Anda di halaman 1dari 60

ANALISIS MENURUNNYA TEKANAN MINYAK

LUMAS PADA MESIN INDUK DI KAPAL

SV.UNGARAN

OLEH

DEO VRIANTO SALLOLO

NIT : 16.42.041

BIDANG STUDI TEKNIKA

POLITEKNIK ILMU PELAYARAN MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2020/2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada era globalisasi sekarang ini, teknologi telah maju dibidang

pelayanan. Sarana angkutan kapal atau jenis alat apung lain yang menggunakan

mesin diesel sebagai tenaga penggerak kapal, sebagai sarana angkutan barang dan

penumpang antar pulau maupun negara yang paling efisien yang paling murah.

Pihak perusahaan atau pemilik kapal menginginkan kapalnya atau armadanya

beroperasi secara maksimal agar kapal dapat dioperasikan dengan lancar guna

menjaga kelancaran pengoperasian suatu kapal agar dapat beroperasi secara

maksimal.

Salah satu jalan untuk menjaga kondisi mesin kapal agar tetap beroperasi

secara maksimal yaitu dengan memperhatikan sistem pelumasan pada kapal.

Sistem pelumasan pada kapal adalah sangat penting dalam kinerja hubungannya

dengan motor induk yang berfungsi sebagai penggerak utama kapal.

Kegagalan yang terjadi pada salah satu komponen sistem pelumasan dapat

mengakibatkan kerusakan pada motor induk serta komponen yang lain yang tidak

berkaitan langsung dengan sistem pelumasan. Pada akhirnya dapat menyebabkan

tingkat keselamatan menurun baik pada manusia di atas kapal dan muatan yang

diangkut.

Untuk menjaga sistem pelumasan tetap sempurna pada mesin, perlu

dilakukan suatu tindakan pemeriksaan dan perawatan pada bagian-bagian dari

sistem pelumasan secara berkelanjutan guna menjaga kondisi serta keandalan dari

2
sistem pelumasan. Apabila salah satu komponen sistem pelumasan kurang

mendukung maka akan mengakibatkan turunnya tekanan minyak lumas, sehingga

mesin tidak bekerja dengan stabil yang pada akhimya dapat menghambat

operasional kapal. berkaitan dengan hal tersebut di atas maka penulis tertarik

mengadakan penelitian tentang menurunnya tekanan minyak lumas pada mesin

induk yang dituangkan dengan judul "Analisis Menurunnya Tekanan

Minyak Lumas Pada Mesin Induk Di atas Kapal “.

B. RUMUSAN MASALAH

Mengingat masalah yang dapat dikembangkan dari judul tersebut, maka

penulis merumuskan masalah sebagai berikut yaitu :

1. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan menurunnya tekanan

minyak lumas?

2. Bagaimanakah pengaruh penurunan tekanan minyak lumas pada

motor induk?

C. BATASAN MASALAH

Penelitian ini tidak mengkaji seluruh faktor yang mempengaruhi

permasalahan naiknya temperatur, namun hanya sebatas ruang lingkup

temperatur, aliran, gesekan, kerugian-kerugian kecil, sistem pelumasan, alat

mekanis dan viskositas minyak lumas saja.

Dari identifikasi masalah sebelumnya, hanya 5 faktor gejala saja yang

diteliti, yakni temperatur, sistem pelumasan, aliran dan viskositas minyak lumas,

alat mekanis dan gesekan. Objek yang diteliti hanya difokuskan kepada

pelumasan komponen – komponen dan pengaruhnya terhadap naiknya temperatur

3
minyak lumas. Fokus penelitian ini tidak dilakukan pada keseluruhan sistem pada

mesin induk hanya pada bagian–bagian dan sistem yang berpengaruh terhadap

sistem pelumasan.

D. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian tentang menurunnya tekanan minyak lumas pada mesin induk di

Atas Kapal. dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui faktor penyebab menurunnya tekanan minyak

lumas.

2. Untuk mengetahui pengaruh menurunnya tekanan minyak lumas

pada motor induk

E. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan agar bermanfaat bagi para pembaca yang

berkaitan dengan judul penelitian ini.

1. Adapun manfaat dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai

berikut. Sebagai penambah wawasan dan bahan informasi bagi

masyarakat maritim tentang penyebab terjadinya penurunan

tekanan minyak lumas.

2. Pembaca dapat mengetahui pengaruh penurunan tekanan minyak

lumas pada motor induk.

3. Sebagai bahan penelitian lebih lanjut

4
F. HIPOTESIS

Faktor-faktor penyebab terjadinya penurunan tekanan minyak pada Mesin

Induk.

1. Diduga tidak bekerjanya pompa minyak lumas.

2. Diduga terjadinya ketersumbatan pada saringan minyak lumas.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN MINYAK LUMAS

Minyak lumas adalah zat cair atau benda cair yang digunakan dalam

pelumasan suatu mesin untuk mengurangi terjadinya kehausan akibat gesekan

sekaligus sebagai pendingin pada mesin tersebut.

Pelumasan adalah pemberian minyak Iumas antara dua permukaan

bantalan yaitu permukaan yang bersinggungan dengan tekanan dan saling

bergerak satu terhadap yang lain.

Sedangkan menurut Priambodo, 1995, hal. 207. Pelumasan dimaksudkan

untuk menghindari hubungan (kontak) langsung dari dua bagian yang bergesekan

atau memisahkan dua permukaan yang bersentuhan.

Sumber utama pelumas adalah minyak bumi yang merupakan campuran

beberapa organik, terutama hidrokarbon. Segala macam minyak bumi

mengandung parafin (CnH2n-2), siklik parafin (naftena) (CnH2n) dan aromatik

(CnHn). Jumlah susunan tergantung sumber minyaknya".

Menurut Beumer.llmu Bahan Logam, Jilid II (- ; 6) mengemukakan

pembagian minyak pelumas sesuai dengan asalnya sebagai berikut:

1. Minyak tumbuh-tumbuhan

Minyak tumbuh-tumbuhan diperoleh dari memeras biji atau buah.

Contohnya minyak rapa (rape oil), minyak katun dan minyak

risinus (minyak mujizat).

6
2. Minyak hewan

Minyak hewan diperoleh dengan jalan merebus atau memeras

tulang-tulang atau lemak babi (sapek), contoh minyak untuk

keperluan teknik adalah minyak tulang dan minyak ikan.

3. Minyak mineral

Minyak mineral diperoleh dengan cara destilasi (penyulingan)

minyak bumi secara bertahap. Minyak mineral lebih murah

daripada minyak tumbuh-tumbuhan dan minyak hewan, akan tetapi

lebih tahan lama dari kedua minyak tersebut, hanya saja daya lumas

dari kedua macam minyak tersebut sesuai dengan susunan

kimianya. Minyak mineral dibedakan dalam Farafinis dengan

indeks viscositas (V.1«0) yang tinggi naftenis dengan indeks

viscositas rendah (V.1 «0).

4. Minyak kompon

Minyak ini adalah campuran antara minyak dengan sedikit

tumbuh-tumbuhan atau minyak hewan. Campuran ini mempunyai

daya lumas yang lebih sempurna dari minyak mineral.

B. PRINSIP PELUMASAN

Menurut Judosastro, Perawatan dan Perbaikan Motor Diesel Penggerak

Kapal (2001) Sistem pelumasan motor diesel pada prinsipnya adalah :

Untuk mengurangi gesekan yang terjadi antara permukaan bagian motor

yang bergerak dan bagian yang lain dengan cara memberikan minyak pelumas

kepadanya".

7
Menurut Suharto, Manajemen Perawatan mesin (1998 : 209) sistem

pelumasan motor diesel pada prinsipnya adalah : "Untuk menjamin kelemahan

bahan karena beban-beban extra yaitu dari getaran mesin.

8
Gambar :1.1 : Sistem pelumasan

Sumber : www.sistem pelumasan mesin diesel.com

Pada mesin untuk mengurangi getaran antara bagian-bagian yang

bergerak dan untuk Smembuang panas, maka semua bearing dan dinding dalam

dari tabung-tabung silinder diberi minyak pelumas.

Minyak pelumas dalam bak minyak mula-mula dialiri ke katup pengatur

melalui lapisan kemudian di hantar kepentingan minyak. Minyak yang diinginkan

itu melalui saringan dan mengalir ke semua bagian mesin yang bersangkutan

(poros engkol, pena engkol, silinder poros hubungan dan mekanisme katup),

kemudian menetes ke bak minyak. Perlu diperhatikan bahwa minyak pelumas

perlu ditambah sampai ke tingkat tertentu karena jika kurang bagian-bagian

mesin dapat melekat.

Poros engkol dan bantalan utama dilumasi dari sisi bawah ataupun sisi atas

penahan bantalan. Pena engkol seringkali dilumasi melaui lubang minyak yang

dibuat pada poros engkol dari bantalaran utama, tetapi ada juga yang dilumasi

minyak yang dialirkan dari batang engkol.

Pena torak dilumasi melalui lubang yang dibuat dalam batang engkol,

melaui wadah minyak dialirkan pena engkol. Batang engkol die – forged tanpa

lubang minyak dapat dilengkapi dengan pipa baja pelumas di sebelah batang

engkol.

Tekanan dalam silinder mesin diesel sangat tinggi dibandingkan mesin

pembakaran dalam lainnya. Selain itu, bantalan poros engkol tidak dapat

berukuran besar menurut konstruksi mesin jadi bantalan poros engkol harus di

9
lumasi dengan cukup karena selalu mengalami tekanan tinggi karena bahan yang

diberikan pada bantalan ini tampak, celah bantalan yang besar tidak dapat

diberikan. Untuk melumasi bantalan-bantalan dengan celah kecil perlu tekanan

pemasukan minyak pelumas yang tinggi.

Keterangan gambar :
1. Bak minyak
2. Pompa pelumas
3. Pompa minyak pendingin
4. Pipa hisap
5. Pendingin minyak pelumas
6. Bypass-untuk pendingin
7. Saringan minyak pelumas
8. Katup by-pass untuk saringan
9. Pipa pembagi
10. Bearing poros engkol (lager duduk)
11. Bearing ujung besar (lager putar)
12. Bearing poros-bubungan
13. Sprayer atau nozzle penyemprot untuk pendinginan piston
14. Piston
15. Pengetuk tangkai
16. Tangkai penolak
17. Ayunan
18. Pemadat udara (sistem Turbine gas)
19. Pipa ke pipa penyemprot
20. Saluran pengembalian

10
Untuk mengurangi getaran antara bagian-bagian yang bergerak dan untuk

membuang panas, maka semua bearing dan dinding dalam dari tabung-tabung

silinder diberi minyak pelumas.

Cara Kerja Sistem Pelumasan

Minyak tersebut dihisap dari bak minyak 1 oleh pompa minyak 2 dan

disalurkan dengan tekanan ke saluran-saluran pembagi setelah terlebih dahulu

melewati sistem pendingin dan saringan minyak pelumas. Dari saluran-saluran

pembagi ini, minyak pelumas tersebut disalurkan sampai pada tempat kedudukan

bearing-bearing dari poros engkol, poros jungkat dan ayunan-ayunan. Saluran

yang lain memberi minyak pelumas kepada sprayer atau nozzle penyemperot yang

menyemprotkannya ke dinding dalam dari piston sebagai pendingin. Minyak

pelumas yang memercik dari bearing utama dan bearing ujung besar (bearing

putar) melumasi dinding dalam dari tabung- tabung silinder.

Minyak pelumas yang mengalir dari tempat-tempat pelumasan kemudian

kembali kedalam bak minyak lagi melalui saluran kembali dan kemudian dihisap

oleh pompa minyak untuk disalurkan kembali dan begitu seterusnya.

C. TUJUAN PELUMASAN

Menurut Triyono, Perawatan dan perbaikan motor diesel penggerak kapal

(1998 : 62-3). Jika ditinjau lebih dalam, sistem pelumasan dengan minyak

ternyata mempunyai berbagai tujuan yang sangat menguntungkan proses kerja

motor misalnya sebagai berikut:

1. Sebagai Penyerap

11
Minyak pelumas dapat meredam panas yang dihasilkan dari

gesekan yang terjadi yang terjadi antara bagian-bagian motor

sehingga sistem pelumasan harus selalu dikontrol untuk mencegah

kerusakan.

2. Sebagai Pembersih

Minyak pelumas dapat mencegah karat dan kekasaran yag timbul

di permukaan kerana pembakaran. Keadaan ini harus dihilangkan

dari motor melalui sistem pelumasan yang baik.

3. Sebagai Pemisah

Minyak pelumas dapat berlaku sebagai pemisah (sil) antara cincin

torak dan silinder. Cincin torak yang telah disetel tak akan mampu

menahan gas tanpa bantuan minyak pelumas pemisah tersebut.

4. Sebagai Pelindung

Pada motor yang sedang beroperasi bagiannya yang harus

dilindungi dengan menggunakan minyak pelumas. Dapat dicegah

gejala beban motor yang sifatnya merusak. Pada keadaan beban

harus segera diserap atau dikurangi untuk mencegah terjadinya

kemsakan pada motor. Misalnya, kekuatan tekan yang dihasilkan

dari serangkaian torak, batang torak, batang penghubung, dan

poros engkel. Pada beban penuh keadaan ini dapat mencapai

kekuatan 5000 PSi (350 kg/cm3). Tanpa adanya sistem pelumasan,

bantalan-bantalan yang ada pada motor akan mudah hancur.

5. Sebagai Peredam Getaran.

12
Sistem pelumasan akan mampu mengurangi getaran apablla seeara

kontinyu dapat memberi dan mempertahankan minyak pelumas

pada bagian motor yang bergerak.

Menurut Atmodjo, Penggerak Mula International Combustion Engine,

tujuan pelumasan adalah :

a. Mengurangi gesekan karena kekasaran permukaan.

b. Pendingin (lebih dingin dari bergesekan ).

c. Pembersih agar tidak cepat aus.

d. Penyekat ( penahan ).

e. Inhibitor korosi.

Dikutip dari buku Motor Diesel dan Turbin Gas II (2000 ; 25) Modul

Aslang, mengemukakan bahwa :

a. Mengurangi keausan permukaan bantalan dengan membawa pergi

panas yang dibangkitkan oleh gesekan.

b. Mengurangi keausan permukaan bantalan dengan menurunkan

gesekan diatas.

c. Membersihkan permukaan dan mencucu butiran logam yang

dihasilkan dari keausan.

d. Membantu dalam menyekat ruangan yang berdampingan dengan

permukaan bantalan mesin silinder dengan toraknya atau karter

dengan poros engkol yang berputar.

e. Peredam suara.

13
Menurut Maanen, motor diesel kapa! Jilid I (9; 1), mengemukakan

pendapat bahwa: Dibeberapa tempat pada motor diantara bagian-bagian yang

bergerak satu terhadap yang lain diberikan bahan pelumas, tujuan dari pelumasan

adalah:

a. Pembatasan gesekan dan keausan gesekan.

b. Penyaluran panas gesekan.

c. Perlindungan permukaan terhadap korosi.

d. Pembilasan bahan pengotor.

e. Peredam suara.

f. Berfungsi sebagai penutup rapat.

D. SIFAT-SIFAT MINYAK LUMAS

Sifat-sifat minyak lumas baik fisik maupun kimia, ditentukan dengan

pengujian yang sama dengan yang digunakan untuk menguji minyak bahan bakar.

Beberapa sifat minyak pelumas yang penting adalah sebagai berikut:

Menurut Maleev, terjemahan Priambodo, 1995, h.191; Wiranto

Arismunandar, 1999,h.50.

1. Derajat Kekentalan (Viskositas)

Sifat ini merupakan sifat yang paling penting dan menunjukkan ukuran

kefluidaan relatif dari minyak tertentu. Kekentalan minyak pelumas harus sesuai

dengan fungsi minyak itu untuk mencegah keausan permukaan bagian yang

bergesekan, terutama pada beban yang besar dan putaran rendah. Makin tinggi

viskositasnya maka makin berat pula minyak pelumas tersebut. Minyak pelumas

yang terialu kental akan sukar mengaliri bagian-bagian yang perlu dilumasi,

14
sehingga menyebabkan kerugian yang besar, sebaliknya minyak pelumas yang

teriampau rendah (enoer) akan mengakibatkan over heating pada mesin dan

tahanan gesek akan bertambah sehingga mesin sukar dihidupkan.

Viskositas berkurang dengan naiknya suhu dan ditentukan dengan

viskosimeter saybolt. Gesekan, keausan mesin dan penggunaan minyak pada

dasarnya tergantung pada viskositas minyak, Viskositas minyak pelumas diesel

normainya ditentukan pada 130° F (55° C) namun minyak pelumasan silinder

biasanya berada diantara 130° F (55° C) sampai 210° F (99° C).

Pengujian minyak pelumas biasanya pada temperatur 210° F (99° C) atau

pada temperatur 0° F (18° C) dan dinyatakan dalam bilangan SAE. Nomor dari

minyak lumas jenis karter yang digunakan dalam mesin diesel dimulai dari SAE

10 untuk minyak ringan dan meningkat secara bertahap sampai SAE 60 yaitu

mesin pesawat terbang berat.

2. Titik Tuang

Sifat ini menyatakan pada saat temperatur tertentu minyak pelumas akan

membentuk jaringan kristal yang menyebabkan minyak itu sukar mengalir.

Kerena itu, sebaiknya dipergunakan minyak pelumas dengan titik tuang yang

serendah-rendahnya untuk menjamin agar minyak pelumas dapat mengalir dengan

lancar kedalam pompa dan salurannya pada aetiap keadaan operasi. Titik tuang

yang relatif tinggi dapat menyebabkan kesulitan start dalam cuaca dingin.

3. Residu Karbon

Residu karbon adalah jumlah karbon yang tertinggal setelah zat yang dapat

menguap telah diuapkan dan terbakar dengan pemanasan minyak. Ini akan

15
menunjukkan jumlah karbon yang diendapkan dalam mesin yang tentunya

mengganggu pengoperasian mesin. Rata-rata minyak pelumas ini mengandung

83% - 87% berat karbon, 11% - 15% nitrogen dan sejumlah elemen kecil lainnya

seperti belerang, oksigen atau nitrogen. Endapan yang mengandung karbon

merupakan perambat panas, ini sangat tidak menguntungkan sebab jika tertumpuk

dalam silinder atau sekeliling cincin torak dapat menyebabkan kerusakan pada

bagian mesin tertentu.

E. KARAKTERISTIK MINYAK LUMAS

Pada dasarnya minyak lumas yang digunakan pada suatu mesin haruslah

sesuai dengan daerah operasional dan kerja yang dihasilkan dari mesin tersebut.

Maka dari itu, perusahaan-perusahaan minyak lumas berusaha membuat minyak

lumas yang sesuai dengan karakteristik dan bahan yang dapat memenuhi

kebutuhan dari mesin tersebut.

Di atas Kapal minyak lumas yang digunakan sesuai dengan manual book

yang dikeluarkan oleh perusahaan yang membuat mesin tersebut. Minyak lumas

yang digunakan adaiah MLC 30 "sistem Oil" yang berfungsi untuk M/E Sys Oil,

shaft Bearing, Stem Tube dan A/E Sys Oil.

Menurut . MALEEV, Operasi Mesin dan Pemeliharaan Mesin Diesel,

minyak lumas tersebut adaiah termasuk dalam spesifikasi minyak diesel kerja

menengah, SAE 30 serta specific gravitynya (SG) pada 60°F (16°C) adaiah

0,9250.

16
F. SYARAT MINYAK LUMAS

Berbagai jenis minyak pelumas yang dapat kita jumpai sekarang ini

dipasaran namun hanya sedikit yang memenuhi standar mutu.

Menurut MALEEV, terjemahan Priambodo 1995,h191; Wiranto

1999,h50. Minyak pelumas yang ideal harus memenuhi persyaratan antara lain

sebagai berikut:

1. Memelihara film yang baik pada dinding silinder sehingga

mencegah keausan pada lapisam silinder, torak cincin torak.

2. Mencegah pelekatan cincin torak.

3. Merapatkan kompresi dalam silinder.

4. Tidak meninggalkan endapan karbon.

5. Mencegah keausan bantalan.

6. Penggunaannya hemat dan memungkinkan pemakaian yang lama.

7. Mempunyai sifat yang baik pada saat start yang dingin.

8. Dapat digunakan pada sembarang jenis saringan dan

penggunaannya hemat

17
G. KLASIFIKASI SERTA JENIS DAN PENGGUNAANNYA MINYAK

LUMAS MENURUT REKOMENDASI NAMA DARI PABRIK

PEMBUATNYA

Menurut Karyanto, Panduan Reparasi Mesin Diesel, Pedoman ilmu Jaya

Jakarta.

1. Klasifikasi API (The American Petroleum Institute, Engine

Service Classification) atau berdasarkan Us Military Spesification

untuk minyak pelumas yang digunakan adalah :

Tabel 1.2 : Klasifikasi Minyak Lumas

Klasifikasi US Military
Penggunaan dan Kualitas Oli
API Spec

Digunakan untuk mesin diesel operasi


CA Mil-L-2104 A beban ringan yang mengandung detergent
dispersant anti oksidan

Digunakan untuk mesin diesel operasi


beban sedang dengan bahan bakar kualitas
CB Mil-L-2104 A
rendah. Yang mengandung detergent
dispersant, anti oksidan.

Mengandung sejumlah besar detergent-


dispersant, anti oksidan. Dapat digunakan
dalam mesin diesel Turbo Charged dan
CC Mil-L-2104 B
dapat juga digunakan dalam mesin bensin
dengan pelayanan kondisi mesin operasi
temperature sedang.

Digunakan untuk mesin diesel Turbo


Charged dengan kandungan Sulfur solar
CD Mil-L-2104 C
kecil. Sedangkan kandungan detergent-
disersent dalam jumlah besar.

18
Mempunyai viscosity indeks tinggi
mengandung addictivis detergent-disersent
CF4 Mil-L-2104 D tinggi, anti oksida, anti karat, anti aus, dan
anti busa yang digunakan untuk mesin
diesel Turbo Charged.

Sumber : Panduan reparasi mesin diesel

2. Beberapa jenis minyak lumas yang digunakan sesuai rekomendasi

nama dari pabrik pembuatnya:

Tabel 2.2: Jenis Minyak Lumas Sesuai Anjuran Pabrik

ME More
Less Than 20°-
Penyalur Nama/Jenis Number Than
10°C 35°C
20°C 35°C
Shell
10w 20w/20w 30 50
Rimula-X
Shell
Shell 20/20w 20 50
Argina-T 40 - 30
Shell
10w 20/20w 40 - 30 -
Rimula-D
RPM delo 20/20w 20 20 40 -
Oil
RPM multi-
Caltex
service oil 10w   30 - 40  
Delo
Delvac 10w 20w 30 -
Special
Delvac 20w-
20/20w 20w-40 30 -
40
Mobil Delvac 1100
10w 20/20w 30 - 40 50
seris
Delvac 1200 40
20w-40 20/20w 50
seris
Estor HD 10w 20 30 -
ESSO lube
20/20w 20 40 50
Esso HD
Standart
10w 20 30 50
Diesel Oil

19
B.P. Energol
ICMB for 20/20w 20w 40 50
marine use
B.P, Energol
B.P 10w   30  
DS-3
Veneiluse M
for Industri 10w   40  
use
Vanellus C3 20w   40  

Sumber : Panduan referensi Nieman mesin jilid tentang bagian bahan,

jenis viskositas yang berbeda.

Menurut Niemann, Elemen Mesin Jilid I menjeiaskan berbagai bahan

pelumas jenis viscositas yang berbeda dan penggunaannya yang disediakan

perusahaan minyak.

TABEL 3: PELUMAS JENIS FISKOSITAS YANG BERBEDA

PEGGUNAANYA

MASSA V1SCOSITAS
NO. JENIS P (est)
NAMA PENGGUNA
MINYA 15
MINYAK 50°C 100°C AN
K (kg/dm3
)
Minyak mobil Minyak
1 0,866 8,3 2,9
Veloeite No. 6 spindle
Minyak shell
2 0,900 114 18  
Maooma W71
Minyak shell Kotak roda
3 0,910 225 30
Macoma W77 gigi industry
Esso pen-o-led
4 0,945 145 17,5  
EP3
Minyak shell Minyak kotak
5 0,890 49 11
Omala 37 roda gig
Minyak shell Berbeban
6 0,917 324 38
Omala 81 tinggi

20
Esso Spartan EP
7 0,895 115 18,0  
3
Minyak kotak
Minyak roda gigi
8 s23,9hell rivela 1,025 92 23 sintesis,
75 pelumasan
jangka panjang
Instalasi
9 Tresso 0,873 23,9 6,1 pengangkat
Hidrolis
BP Energol Lpt Minyak mesin
10 0,907 15,7 3,9
50 pendingin
11 Mobi Dte 0,878 29 6,5 Minyak turbin
medium
BP super uap
12 viscostatic 0,889 75,7 17,8 Minyak motor
20W-50
Essounifio10W-
13 0,878 75,5 17,2 Daerah luas
50
Minyak shell Minyak turbin
14 0,870 25 5,8
turbo 27 pesawat
Minyak esso
15 ekstra turbo 0,975 17,5 5,1 Tebang
2380 Minyak kotak
Minyak kotak
roda gigi
16 roda gigi esso 6 0,910 51,9 9
hipolda-
x 80
kendaraan
17 Petroleum 0,813 1,4- 86  
18 (Air) 0,9991 0,554-    

H. KOMPONEN-KOMPONEN PENUNJANG PADA SISTEM

PELUMASAN

Menurut Triyono, Perawatan dan perbaikan motor Diesel Penggerak Kapal

(1998:65), mengemukakan bahwa:

Sistem pelumasan motor dikelompokkan atau dua jalur kerja, yaitu

pelumasan bagian dalam motor dan bagian pelumasan bagian luar motor. Bagian

dalam motor terdiri atas bagian-bagian sangat prinsip bagi kerja suatu motor,

21
sedangkan bagian luar sistem itu berfungsi membantu atau mendukung

pemenuhan jumlah pelumasan harus dipenuhi, temperature, dan pembebasan dari

kotoran. Untuk memenuhi kebutuhan akan minyak pelumas, sistem pelumasan

sebuah motor harus mempunyai bagian-bagian yang saling mendukung. Adapun

bagian-bagian dari sistem pelumasan yaitu :

1. Bak Minyak Pelumasan Atau Karter

Dari bagian sistem pelumasan yang ada, salah satu bagiannya

adalah bak penampungan minyak pelumas yang sering disebut

karter. Bak penampungan tersebut berada dibagian bawah motor

dan dapat dipergunakan untuk mengulangi kegiatan pelumasan

secara beraturan. Bagian bak minyak pelumas ini dilengkapi pula

dengan tempat untuk mengeringkan atau mengetap minyak

pelumas yang telah kotor.

2. Saringan minyak pelumas

Fungsi saringan minyak lumas sangat penting. Selain dipakai

sebagai penyaring kotoran yang bempa benda atau endapan,

saringan itu dapat juga digunakan sebagai pembersih. Pada

saringan minyak lumas dikenal adanya dua jenis alat pembersih,

yaitu saringan dan tapisan. Dari kedua jenis alat tersebutterdapat

perbedaan fungsi. Tapisan dipasang untuk mencegah agar minyak

lumas bebas dari potongan-potongan benda, mur yang teriepas,

paking yang sobek, serta kerak pipa yang terbawa arus. Saringan

22
atau filter merupakan alat yang dapat menyaring partikel-partikel

yang haius agar tidak menyatu dan ikut arus minyak pelumas.

3. Pompa minyak lumas

Pada dasarnya setiap pompa akan menghasilkan aliran saat bekerja

dimana satu cairan diambil dan dipindahkan ke tempat lain.

Dikutip dari Diktat PT. United Tractors, Sistem Hidrolik dan

Perlengkapan Kerja (1996:13) "Semua pompa menimbulkan aliran

(flow), prinsip operasinya disebut displacement. Dimana zat cair

atau fluida diambil dan dipindahkan ke tempat lain". Pompa ini

berfungsi untuk memasok minyak pelumas pada bagian motor

yang memerlukan menurut kebutuhan yang diizinkan. Pompa

pelumas bergerak dengan bantuan nok atau beberapa motor yang

digerakkan oleh poros engkol.

4. Pendingin Minyak

Sirkulasi minyak dalam motor mengakibatkan minyak menjadi

sangat panas dan encer. Oleh karena itu, perlu diadakan

pendinginan guna mengurangi panas yang diakibatkan oleh

pembakaran, gesekan dan sebagainya. Dilihat dari pentingnya

fungsi minyak pelumas, maka pendingin minyak harus bekerja

sebaik mungkin agar minyak yang akan masuk kembali kedalam

motor sudah dalam keadaan dingin. Suhu yang disyaratkan bagi

minyak pelumas untuk memasuki tangki penekan motor adalah

tidak lebih dari 47°C, sedangkan minyak pelumas yang

23
meninggalkan bak karter tidak boleh lebih dari 71°C. 5. Alat

Pengaman Untuk menjamin kelangsungan jalannya, sistem

pelumasan, perlu ditempatkan alat sensor untuk mengetahui

keadaan aliran sistem pelumasan. Adapun alat yang dipakai untuk

mempertimbangkan keadaan yang tidak diinginkan adalah alat

pengukur suhu, pengukur tekanan, serta pengukur ketinggian

minyak pelumas.

I. PRINSIP KERJA POMPA MINYAK LUMAS RODA GIGI

Pada umumnya mesin diesel menggunakan pompa roda gigi untuk

mengaiirkan minyak lumas dengan tekanan dan juga membilas minyak dari

penampungan dalam operasi penampungan kering. Pompanya dibuat dengan gigi

lurus atau heliks dan secara umum menyerupai pompa roda gigi yang digunakan

untuk perpindahan minyak bahan bakar.

Untuk keperluan dikapal, pompa minyak lumas dapat berada dalam bak

motor dan dapat juga berada di luarnya. Menurut Wiranto Arismunandar Motor

Diesel Putaran Tinggi. Cara kerja pompa minyak lumas jenis roda gigi sebagai

berikut:

Kontruksi pompa oli roda gigi terdiri atas dua bauah roda gigi yang

terletak pada sebuah rumah pompa. Pada rumah pompa terdapat dua saluran yaitu

saluran masuk dan saluran keluar. Celah antara gigi-gigi roda gigi dengan dinding

dalam rumah pompa sangat kecil. Kedua roda gigi berfungsi sebagai penggerak

gigi jika salah satu roda gigi bergerak ke kiri maka roda gigi yang satunya

bergerak ke kanan. Akibatnya ruangan yang dihubungakan dengan bak oli akan

24
mengalami ke vakuman atau pengisapan sehingga oli mengalir ke ruangan

pemasukan. Oleh kedua roda gigi tersebut oli dialirkan ke ruangan pengeluaran

yaitu ruangan yang berhubungan dengan saluran pelumasan. Akibat tekanan yang

timbul pada ruangan pengeluran oli, mengalir ke saluran pelumasan. Semakin

cepat putaran pompa, tekanan dan jumlah oli yang dialirkan semakin besar.

25
BAB III

METODE PENELITIAN

A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Tempat dan waktu dilaksanakannya penelitian direncanakan pada

melaksanakan praktek laut di atas kapal selama satu tahun (12 bulan) dengan

mengumpulkan data-data.

B. METODE PENGUMPULAN DATA

Data informasi yang diperlukan untuk penulisan skripsi ini dikumpulkan

melalui:

1. Metode Lapangan (Field Research),

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan

peninjauan langsung pada objek yang diteliti. Data dan informasi

dikumpulkan melalui: Metode observasi (survey), yaitu

mengadakan pengamatan secara langsung di lapangan dimana

penulis melaksanakan praktek laut di atas kapal

2. Tinjauan Kepustakaan (Library Research),

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara membaca dan

mempelajari literatur, buku-buku dan tulisan-tulisan yang

berhubungan dengan masalah yang dibahas, untuk memperoleh

landasan teori yang akan digunakan dalam membahas masalah

yang diteliti.

26
B. JENIS DAN SUMBER DATA

Untuk menunjang kelengkapan pembahasan penulisan ini diperoleh data

dan sumber.

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari tempat penelitian yang

terdiri atas observasi secara langsung dan wawancara ditempat penelitian.

a. Observasi, yaitu metode yang dilakukan

penulis dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung

pada bagian kompresor udara khususnya bagian yang merupakan

kaitan dari judul yang penulis angkat pada penulisan kertas kerja

skripsi ini.

b. Interview, yaitu metode yang dilakukan oleh

penulis dengan cara mengadakan tanya jawab dengan masinis yang

bertangung jawab atas kompresor udara dan para crew diatas kapal

pada bagian engine departement yang terlibat langsung pada proses

penanganan kompresor udara.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data pelengkap dari data primer yang

didapat dari sumber kepustakaan seperti literatur, bahan kuliah dan data

dari perusahaan serta hal-hal lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

27
D. METODE ANALISIS

Kegiatan yang dilakukan setelah memulai langkah untuk

menganalisa yaitu mengadakan praktek laut di kapal untuk mengetahui

situasi dengan bekal pengetahuan dari pada yang didapatkan lewat studi

kepustakaan, Selanjutnya kita memulai identifikasi masalah-masalah yang

ada dan menetapkan apa yang menjadi tujuan dan masalah yang kita

temui, maka kita dapat menentukan metode penelitian yang sesuai.

Dari pada yang kita peroleh sesuai dengan langkah-langkah di atas,

maka kita dapat mengumpulkan data yang berkaitan dengan penelitian

yang dilakukan. Data yang telah diperoleh diolah sesuai dengan teori dan

metode yang kita telah ditetapkan dari awal sebelum kita melakukan

pengumpulan data. Data yang telah kita olah kemudian kita analisa hasil

yang diperoleh dengan membandingkan hasil-hasil dari disiplin teori yang

kita gunakan. Dari hasil pengolahan data yang kita analisa kemudian kita

membuat pembahasan mengenai hal tersebut.

Setelah semuanya dianggap selesai, maka kita boleh menarik

sebuah kesimpulan dari pada yang telah kita analisa dan bahas. Kemudian

kita juga memberikan saran apa yang sesuai dengan apa yang kita

simpulkan dan ini dapat merupakan bahan masuk dalam meningkatkan

kinerja sistem pelumasan.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis menyajikan data-data yang diperoleh dari

hasil pengamatan dilapangan tepatnya pada kapal SV.UNGARAN

A. DATA SPESIFIKASI (SHIP PARTICULAR)

NAME OF SHIP : UNGARAN


TYPE : A.H.T.S
CALL SIGN : JZIO
IMO NUMBER : 9655705
MMSI NUMBER : 525019646
SERIAL NUMBER : 3582-5427/IMN431294110
  : 3582-5428/IMN431294111
PORT OF REGISTERY : JAKARTA
OWNER : PT.BARUNA RAYA LOGISTICS
OFFICIAL NUMBER : 811320009-S
CLASSIFICATION : ABS+BKI
FUJIAN SOUTH EAST SHIPYARD,
SHIPBUILDER
: CHINA
GROSS TONNAGE 1969 : 1727 TONS
NET TONNAGE 1969 : 518 TONS
LOA : 59,85 METERS
LENGTH WL : 56,60 METERS
LENGTH BP : 52,80 METERS
BREADTH MOULDED : 14,95 METERS
DEPTH MOULDED : 6,10 METERS
DRAFT : 4,75 METERS
MAIN ENGINE : 2×2575 BHP
AUXILIARY ENGINE : 383×2Kw

REDUCTION GEAR BOX LA F8 73


PROPULLATION
P,RATIO 7526.4 BLADES CPP.
:
SR4B/350Kw/608A/1500RPM 2
GENERATOR
SETS CATERPILLARC18/1500RPM
:
EMERGENCY GENERATOR : M44.2VSC6/4 LEROY SOMER
65Kw/415v/113A/1500 RPM
SHAFT GENERATOR 2 × M50.2M6C6S/4800KW/1391A
:
BOW TRUSTER HP : 2 × 8 TONS
BOLLARD FULL : 65 TONS
GENERATOR : 3 × 315
F.O TANK CAPACITY : 564.1 TONS
F.W TANK CAPACITY : 250.00 TONS
DRILL WATER / BALLAST
616.9 TONS
TANK :
HYDROLIC OIL TANK : 7.8 M3
DETERGENT TANK : 11.3 M3
FOAM TANK : 11.3 M3
DIRTY OIL TANK : 6.1 M3
BILGE HOLDING TANK : 6.1 M3
BULK MATERIAL STANK : 4×1500 CUFT
OBM TANK CAPACITY : 601.76 MT
SARALINE TANK : 151.20 MT
TOWING WINCH : MENTRADE MARINE
SHARK JAW : 550 TONS
MAXIMUM SPEED : 12.5 KNOTS
ACCOMODATION : 42 BED
DECK SPACE : 26.5 METERS × 12.4 METERS
FIRE PUMP : 1200 M3 HOURS/10 BAR

B. STANDARD TEKANAN / TEMPERATUR SAAT


PENGOPERASIAN MESIN INDUK

Tabel: 4 Tekanan dan temperatur saat pengoperasian mesin

Tekanan Normal Alarm


(kg/cm²) Min Max On Off
2,4
Minyak lumas 2,0 3,0 2,1
5
0,1 0,4
Air tawar pendingin 0.5 1
5 5
0,1 0,4
Air laut pendingin 0,5 1,0
5 5
Bahan bakar 0,5 1,0 0,3 0,5
Minyak pelumas thrust 1,5
1,5 2,0 1,2
bearing 5
Udara pengontrol 7,5 8,5 6,5 7,5
Udara start 7 30 - -
MACHINE UNIT/LOCATION
Vessel: SV.UNGARAN MAIN ENGINE / PORT

IMO - Sam 21202600


Machine Maker ple 09-Okt-19
- Ref.
Sam
ple
Take
n
Model - Sample 15-Okt-19
Recommended Receiv 28-Okt-19
Grade - ed
Report
Date
Lubricant VECTON 15W40 Toal Machine Hrs -
In Use
Port - Lubrica 484,15
Landed - nt
Sample Hours
Main
Point Engi
Machine ne
Usage
DIAGNOSIS:
The analysis results, based on the tests performed, indicate that the lubricant is suitable for continued use.
analysis is provided for trending purposes - take note of any large change in values.

Physical Analysis

Ratin
g
BN 11.9
(mgKOH/g)
Insolubles (% 0.34
wt)
Water (% 0.05
Vol)
Flash Point 214
(ºC)
Kin Viscosity @ 100°C 11.37
(cSt)

Elements (ppm)
Aluminium (Al) 1.4
Chromium (Cr) 0.2
Copper (Cu) 8.5
Iron (Fe) 4.4
Lead (Pb) 0.7
Nickel (Ni) 0.0
Silicon (Si) 1.9
Sodium (Na) 4.8
Tin (Sn) 1.1
Vanadium (V) 0.0
MACHINE UNIT/LOCATION
Vessel: SV.UNGARAN MAIN ENGINE / STBD

IMO - Sample Ref. 21202601


Machine Maker - Sample Taken 09-Okt-19
Model - Sample Received 15-Okt-19
Recommended Grade - Report Date 28-Okt-19
Lubricant In Use VECTON 15W40 Toal Machine Hrs -
Port Landed - Lubricant Hours 484,15
Sample Point -
Machine Usage Main Engine
DIAGNOSIS:
The analysis results, based on the tests performed, indicate that the lubricant is suitable for continued use. Elemental
analysis is provided for trending purposes - take note of any large change in values.

Physical Analysis

Ratin
g
BN 10.7
(mgKOH/g)
Insolubles (% 0.25
wt)
Water (% 0.05
Vol)
Flash Point 216
(ºC)
Kin Viscosity @ 100°C 12.18
(cSt)

Elements (ppm)
Aluminium (Al) 1.4
Chromium (Cr) 0.2
Copper (Cu) 6.8
Iron (Fe) 4.3
Lead (Pb) 0.0
Nickel (Ni) 0.0
Silicon (Si) 2.1
Sodium (Na) 4.2
Tin (Sn) 0.4
Vanadium (V) 0.0
C. SPESIFIKASI POMPA MINYAK PELUMAS

Tabel 5.4: Spesifikasi pompa minyak lumas

ITEMS      
BORE
DISCHARGE mm 125

SUCTION mm 150
Kgf/cm²
DISCHARGE PRESSURE   4
G
Kgf/cm²
SUCTION PRESSURE   -0,5
G

TOTAL PRESSURE   Kgf/cm² 4,5

CAPACITY   M³/h 71
Kgf/cm²
SAFETY V. PRESSURE   4,2
G
SERVICE   L.O  

18,
OUT PUT KW
5
MOTOR

44,
VOLTAGE V
0
FREQUENCY HZ 50
NO. OF
r/mm 750
REVOLUTION
GUARANT. VIS. FOR.
  c.st 260
POWER

GUARAN. VIS. FOR. CAP   c.st 26

PUMP kgf 500


WEIGHT

MOTOR kgf 295

TYPE V G – 90      
D. SPESIFIKASI INSTALASI LO MESIN INDUK

Jumlah saringan :6

Jumlah pompa :2

Jumlah keran :9

Jumlah pipa isap :1

Jumlah by pass :3

E. SPESIFIKASI PENDINGIN MINYAK PELUMAS (OIL COOLER)

Tipe : Tabung – Cangkang

Panjang : 1349 mm

Diameter dalam tabung : 374 mm

Diameter luar tabung : 381 mm

Diameter dalam selonsong : 9 mm

Diameter luar selonsong : 10 mm

Jumlah selonsong : 2×149

F. ANALISA PERMASALAHAN

Sistem pelumasan mempunyai peranan penting pada proses kerja mesin,

dimana sistem pelumasan dirancang untuk melumasi bagian- bagian mesin yang

memerlukan pelumasan secara terus menerus sehingga minyak pelumas dapat

mengalir dengan tekanan normal pada bagian-bagian mesin yang memerlukan

pelumasan pada saat mesin sedang beroperasi.

Merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan mengingat bahwa

bila sampai terjadi suatu kelambatan dalam pelumasan atau pelumasan yang tidak
sempurna maka akan mengakibatkan kerusakan pada-bagian bagian yang

bergesekan, rendahnya tekanan minyak lumas merupakan salah satu faktor

penyebab tidak sempurnanya pelumasan pada mesin yang di sebabkan oleh

beberapa faktor. Berdasarkan hasil pengamatan dan data-data yang di dapatkan

penulis pada saat tekanan minyak lumas pada mesin induk rendah, maka segera

diadakan pemeriksaan pada bagian-bagian sistem pelumasan.

Pemeriksaan keran by pass untuk mengatur tekanan minyak lumas sesuai

dengan tekanan minyak lumas yang diinginkan yaitu keran sebelum saringan dan

sesudah pompa, pemeriksaan tentang fungsi dan kerja dari sistem pendingin

minyak lumas (L.O.Cooler) serta pemeriksaan terhadap katup by pass dimana

terpasang temperatur control untuk mengatur temperatur minyak lumas yang

disirkulasikan kemesin induk dilakukan pemeriksaan temperatur minyak lumas

yang dialirkan ke mesin induk, pemeriksaan kebocoran pada pipa-pipa,

sambungan-sambungan pipa dan baut-baut pengikatnya yang longgar yang

menyebabkan kebocoran, pemeriksaaan pada keran minyak lumas yang terbuka

yang kembali ke Sump Tank untuk mengatur tekanan minyak (Sump Tank),

pemeriksaan pompa minyak lumas, saringan minyak lumas dan juga pemeriksaan

pada L.O. Cooler dari bagian sistem pelumasan tersebut.

Setelah dilakukan pemeriksaan maka didapatlah penyebab rendahnya

tekanan pompa minyak lumas pada mesin induk yakni tersumbatnya saringan

minyak lumas dan tidak bekerjanya pompa secara maksimal pada sistem

pelumasan mesin induk yang akan dijelaskan sebagai berikut :


1. Tersumbatnya Saringan Minyak Lumas

Peranan utama saringan minyak lumas yaitu untuk membersihkan

minyak lumas dengan cara menyaring kotoran-kotoran dan partikel yang

lain yang terbawa minyak lumas, kemudian minyak yang sudah disaring

dialirkan ke bagian-bagian m esin yang memerlukan pelumasan.

Rendahnya tekanan minyak lumas pada mesin induk yang

disebabkan tidak berfungsinya saringan minyak lumas dengan baik, karena

banyaknya kotoran-kotoran yang melekat pada saringan minyak lumas.

Akibat dari minyak lumas yang kotor atau tercemar selama dipakai dalam

mesin.
Pencemaran minyak lumas pada mesin diesel karena adanya

pembentukan kokas atau karbon yang turun kedalam karter yang

diakibatkan oleh pembakaran minyak bahan bakar yang tidak terbakar

sempurna yang diakibatkan butiran debu yang dimasukkan bersama udara,

sebagian debu ini melekat pada film minyak yang meliputi dinding silinder

dan dikeruk turun bersama minyak kedalam karter pencemaran minyak

lumas oleh air yang terbentuk oleh pengembunan uap air hasil pembakaran

hydrogen dari bahan bakar dengan oksigen dari pengisian udara air ini

membentuk emulsi dengan bagian dari minyak yang kurang stabil dalam

karter dibantu oleh oksidasi dari bagian lain, emulsi ini membentuk

lumpur.

Pencemaran oleh butiran logam yang dilepaskan karena aus dari

cincin torak, dinding silinder, roda gigi, poros engkol, poros nok bantalan

dan bagian bagian mesin yang mengalami gesekan serta butiran-butiran

logam yang cenderung meningkatkan pembentukan lumpur.

Pencemaran lain adalah pencemaran minyak lumas oleh minyak

bahan bakar yang dapat disebabkan oleh kebocoran sistem injeksi bahan

bakar tekanan tinggi yang memungkinkan bahan bakar yang masuk ke

dalam karter bersama dengan minyak lumas.

Pencemaran minyak lumas tersebut sebagai penyebab utama

tersumbatnya saringan minyak lumas dimana Minyak didalam karter yang

kemudian diisap kembali oleh pompa untuk disirkulasikan ke bagian-


bagian mesin yang memerlukan pelumas melalui saringan minyak lumas

sehingga kotoran-kotoran dan partikel-partikel lain yang ikut bersama

minyak lumas.

Semakin banyaknya yang melekat pada elemen saringan minyak

lumas yang menyebabkan aliran minyak lumas mendapat tahanan dan

hambatan besar pada elemen saringan, sehingga tekanan minyak lumas

mesin induk menurun yang seharusnya mengalir dengan tekanan normal.


2. Pompa Tidak Bekerja Secara Maksimal

Pompa ini berpungsi untuk memasok minyak pelumas pada bagian

motor yang memerlukan menurut kebutuhan yang diizinkan. pompa

pelumas bergerak dengan bantuan electromotor yang berdiri sendiri dan

berpungsi untuk memasok, mengisi bak penampung, serta untuk membilas

dan mengedarkannya.

Gambar : Bagan pompa minyak lumas bentuk roda gigi, mesin induk

SV.UNGARAN

Pada saat overhaul pada pompa dan pada roda gigi pompa. Maka

didapatkan keausan pada bagian-bagian pompa tersebut terutama pada

pompa minyak lumas tidak bekerja dengan baik, dimana pompa

seharusnya pompa bekerja dengan maksimal apabila komponen dari

pompa dalam keadaan normal atau baik, namun hal ini tidak terjadi.

Daya isap dan tekan pompa rendah akibat keausan pada gigi

pompa akibat keausan yang dibawa minyak lumas saat melumasi bagian-
bagian mesin dan kotoran-kotoran yang berasal dari ruang pembakaran

yang mengakibatkan meningkatnya gesekan antara roda gigi yang saling

berhubungan dan menyebabkan celah antara roda gigi dengan rumah

pompa menjadi besar.

TABEL 6.4: DATA-DATA PENURUNAN TEKANAN MINYAK LUMAS

DI ATAS KAPAL. SV.UNGARAN

TEKANAN TEKANAN TIDAK


HARI TUJUAN
NORMAL NORMAL
TROUBEL KE 1,5 KG./ CM3
KAMIS,08 BALIKPAPAN - LO.PUMP M.E. KG. PERGANTIAN
Maret 2019 SENIPAH DARI TEKANAN MANOMETER
3 KG. / CM3 PADA POMPA

TROUBEL
KE 1,5 KG./CM3
SENIN,06 BALIKPAPAN - LO.PUMP M.E
PERBAIKAN
Juli 2019 PECIKO DARI TEKANAN
POMPA L.O
3 KG./ CM3

TROUBEL L.O KE 1,5 KG./CM3


RABU,09
PECIKO - PUMP M.E DARI SARINGAN L.O
Oktober
BALIKPAPAN TEKANAN 3 TERSUMBAT DAN
2019
KG,/CM3 DIBERSIHKAN

G. PEMECAHAN MASALAH

Setelah melihat uraian analisa masalah diatas maka pembahasan berikut

ini akan menguraikan hal-hal atau tindakan-tindakan yang dilakukan untuk

mengatasi dan memecahkan masalah yang terjadi yaitu rendahnya tekanan pompa

minyak lumas pada mesin induk.


1. Tindakan-tindakan yang dilakukan menangani saringan minyak lumas.

a. Membersihkan saringan minyak lumas yang tersumbat, hal-hal yang

dilakukan untuk membersihkan saringan minyak lumas yang tersumbat dari

kotoran-kotoran sebagai berikut :

1) Jika katup aliran bebas disatukan didalam rumah katup,

katup harus dilepas dan diperiksa bagian dalamnya.

2) Periksa rumah katup terhadap adanya keretakan.

3) Periksa kelurusan permukaan klep dari adanya tarikan.

4) Jika menggunakan filter jenis elemen yang berbaut sentral

satu, tempatkan posisinya sebaik mungkin.

5) Tempatkan posisi per dan klep pada tempatnya dalam filter

jenis elemen.

6) Periksa adanya keretakan disekitar lubang baut.

7) Periksa rumah lalu ditempatkan semua bagian dan

bebaskan dari rintangan.

b. Memeriksa rumah saringan minyak lumas. Tanpa memperdulikan

jenis filter yang digunakan, jenis elemen atau jenis lain, filter harus

diperiksa selama motor mengalami pembongkaran dengan memperhatikan

urutan sebagai berikut :

1) Jika katup aliran bebas disatukan didalam rumah katup,

katup harus dilepas dan diperiksa bagian dalamnya.

2) Periksa rumah katup terhadap adanya keretakan.


3) Periksa kelurusan permukaan klep dari adanya tarikan.

4) Jika menggunakan filter jenis elemen yang berbaut sentral

satu, tempatkan posisinya sebaik mungkin.

5) Tempatkan posisi per dan klep pada tempatnya dalam filter

jenis elemen.

6) Periksa rumah lalu ditempatkan semua bagian dan

bebaskan dari rintangan.

2. Upaya yang dilakukan untuk memurnikan minyak lumas

a. Pemurnian Perlakuan kimia Minyak kotor dipanaskan kemudian

diperlukan zat kimia yang akan menyebabkan partikel kotoran

menggumpal atau menggabungkan zat kimia, maka akan diperoleh hasil

pemurnian yang sangat tinggi dengan menggunakan kalium hidroksida.

b. Penurunan dengan memanaskan minyak yang tercemar 60-75˚C

dialirkan kedalam tangki, dipanaskan selama 24 jam agar air dan lumpur

mengendap kedasar tangki sehingga mudah untuk bagian atas tersaring

bersih ditampung untuk difungsikan kembali.

c. Pemurnian dengan menggunakan mesin pemisah kotoran, air serta

minyak lumpur dari minyak lumas (separator sentripugal) minyak yang

tercemar dipanaskan kira–kira 60˚ sampai 70˚C kemudian dialirkan

kedalam mangkuk separator yang berputar dengan kecepatan tinggi, benda

padat yang lebih berat dari minyak lumas dipisahkan oleh gaya sentrifugal.
3. Hal – hal yang dilakukan dalam menangani pompa minyak lumas.

Salah satu penyebab rendahnya tekanan minyak lumas pada mesin

induk yaitu pompa tidak bekerja secara maksimal maka segera diadakan

pengecekan suku cadang pompa sebelum membongkar pompa untuk

persediaan penggantian bagian-bagian pompa yang mengalami kerusakan,

setelah diketahui tersedianya suku cadang dari pompa tersebut maka

segera dilakukan pemeriksaan pada bagian-bagian pompa dengan

mengingat prosedur sebagai berikut :

a. Membongkar pompa minyak lumas.

1) Membuka tutup pompa dari badan pompa.

2) Memeriksa penutup dari keausan atau pengikisan sehingga

perlu diperbaiki atau diganti dengan penutup baru.

3) Melepas roda gigi penghantar dan roda gigi penggerak dari

rumah pompa, beri tanda pada gigi yang berpasangan.

4) Memeriksa permukaan roda gigi penghantar dan roda gigi

penggerak dari kerusakan dan keausan yang terjadi pada

ujung-ujung atau celah antara gigi penghantar dan gigi

penggerak.

5) Memeriksa posisi roda gigi terhadap pusat lubang dengan

menggunakan micrometer.

6) Memeriksa poros roda gigi penggerak dan bantalannya

dengan micrometer sehingga diameter yang diukur


memenuhi standar ukuran dari pabrik pembuatnya.

7) Periksa permukaan dalam rumah pompa terhadap

kemungkinan korosi, dan kerusakan lainnya.

8) Apabila menggunakan sekat atau sel minyak lumas, periksa

kondisi sekat terhadap keausan, sobek dan kerusakan

lainnya.

9) Memeriksa lubang tempat poros roda gigi penggerak

dengan menggunakan alat ukur diameter dalam.

10) Memeriksa semua permukaan antara penutup dan rumah

pompa agar tidak terjadi celah.

11) Gantilah paking dengan paking yang sejenis dan tebal yang

sama.

b. Perbaikan dan Penggantian.

Setelah melakukkan pembongkaran dan pemeriksaan bagian-

bagian pompa yang mengalami kerusakan, maka diadakan perbaikan dan

penggantian dari pompa tersebut yaitu :

1) Perbaiki atau ganti roda gigi apabila terdapat kerusakan.

2) Perbaiki atau ganti poros apabila ternyata poros mengalami

kerusakan berat.

3) Bantalan yang sudah longgar atau rusak harus diganti.

4) Sikat minyak atau seal minyak lumas harus diganti.


c. Pemasangan Kembali Pompa Minyak Lumas.

Setelah melakukan pemeriksaan, perbaikan dan penggantian

bagian–bagian pompa yang mengalami kerusakan, maka diadakan

pemasangan pompa kembali yaitu :

1) Memasukan pompa roda gigi penggerak dengan porosnya

ke dalam badan pompa.

2) Memberi pendukung pada poros dan menekan roda gigi

penggerak pada tempat yang telah ditentukan.

3) Memberi pengunci agar tidak dapat berputar selama operasi

dengan merangkaikan beberapa mur dengan kawat

penghubung.

4) Memasang roda gigi penghantar pada porosnya.

5) Memutar poros penggerak, memeriksa kelonggaran dan

menempatkan kembali.

6) Memutar poros pada penggerak sehingga tidak terjadi

gangguan, memasang kembali penutup pompa serta

memeriksa penutup pompa roda gigi dengan mengikuti

petunjuk urutan sebagai berikut :

- Menempatkan pengukur pada permukaan roda gigi

dengan menggunakan plastik pengukur celah (jarak)

antara dua bagian yang dipasang bersamaan.

- Memasang penutup roda gigi penggerak sewaktu plastik


petunjuk berada di dalam.

- Membuka kembali penutup dan memeriksa kembali

ketebalan plastik pengukur untuk menunjukkan jarak

antara penutup dan roda gigi.

- Mengatur kembali roda gigi untuk memperbaiki jarak

antara roda gigi dan penutup yang tidak memenuhi

ukuran semestinya.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dengan berakhirnya masa praktek laut di SV.UNGARAN dan tersusunnya

tugas akhir maka banyak masukan yang bisa di jadikan bahan kajian, singkatnya

dari kegiatan tersebut dan berdasarkan uraian materi yang telah dibahas pada bab

sebelumnya maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Tersumbatnya saringan minyak lumas akan menimbulkan

hambatan dan tahanan aliran minyak lumas yang dialirkan kemesin

induk yang menyebabkan rendahnya tekanan minyak lumas saat

mesin sedang beroperasi.

2. Rusaknya atau hausnya komponen-komponen dari pompa minyak

lumas yang mengakibatkan kapasitas pompa menurun saat bekerja

sehingga tekanan minyak lumas pada mesin induk rendah yang

melebihi batas normal.

3. Tidak normalnya tekanan minyak lumas pada sistem pelumasan

yang mengganggu proses kerja mesin sehingga mesin tidak bekerja

dengan normal sebagai pendukung utama kelancaran

pengoperasian kapal.
B. SARAN SARAN

1. Agar segera melakukan penggantian pada bagian pompa minyak

lumas yang mengalami kehausan dan kerusakan sehingga pompa

dapat bekerja secara maksimal yang menghasilkan tekanan normal.

2. Agar selalu memperhatikan kondisi dan membersihkan saringan

minyak lumas dengan pencucian dan perawatan secara rutin dan

teratur.

3. Agar senantiasa menjaga tekanan minyak lumas dalam kondisi

normal saat mesin induk sedang bekerja sehingga tidak

menghambat pengoperasian kapal.


LAMPIRAN 1

GAMBAR : BAGAN POMPA GIGI UNTUK MINYAK LUMAS

KETERANGAN :

1. RUMAH POMPA

2. RODA GIGI PENGGERAK

3. RODA GIGI PENGHUBUNG

4. LUBANG ISAP

5. LUBANG TEKAN
LAMPIRAN : 2

KETERANGAN :
A. POROS
B. BANTALAN
1 Roda gigi
penghantar
2 Pintu keluar
3 Gigi keluar
4 Tabung
5 Pintu masuk

Lampiran gambar : NO . 2
LAMPIRAN 3

GAMBAR :BAGAN SARINGAN MINYAK LUMAS

1. TANGKI UNTUK DRAIN VALVE PEMINDA

2. DRAIN VALVE ATAS

3. DRAIN VALVE BAWA

4. BAUT PENGIKAT DEKSEL

5. DEKSEL (PENUTUP)

6. SARINGAN KARSEN (KELOMPOK SARINGAN)

7. KRAN PLUG

8. KELEMEN SARINGAN MAKNET


LAMPIRAN 4
GAMBAR: LO POMPA STBY

SUMBER:SV.UNGARAN
LAMPIRAN 5
GAMBAR :LO POMPA STBYS

SUMBER: SV.UNGARAN

LAMPIRAN 6

GAMDAR:POMPA MINYAK LUMAS MESIN INDUK

SUMBER: SV.UNGARAN

Anda mungkin juga menyukai