PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
berorientasi pada pelayanan pasien dan penyediaan obat yang bermutu (Depkes RI,
kefarmasian di apotek. Pada umumnya apoteker pengelola apotek telah mengetahui dan
pelaksanaannya belum memenuhi standar tersebut, terutama dalam hal pelayanan farmasi
klinis. Hal ini karena keterbatasan kemampuan apoteker dalam farmasi klinis dan ilmu
Pelayanan informasi obat adalah salah satu aspek yang penting dalam pelayanan
farmasi klinik. Pada penelitian yang dilakukan oleh Arifah (2015) proses pemberian
informasi yang dilakukan oleh tenaga kefarmasian kepada pasien harus dilakukan.
merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi mencegah dan
menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Tuntutan
adanya perluasan dari paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug oriented)
menjadi paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi
(medication orrors)dan reaksi obat yang merugikan (adverse drug reaction) dalam proses
tinggi karena disebabkan oleh komunikasi yang kurang baik, beban kerja, sistem
distribusi dan peran tenaga farmasi belum maksimal sehingga pengobatan tidak sesuai
dapat mencelakakan pasien dimana prosedur pengobatan tersebut masih berada dibawah
Apotek yang meliputi dua aspek, aspek yang pertama yaitu pengelolaan sediaan farmasi,
kemudian alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, dan askep kedua adalah pelayanan
farmasi klinik. Tujuan diberlakukannya standar tersebut adalah sebagai pedoman praktik
pelayanan yang tidak profesional dan untuk melindungi profesi dalam menjalankan
keterampilan dan perilaku dalam berinteraksi dengan pasien melalui pemberian informasi
yang lengkap mengenai cara pemakaian dan penggunaan, efek samping hingga
monitoring penggunaan obat. Oleh karena itu apoteker dalam menjalankan profesinya
harus sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di apotek untuk menjamin mutu
2. TUJUAN
3. RUMUSAN MASLAH
PEMBAHASAN
oleh apoteker untuk memberi informasi secara akurat, tidak biasa dan terkini kepada
dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien (Anonim, 2004).
bentuk dan metode kepada pengguna nyata yang mungkin (Siregar, 2004).
Ada berbagai macam definisi dari informasi obat, tetapi pada umumnya maksud
dan intinya sama. Salah satu definisinya, informasi obat adalah setiap data atau
toksikologi dan farmakoterapi obat. Informasi obat mencakup, tetapi tidak terbatas pada
pengetahuan seperti nama kimia, struktur dan sifat sifat, identifikasi, indikasi diagnostik
atau indikasi terapi, mekanisme kerja, waktu mulai kerja dan durasi kerja, dosis dan jadwal
efek samping dan reaksi merugikan, kontraindikasi, interaksi, harga, keuntungan, tanda dan
gejala dan pengobatan toksisitas, efikasi klinik, data komparatif, data klinik, data
penggunaan obat dan setiap informasi lainnya yang berguna dalam diagnosis dan
pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, terkini
baik kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Kegiatan yang
a. Pemberian informasi kepada konsumemn secara aktif maupun pasif melalui surat,
rumah sakit,
d. Penyuluhan,
e. Penelitian.
terkini oleh apoteker kepada pasien, masyarakat maupun pihak yang memerlukan
(Anonim, 2006). Unit ini dituntut untuk dapat menjadi sumber terpercaya bagi para
pengelola dan pengguna obat, sehingga mereka dapat mengambil keputusan dengan lebih
c. Seimbang,
d. Ilmiah,
Ruang lingkup jenis pelayanan informasi rumah sakit di suatu rumah sakit, antara lain:
dapat memperoleh informasi khusus yang dibutuhkan tepat pada waktunya. Sumber
informasi dapat dipusatkan dalam suatu sentra informasi obat di instalasi farmasi rumah
sakit.
Evaluasi penggunaaan obat adalah suatu program jaminan mutu pengguna obat di suatu
rumah sakit. Suatu program evaluasi penggunaan obat memerlukan standar atau kriteria
penggunaan obat yang digunakan sebagai acuan dalam mengevaluasi ketepatan atau
ketidak tepatan penggunaan obat. Oleh karena itu, biasanya apoteker informasi obat
memainkan peranan penting dalam pengenbangan standar atau criteria penggunaan obat.
Obat investigasi adalah obat yang dipertimbangkan untuk dipasarkan secara komersial,
tetapi belum disetujui oleh BPOM untuk digunakan pada manusia. Berbagai pendekatan
untuk mengadakan pelayanan ini bergatung pada berbagai sumber rumah sakit. Tanggung
yang tepat untuk obat investigasi terletak pada suatu pelayanan informasi obat.
d. Pelayanan Informasi Obat untuk Mendukung Kegiatan Panitia Farmasi dan Terapi
Partisipasi aktif dalam panitia ini merupakan peranan instalasi farmasi rumah sakit yang
vital dan berpengaruh dalam proses penggunaan obat dalam rumah sakit. Hal ini dapat
perkembangan mutakhir dalam pengobatan yang mempengaruhi seleksi obat adalah suatu
komponen penting dari pelayanan informasi obat. Untuk mencapai sasaran itu, bulletin
farmasi atau kartu informasi yang berfokus kepada suatu golongan obat, dapat
a) Efektif
Efektif yaitu tercapainya tujuan terapi secara optimal, termasuk juga efektivitas
biaya, yang ditandai dengan keluaran positif lebih besar daripada keluaran negatif.
b) Aman
Aman berarti bahwa efek obat yang merugikan dapat diminimalkan dan tidak
membahayakan pasien.
c) Rasional
yang diberikan kepada pasien dapat memenuhi kriteria, yaitu tepat pasien, tepat
dan Terapi).
melalui terapi obat yang rasional.Oleh karena itu, prioritas harus diberikan kepada
berikut :
jawab mereka.
farmasi, stabilitas dan toksisitas obat), ketersediaan obat, harga obat, efek
3. Penelusuran sumber data : rujukan umum, rujukan sekunder dan bila perlu
rujukan primer.
benar, jawaban dapat dicari kembali pada rujukan asal dan tidak boleh
informasi yang telah diberikan baik lisan maupun tertulis (Juliantini dan
Widayati, 1996).
6. SUMBER INFORMASI OBAT
1. Tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan seperti dokter, apoteker, dokter gigi, tenaga kesehatan lain
2. Pustaka
Terdiri dari majalah ilmiah, buku teks, laporan penelitian dan Farmakope.
3. Sarana
4. Prasarana
Selain sumber informasi yang sudah disebutkan diatas, masih terdapat beberapa
sumber informasi obat lainnya. Diantaranya informasi obat dari media massa,
Representative.
dan Terapi, serta buku-buku lainnya. Informasi obat juga dapat diperoleh dari
2. Komposisi
4. Dosis pemakaian
5. Cara pemakaian
8. Tanggal kadaluarsa
majalah ilmiah, buku teks, laporan penelitian dan farmakope. Fasilitas mencakup
b) Laporan kasus
c) Studi evaluative
d) Laporan deskriptif
2. Pustaka sekunder
3. Pustaka tersier
Berupa buku teks atau data base, kajian artikel, kompendia dan pedoman
praktis. Pustaka tersier umumnya berupa buku referensi yang berisi materi yang
dimaksud dengan hak pasien antara lain ialah hak informasi, hak untuk
kedua.
Pada umumnya, ada dua jenis metode utama untuk menjawab pertanyaan
informasi, yaitu komunikasi lisan dan tertulis. Apoteker, perlu memutuskan kapan
suatu jenis dari metode itu digunakan untuk menjawab lebih tepat daripada yang
lain. Dalam banyak situasi klinik, jawaban oral biasanya diikuti dengan jawaban
tertulis.
a. Jawaban tertulis
kepada penanya dan menjadi suatu rekaman formal untuk penanya dan responden.
didesak penanya. Jawaban tertulis dapat mengakomodasi tabel, grafik, dan peta
Setelah ditetapkan bahwa jawaban lisan adalah tepat, apoteker perlu memutuskan
jenis metode jawaban lisan yang digunakan. Ada dua jenis metode menjawab
secara lisan, yaitu komunikasi tatap muka dan komunikasi telepon. Komunikasi
tatap muka lebih disukai, jika apoteker mempunyai waktu dan kesempatan untuk
a. Menjawab pertanyaan spesifik yang diajukan melalaui telpon, surat atau tatap
muka,
b. Menyiapkan materi brosur atau leflet informasi obat (pelayanan cetak ulang
atau re print),
penggunaan obat-obatan,
rumah sakit dan meninjau terhadap obat-obat baru yang diajukan untuk masuk
PENUTUP
A. KESIMPULAN
untuk memberi informasi secara akurat, tidak biasa dan terkini kepada dokter, apoteker,
Adapun tujuan pelayanan informasi obat yaitu, menunjang ketersediaan dan penggunaan obat
yang rasional, berorientasi pada pasien, tenaga kesehatan, dan pihak lain. menyediakan dan
memberikan informasi obat kepada pasien, tenaga kesehatan, dan pihak lain.
Langkah-langkah sistematis pemberian informasi obat oleh petugas PIO yaitu penerimaan
penelusuran sumber data, formulasikan jawaban sesuai dengan permintaan, pemantauan dan
tindak lanjut
Sasaran pelayanan informasi obat yaitu kepada dokter, perawat, pasien dan keluaga
B. SARAN
Agara pemebrian informasi yang di sampaikan oleh petugas apoteker atau tenaga