi limbah cair dengan menggunakan zat klor, yang
merupakan zat pengoksidasi.
 Zat klor yang dimasukkan ke dalam air ddalam bentuk gas Cl2, klor dioksida (ClO2),
sodium hipoklorit (NaOCl), dan Calsium hipoklorit (Ca(Ocl) 2.
Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)

 Setiap tahap pengolahan limbah cair, baik primer maupun sekunder


akan menghasilkan endapan polutan berupa lumpur.
 Lumpur tersebut tidak dapat dibuang secara langsung, melainkan
perlu diolah lebih lanjut.
 Beberapa cara pengolahan lumpur meliputi: bak pengering lumpur,
bak stabilisasi lumpur, dan mesin pengering lumpur.
BAK PENGERING LUMPUR
1. Bak pengering lumpur adalah bak yang berisi media saring tersusun seperti kerikil,
pasir dan ijuk. Media ini disusun secara berurutan dari bawah bak mulai dengan ijuk,
kerikil dan pasir dengan ketebalan berimbang tergantung pada ketinggian dinding bak.
2. Proses pengeringan dilakukan dengan cara memindahkan lumpur dari
bak sedimentasi dan pra sedimentasi dengan pompa dan disebarkan di
atas media bak pengering lumpur.
3. Pada lumpur yang terhampar di permukaan media ini, kandungan air
akan terpisah secara gravitasi, turun ke dasar bak, dan selanjutnya
dengan pipa yang terpasang, air dikembalikan ke bak sedimentasi.
Bak Stabilisasi Lumpur (Sludge Stabilization)

• Berfungsi untuk menampung lumpur dari


Mesin Pengering Lumpur
IPAL yang dipindahkan menggunakan
pompa. • Bentuk alatnya adalah berupa mesin press
• Proses stabilisasi dilakukan dengan cara yang secara mekanik menggunakan energi
memberikan suplai udara (oksigen) listrik.
dengan menggunakan mesin blower ke • Proses kerjanya adalah lumpur cair
dalam badan lumpur secara merata. dimasukkan ke dalam mesin press dengan
• Pemberian oksigen ini akan menggunakan pompa.
menciptakan proses penguraian • Lumpur cair ditekan/press secara mekanik
senyawa organik dan anorganik sehingga kandungan air terpisah, sementara
sehingga struktur materi lumpur akan lumournya akan mengering sampai membentuk
lebih stabil. cake.
Advance Treatment (Pengolahan Tingkat Lanjut)

 Proses pengolahan untuk menghilangkan kadar senyawa


kimia tertentu.
 Biasa digunakan pada pengolahan limbah cair industri.
Proses pengolahan polutan organik terlarut PROSES PENGOLAHAN LUMPUR AKTIF
maupun tidak terlarut dalam limbah cair
menjadi flok mikroba tersuspensi yang dapat
dengan mudah mengendap melalui teknik
pemisahan antara padat dan cair dengan
sistem gravitasi (Eckenfelder, 1989)
IPAL
Kriteria Disain Pengolahan Limbah Cair dengan Lumpur Aktif
Kelebihan dan Kelemahan
PROSES LUMPUR AKTIF

KELEBIHAN
Pengoperasian dan perawatannya mudah
Dapat mengolah limbah cair dengan beban BOD yang besar
Dapat dipasang beberapa tahap (multi stage), sehingga tahan
terhadap fluktuasi beban pengolahan
Reaksi nitrifikasi lebih mudah terjadi, sehingga efisiensi
penghilangan amonium lebih besar

KELEMAHAN
Kadang-kadang konsentrasi BOD air olahan masih tinggi
Terjadi bulking atau buih (foam) seperti pda lumpur aktif
PROSES PENGOLAHAN EXTENDED AERATION
Moving Bed Biofilm Reactor
Kelebihan dan Kelemahan
PROSES PENGOLAHAN EXTENDED AERATION

Kelebihan Kelemahan
• Pengoperasian dan perawatannya mudah. • Dalam proses diperlukan bahan tambahan
• Lahan yang dibutuhkan relatif kecil. berupa biofilter.
• Biaya operasi rendah. • Biaya investasi relatif lebih besar.
• Dibandingkan dengan lumpur aktif, lumpur • Pada keadaan jenuh dengan biofilm yang
yang terjadi relatif lebih sedikit. sudah tebal, maka biofilter harus
• Dapat menghilangkan nitrogen dan fosfor dibersihkan agar bekerja optimal.
yang dapat menyebabkan eutrofikasi
pertumbuhan yang tidak terkendali pada
tanaman air (gulma).
• Dapat digunakan untuk limbah cair yang
beban BOD cukup besar.
• Suplai udara untuk aerasi lebih sedikit.
Proses ini memanfaatkan mikroorganisme aerob yang
PROSES PENGOLAHAN tumbuh melekat pada permukaan media yang berputar
ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR perlahan membentuk suatu lapisan yang terdiri dari
mikroorganisme yang disebut biofilm (lapisan biologis).

Mikroorganismenya akan menguraikan/mendekomposisi senyawa


organik yang ada di dalam limbah cair serta mengambil oksigen
yang larut dalam air atau dari udara untuk proses metabolismenya
Kelebihan dan Kelemahan
PROSES PENGOLAHAN ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR

Kelebihan Kelemahan

• Pengoperasian dan perawatannya mudah. • Pengendalian jumlah mikroorganisme sulit


• Untuk kapasitas kecil/paket, dibandingkan dilakukan.
dengan proses lumpur aktif konsumsi energi • Sensitif terhadap perubahan temperatur.
lebih rendah. • Kadang-kadang konsentrasi BOD air olahan
• Dapat dipasang beberapa tahap (multi masih tinggi.
stage), sehingga tahan terhadap fluktuasi • Dapat menimbulkan pertumbuhan cacing
beban pengolahan. rambut dan bau yang tidak sedap.
• Reaksi nitrifikasi lebih mudah terjadi,
sehingga efisiensi penghilangan amonium
lebih besar.
• Tidak terjadi bulking atau buih (foam)
seperti pada lumpur aktif.
PROSES PENGOLAHAN Prinsipnya adalah melewatkan air buangan dengan kecepatan
rendah melalui kolom berisi materi terkemas yang akan menjadi
FILTER ANAEROBIK
bidang lekat mikroorganisme.

Air buangan mengalir dari bawah keatas dalam kolom melewati


rongga diantara media, dan berkontak dengan lapisan biologi
berupa bakteri anaerob yang tumbuh dan tertahan pada
permukaan media padat dan pada rongga rongga tersebut.
Kelebihan dan Kelemahan
PROSES PENGOLAHAN FILTER ANAEROBIK

Kelebihan Kelemahan

• Pengoperasian dan perawatannya mudah. • Memerlukan lahan yang cukup luas.


• Proses pengolahan sangat sederhana. • Hanya diterapkan untuk limbah cair dengan
• Tidak diperlukan mesin blower yang debit yang terlalu besar.
memerlukan biaya operasional dan • Menghasilkan gas pembusukan (metana
pemeliharaan yang tinggi. dan sulfida) yang dapat mengganggu
• Tidak menggunakan bahan kimia. estetika.
• Dihasilkan scum (endapan terapung) yang
harus dibersihkan dari sistem.
PROSES PENGOLAHAN Proses biofilter anaerob-aerob adalah proses
pengolahan air limbah dengan cara menggabungkan
ANAEROBIK-AEROBIK proses biofilter anaerob.

Pada zona aerobik, ammonium akan dibuah menjadi nitrit


Polutan organik yang ada di dalam limbah cair akan dan nitrat. selanjutnya pada zona anaerobik, nitrat yang
terurai menjadi gas karbon dioksida dan methan tanpa terbentuk mengalami proses denitrifikasi menjadi gas
menggunakan energi (blower udara), tetapi amoniak dan nitrogen karena di dalam sistem biofilm terjadi kondisi
gas hydrogen sulfide (H2S) tidak hilang. anaerobik dan aerobik pada saat yang bersamaan
Kelebihan dan Kelemahan
PROSES PENGOLAHAN ANAEROBIK-AEROBIK

Kelebihan Kelemahan

• Pengoperasian dan perawatannya • Biaya investasi lebih mahal.


mudah. • Menghasilkan bau metana dan sulfida
• Proses pengolahan sangat sederhana. pada bak anaerob.
• Dapat mengolah limbah cair dengan
beban organik tinggi.
• Dapat menghilangkan nitrogen dan
fosfor.
• Suplai oksigen relatif kecil.
• Lumpur yang dihasilkan relatif sedikit.
• Tahan terhadap shock loading.
• Tidak menggunakan bahan kimia.
Dasar Pemilihan Teknologi IPAL RS
• Kehandalan teknologi terhadap kemampuan memenuhi
acuan standard baku mutu pemerintah.
• Ketersedian suku cadang.
• Mudah di dalam perawatan.
• Ketersedian personel pendukung.
• Ketersedian sumber dana.
Mari kita diskusi mengenai permasalahan yang terjadi pada pengoperasian
IPAL
1. Peserta dibagi menjadi 4 kelompok
2. Salah satu peserta dari rumah sakit di setiap kelompok mendeskripsikan
spesifikasi dan permasalahan operasional IPAL
3. Gunakan data hasil pemeriksaan kualitas limbah cair dalam kurun waktu 3
bulan terakhir untuk parameter sesuai dengan PermenLHK no 68 tahun
2016.
4. Diskusikan permasalahan operasional yang sering terjadi dan bagaimana
penanganannya
Penanganan Permasalahan
Pada IPAL
Pedoman Penanganan Masalah / Gangguan
Gejala Kemungkinan Penyebab Tindakan Penyelesaian
Bau busuk di tangki (bau telur Kondisi anaerobik di tangki Tingkatkan kapasitas aerasi
busuk) Jumlah lumpur aktif terlalu sedikit Cek konsentrasi endapan dan aktifitas
biologisnya (penurunan kandungan BOD)
Perhitungan bakteri coli tidak Sisa chlorine terlalu rendah Tingkatkan debit chlorine
memenuhi (dibawah) standar Tidak cukupnya kontrol chlorine residu Cek perlengkapan dan prosedur untuk
desinfeksi menentukan chlorine residu
Terdapat endapan di kolam desinfeksi Bersihkan kolam desinfeksi
Debit air melewati tembok pembatas Cek muka air dan pipa keluarnya
Kapasitas chlorinasi terlalu rendah Dibutuhkan kapasitas dosis yang lebih tinggi;
Penanganan Permasalahan
Pada IPAL
Pedoman Penanganan Masalah / Gangguan
Gejala Kemungkinan Penyebab Tindakan Penyelesaian
Banyak busa  Aerasi berlebihan  Kurangi waktu aerasi
 Sedikit lumpur  Biasanya terjadi pada waktu permulaan
 Banyak kandungan detergent operasi
 Kurangi sebelum masuk ke IPAL
IPAL tidak bekerja secara  Kesalahan pengesetan waktu  Periksa sistem kelistrikan
otomatis  Saklar beban turun  Tekan tombol reset
Lumpur terkumpul di  Pompa lumpur tidak cukup untuk  Cek pompa dari kemungkinan tersumbat
permukaan membuang lumpur  Periksa dan bersihkan penangkap lemak
 Jumlah lemak yang terlalu banyak jika diperlukan
 *Untuk detail-detail mengenai lumpur
akan dibicarakan lebih lanjut
Banyak lumpur melewati  Pompa lumpur tidak dapat membuang  Cek volume lumpur dan saluran udara
saluran pembuangan lumpur, sehingga lumpur terlalu dan tabung pompa dari tersumbat
banyak di tangki  Cek aliran limbah dan volume
 Beban air limbah melebihi kapasitas  Analisa limbah terhadap BOD dan
IPAL lumpur
Penanganan Permasalahan
Pada IPAL
Pedoman Penanganan Masalah / Gangguan
Gejala Kemungkinan Penyebab Tindakan Penyelesaian
Penurunan kandungan Jumlah lumpur aktif terlalu sedikit Cek konsentrasi dan warna lumpur aktif
COD/BOD terlalu kecil meningkatkan MLSS dgn menambah
makanan glukose ,molase , menaikan
volume return sluge ke bak aerasi.
Aerasi dan kebutuhan oksigen tidak Naikkan tingkat / durasi suplai oksigen
cukup
Limbah yang masuk tidak dapat Periksa sumber limbah, lakukan pengolahan
didegradasi (COD: terlalu tinggi; BOD: pendahuluan
o.k.)
Tingkat penurunan Tahap Start-up Menaikan kandungan oksigen di bak aerasi.
Nitrogen terlalu kecil; Meningkatkan waktu tinggal air limbah di
bak aerasi.
Menambah suplai oksigen di bak effluen.
Menambah unit biofilter
Meningkatkan konsentrasi kaporit pada bak
effluen
`Tidak perlu tindakan: Nitrification /
Denitrification dapat dicapaui dalam
beberapa hari.
Penanganan Permasalahan
Pada IPAL
Pedoman Penanganan Masalah / Gangguan
Gejala Kemungkinan Penyebab Tindakan Penyelesaian
Kandungan Ammonia Umur lumpur masih pendek Cek konsentrasi lumpur aktif, pemeriksaan secara
yang tinggi di effluent visual, turunkan jumlah pembuangan lumpur
Kapasitas Nitrifikasi terlalu kecil Naikkan tingkat aerasi
Kandungan Phosphorus Konsentrasi terlalu tinggi pada Pergunakan presipitasi dengan lime(kapur), ferric
melewati batas penurunan secara biologis chloride (FeCl3)
(lihat juga: bagian persiapan dan pemberian dosis
bahan kimia)
Proses monitoring MLSS pada bak erasi di jaga sesui
kriteria.
Pemberian dosis ferric chloride tidak Cek larutan dalam tangki dosis, sistem dosing dan
bekerja kapasitas dosis
Sludge Bulking : Cara sederhana: Tambahkan Poly-Electrolite atau
Terdapat lumpur di efluent Ferric Chloride untuk memperbaiki pengendapan
Penanganan Permasalahan
Pada IPAL
Pedoman Penanganan Masalah / Gangguan
Gejala Kemungkinan Penyebab Tindakan Penyelesaian
Lumpur tidak mau Terlalu tinggi beban organik (kg BOD Periksa sumber yang punya beban tinggi; turunkan
mengendap tiap hari) beban organik
pH rendah Perbaiki pH dengan menambah kapur tohor (add lime
or hydrated lime)
Tumbuh bakteri filamentos Cek komposisi limbah untuk BOD, Nitrogen dan
Phosphorus
Dalam hal presipitasi Phosphorus: Cek tingkat dosisnya
Terdapat racun pada Inflow Identifikasikan sumbernya; lakukan pengolahan
pendahuluan
Terlalu tinggi tingkat aerasinya Kurangi aerasi pada saat aliran influen sedikit (malam
hari)
Terdapat endapan pada Terlalu banyak endapan di tangki Perbanyak pengambilan lumpur. Sehingga jarak
efluen biologis sehingga endapan mengalir permukaan lumpur paling atas dengan limpahan air
Pengendapan lumpurnya bersama efluen pada saat akhir buangan tidak kurang dari 40 cm pada saat akhir
bagus decanting decanting
Penanganan Permasalahan
Pada IPAL
Pedoman Penanganan Masalah / Gangguan
Gejala Kemungkinan Penyebab Tindakan Penyelesaian
Terdapat endapan di Untuk lumpur tua: Waktu tinggal lumpur Turunkan umur lumpur dengan cara meningkatkan
efluen (pin-point size) dalam tangki terlalu lama banyaknya pembuangan lumpur
Untuk sistem yang lebih dari satu tangki Kurangi tangki lumpur aktif yang beroperasi selama
lumpur aktif: tidak tersedia cukup limbah inflow limbah masih sedikit
yang diolah untuk beroperasi
Rising Sludge: Terlalu tinggi tingkat aerasinya Turunkan kapasitas aerasi
Pengendapan bagus tapi
muncul lagi ke permukaan Reaksi denitrifikasi terjadi setelah Cek komposisi limbah yang diolah dan lumpurnya /
pengendapan konsentrasi endapan dalam tangki
TSS terlalu tinggi Pengendapan yang tidak sempurna • Memperbesar volume bak sedimentasi.
Kualitas lumpur pada bak aerasi tidak • Menambah unit filtrasi.(sand filter, karbon filter)
sempurna. • Mengatur debit pada inlet apabila kapasitas masih
memungkinkan
Penanganan Permasalahan
Pada IPAL
Pedoman Penanganan Masalah / Gangguan
Gejala Penyebab Penyelesaian
Tidak dapat memperoleh chlorine Debit dosis terlalu kecil Perbesar debit dosis
residu Kebutuhan bahan kimia yang banyak Cek kualitas air buangan terolah dan air
buangan yang masuk
Hasil tes berubah-ubah Tambahkan asam sulfat pada sampel
Dosis maksimum tidak dapat dicapai Cek sistem dosis:
 tekanan gas, bocor
 ada kotoran di injektor
 injektor aliran air
lihat petunjuk dari pabrik!
Terdapat variasi yang lebar pada Meter pengukur aliran chlorine terlalu kecil Gunakan yang berkapasitas besar
residual chlorine efluen
Kurang teraduknya antara air buangan Cek peralatan pengaduk dan instalasinya
terolah dengan air yang mengandung chlor

Terlalu tinggi chlorine yang dilepas Cek dosis yang cocok Pasang instalasi penurun chlor
di lingkungan
Terima
kasih

Anda mungkin juga menyukai