Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) PERAPOTEKAN


APOTEK KIMIA FARMA PADA IDI

OLEH:

NINING FADILAH UTAMI (PO714251181036)

NOVITA (PO714251181038)
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN FARMASI (DIV FARMASI)
JURUSAN FARMASI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
MAKASSAR 2020

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PKL PERAPOTEKAN APOTEK KIMIA FARMA PADAIDI

Oleh :

NINING FADILAH UTAMI (PO714251181036)

NOVITA (PO714251181038)

Menyetujui,

Pembimbing Teknis Pembimbing Supervisi

(PURNAMA SARI.S,Faram,. Apt). (Drs.H.Tahir.Ahmad,M.Kes.Apt)

Nip: 195610181987031001

Mengetahui, Kaprodi DIV Farmasi Ketua Jurusan Farmasi

Ida Adhayanti, S.Si., M.Sc., Apt. Drs. H. Ismail Ibrahim, M.Kes.,Apt.

NIP. 19840829 2008012005 NIP. 19650224 199203 1 002

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan


rahmat-Nya sehingga Laporan Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Apotek
Kimia Farma Padai'idi dapat diselesaikan. Tak lupa pula kita kirimkan shalawat dan
salam atas junjungan kita Rasulullah SAW. yang telah membawa kita dari alam yang
gelap gulita menuju alam yang terang benderang.

Laporan ini dapat terselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari semua
pihak. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut
membantu dalam penyelesaian laporan ini, terutama kepada:

1. Ibu Ida Adhayanti, S.Si., M.Sc., Apt. selaku ketua program studi DIV
Farmasi Poltekkes Kemenkes Makassar
2. Bapak Drs.H.Tahir.Ahmad,M.Kes.Apt. selaku pembimbing supervis
3. Ibu PURNAMA SARI.S,Faram,. Apt. Selaku pembimbing lahan di
Apotek Kimia Farma Padai'idi
4. Karyawan/Pegawai Apotek Kimia Farma Padai'idi

Serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam proses penyusunan laporan ini.

Kami sangat menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan laporan ini kelak.

Makassar, 27 Desember 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
I.1 Latar Belakang............................................................................................. 1
I.2 Tujuan Pkl Perapotekan ............................................................................ 3
I.3 Manfaat Pkl Perapotekan.......................................................................... 4
I.4 Waktu Dan Tempat Pkl Perapotekan .................................................... 4
BAB II TINJAUAN UMUM........................................................................................... 5
II.1 Pengertian apotek .................................................................................. 5
II.2 Tugas Dan Fungsi Apotek ................................................................... 6
II.3 Tujuan apotek ........................................................................................ 7
II.4 Persyaratan apotek ............................................................................... 7
II.5 Pengelolaan apotek ................................................................................ 16
II.6 Pelayanan apotek ................................................................................... 19
II.7. Peraturan dan perundang-undagan apotek................................... 20
BAB III TINJAUAN APOTEK ..................................................................................... 23
III.1 Sejarah apotek ..................................................................................... 23
III.2 Tata ruang apotek ............................................................................... 27
III.3 Struktur organisasi ............................................................................ 29
III..4 Kegiatan apotek .................................................................................. 29
BAB IV PEMBHASAN .................................................................................................. 38
IV. I Pengelolaan apotek ............................................................................. 38
IV.II Pelayanan apotek ............................................................................... 40
IV.III Administrasi....................................................................................... 41

iii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 42
V.I Kesimpulan ............................................................................................. 42
V.II Saran ....................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 43
LAMPIRAN……………………………………………...…………………………45

iv
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang


Kesehatan menurut WHO (2014) adalah keadaan baik secara

menyeluruh termasuk kondisi fisik, mental dan sosialnya, tidak

sekedar ketiadaan suatu penyakit atau kecacatan. Menurut UU No.36

tahun 2009 pasal 1 ayat 1, kesehatan juga diartikan sebagai keadaan

sehat, baik secara fisik, mental spiritual maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

ekonomi. Dalam meningkatkan derajat hidup sehat, UU No.36 tahun

2014 tentang Tenaga Kesehatan menjelaskan bahwa terdapat upaya

kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang merupakan

serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegritas dan

berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan

kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan oleh

pemerintah dan masyarakat.

Menurut keputusan Menkes Nomor 1202 tahun 2003 tentang

indikator masyarakat sehat bahwa keberhasilan kesehatan di Indonesia

adalah dengan meningkatkan kualitas sumber daya kesehatan. Sumber

daya kesehatan dapat berupa fasilitas kesehatan, alat kesehatan

maupun tenaga kesehatan, dan salah satu cara meningkatkan

1
profesionalisme tenaga kesehatan melalui pendidikan dan pelatihan

yang dapat dimulai dengan pengembangan praktek kerja lapangan

(PKL). Sumber fasilitas penunjang kesehatan salah satunya adalah

bidang kefarmasian, karena merupakan kombinasi dari ilmu kesehatan

dan ilmu kimia yang mempunyai tanggung jawab memastikan

efektifitas dan keamanan penggunaan obat.

Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan adalah apotek yang

melaksanakan pelayanan kefarmasian yang meliputi kegiatan bersifat

managerial berupa pengolahan sediaan farmasi, alat kesehatan dan

bahan habis pakai serta pelayanan farmasi klinik. Apotek adalah sarana

pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh

apoteker (PMK No.9, 2017), sedangkan menurut Peraturan Menteri

Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 apotek adalah tempat

dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi,

perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Untuk mendukung

hal tersebut, apotek memerlukan tenaga teknis kefarmasian yang dapat

membantu apoteker dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian di

apotek. Farmasi sebagai tenaga kesehatan mempunyai lingkup

pekerjaan yang meliputi semua aspek tentang obat, dalam arti luas,

membuat sediaan jadinya sampai dengan pelayanan kepada pemakai

obat atau pasien. Dengan demikian sebagai seorang ahli madya farmasi

perlu membekalkan diri dengan pengetahuan mengenai apotek. Oleh

2
sebab itu, pelaksanaan praktek kerja lapangan (PKL) apotek bagi

mahasiswa jurusan farmasi Poltekkes Kemenkes Palembang sangatlah

perlu dilakukan dalam rangka mempersiapkan diri untuk berperan

langsung dalam pengolahan apotek sesuai fungsi dan kompetensi ahli

madya farmasi serta melihat dan membandingkan teori yang ada

dengan keadaan dilapangan khusunya apotek. (Anief Moh. 2003)

I.2 Tujuan pkl perapotekan


Tujuan dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah mahasiswa

dapat menerapkan ilmu kefarmasian di apotek yang kegiatannya

meliputi :

1. Mengetahui susunan organisasi apotek.

2. Menyiapkan obat racikan dan non racikan sesuai dengan

resep dokter.

3. Mengetahui penatalaksanaan sediaan obat di apotek.

4. Melaksanakan pengelolaan alat kesehatan sesuai dengan

ruang lingkup apotek.

5. Mengetahui managemen pemasaran apotek kimia farma

I.3 Manfaat pkl perapotekan


1. Menambah pengetahuan dan memberikan keterampilan

kepada mahasiswa di bidang apotek.

2. Meningkatkan dan memperluas kemampuan mahasiswa

sebagai bekal untuk memasuki lapangan kerja.

3
3. Sebagai sarana untuk membandingkan teori yang didapat di

bangku kuliah dengan aplikasi di lapangan.

4. Sebagai sarana untuk mempersiapkan mahasiswa sebelum

terjun di masyarakat.

I.4 Waktu dan tempat perapotekan


PKL perapotekan ini dilaksanakan di apotek kimia farma padidi

jln.perintis kemerdekaan mulai tanggal 24 November 2020 s/d 20

Desember selama 176 dalam waktu 22 hari

4
BAB II

TINJUAN UMUM

II.1 Pengertian apotek.


Pengertian apotek menurut kepmenkes RI No.

1332/MENKES/SK/2002, Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat

tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian penyaluran

perbekalan farmasi kepada masyrakat. Yang dimaksud pekerjaan

kefarmasian diantaranya pengadaan obat, pembuatan sediaan obat,

pracikan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi serta

memberikan informasi kepada masyarakat mengenai perbekalan

kefarmasian yang terdiri dari obat, bahan obat, obat tradisional, alat

kesehatan dan kosmetik. Tidak hanya menjalankan pekerjaan

kefarmasian tetapi tugas pokok dan fungsi apotek juga harus

dijalankan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan standard prosedur

yang telah ditetapkan .

Pekerjaan kefarmasian menurut UU kesehatan No. 36 Tahun 2009

yaitu meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan

farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian

obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta

pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan

oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan

sesuai dengan kentua peraturan perundang-undangan.

5
Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan perlu

masyarakat dan berkewajiban menyediakan, menyimpan dan

menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahanya

terjamin. Apotek dapat diusahkan oleh lembaga atau instansi atau

tugas pemerintah dengan tugas pelayanan kesehatan di pusat dan

daerah, perusahaan milik Negara yang ditunjuk oleh pemerintah dan

apoteker yang telah mengucapkan sumpah serta memperoleh izin dari

suku dinas kesehataan setempat. (Direktorat Jenderal, 2005)

II.2 Tugas dan fungsi apotek


Berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009, tugas dan fungsi apotek

adalah:

1. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah

mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.

2. Sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan

Kefarmasian

3. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan muyg4f-

endistribusikan sediaan farmasi, antara lain obat, bahan baku

obat, obat tradisional, dan kosmetika.

4. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi,

pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau

penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

6
dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat,

bahan obat, dan obat tradisional.

II.3 Tujuan apotek


Pengaturan apotek bertujuan untuk :

1. Meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di apotek

2. Memberikan perlindungan pasien dan masyarkat dalam

memperoleh pelayanan kefarmasian di apotek

3. Menjamin kepastian hokum bagi tenaga kefarmasian dalam

memberikan pelayanan kefarmasian di apotek.

II.4 Persyaratan apotek

Suatu apotek baru dapat beroperasi setalah mendapat surat izin

apoteker (SIA). Surat izin apoteker (SIA) adalah surat yang diberikan

menteri kesehatan republic indonesis kepada apoteker atau apoteker

yang bekerja sama dengan pemilik sarana apotek utuk

menyelenggarkan pelayan apotek disuatutempat tertentu. Meurut

keputusan menteri kesehatan republic Indonesia No.

1332/MENKES/SK/X/2002, disebutkan bahwa persyaratan-persyratan

apotek adalah:

a. Untuk mendapat surat izin apotek, apoteker atau apoteker

yang kerja sama dengan pemilik sarana yang telah

memenuhi persyaratan harus siao dengan tempat,

perlengkapan termasuk seidaan farmasi dan perbekalan

7
farmasi yang lain yang merupaa milik sendiri atau milik

pihak lain.

b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama

dengan pelayanan komiditi yang lain diluar sediaan

farmasi.

c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi

yang sediaan farmasi (Anief . Moh. 1993.)

Pendirian apotek harus memenuhi persyaratan, meliputi :

1. Lokasi

Pemerintah daerah kabupaten/kota mengatur persebaran apotek di

wilayahnya dengan memperhatikan akes masyarakat dalam

mendapatkan pelayanan kefarmasian.

Menurut permenkes RI No.922/MENKES/PER/X/1993, lokasi

apotek tidak lagi ditentukan harus memilik jarak minimal lain dan

sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan

pelayana komiditi lainnya diluar sediaan farmasi,namun sebaiknya

harus dipertimbangkan segi penyebaran dan pemerataan pelayanan,

jumlah penduduk, jumlah dokter, sarana pelayanan kesehatan,

lingkugan yang higienis, keamanan dan mudah dijangkau masyarakat

banyak dengan kendaraan dan faktor-faktor lainnya.

8
2. Bagunan

a. Bagunan apotek harus memiliki fungsi keamanan,

kenyamanan, dan kemudahan dalam pemberian

pelayanan kepada pasien serta perlidungan dan

keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang

cacat, anak-anak dan orang lanjut usia.

b. Bagunan apotek harus bersifat permanen.

c. Bagunan bersifat permanen sebagaimana dimaksud pada

poin b dapat merupakan bagia dan/atau terpisah dari

pusat perbelanjaan, apartemen, rumah toko, rumah

kantor, rumah susun, dan bagunan yang sejenis.

Menurut peraturan menteri kesehatan republik Indonesia

No.922/Menkes/Per/X/1993, luas apotek tidak diatur lagi, namunharus

memenuhi persyratan teknis, sehingga kelancaran pelaksanaan tugas

dan fungsi serta pemeliharan perbekalan farmasi dapat

terjamin.persyartan teknis apotek adalah baguanan apotek setidaknya

terdiri dari:

a. Ruang tunggu pasien

b. Ruang peracikan dan penyerahan obat.

c. Ruang penyimpanan obat

d. Ruang tempat administrasi.

9
e. Kamar kecil (wc)

Selain itu bangunan apotek harus dilengkappi dengan:

a. Sumber air yang memnuhi persyartan ksehatan.

b. Penerangan yang cukup sehingga dapat menjamin

pelaksanaan tugas dsn fungsi apotek.

c. Alat pemadam kebakaran minimal dua buah yang

masih berfungsi dengan baik

d. Ventilasi dan sistem sanitasi yang memenuhi

persyaratan hygiene lainnya.

e. Papan nama apotek, yang memuat nama apotek, nama

APA, surat izin apotek (SIA), alamat apotek dan

nomor telpon apotek dan nomor telpon apotek (bila

ada.). papan nama apotek dibuat dengan ukuran

minimal panjang 60 cm, lebar 40 cm dengan tulisan

hitam diats dasar putih dengan tinggi huruf minimal 5

cm dan teball 5 cm.

3. Sarana, prasarana, dan peralatan.

a. Bagunan apotek paling sedikit memiliki sarana ruang

yang berfjungsi.

⎯ Penerimaan resep

10
⎯ Pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan

secara terbatas)

⎯ Penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan

⎯ Konseling

⎯ Penyimpanan sediaan framasi dan alat kesehatann

⎯ Arsip

b. Prasarana apotek paling sedikit terdiri atas:

⎯ Instalasi air bersih

⎯ Instalasi listrik

⎯ Sistem tata udara

⎯ Sistem proteksi kebakaran.

c. Peralatan apotek meliputi semua peralatan yang dibutuhksn

dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian.

⎯ Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

antara lain meliputi rak obat, alat peracikan,

bahan pengemas obat, lemari pendingin, meja,

kursi, computer, sistem pencatatan mutasi obat,

formulir catatan pengobatan pasien dan peralatan

lain sesuai dengan kebutuhan

⎯ Formulir catatan pengobatan pasien sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) merupakan catatan

11
mengenai riwayata penggunaan sediaan farmasi

dan/atau alat kesehatan atas permintaan tenaga

medis dan catatan pelayanan apoteker yang

diberikan kepada pasien.

4. Ketenagan.

Menurut permenkes No. 889 Tahun 2011, tenaga kefarmasian

adalah tenaga yang melaukan pkerjaan kefarmasian yang teridiri atas

apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Apoteker adalah sarjana

farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan

sumpah jabatan apoteker. Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga

yang membantu apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian

yang terdiri atas sarjana farmasi, ahli madya farmasi, analis farmasi

dan tenaga menenggah farmasi/asisten apoteker.

Berdasarkan keputusan menteri kesehatan republik Indonesia

No.1332/KEMENKES/SK/X/2002, personil apotek terdiri dari:

a. Apoteker pengelola apotek (APA), yaitu apoteker yang

telah memiliki surat izin apotek(SIA).

b. Apotekr pendamping adalah apoteker yang bekerja di

apotek di samping APA dan atau menggantikan pada

jam-jam tertentu pada hari buka apotek.

12
c. Apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan

APA selama APA tersebut tidak berada ditempat lebih

dari 3 bulan secara terus-menerus, telah memiliki surat

izin kerja (SIK) dan tindak bertindak sebagai APA di

apotek lain.

d. Asisten apoteker adalah mereka yang berdasarkan

peraturan perundang-undagan yang berlaku berhak

melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai asisten

apoteker.

Menurut PP 51 Tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian, tenaga

teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam

menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas sarjana farmasi, ahli

madya farmasi, analis farmasi, dan tenaga menengah farmasi/asisten

apoteker.

Pelayanan kefarmasian adalah bentuk pelayanan dan bentuk

tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan

kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (Menkes RI,

2004).

Menurut PP 51 tahun 2009 pelayanan kefarmasian adalah suatu

pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang

berksitsn dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang

13
pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Bentuk pekerjaan

kefarmasian yang wajib dilaksanakan oleh seorang tenaga teknis

kefarmasian (menurut keputusan menteri kesehatan RI No.

1332/MENKES/X2002 adalah sebagai berikut:

a. Melayana resep dokter sesuai dengan tanggung jawab

dan standar profesinya.

b. Memberi innformasi yang berkaitan dengan

penggunaan/pemakaian obat.

c. Menghormati hak pasien dan menjaga kerahasian

identitas derta data kesehatan pasin.

d. Melakukan pengelolaan apotek.

e. Pelayanan informasi mengenai sedian farmasi.

Sedangkan tenaga lainnya yang diperlukan untuk mendukung

kegiatan apotek terdiri dari:

a. Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan

asisten apoteker.

b. Kasir adalah orang yang bertugas menerima uang,

mencatat penerimaan dan pengeluaran uang.

c. Pegawai tata usaha petugas yang melaksanakan

adminstrasi apotek dan membuat laporan pembiyayan,

penjualan, peyimpanan dan keugan apotek.

14
Setiap tenaga kefarmasain yang akan menjalankan pekerjaan

kefarmasian wajib melakukan surat izin wajib memiliki surat izin

sesuai dengan tempat tenaga kefarmasian bekrja. Surat izin

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:

a. 1. SIPA bagi apoteker penanggung jawab difasilats

pelayanan kefarmasian.

b. 2. SIPA bagi apoteker pendamping difasilitas pelayaan

kefarmasian.

c. 3 SIK bagi apotekr yang melakukan pekerjaan

kefarmasian difasilitas produksi dan fasilitas

distribusi/penyaluran.

Untuk memperoleh SIPA sesuai dengan PP RI No.51 Tahun 2009

tentang pekerjaan kefarmasian, seoramg apoteker harus memiii surat

tanda registrasi apoteker (STRA). STRA ini dapat diperoleh jika

seorang apotekr memenuhi persyratan sebagai berikut:

a. Memiliki jasa apoteker.

b. Memiliki sertifikat kopentensi apoteker

c. Surat pernyataan telah mengucapkan sumpah dan janji

apoteker.

d. Surat sehat fisik dan mental dari dokter yang mempunyai

surat izin praktek.

15
e. Surat peryataan akan mematuhi dan melaksanaan etika

profesi.

II.5 Pengelolaan apotek

1. Pengadaan

Pengadaan barang baik obat-obatan dan perbekalan farmasi lainnya

dilakukan oleh karyawan dibidang perencanaan dan pengadaan dalam

hal ini dilakukan oleh asisten apoteker yang bertanggung jawab kepada

apoteker pengelolah apotek. Pengadaan barang dilakukan berdasarkan

data yang tercarat pada buku defekta dan perkiraan kebutuhan

konsumen dengan arahan dan kendali, kebutuhan barang tersebut

dimasukan pada surat pemesanan barang.

a. Bagian pembelian membuat surat pesanan yang berisi

nama distributor, maka nama barang, kemasan, jumlah

barang dan potongan harga yang kemudian ditanda

tangani oleh bagian pembelian dan apoteker penelolah

apoek. Suarat pesanan dibuat rangkap dua untuk dikirim

kedistributor dan untuk arsip apotek.

b. Setalah membuat surat pesanan, bagian pembelian

langsug memsan barang kedistributor. Bila ada pesanan

mendadak maka bagian pembelian akan melakjukan

16
pemesanan dari telpon dan surat pesanan akan diberikan

pada saat barang di antarkan.

c. Pedagang besar farmasi akan meng.antarkan langsung

barang yang dipesan, pembelian obat dan perbejlan

farmasi lainnya tidak saja berasal dari pedagang besar

farmasi imis farma tetapi juga dari pedagang besar

farmasi atau distributor lainnya. Adapun dasar pemilihan

pedagang besar farmasi atau distributor adalah resmi

(terdaftar), kualitas barang yang diirim dapat

dipertanggung jawabkan, ketersediaan barang, besarnya

potogan harga ( diskon ) yang diberikan, kecepatan

pengiriman barang yang tepat waktu, dan cara

pembayaran (kredit/tunai).

2. Penerimaan barang.

Setalah barang datang maka dilakukan penerimaan dan pemeriksaan

barang. Petugas kemudian mencocokan barang dengan surat pesanan,

apabilah sesuai dengan surat pesanan, maka surat tanda penerimaan

barang ditanda tangani oleh petugas apotek, untuk pembayaran itu

tergantung kesepakatan anatara PBF dan pihak pembelian di apotek,

bisa secara tunai, kredit, atau konsinyasi dan lain-lain.

3. Peyinpan barang.

17
Peyimpana obat atau pembekala farmasi dilakukan oleh asisten

apoteker. Setiap pemasukan dan penggunaan obat atau barang diimput

ke dalam sistem komputer dan dicatat pada kartu stok yang meliputi

tanggal penambahan atau penguragan, nomor dokumenya, jumlah

barang yang disi atau diambil, sisa barang dan paraf tugas yang

melakukan penambahan atau penguragan barang. Keratuy stok

inidiletaka dimasing-masing obat atau barang. Setiap asisten apoteker

ditanggung jawab terhadap stok barang yang ada dilemari. peyimpanan

barang disusuan berdasarkan jenis sediaan, bentuk sediaan dan

alfabetis untuk obat-obat ethical serta berdasarkan farmakologi untuk

obat-obat OTC (Over The Counter) peyimpana obat atau barang

disusun sebagai berikut:

a. Lemari peyimpanan obat ethical atau prescription drugs

b. Lemari penyimpanan obat narkotik psikotropik dengan

pintu rangkap dua dan terkunci.

c. Lemari penyimpana sedian sirup, suspensi dan drops.

d. Lemari penyimpana obat tetes mata dan salep mata.

e. Lemari penyimpanan salep kulit.

f. Lemari es untuk penyimpanan obat yang terbolabil

seperti suppositoria, insulin dan lain-lain.

g. Lemari penyimpanan obat bebas, obat bebas terbatas, dan

alat kesehatan.

18
II.6 Pelayanan apotek.

Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di apotek harus menjamin

ketersediaan sediaan farmasi, alat kesehtan dan bahan medis habis

pakai yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau.

a. Apoteker wajib melayani resep sesuai engan tanggung

jawab profesinya yang dilandasi pada kepentingan

masyarakat.

b. Dalam halo bat yang diresepkan terdapat obat merek

dagang, maka apoteker dapat mengganti obat merek

dagang dengan obat generic yang sama komponen

aktifnya atau obat merek dagang lain ats persetujuan

dokter dan pasien.

c. Dalam halo bat yang diresepkan tidak tersedia di apotek

atau pasien tidak mampu menebus yang tertulis didalam

resep, apoteker dapat mengganti oba setelah

berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk

pemilhan obat lain.

d. Apakah apoteker menganggap penulisan resep terdapat

kekeliruan atau tidak tepat, apoteker harus

memberitahukan kepada dokter penulis resep.

19
e. Apa dokter penulis resep sebagimana dimaksud pada ayat

(4) tetap pada pendiriannya, maka apoteker tetap

memberikan pelayanan sesuai dengan resep dengan

memberikan catatan dalam resep bahwa doter sesuai

dengan pendiriannya.

f. Pasien berhak meminta salianan resep.

g. Salinan resep harus disahkan oleh apteker.

h. Salinan resep harus sesuai asliinya dengan ketentuan

peaturan perundan-undagan.

II.7. Peraturan dan perundang-undagan apotek

Beberapa peraturan perundang-undagan yang berhubugan dengan

penyelenggaraan apotek adalah:

a. Peraturan pemerintah RI No.26 tentang apotek.

b. Undang-undang No. 9 Tahun 1976 tentang narkotika.

c. Peraturan menteri Kesehatan RI No. 28/Menkes/Per 1978

tentang penyiapan narkotika.

d. Peraturan pemerintah RI No. 25 Tahun 1980 tentang

perubahan atas peraturan pemerintah No. 26 Tahun

19645 tentang apotek.

e. Pearaturan Menteri Kesehatan RI No/26/Menkes/Per

1981 tentang pengelolaan dan perizinan apotek.

20
f. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

278/Menkes/SK/V/1981 tentang persyartan apotek..

g. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

279/Menkes/SK/VI/1981 tentang ketentuan dan tata cara

perizinan apotek.

h. Keputusan Mentri Kesehatan RI No.

280/Menkes/SK/V/1981 tentang ketentuan dan tata cara

pengelolaan apotek.

i. Peraturan Mentri Kesehatan RI No.

213/Menkes/Per/V/1985 tentang obat keras

Tertentu(OKT).

j. Keputusan Mentri Kesehatan RI No.

347/Menkes/SK/VII/1990 tentang obat wajib Apotek

(OWA).

Keputusan Direktur Jendral Pengawasan Obta dan

Makanan No.2401/A/SK/X/19990 tentang tata cara

penyesuaian dan perubahan izin apotek.

k. Undang-undang Ri No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

sebagai peganti undang-undang No.7 Tahun 1863 dan

No. 9 Tahun 1760.

21
l. Undang-undang Ri No. 23 Tahun 1992 tentang

Kesehatan sebagai peganti undang-undang No. 7 Tahun

1863 dan No. 9 Tahun 1960.

m. Keputusan Mentri Kesehatan RI No.

1332/Menkes/SK/X/2002 tentang ketentuan dan tata cara

pemberian izin apotek.

22
BAB III

TINJUAN APOTEK

III.1 Sejarah apotek.

PT. Kimia Farma Apotek menjadi anak perusahaan PT. Kimia

Farma (Persero) Tbk sejak tanggal 4 Januari 2003berdasarkan akta

pendirian No. 6 tahun 2003 dan telah diubah dengan akta No. 42

tanggal 22 April 2003. Akta ini telah mendapat persetujuan dari

Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

tanggal 1 Mei 2003. PT. Kimia Farma Apotek dibentuk untuk

mengelola apotek-apotek milik perusahaan yang ada, dalam upaya

meningkatkan kontribusi penjualan untuk memperbesar penjualan

maka PT.Kimia Farma Apotek mengelola apotek-apotek yang tersebar

diseluruh tanah air yang memimpin pasar dibidang perapotekan

dengan penguasaan pasar sebesar 19% darri total penjualan apotek dari

seluruh Indonesia.

Pada tahun 2010 dibentuk PT. Kimia Farma Diagnostika dan

merupakan anak perusahaan PT. Kimia Farma Apotek yang

melaksanakan pengelolaan kegiatan usaha Perseroan di bidang

laboratorium klinik. Saat ini PT. Kimia Farma Apotek bertansformasi

menjadi healthcare provider company. Suatau perusahaan jaringan

layanan kesehatan terintegrasi dan terbesar di Indonesi, yang pada

23
akhir tahun 2015 memiliki 725 apotek, 300 klinik dan praktek dokter

bersama, 42 laboratorium klinik, dan 10 optik, dengan visi menjadi

perusahaan jaringan layanan kesehatan yang terkemuka dan mampu

memberikan solusi kesehatan masyarakat di Indonesia.

Apotek Kimia Farma melayani penjualan langsung dan melayani

resep dokter dan menyediakan peayana lain, misalnya praktek dokter ,

pelayanan OTC (swalayan) serta pusat pelayanan informasi obat.

Apotek Kimia Farma dipimpin oleh tenaga Apoteker yang bekerja full

timer sehingga dapat melayani informasi obat dengan baik.

Penambahan jumlah apotek merupakan bagian dari strategi perusahaan

dalam memanfaatkan momentum pasar bebas, dimana pihak yang

memiliki jaringan luas seperti Kimia Farma akan diuntungkan.

Terdapat dua jenis apotek di Kimia Farma, yaitu Apotek

Administrator yang sekarang disebut sebgai Bussiness Manager (BM)

dan Apotek Pelayanan. Apotek BM bertugas menangani pembelian

dan administrasi apotek pelayanan yang berada dibawahnya. Dengan

adanya konsep BM diharapkan pengelolaan asset dan keuangan dari

apotek dalam satu area menjadi lebih efektif dan efisien, demikian juga

kemudahan dalam pengambilan keputusan-keputusan yang

menyangkut antisipasi dan penyelesaian masalah.

Fokus dari apotek pelayanan adalah pelayanan perbekalan farmasi

dan informasi obat pasien, sehingga layanan apotek yang berkualitas

24
dan berdaya saing mendukung dalam pencapaian laba melalui

penjualan setinggi-tinggiya. Diciptakan pula budaya baru bagi tiap

apotek untuk lebih berorientasi kepada pelayanan konsumen, dimana

setiap apotek Kimia Farma mampu memeberikan pelayanan yang baik

dan ramah, penyediaan obat yang baik dan lengkap, serta waktu

pelayanan yang cepat dan terasa nyaman.

PT Kimia Farma Tbk, adalah perusahaan industri farmasi pertama

di Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada

tahun 1817. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial sejak tahun

1817, yang pada saat itu bergerak dalam bidang distribusi obat dan

bahan baku obat. Nama perusahaan ini pada awalnya adalah NV

Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Pada tahun 1958, pada saat itu

Pemerintah Indonesia menasionalisasikan semua perusahaan Belanda,

status Perusahaan tersebut diubah menjadi beberapa Perusahaan

Negara. Pada tahun 1999, beberapa Perusahaan Negara tersebut diubah

menjadi satu perusahaan yaitu Perusahaan Negara Farmasi dan Alat

Kesehatan Bhinneka Kimia Farma disingkat PNF Bhinneka Kimia

Farma.

Pada tahun 1971, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun

1971 status Perusahaan Negara tersebut diubah menjadi Persero

dengan nama PT. Kimia Farma (Persero) dan sejak tanggal 4 juli 2001,

Perusahaan tercatat sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta

25
dan Bursa Efek Surabaya. Perusahaan berdomisili dijakarta dimana

Kantor Pusat Perusahaan beralamat di Jalan Veteran Nomor 9 Jakarta.

Perusahaan memiliki unit produksi yang berlokasi di Jakarta.

Perusahaan memiliki unit produksi yang berlokasi di Jakarta, Bandung,

Watukadon (Mojokerto) dan Tanjung Morawa (Medan) dimana

memproduksi produk obat-obatan dan bahan baku untuk beberapa

wilayah. Selain itu Perusahaan juga memiliki satu unit distribusi yang

berlokasi di Jakarta.

Berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang

diaktakan dalam Akta No. 1 tanggal 1 November 2002, para pemegang

saham telah menyetujui restrukturisasi usaha Perusahaan dengan

membentuk 2 (dua) Anak Perusahaan. Pada tanggal 4 Januari 2003,

Perusahaan membentuk 2 (dua) Anak Perusahaan yaitu PT. Kimia

Farma Trading & Distribution dan PT. Kimia Farma Apotek yang

berdomisili di Jakarta yang sebelumnya masing-masing merupakan

unit usaha Pedagang Besar Farmasi dan Apotek. Pada tanggal 32

Desember 2006 PT. Kimia Farma Trading & Distribution memiliki 4 1

(empat puluh satu) Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan PT. Kimia

Farma Apotek memiliki 328 (tiga ratus dua puluh delapan) Apotek

yang tersebar di di seluruh Indonesia.

PT. Kimia Farma Tranding and Distriution (T&D) membawahi PBF

yang tersebar di seluruh Indonesia. PBF mendistribusikan produk-

26
produk baik yang berasal dari PT. Kimia Farma (Persero) Tbk,

maupun dari produsen-produsen yang lain ke apotek-apotek, toko obat

dan institusi pemerintahan maupun swasta. PT. Kimia Farma Apotek

membawahi Apotek Kimia Farma (KF) di seluruh wilayah Indonesia.

Berbekal pengalaman selama puluhan tahun, Perseroan telah

berkembang menjadi perusahaan dengan pelayanan kesehatan

terintegrasi di Indonesia. Perseroan kian diperhitungkan kiprahnya

dalam pengembangan dan pembangunan bangsa, khususnya

pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia.

III.2 Tata ruang apotek

Gambar 3.1. Tata letak

27
Keterangan :

: Pintu masuk

: Alkes

: Gondala berdiri

: Ruang tunggu/ tempat duduk

: Tv

: Toilet

: Gudang

: Kasir dan konsultasi

: Tempat racik obat

: Lemari obat

: Obat narkotika dan psikotropika

: Kulkas / tempat penyimpanan alat

: Tempat cuci tagan

: Kulkas

28
III.3 Struktur organisasi

Apoteker
Penanggung
Jawab Apotek
INDRA PURNAMA

Apoteker
Pendamping
Apt. Nabigha,S.SI

Kortek Asisten Apoteker

Jusyanti Amd, Farm Dwy Kusuma Sari


S.Farm

Gambar 3.2. Struktur organisasi

III..4 Kegiatan apotek

1. Pelayanan apotek

a. Memenuhi persyaratan pasal 5 Permenkes No.922 tahun

1993

b. Menyediakan, menyimpan dan mengerahkan perbekalan

farmasi yang bermutu baik dan yang keabsahannya

terjamin (Permenkes No.922 tahun 1933 pasal 12 ayat 1)

c. Melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan

keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan

29
masyarakat (Permenkes No. 922 tahun 1933 pasal 15 ayat

1)

d. Berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang

lebih tepat (Permenkes No.922 tahun 1933 pasal 15 ayat

3)

e. Memberikan informasi yang berkaitan dengan

penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien;

penggunaan obat secara tepat, aman, rasional, atas

permintaan masyarakat (UU No. 23 tahun 1992

penjelasan pasal 53; UU No. 23 tahun 1998 pasal7; PP

No. 32 tahun 1996 pasal22; Permenkes No.922 tahun

1993 pasal 15 ayat 4, Kepmenkes No. 1027 tahun 2004,

pasal 7 Kode Etik Apoteker)

f. Memberitahukan kepada dokter penulis resep apabila

dalam resep dianggap terdapat kekeliruan atau penulisan

resep yang tidak tepat (Permenkes No. 922 tahun 1993

pasal 16 ayat 1)

g. Menunjuk Apoteker Pendamping ataupun Apoteker

Pengganti apabila berhalangan melaksanakan tugasnya

sesuai pasal 19 Kepmenkes No. 1332 tahun 2002 pasal 19

h. Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang

dilakukan oleh Apoteker Pendamping, Apoteker

30
Pengganti, di dalam pengelolaan apotek (Permenkes

No.922 tahun 1993 pasal 20)

i. Menyerahkan resep, narkotika, obat dan perbekalan

farmasi lainnya serta kunci-kunci tempat penyimpanan

narkotika dan psikotropika serta berita acaranya apabila

menyerahkan tanggung jawab pengelolaan kefarmasian

(Hartini, 2008).

2. Penjualan

Kegiatan penjualan yang dilakukan meliputi pelayanan resep,

penjualan obat bebas dan alat kesehatan. Pelayanan resep dokter terdiri

dari resep yang dibayar tunai dan resep yang dibayar kredit melalui

kasir

a. Penjualan Resep yang dibayar tunai Permintaaan obat

tertulis dari dokter untuk pasien dan dibayar secara tunai

disebut sebagai penjualan resep yang dibayar tunai.

b. Penjualan Resep yang dibayar kredit.

Permintaaan obat tertulis dari dokter untuk pasien dan dibayar

tidak secara tunai disebut sebagai penjualan resep yang

dibayar kredit. Pasien melakukan pembayaran melalui

jasa perusahaan asuransi yang pembayarannya secara

berjangka, berdasarkan perjanjian yang telah disetujui

bersama. Tagihan dibebankan kepada perusahaan yang

31
bersangkutan. Apotek mengadakan kerja sama dengan

empat belas perusahaan asuransi diantaranya Admedika,

Gami medilum, Medika Plaza, PT. Interpay Kalindo, dan

lain-lain.

c. Penjualan OTC Barang yang dijual tanpa resep dokter

disebut penjualan OTC, dan meliputi obat bebas dan obat

bebas terbatas,obat tradisional, kosmetika, perlengkapan

bayi, dan alat kesehatan.

3. Pelayanan resep umum

Pelayanan atau penjualan obat dengan resep umum diberikan

kepada pasien yang membeli obat dengan resep dokter. Proses

pelayanannya sebagai berikut :

a. Apoteker atau asisten apoteker menerima resep dari

pasien, kemudian dilakukan pemeriksaan tentang

kelengkapan resep dan diberi harga.

b. Setelah pasien setuju dengan harga yang ditawarkan

maka pasien langsung membayar obat kepada kasir dan

kasir akan mencatat alamat pasien.

c. Resep dibawa kebagian peracikan untuk dikerjakan oleh

asisten apoteker yang dibantu oleh juru resep.

d. Obat yang telah selesai dibuat diberi etiket sesuai resep

dan diperiksa oleh apoteker atau asisten apoteker

32
mengenai bentuk sediaan, nama pasien, etiket dan jumlah

obat kemudian diserahkan ke pasien.

4. Pelayan obat Tampa resep

Pelayanan obat bebas adalah pelayanan obat kepada konsumen

tanpa melalui resep dokter. Obat-obat yang dapat dijual bebas adalah

obat yang termasuk dalam daftar obat bebas, obat bebas terbatas,

kosmetika, dan alat kesehatan tertentu. Pembayaran dilakukan di kasir

dan setelah lunas obat diserahkan kepada konsumen/pembeli oleh

Asisten Apoteker.

Pelayanan obat tanpa resep dilakukan pula untuk obat DOWA

walaupun obat tersebut termasuk ke dalam kategori obat keras. Hanya

saja penyerahan obat DOWA ini harus dilakukan oleh Apoteker

sendiri dengan memperhatikan ketentuan undang–undang yang

berlaku.

5. Pelayanan narkotika dan psikotropka.

Narkotika dan psikotropika merupakan obat-obatan yang dapat

menimbulkan ketergantungan, oleh karena peredarannya mendapat

pengawasan dari pemerintah sehingga tidak disalahgunakan.

Saat ini PT kimia Farma dipercayai dan diberi izin untuk

memproduksi narkotika dan psikotropika yang akan digunakan dalam

pengobatan di Indonesia. Pendistribusian narkotik dan psikotropik

dapat dilakukan oleh semua apotek, tentunya dengan menggunakan

33
resep dokter. Untuk resep obat narkotika dan psikotropika hanya dapat

diambil sekali kecuali apabila ada anjuran dokter untuk mengulang

pengambilan obat tersebut.

Untuk resep yang mengandung narkotik, petugas harus memeriksa

bahwa alamat pasien harus tertera dengan jelas dan lengkap.

Pelayanan Resep yang mengandung narkotika dalam undangundang

No. tahun 1976 tentang narkotika disebutkan bahwa :

1. Narkotika hanya digunakan untuk kepentingan

pengobatan dan atau ilmu pengetahuan.

2. Narkotika dapat digunakan untuk kepentingan

pengobatan hanya berdasarkan resep dokter.

Untuk salinan resep yang mengandung narkotika dan resep

psokotropikka yang baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama

sekali, berdasarkan surat edaran Baru pengawas Obat dan makanan

No.366/E/SE/1977 antara lain disebutkan :

1. Sesuai dengan bunyi pasal 7 ayat (2) Undang – undang

No.9 tahun 1976 tentang Narkotika, maka apotek

dilarang melayani salinan resep yang mengandung

narkotika. Untuk resep narkotika yang baru dilayani

sebagian, apotek boleh membuat salinan resep tetapi

salinan resep tersebut hanya boleh dilayani di apotek

yang menyimpan resep asli.

34
2. Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter

tidak boleh dilayani sama sekali. Oleh karena itu dokter

tidak boleh menambah tulisan iter pada resep yang

mengandung narkotika.

6. Pendistribusian dilengkapi alur.

Pendistribusian sediaan farmasi di lakukan dari gudang Apotek ke

bagian ruangan penyediaan obat/peracikan dan pada bagian OTC

Apotek. Adapun tahapan pendistribusian, sebagai berikut :

a. Mengecek ketersediaan obat pada kartu stok obat lalu

disesuaikan dengan yang ada pada rak obatnya

b. Bila obat telah habis atau stoknya menipis maka

dilakukan pengampraan atau permintaan obat pada

gudang Apotek

c. Petugas apotek yang berada digudang apotek akan

mengecek stok obat yang diminta.

d. Bila tersedia, maka petugas yang meminta akan

menuliskan nama obat beserta jumlah yang dibutuhkan

pada buku

e. Petugas gudang apotek akan menyediakan dan akan

mendistribusikan ke bagian penyediaan obat atau tempat

peracikan obat Apotek Kimia Farma.

35
f. Lalu akan di tulis pada kartu stok obat, berapa jumlah

obat yang masuk;

7. Pengenalan tempat dan letak obat.

Penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma padaidi dilakukan

berdasarkan alfabetis dengan tujuan agar lebih mudah dalam

pencariannya, tetapi untuk obat generik dan obat paten

penyimpanannya di rak yang berbeda serta disusun sesuai bentuk

sediaan. Untuk obat yang mengandung narkotika dan psikotropika

penyimpanannya terpisah dalam lemari khusus yang menempel kuat

pada dinding dan mempunyai 2 buah kunci yang

berbeda.Penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma padaidi juga

disusun berdasarkan bentuk sediaan seperti sediaan tablet/kapsul,

sirup, salep, tetes mata, tetes hidung dan tetes teling disimpan di

etalase yang berbeda.Sedangkan untuk sediaan supo atau yang mudah

meleleh disimpan di lemari es begitu pula dengan sediaan yang mudah

rusak dan meleleh pada suhu kamar.

8. Administrasi

Administrasi Kegiatan yang biasa dilakukan dalam proses

administrasi apotek meliputi:

a. Administrasi umum, kegiatannya meliputi membuat

agenda atau mengarsipkan surat masuk dan surat keluar,

pembuatan laporan-laporan seperti, laporan narkotika dan

36
psikotropika, pelayanan resep dengan harganya,

pendapatan, alat dan obat KB, obat generik, dan lain-lain.

b. Pembukuan meliputi pencatatan keluar dan masuknya

uang disertai bukti-bukti pengeluaran dan pemasukan.(

Afrizal, dkk, 2015)

b. Administrasi penjualan meliputi pencatatan pelayanan

obat resep, obat bebas, dan pembayaran secara tunai atau

kredit.

c. Administrasi pergudangan meliputi, pencatatan

penerimaan barang, masingmasing barang diberi kartu

stok, dan membuat defekta. .( Afrizal, dkk, 2015)

d. Administrasi pembelian meliputi pencatatan pembelian

harian secara tunai atau kredit dan asal pembelian,

mengumpulkan faktur secara teratur. Selain itu dicatat

kepada siapa berhutang dan masing-masing dihitung

besarnya hutang apotek. .( Afrizal, dkk, 2015)

e. Administrasi piutang, meliputi pencatatan penjualan

kredit, pelunasan piutang, dan penagihan sisa piutang. .(

Afrizal, dkk, 2015)

f. Administrasi kepegawaian dilakukan dengan

mengadakan absensi karyawan, mencatat kepangkatan,

37
gaji, dan pendapatan lainnya dari karyawan. .( Afrizal,

dkk, 2015)

38
BAB IV

PEMBAHASAN

IV. I Pengelolaan apotek

1. Pengadaan

Pengadaan barang baik obat-obatan dan perbekalan farmasi lainnya

dilakukan oleh karyawan dibidang perencanaan dan pengadaan dalam

hal ini dilakukan oleh asisten apoteker yang bertanggung jawab kepada

apoteker pengelolah apotek. Pengadaan barang dilakukan berdasarkan

data yang tercarat pada buku defekta dan perkiraan kebutuhan

konsumen dengan arahan dan kendali, kebutuhan barang tersebut

dimasukan pada surat pemesanan barang.

a. Bagian pembelian membuat surat pesanan yang berisi

nama distributor, maka nama barang, kemasan, jumlah

barang dan potongan harga yang kemudian ditanda

tangani oleh bagian pembelian dan apoteker penelolah

apoek. Suarat pesanan dibuat rangkap dua untuk dikirim

kedistributor dan untuk arsip apotek.

b. Setalah membuat surat pesanan, bagian pembelian

langsug memsan barang kedistributor. Bila ada pesanan

mendadak maka bagian pembelian akan melakjukan

pemesanan dari telpon dan surat pesanan akan diberikan

pada saat barang di antarkan.

38
c. Pedagang besar farmasi akan meng.antarkan langsung

barang yang dipesan, pembelian obat dan perbejlan

farmasi lainnya tidak saja berasal dari pedagang besar

farmasi imis farma tetapi juga dari pedagang besar

farmasi atau distributor lainnya. Adapun dasar pemilihan

pedagang besar farmasi atau distributor adalah resmi

(terdaftar), kualitas barang yang diirim dapat

dipertanggung jawabkan, ketersediaan barang, besarnya

potogan harga ( diskon ) yang diberikan, kecepatan

pengiriman barang yang tepat waktu, dan cara

pembayaran (kredit/tunai).

2. Penerimaan barang.

Setalah barang datang maka dilakukan penerimaan dan pemeriksaan

barang. Petugas kemudian mencocokan barang dengan surat pesanan,

apabilah sesuai dengan surat pesanan, maka surat tanda penerimaan

barang ditanda tangani oleh petugas apotek, untuk pembayaran itu

tergantung kesepakatan anatara PBF dan pihak pembelian di apotek,

bisa secara tunai, kredit, atau konsinyasi dan lain-lain.

3. Peyinpan barang.

Peyimpana obat atau pembekala farmasi dilakukan oleh asisten

apoteker. Setiap pemasukan dan penggunaan obat atau barang diimput

ke dalam sistem komputer dan dicatat pada kartu stok yang meliputi

39
tanggal penambahan atau penguragan, nomor dokumenya, jumlah

barang yang disi atau diambil, sisa barang dan paraf tugas yang

melakukan penambahan atau penguragan barang. Keratuy stok

inidiletaka dimasing-masing obat atau barang.

IV.II Pelayanan apotek

Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di apotek harus menjamin

ketersediaan sediaan farmasi, alat kesehtan dan bahan medis habis

pakai yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau.

a. Apoteker wajib melayani resep sesuai engan tanggung

jawab profesinya yang dilandasi pada kepentingan

masyarakat.

b. Dalam halo bat yang diresepkan terdapat obat merek

dagang, maka apoteker dapat mengganti obat merek

dagang dengan obat generic yang sama komponen

aktifnya atau obat merek dagang lain ats persetujuan

dokter dan pasien.

c. Dalam halo bat yang diresepkan tidak tersedia di apotek

atau pasien tidak mampu menebus yang tertulis didalam

resep, apoteker dapat mengganti oba setelah

berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk

pemilhan obat lain.

40
d. Apakah apoteker menganggap penulisan resep terdapat

kekeliruan atau tidak tepat, apoteker harus

memberitahukan kepada dokter penulis resep.

e. Apa dokter penulis resep sebagimana dimaksud pada ayat

(4) tetap pada pendiriannya, maka apoteker tetap

memberikan pelayanan sesuai dengan resep dengan

memberikan catatan dalam resep bahwa doter sesuai

dengan pendiriannya.

f. Pasien berhak meminta salianan resep.

g. Salinan resep harus disahkan oleh apteker.

h. Salinan resep harus sesuai asliinya dengan ketentuan

peaturan perundan-undagan.

IV.III Administrasi

Administrasi umum, kegiatannya meliputi membuat agenda atau

mengarsipkan surat masuk dan surat keluar, pembuatan laporan-

laporan seperti, laporan narkotika dan psikotropika, pelayanan resep

dengan harganya, pendapatan, alat dan obat KB, obat generik, dan

lain-lain.

41
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.I Simpulan

A. Kesimpulan
1. Kegiatan pengelolaan sediaan farmasi di Apotek Kimia farma

padai'idi terdiri dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, dan

administrasi.

2. Pelayanan yang diberikan di Apotek Kimia Farma pada'idi meliputi

pelayanan resep tunai, pelayanan resep kredit, pelayanan obat bebas

dan obat bebas terbatas, pelayanan resep dan pelayanan Upaya

Pengobatan Diri Sendiri (UPDS).

B. Saran

1. Lebih memperhatikan stok obat dari masing-masing obat agar rak obat

selalu terisi

2. Mempertahankan sistem kefarmasian yang telah dilaksanakan dengan

baik agar pasien tetap mendapat kepuasan dalam menebus resep atau

obat.

45
DAFTAR PUSTAKA

Afrizal, dkk, 2015 admminidtrasi farmasi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


EGC
Anief . Moh. 1993. Peraturan menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
992/Menkes/Per/X/1993 Tentang Persyaratan Apotek. Depkes RI.
Jakarta
Anief Moh. 2003. Undang-undang Kesehatan. Depertemen Kesehatan RI:
Jakarta
Direktorat Jenderal, 2005. Himpunan Peraturan Perundang-undagan Bidang
Kesehatan Khusus Farmasi. Jakarta: Direktorat Jendral Pelayanan
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan . 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian Di Apotek, Jakarta.

Departemen Keshatan RI, 2009 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia.


2009. Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta
Departemen Keseatan RI. 2001. Keputusan Menteri Kesehatan Rebulik
Indonesia Nomoor 1332/Menkes/ SK/X/2001 Tentangg Ketentuan Dan
Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta

Departemen Kesehatan RI. 1981. Kumpulan Peraturan Perundang-undagan


tantang Apotek edisi ii. Jakarta: Depot Informasi Obat
Ruli Setya Hapsari, dkk. 2013. Undang-undang kesehatan. Jakarta: Penenrbit
Buku Kedokteran EGC.
Undang-Undang No. 35 Tahun 2009. (2009). Undang-Undang No. 35 Tahun
2009 tentang Narkotika. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 2009. (2009). Peraturan Pemerintah
No.51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


889/Menkes/PerV/2011. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 889/Menkes/PerV/2011 tentang
Registerasi, Izin Praktek, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

46
Permenkes RI No. 1575/Menkes/PER/XI/2005. (2005). Permenkes RI No.
1575/Menkes/PER/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 28/Menkes/Per/I/1978. (1978).
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 28/Menkes/Per/I/1978 tentang
Penyimpanan Narkotika. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 918/Menkes/Per/X/1993. (1993).
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 918/Menkes/Per/X/1993 tentang
Pedagang Besar Farmasi (PBF). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/MENKES/PER/X/1993. (1993).


Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/MENKES/PER/X/1993
tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Permenkes 924/MenKes/PER/X/1993. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan
No. 924/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotik No.2.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

47
LAMPIRAN

Lampiran 1 Resep

Lampiran 2 Kwitansi

Lampiran 3 Surat Pesanan

48
Lampiran 4 Faktur

Lampiran 5 Copy Resep

Lampiran 6 Etiket putih dan Biru

49

Anda mungkin juga menyukai