Anda di halaman 1dari 38

30

BAB II
PELAYANAN KESEHATAN DASAR DI PUSKESMAS

2.1 Pengertian Puskesmas


Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dari Dinas Kesehatan yang bertanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya yaitu di
kecamatan.3 Tujuan pembangunan kesehatan dijelaskan dalam Undang-Undang RI
No.23 tahun 1992 Bab II pasal 3 yang berbunyi pembangunan kesehatan bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.3 Untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara
menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Tujuan diselenggarakannya pembangunan
kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan
pembangunan kesehatan berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing
sumberdaya manusia indonesia.1 Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan
sesuai dengan visi Kementrian Kesehatan, masyarakat sehat yang mandiri dan
berkeadilan melalui misinya.1,2
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat
adalah gambaran masayarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan
berperilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggitingginya. Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup empat indikator
utama, yakni lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang
bermutu, derajat kesehatan penduduk kecamatan.1,2
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah:1,2

31

1.

Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.


Puskesmas

akan

selalu

menggerakkan

pembangunan

sektor

lain

yang

diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan, yakni


pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan,
setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat.
2.

Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah


kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat
yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan,
melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk
hidup sehat.

3.

Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan


kesehatan

yang

diselenggarakan.

Puskesmas

akan

selalu

berupaya

menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar dan


memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta
meningkatkan efisiensi pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau oleh seluruh
anggota masyarakat.
4.

Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat


berserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan
yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan
menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dilakukan puskesmas mencakup
pula aspek lingkungan dari yang bersangkutan.
Dalam melaksanakan program-programnya puskesmas di Cimahi dan Dinas

Kesehatan selalu mengacu kepada tujuan pembangunan kesehatan nasional dan


kebijakan yang disusun oleh daerah Kota Cimahi. Puskesmas Cipageran adalah salah
satu unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kota Cimahi yang bertanggung jawab
terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kelurahan cipageran. Selain itu, puskesmas
Cipageran juga menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan dasar di masyarakat pun
harus mempunyai visi dan misi.1,2

32

Visi Puskesmas Cipageran adalah menjadi puskesmas dengan pelayanan prima


menuju Cimahi Sehat Mandiri 2017.2 Motto Puskesmas Cipageran adalaah
SAHABAT
S :Senyum, Sapa, Salam, Sopan santun pedoman hidup kami
A :Aman dan nyaman bermitra bersama kami
H :Hangat dan ramah pelayanan kami
A :Akses pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas dan terjangkau strategi kami
B : Berbudaya sehat menjadi keseharian kami
A : Agamis mewarnai keseharian kami
T : Target Puskesmas Efektif dan responsif menjadi etos kerja kami
Misi puskesmas merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan oleh instansi
pemerintahan agar visi organisasi dapat tercapai dan memberi arah terhadap pencapaian
tujuan dan sasaran. Misi Puskesmas Cipageran yaitu:3
1. Memberi pelayanan yang bermutu dengan mempertahatikan kebutuhan pelanggan
2. Memberdayakan masyarakat dalam upaya peningkatan kemandirian untuk hidup
sehat
3. Menggalang kemitraan dengan berbagai pihak yang terkait dengan bidang
kesehatan di wilayah Kelurahan Cipageran
2.2 Kegiatan Pokok Puskesmas
Puskesmas Cipageran merupakan salah satu unit pelaksana teknis Dinas
Kesehatan Kota Cimahi yang bertanggung jawab terhadap pengembangan kesehatan di
wilayah kelurahan Cipageran. Puskesmas berperan dalam menyelenggarakan upaya
kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yang sesuai dengan UndangUndang RI No.23 tahun 1992. Upaya kesehatan yang dilaksanakan di Puskesmas
Cipageran terdiri dari upaya kesehatan wajib atau pokok merupakan upaya kesehatan
yang dilaksanakan oleh seluruh puskesmas di Indonesia. Upaya ini memberikan daya
ungkit paling besar terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan melalui peningkatan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM), serta merupakan kesepakatan global maupun
nasional.

33

Upaya kesehatan wajib Puskesmas Cipageran adalah Promosi Kesehatan yang terdiri
dari kegiatan penyuluhan di dalam dan luar gedung, serta penyuluhan PHBS; Kesehatan
Lingkungan; Kesehatan Ibu dan Anak dan Keluarga Berencana; Perbaikan Gizi
Masyarakat; Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular serta Pengobatan.
2.3 Fungsi Puskesmas
Dalam melaksanakan program kerja untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan,
puskesmas memiliki tiga fungsi, diantaranya:
.3.1 Menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan
Menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan yang memiliki makna bahwa
Puskesmas harus berperan sebagai penggerak dan motivator terselenggaranya
pembangunan yang mengacu, berorientasi serta dilandasi oleh kesehatan sebagai faktor
pertimbangan utama. Pembangunan yang dilaksanakan di tingkat kecamatan,
seharusnya memiliki dampak positif terhadap lingkungan sehat dan perilaku sehat, yang
tujuannya

adalah

meningkatkan

kesehatan

masyarakat.

Fungsi

menggerakan

pembangunan berwawasan kesehatan dapat dinilai dari seberapa jauh institusi jajaran
non-kesehatan memperhatikan kesehatan bagi institusi dan warganya. Oleh sebab itu,
keberhasilan fungsi ini dapat dinilai melalui Indeks Potensi Tatanan Sehat (IPTS). IPTS
memiliki 3 tatanan yaitu:
1. Tatanan sekolah (SD, SMP, SMU/SMK, Madrasah, Universitas)
2. Tatanan tempat kerja (Kantor, pabrik, industri rumah tangga, tempat kerja
peternakan, tempat kerja di perkebunan/ pertanian, dan lain-lain)
3. Tatanan tempat umum (pasar, tempat ibadah, rumah makan, tempat hiburan, dan
lain-lain)
Dengan tatanan tersebut, dalam melaksanakan fungsi sebagai penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan puskemas memiliki 3 indikator sebagai berikut:
1. Berapa % sekolah yang dinyatakan berpotensi sehat
2. Berapa % tempat kerja yang dinyatakan berpotensi sehat
3. Berapa % tempat-tempat umum yang dinyatakan berpotensi sehat
Indikator Potensi Tatanan Sehat untuk masing-masing tatanan telah dikembangkan
oleh Dit Promosi Kesehatan dan beberapa pihak terkait. Untuk menyederhanakan

34

indikator dari setiap tatanan dapat dibuat indeks dasar yang memiliki empat cakupan
indikator, yaitu:
1. Tersedianya air bersih
2. Tersedianya jamban yang saniter
3. Adanya larangan merokok
4. Adanya dokter kecil untuk SD atau Palang Merah Remaja (PMR) untuk SMP
2.3.2 Memberdayakan masyarakat dan memberdayakan keluarga
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang bersifat non-instruktif
dengan tujuan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu
mengidentifikasi masalah, merencanakan dan melakukan pemecahan masalah dangan
memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada, baik dari instansi sektoral
maupun LSM dan tokoh masyarakat.
Fungsi puskesmas dalam memberdayakan masyarakat dapat dikukur dengan
beberapa indikator antara lain:
1. Tumbuh kembang UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat), yang rincian
indikator dan manajemen pembinaannya telah dituliskan pada buku ARRIF,
Pedoman Manajemen Peran Serta Masyarakat yang diterbitkan oleh Depkes.
2. Tumbuh dan berkembangnya LSM yang bergerak di bidang kesehatan
3. Tumbuh dan berfungsinya BPKM (Badan Peduli Kesehatan Masyarakat) atau BPP
(Badan Penyantun Puskesmas)
Pemberdayaan keluarga adalah segala upaya fasilitas non-instruktif yang berguna
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan keluarga agar mampu mengidentifikasi
masalah, merencanakan dan mengambil keputusan untuk melakukan pemecahan
masalah dengan benar, tanpa atau dengan bantuan pihak lain. Fungsi pemberdayaan
keluarga dapat dinilai dengan semakin banyaknya keluarga sehat di wilayah kerja
puskesmas. Khusus untuk lokasi proyek KKG, indikator yang dipakai adalah Indeks
Potensi Keluarga Sehat (IPKS). Semakin banyak keluarga yang berpotensi sehat, berarti
semakin berhasilnya upaya pemberdayaan keluarga dipuskesmas.
2.3.3

Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama

Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan yang berisfat mutlak perlu,
yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat serta memiliki nilai strategis

35

untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Upaya pelayanan kesehatan tingkat


pertama yang diselenggarakan puskesmas bersifat hilistik, komperhesif, terpadu dan
berkesinambungan. Misi ini berkaitan erat dengan program yang dilaksanakan
puskesmas. Program puskesmas dibedakan menjadi program kesehatan dasar dan
program kesehatan pengembangan.
Program kesehatan dasar adalah program minimal yang harus dilaksanakan oleh tiap
Puskesmas, yang dikemas dalam basic six yaitu:
1. Promosi Kesehatan (Promkes)
2. Kesehatan Lingkungan (Kesling)
3. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) termasuk Keluarga Berencana (KB)
4. Perbaikan Gizi
5. Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)
6. Pengobatan
Indikator keberhasilan misi pelayanan kesehatan adalah IPMS (Indikator Potensi
Masyarakat Sehat) terdiri dari cakupan dan kualitas program basic six. IPMS minimal
mencakup program pokok dan kualitas pelayanan kesehatan, yaitu:
Tabel 2.1 Indikator Program Kesehatan Dasar Puskesmas
Program Pokok
Promosi Kesehatan
Kesehatan
Lingkungan
Kesehatan Ibu Anak

Pemberantasan
Penyakit Menular

Pengobatan
Gizi

Kegiatan
Promoasi hidup bersih dan
sehat
Bimtek
penyehatan
pemukiman
ANC,
MTBS,
Imuniasasi
KB
Diare
ISPA
Malaria
TB

Indikator
Perbaikan perilaku hidup sehat
Perbaikan lingkungan

K4. Linakes
Cakupan MTBS
Cakupan imunisasi
Cakupan MKET
Cakupan penemuan kasus
Cak m kk9upan penemuan
kasus
Cakupan penemuan kasus
Kesembuhan
Medik Dasar
Cakupan pelayanan
UGD
Jumlah kasus
Lab Sederhana
Jumlah pemeriksaan
Distribusi vitamin A/Fe/Cap Cakupan vitamin /Fe/Cap Yod
Yod
% gizi kurang/buruk,
PSG
SDKN
Promosi Gizi
% Kadarzi

36

Kualitas
kesehatan

pelayanan Jaga mutu


Provider
Konsumen
Sumber dari Data Puskesmas Cipageran tahun 2014.1

Tingkat kepatuhan
Kepuasan pasien

Selain 6 program kesehatan dasar tersebut diatas, setiap Puskesmas juga harus
mengembangkan program lain sesuai dengan situasi, kondisi, masalah dan kemampuan
Puskesmas setempat. Program lain diluar 6 program kesehatan dasar tersebut diatas
sebagai

program

kesehatan

pengembangan.

Atas

dasar

program

kesehatan

pengembangan, puskesmas dapat memiliki program khusus sesuai program yang


dikembangkan, sebagai contoh : Puskesmas daerah perkotaan melakukan paket
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan dengan masyarakat perkotaan.
Berikut ini merupakan pencapaian pembangunan kesehatan Puskesmas Cipageran
beserta Indikator keberhasilannya.
Tabel 2.2 Pencapaian bidang kesehatan Puskesmas Cipageran
Indikator
Cakupan kunjungan ibu hamil (K4)
Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
Cakupan pelayanan nifas
Cakupan neonatus dg komplikasi ditangani
Cakupan kunjungan bayi
Cakupan pelayanan anak balita
Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan
Cakupan pemberian makanan pendamping ASI
pada anak 6-24bulan dari keluarga miskin
Cakupan penjaringan siswa SD dan setingkat
Cakupan peserta KB aktif
Cakupan penemuan dan penanganan penderita
penyakit
Sumber dari data Puskesmas tahun 2014.1

Jumlah
Sasaran
735
147
701

Hasil

Target

Pencapaian

600
147
560

82%
100%
80%

701
99
668
3112
3
104

561
99
562
1695
3
8

80%
100%
84%
54%
100%
100%

751
7652

751
6496

100%
85%

37

2.4

Orgianisasi dan Tata Kerja Puskesmas


1.4.1 Organisasi Puskesmas
Puskesmas dalam bidang pelayanan kesehatan merupakan unit pelaksana pelayanan
kesehatan

masyarakat

tingkat

pertama

yang

dibina

oleh

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota.
Puskesmas merupakan organisasi struktural dan berkedudukan sebagai unit
pelaksana teknis Dinas dipimpin oleh seorang kepala, yang berada dibawah dan
bertanggungjawab kepala Kepala Dinas Kabupaten/Kota dan secara operasional
dikoordinasikan oleh Camat.
Rumusan organisasi puskesmas sebagai UPTD dari Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota, yaitu:
1.

Puskesmas mempunyai tugas teknis operasional, yaitu tugas untuk melaksanakan


kegiatan teknis yang secara langsung berhubungan dengan masyarakat

2.

Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota mempunyai tugas untuk menetapkan struktur


organisasi puskesmas dengan pertimbangan beban kerja dan potensi sumber daya
yang tersedia dipuskesmas

Pola organisasi puskesmas adalah sebagai berikut:


Gambar 2.1 Pola organisasi puskesmas
Berikut ini merupakan pola organisasi atau struktur organisasi Puskesmas Cipageran:
KEPALA PUSKESMAS
KASUBAG TATA USAHA

Drg. Irmawati Puspita Dewi

K. Tri Hastuti

KEUANGAN & PERLENGKAPAN

UMUM & KEPEGAWAIAN


K. Tri Hastuti

1.
2.

3.

KOORDINATOR UNIT 2 / YANMAS

KOORDINATOR UNIT 3 / P2P

KOORDINATOR . UNIT 4 /JAMPROOINFOKES


dr. Susi Sekarwati

dr. Ollive P. Dasylva

dr. Dhyani
1
2
3
4
5
6
7
8

BP
Jiwa
BP GIGI
Farmasi
Laboratorium
Kesehatan Indera
MEDREK
Pendaftaran

: dr. Olive PD
: Ika S
Promkes
: drg. Santi1.
Wulansari
JKN
: Fitri Z 2.
: Yani C
SIK
: Ika S
: M.Sopiana
: Lilis S

3.

2. KB

: Nurhayati Salanda
Gizi
: Arie H 3
4
UKS
: M. Sopiana
5
Usila

: Erly
: Arie Handayani
: Retno AP
: Ika S
: Retno AP
: Erly
: Enok Mimin

1
2
3
4

5
Gambar 2.2 Struktur
Organisasi Puskesmas Cipageran
6
PKRET
6
7

PKPR

Sri Dosowatie
K. Tri Hatuti

Bend. Penerima: Yani


Bend. Pengeluaran: Nurhayati
Bend. Material : Lia Amalia

KOORDINATOR UNIT 1 / YANMED

Drg. Herlina1. KIA

PERENCANAAN &
PERENCANAAN
& PELAPORAN
PELAPORAN

Taskit
Imuniasai
Kesling
H
TB Paru Kusta
ISPA
Diare

: dr.Olive P.D
: Devilia
: Ani
: Imas W
: Yuliani
: Yuliani

38

2.4.2

Tata Kerja Puskesmas


Hubungan tata kerja puskesmas dalam sistem pemerintahan di Kabupaten /

Kota sebagai berikut:

Bupati / Walikota
Dinkes Kab/ Kota

RSUD
Camat
BPKM / BPP

Puskesmas

Unit Fungsional
Pustu / BPP
Gambar 2.3 Hubungan tata kerja Puskesmas dalam sistem pemerintahan
Tata kerja puskesmas diatur sebagai berikut:
1.

Koordinasi fungsional antara puskesmas dengan RSUD dalam bidang


pelayanan medik

2.

Koordinasi fungsional antara puskesmas dengan Camat dalam bidang


pembangunan kesehatan di wilayah Kecamatan

3.

Koordinasi fungsional antara puskesmas dan BPP dalam pemeberdayaan


masyarakat dan keluarga dalam rangka meningkatkan program puskesmas

2.5 Pengelolaan / Manajemen Puskesmas


Untuk dapat mencapai visi Puskesmas melalui 3 fungsinya dibutuhkan
manajemen yang baik. Terori manajemen banyak jenisnya, diantaranya adalah
sebagai berikut :

39

1. Model PIE ( Planning, Implementation dan Evaluation). Model manajemen


seperti ini merupaka sistem manajemen yang sederhana, karena hanya
meliputi 3 fungsi saja, yaitu:

Planning atau perencanaan

Implementing atau implementasi dan

Evaluation atau evaluasi

2. Model POAC (Planning, Organizing, Actuating dan Controling),


Model POAC ini memiliki 4 cakupan, dengan rincian fungsi manajemen
sebagai berikut:

Planning atau perencanaan

Organizing atau pengorganisasian

Actuating atau penggerakan dan

Controlling atau pemantauan

3. Model P1 P2 P3 (Perencanaan, Penggerakan Pelaksanaan, Pengawasan


Pengendalian Penilaian)
Model ini digunakan oleh jajaran kesehatan di Puskesmas, dengan rincian
sebagai berikut:

P1, perencanaan berbentuk Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP)

P2, penggerakan pelaksanaan berbentuk Lokakarya Mini Puskesmas

P3, pengawasan, pngendalian dan penilaian, berbentuk Stratifikasi


Puskesmas yang akan berubah menjadi Penilaian Kinerja Puskesmas

4. ARRIF (Analisis, Rumusan, Rencana, Implementasi dan Forum komunikasi)


Model ini digunakan oleh jajaran Depkes, khususnya yang bergerak di bidang
partisipasi masyarakat. Manajemen ARRIF menghasilkan profil PSM di
tingkat kecamatan, kabupaten/kota, propinsi maupun pusat/nasional.
5. ARRIME (Analisis, Rumusan, Rencana, Implementasi, Monitoring, dan
Evaluasi)
Model manajemen ARRIME hampir sama dengan ARRIF, hanya fungsi
monitoring dan evaluasi secara tegas dipisahkan, karena aspek yang dikelola

40

meliputi 3 fungsi puskesmas, sehingga fungsi monitoring dan evaluasi harus


dipisah.
Pusekesmas Cipageran menggunakan model P1 P2 P3 (Perencanaan,
Penggerakan Pelaksanaan, Pengawasan Pengendalian Penilaian). Puskesmas
Cipageran memiliki beberapa unsur pedoman kerja puskesmas seperti yang sudah
ditetapkan oleh Depkes, yang tertera dalam buku pedoman kerja puskesmas,
Depkes RA, 1997), meliputi:
1. Perencanaan tingkat puskesmas
2. Loka karya mini puskesmas
3. Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP)
4. Monitoring bulanan
5. Pelaksanaan quality assurance di puskesmas
6. Stratifikasi puskesmas
7. Tata usaha puskesmas
2.5.1 Manajemen Operasional Puskesmas
Manajemen operasional puskesmas memiliki tugas sebagai berikut:
1. Membuat data pencapaian atau cakupan kegiata pokok tahunan
2. Menyusun RUK melalui analisa dan perumusan masalah berdasarkan
prioritas
3. Menyusun RPK secara rinci dan lengkap
4. Melaksanakan lokarya mini bulanan
5. Melaksanakan lokarya mini tribulanan (lintas sektor)
6. Membuat dan mengirimkan laporan bulanan ke kota tepat waktu
7. Membuat data 10 penyakit terbanyak setiap bulan
2.5.2 Manajemen Alat dan Obat
Manajemen alat dan obat memiliki beberapa tugas, diantaranya:
1. Membuat kartu inventaris dan menempatkan di masing-masing ruangan
2. Melaksanakan up dating daftar inventaris alat
3. Mencatat penerimaan dan pengeluaran obat di setiap unit pelayanan
4. Membuat kartu stok untuk setiap jenis obat atau bahan digudang
puskesmas

41

5. Menerapkan FIFO dan FEFO


2.5.3 Manajemen Keungan
Manajemen keungan memiliki tugas sebagai berikut:
1. Membuat catatan bulanan uang masuk- keluar dalam buku kas
2. Melakukan pemeriksaan keungan secara berkala
2.5.4

Manajemen ketenagaan
Manajemen ketenagaan memiliki tugas sebagai berikut:

1.

Membuat daftar / catatan kepegawaian petugas

2.

Membuat uraian tugas dan tanggung jawab setiap petugas

3.

Membuat rencana kerja bulanan bagi setiap petugas sesuai dengan tugas,
wewenang, dan tanggung jawab

4.

Membuat penilaian SKP tepat waktu


2.6

Sistem Pencatatan dan Pelaporan di Puskesmas


Sistem informasi puskesmas (SIMPUS) dan sistem pelaporan terpadu SIMPUS
(SPT SIMPUS) telah dikembangkan diberbagai dinas kesehatan di indonesia.
SIMPUS merupakan perangkat lunak yang digunakan puskesmas untuk merekam
data kunjungan pasien rawat jalan. Data kunjungan pasien disimpan dan
digunakan untuk membuat data pelaporan pada periode waktu tertentu yang
selanjutnya data tersebut dikirimkan ke dinas kesehatan.
SP2TP adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga
dan upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas yang bertujuan agar didapatnya
semua data hasil kegiatan Puskesmas (termasuk Puskesmas dengan tempat tidur,
Puskesmas Pembantu, Puskesmas keliling, bidan di Desa dan Posyandu) dan data
yang berkaitan, serta dilaporkannya data tersebut kepada jenjang administrasi
diatasnya sesuai kebutuhan secara benar, berkala dan teratur, agar dapat
menunjang pengelolaan upaya kesehatan masyarakat (Ahmad, 2005).
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas adalah kegiatan
pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan
kesehatan di Puskesmas yang ditetapkan melalui SK MENKES/SK/II/1981. Data

42

SP2PT berupa Umum dan Demografi, Ketenagaan, Sarana, Kegiatan pokok


Puskesmas.
Sistem pencatatan dan pelaporan puskesmas Cipageran menggunakan sistem
SIMPUS dengan sistem komputerisasi on line, dengan metode LAN (Local Area
Network). Pelaporan kasus kesakitan dan kematian dengan sistem SMS Gateway,
terhubung secara online antara seluruh Puskesmas Kota Cimahi, Dinas Kesehatan
Kota Cimahi, Dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.
2.6.1 Pencatatan
Kegiatan pokok Puskesmas baik yang dilakukan didalam gedung maupun
diluar gedung harus dilakukan pencatatan. Sehingga diperlukan adanya
mekanisme pencatatan yang baik, formulis yang cukup serta cara pengisian yang
benar dan teliti.
1. Formulir pencatatan
Formulir pencatatan S2TP terdiri dari:
a. Rekam Kesehatan Keluarga (RKK) atau disebut Family Folder
b. Kartu Tanda Pengenal (KTP)
c. Kartu Rawat Jalan
d. Kartu Rawat Tinggal
e. Kartu penderita Kusta
f. Kartu Indeks Penyakit Khusus Kusta
g. Kartu Penderita TB paru
h. Kartu Infeksi Penyakit Kasus TB Paru
i. Kartu Ibu
j. Kartu Anak
k. KMS Balita
l. KMS Anak Sekolah
m. KMS Ibu Hamil
n. KMS Usila
o. Kartu Tumbuh Kembang Balita
p. Kartu Rumah
q. Register

43

2.6.1.1 Mekanisme Pencatatan


Pada prinsipnya seorang pasien yang berkunjung pertama kali atau kunjungan
ulang ke Puskesmas harus melalui loket untuk mendapatkan Kartu Tanda
Pengenal atau untuk mengambil berkasnya dari petugas loket. Pasien tersebut
disalurkan pada unitnpelayanan yang dituju. Apabila pasien mendapatkan
pelayanan kesehatan di luar gedung Puskesmas, maka pasien tersebut akan dicatat
dalam register yang sesuai dengan pelayanan yang diterima.
LOKET

RKK termasuk kartu status


KTP
Register Kunjungan
-Kartu KB
Register noindeks

Register register
pelayanan dalam
gedung

Rujukan

Bank data Puskesmas


Pengolahan/penyajian
Penyusunan laporan

Gambar 2.4 Mekanisme Pencatatan di Puskesmas


2.6.2 Pelaporan
Pelaporan terpadu Puskesmas menggunakan tahun kalender yaitu dari bulan
Januari sampai dengan Desember dalam tahun yang sama. Sesuai dengan
Keputusan

Direktur

Jenderal

Pembinaan

Kesehatan

Masyarakat

No.590/BM/DJ/Info/V/96 diberlakukan formulir laporan yang baru. Berikut ini


merupakan formulir laporan bulanan dan tahunan puskesmas:
Pelaporan lebih bersifat objektif yang dilaporkan secara rinci dan disampaikan
secara jelas dan lengkap. Pelaporan merupakan cara komunikasi petugas
kesehatan tentang hasil suatu kegiatan yang telah dilaksanakan dan pelaporan

44

sebagai alat komunikasi yang penting antara petugas kesehatan. Data yang
dilaporkan harus tepat, akurat.
1.

Laporan Bulanan
a.

Data Kesakitan

b. Data Obat-Obatan
c. Gizi, KIA, Imunisasi dan Pengamatan Penyakit Menular
d. Data kegiatan Puskesmas
2. Laporan Tahunan
a. Data Dasar Puskesmas
b. Data Kepegawaian
c. Data Peralatan
2.7

Tugas dan Fungsi Tenaga Kesehatan di Puskesmas


SDM atau tenaga kesehatan di Puskesmas berperan sebagai pelaksana

pelayanan kesehatan. Dalam peran tersebut diharapkan agar tugas pokok dan
fungsi (tupoksi) tenaga kesehatan sesuai dengan pendidikan dan keterampilan
yang mereka miliki. Dalam peran sebagai pelaksana pelayanan kesehatan di
Puskesmas, tenaga kesehatan mempunyai tugas pokok dan fungsi berdasarkan
organisasi Puskesmas. Sesuai Kepmenkes No.128 tahun 2004 susunan organisasi
Puskesmas terdiri dari unsur pimpinan yaitu kepala puskesmas, unsur pembantu
pimpinan yaitu urusan tata usaha dan unsur pelaksana berupa unit-unit yang
terdiri dari petugas dalam jabatan fungsional. Jumlah unit tergantung kepada
kegiatan, tenaga dan fasilitas sehingga bila jumlah tenaga terbatas sedangkan
tugas harus dibagi habis, maka akan menimbulkan tugas tambahan yang
terintegrasi ke dalam tupoksi masing-masing petugas.
2.8

Potensi di Puskesmas

2.8.1 Ketenagaan di Puskesmas


Ketanagaan dipuskesmas terdiri dari tenaga medis dan non medis. Berikut ini
merupakan jumlah tenaga kerja yang ada di Puskesmas Cipageran.

45

Tabel 2.3 Data Ketenagaan di Puskesmas Cipageran Tahun 2014


NO

Jenis

A
1
2
3
4
5
6
7
8

Jumlah
Yang Ada

Medis
Dokter Umum
4
Dokter Gigi
2
Perawat
4
Bidan
5
Perawat Gigi
2
Petugas Gizi
1
Analis Laboratorium
2
Farmasi (Asisten
3
Apoteker)
9
Sanitan (Petugas
2
Kesehatan
Lingkungan)
B
Non Medis
1
Kepala Puskesmas
1
2
Administrasi (TU)
3
3
Tenaga Kebersihan
2
4
Penjaga malam
2
Total
34
Sumber data puskesmas Cipageran Tahun 2014.1

Standar

Kekurangan

3
1
6
3
1
1
2
2
1

1
3
2
2
29

2.8.2 Sumber dan Jumlah Dana Yang Diterima Puskesmas


Biaya merupakan unsur utama secara fisik yang harus dikorbankan demi
kepentingan dan kelancaran perusahaan dalam rangka menghasilkan laba yang
merupakan tujuan utama perusahaan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya
memerlukan perhatian yang sangat serius selain karena biaya juga merupakan
unsur pengurangan yang sangat besar dalam hubungannya dalam pencarian laba
bersih.
Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat yang menjadi tanggungjawab puskesmas, perlu ditunjang
dengan tersedianya pembiayaan yang cukup. Pada saat ini ada beberapa sumber
pembiayaan puskesmas yaitu:
1. Pemerintah

46

Sesuai dengan azas desentralisasi, sumber pembiayaan yang berasal dari


pemerintah terutama adalah pemerintah kab/kota. Disamping itu puskesmas masih
menerima dana yang berasal dari pemerintah provinsi dean pemerintah pusat.
Dana yang disediakan oleh pemerintah dibedakan atas dua macam yaitu: Dana
anggaran pembangunan yang mencakup dana pembangunan gedung, pengadaan
peralatan serta pengadaan obat Dana anggaran rutin yang mencakup gaji
karyawan, pemeliharaan gedung dan peralatan, pembelian barang habis pakai
serta biaya operasional. Setiap tahun kedua anggaran tersebut disusun oleh Dinas
Kesehatan Kab/Kota untuk seterusnya dibahas bersama DPRD Kab/Kota.
Puskesmas diberikan kesempatan mengajukan kebutuhan untuk kedua anggaran
tersebut melalui Dinas kesehatan Kab/Kota. Penanggungjawab penggunaan
anggaran yang diterima oleh puskesmas adalah kepala puskesmas, sedangkan
administrasi keuangan dilakukan oleh pemegang keuangan puskesmas yakni staf
yang ditetapkan oleh Dinas KesehatanKab/Kota atas usulan kepala puskesmas.
Penggunaan dana sesuai dengan usulan kegiatan yang telah disetujui dengan
memperhatikan berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Pendapatan Puskesmas
Sesuai dengan kebijakan pemerintah, masyarakat dikenakan kewajiban
membiayai upaya kesehatan perorangan yang dimanfaatkannya, yang besarnya
ditentukan oleh Peraturan Daerah masing-masing (retribusi). Pada saat ini ada
beberapa kebijakan yang terkait dengan pemanfaatan dana yang diperoleh dari
penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan ini yakni: Seluruhnya disetor ke kas
daerah Untuk ini secara berkala puskesmas menyetor seluruh dana retribusi yang
diterima ke kas daerah melalui Dinas Kesehatan Kab/Kota Sebagian dimanfaatkan
secara langsung oleh puskesmas.
Beberapa daerah tertentu membenarkan puskesmas menggunakan sebagian
dari dana yang diperoleh dari penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan, yang
lazimnya berkisar antara 25 50% dari total dana retribusi yang diterima.
Penggunaan dana hanya dibenarkan untuk membiayai kegiatan operasional
puskesmas. Penggunaan dana tersebut secara berkala dipertanggungjawabkan oleh

47

puskesmas ke pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan Kab/Kota Seluruhnya


dimanfaatkan secara langsung oleh puskesmas
Beberapa daerah tertentu lainnya membenarkan puskesmas menggunakan
seluruh dana yang diperoleh dari penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan
untuk membiayai kegiatan operasional puskesmas. Dahulu puskesmas yang
menerapkan model pemanfaatan dana seperti ini disebut puskesmas swadana.
Pada saat ini sesuai dengan kebijakan dasar puskesmas yang juga harus
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat yang dananya ditanggung oleh
pemerintah diubah menjadi puskesmas swakelola. Dengan perkataan lain
puskesmas tidak mungkin sepenuhnya menjadi swadana. Pemerintah tetap
berkewajiban menyediakan dana yakni untuk membiayai upaya kesehatan
masyarakat yang memang menjadi tanggungjawab pemerintah.
3. Sumber Lain
Pada saat ini puskesmas juga menerima dana dari beberapa sumber lain seperti:
PT ASKES yang peruntukannya sebagai imbal jasa pelayanan yang diberikan
kepada para peserta ASKES. Dana tersebut dibagikan kepada para pelaksana
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. PT Jamsostek yang peruntukannya juga
sebagai imbal jasa pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta jamsostek.
Dana tersebut juga dibagikan kepada para pelaksana sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Jamkesmas/Jamkesda untuk membantu masyarakat miskin,
pemerintah menyalurkan dana secara langsung ke puskesmas. Pengelolaan dana
ini mengacu pada pedoman yang telah ditetapkan.
Apabila sistem Jaminan Kesehatan Nasional telah berlaku akan terjadi
perubahan pada sistem pembiayaan kesehatan. Sesuai dengan konsep yang telah
disusun direncanakan pada masa yang akan datang pemerintah hanya
bertanggungjawab untuk membiayai upaya kesehatan masyarakat, sedangkan
untuk upaya kesehatan perorangan dibiayai melalui Sistem Jaminan Kesehatan
Nasional, kecuali untuk penduduk miskin yang tetap ditanggung oleh pemerintah
dalam bentuk pembayaran premi. Dalam keadaan seperti ini apabila puskesmas
tetap diberikan kesempatan menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan, maka

48

puskesmas akan menerima pembayaran dalam bentuk kapitasi dari Badan


Penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional.
Untuk itu puskesmas harus dapat mengelola dana kapitasi tersebut dengan
sebaik-baiknya sehingga disatu pihak dapat memenuhi kebutuhan peserta Jaminan
Kesehatan Nasional dan pihak lain tetap memberikan keuntungan bagi puskesmas.
Tetapi apabila puskesmas hanya bertanggungjawab menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat, maka puskesmas hanya akan menerima dan mengelola
dana yang berasal dari pemerintah.
2.8.3 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan komponen yang sangat penting yang dapat
menunjuang terlaksananya kegiatan sebuah instansi atau organisasi.
Berikut ini merupakan sarana dan prasarana kesehatan yang ada di Puskesmas
Cipageran.
2.8.3.1 Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan merupakan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat, sehingga memiliki peran yang sangat strategis dalam
mempercepatpeningkatan

derajat

kesehatan

masyarakat

sekaligus

mengendalikan pertumbuhan penduduk.


Tabel 2.5 Data sarana kesehatan Puskesmas Cipageran
NO
Sarana Kesehatan Yang Ada
1
Puskesmas
2
Pustu
3
Rumah Sakit Umum
4
Rumah Sakit Bersalin
5
Dokter Praktek Swasta
6
Dokter Spesialis Praktek Swasta
7
Bidan Praktek Swasta (BPS)
8
Dokter Gigi Praktek Swasta
9
Balai Pengobatan Umum
10
Apotik
11
Toko Obat
12
Optik
13
Akupuntur
14
Pengobatan Traditional
Sumber data dari Puskesmas Cipageran Tahun 2014.1

Jumlah
1
1
1
1
1
14
8
1
4
2
2
35

untuk

49

2.8.3.2 Sarana dan Prasarana Pendukung


Sarana dan prasarana pendukung yang dimiliki Puskesmas Cipageran sebagai
berikut:
Tabel 2.6 Jenis Sarana Air Bersih Di Wilayah Binaan Puskesmas Cipageran
NO
1

Jenis SAB
Pompa Listrik

Jumlah
4464

Keterangan
Jumlah mata air 7
titik, aretis 2 titik

2
Sumur
704
3
Pompa tangan
41
4
Sambungan Rmh/MA
58
5
PDAM/Ledeng
1102
6
Mata air
58
7
Sumur
125
Sumber Data : Puskesmas Cipageran Th. 2014.1
Tabel 2.7 Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Jumlah KK Yang menggunakan SPAL Di Wilayah Binaan Puskesmas Cipageran
NO
1

Kategori SPAL
Menggunakan SPAL :
1.1 Selokan
1.2 Diresapkan
1.3 Ditampung dihalaman rumah

Jumlah

Persentase (%)

4846
1271
169

Sumber Data : Puskesmas Cipageran Th. 2014.1


Puskesmas mempunyai tugass untuk melaksanakan pelayanan kesehatan baik
preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif kepada masyarakat di kelurahan
Cipageran. Untuk menjalankan tugasnya Puskesmas Cipageran dilengkapi dengan
fasilitas :

50

Tabel 2.8 Fasilitas Puskesmas Cipageran


No
1

Uraian
Tanah

Gedung

Motor Dinas

Keterangan
Status : Pemkot Cimahi
Luas : 650m2
Sumber air bersih : PDAM dan
jetpump
Septic tank
Jumlah Gedung
Gedung A
- Luas Lantai Atas : 120m2
- Luas Lantai Bawah 120m2
Gedung B
- Luas lantai Atas 97.2m2
- Luas Lantai Bawah
Daya Listrik
- Gedung A : 3500 watt
- Gedung B : 3300 watt
Kondisi Lama
Kondisi Baru

4
Ambulans
Sumber Data : Puskesmas Cipageran Th. 2014.1

Jumlah

2
2

3
0
0

2.8.3.3 Perlengkan dan Fasilitas Lainya


1) Peralatan
Peralatan adalah saran dan prasarana yang diperlukan untuk mendukung agar
dapat berjalan lancar, sehingga pelaksanaan pelayanan Puskesmas berjalan sesuai
dengan harapan. Peralatan Puskesmas Cipageran meliputi:
1. Peralatan Medis

Umum

K.I.A Set

Poliklinik Set

Public Health Nurshing Kit

Diagnostic and Surgical Equipment

Laboratory Equipment

Alat Imunisasi

Emergensi Kit

51

IUD Kit

Bidan Kit

UKS Kit

Dental Unit, Dll.

2. Peralatan Mebeuler
3. Peralatan Elektronik
2) Obat
Daftar obat-obatan yang ada di Puskesmas Cipageran adalah sebagai berikut:
1. Analgetik, yaitu antalgin.
2. Analgetik anti piretik, yaitu paracetamol.
3. Ains yaitu, piroxicam, asam mefenamat, ibu profen, kalium diklofenat,
meloxicam.
4. Antibiotika,

diantaranya

amoksilin,

co-amoxiclav,

ciprofloxacin,

contrimoxazol, sulfacetamid, Eritromisin, Azitromisin, Gentamisin.


5. Antibiotika lain, Kloramfenikol, thiamfenikol, clindamicin, oksitetrasiklin.
6. Antivirus herpes, Acilovir
7. Anti amuba, metronidazol
8. Anti jamur, gliseofulvin, miconazol, nistati, salep 2-4, anti fungi.
9. Kortikosteorid, perdison, dexametason, hidrokortison, betametason.
10. Hipolipidemik, simvastamin, gemfibrozil.
11. Anti diabetic oral, glibenclamid, metformin.
12. Anti hipertensi, catopril.
13. Anti hipertensi dan anti angina, amlodipin, nifedipin, ISDN.
14. Glukosida jantung, digoxin.
15. Diuretika, Furosemid.
16. Antihistamin, loratidin, ctm.
17. Obat batuk, Ambroxol, GG, OBH.
18. Obat saluran cerna, antasaida DEON, NA bicarbonat.
19. Anti tukak, ranitidin, cimetidin, omperazol.
20. Diare akut, oralit, loperamid.

52

21. Anti emetic, domperidon.


22. Obat cacing, albendazolpyratel.
23. Anti asma, aminophilin, slbutamol.
24. Oksitosik, met, lergometrin.
25. Hemostatik, Vit K.
26. Multivitamin dan mineral.
27. Suplemen makanan, hidrofit.
28. Vitamin, B1, B6, Vit C, Vit A merah, Vit A biru, Calcium.
29. Antiseptic, rivanol, povidon iodine, salisil talk.
30. Tetes telinga, fenol gliserol
31. Anti ansietas.
32. Anti depresan.
33. Parkinsonisme.
34. Anti psikosisme.
35. Epilepsi.
36. Demensia.
2.8.4 Program Pokok Puskesmas
2.8.4.1. Kegiatan Pelayanan
Kegiatan Pelayanan puskesmas berdasarkan tempat kegiatan terdiri atas:
1) Kegiatan pelayanan dalam gedung
1.

UGD

: Setiap hari kerja

2.

Poli anak dan MTBS (0-5th) : Setiap hari kerja

3.

Poli Umum (5-50th)

4.

Poli Lansia (50th)

: Setiap hari kerja

5.

Poli Gigi

: Senin-Jumat

6.

Poli KIA-KB

: Setiap hari kerja

a. Imunisasi bayi

: Rabu

b. Pemeriksaan ibu hamil

: Senin-Kamis

c. KB IUD/Implant

: Senin&Jumat

d. KB suntik & pil

: Senin s.d Sabtu

e. Persalinan

: Setiap hari kerja

53

7.

Klinik TB-Paru ( Pengambilan obat TB)


a. Anak

: Jumat

b. Dewasa

: Selasa

8.

Laboratorium

9.

Klinik Konseling terpadu RELASI KITA JAGA ( Remaja,


Lansia, Sanitasi, KIA/KB/Laktasi, Gizi, Baliti/Tumbang, Jiwa, Gigi,
AIDS/HIV)
a. Kesehatan Remaja

: Setiap hari

b. Kesehatan lanjut usia

: Setiap hari

c. Kesehatan gigi dan mulut

: Setiap hari

d. KIA/KB/Laktasi

: Setiap hari

e. Balita/Tumbuh kembang

: Setiap hari

f. TBC

: Setiap hari

g. Kesehatan Jiwa

: Setiap hari

h. Gizi (Upaya Gizi Baik)

: Setiap hari

i. Klinik Sanitasi
j. Klinik HIV/AIDS
10.

: Setiap hari
: Setiap hari

Pelayanan Lainya
a. Pelayanan kesehatan calon jemaah haji
b. Pelayanan KIR Dokter (Surat sehat) dan Buta warna
c. Kerjasama pemeriksaan kesehatan, Buta warna & Laboratoium
Untuk sekolah
d. Pelayan FoBD/Abatisasi
e. Penyuluhan NAPZA anak sekolah
f. Pelayanan uji klinis garam beryodium

11.

Kegiatan rutin lainya:

a. Apel pagi, Setiap hari


b. Staf Meeting, sebulan sekali
c. Hari informasi untuk karyawan puskesmas, seminggu sekali
d. Lokmin tingkat kelurahan, sebulan sekali

54

Kegiatan pelayan Puskesmas berdasarkan jenis program kegiatan terdiri atas:


1) Berdasarkan jenis program kegiatan yang dijalankan, kegiatan pelayanan di
Puskesmas Cipageran terdiri dari 6 Kegiatan dasar Puskesmas / Basic Six :
A. Pengobatan dasar
a. Klinik rawat jalan umum di puskesmas, terbagi menjadi
UGD (Unit Gawat Darurat), untuk pasien gawat darurat &
penanggulangan kecederaan
Poli Anak & MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit), untuk pasien
usia 0-5 tahun
Poli Umum, untuk pasien usia 5-50 tahun
Poli Lansia, untuk pasien usia di atas 50 tahun
Poli KIA-KB
Poli TB Paru
b. Poli rawat jalan gigi
B. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak termasuk keluarga berencana (KIAKB)
a. Kesehatan Ibu
Pelayanan kesehatan bagi ibu hamil
Pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan termasuk pendampingan
Pelayanan nifas lengkap ( Ibu dan neonatus )
Pelayanan dan atau rujukan ibu hamil resiko tinggi/komplikasi
Program desa siaga / RW siaga
b. Kesehatan Bayi
Penanganan dan rujukan neonates resiko tinggi
Penanganan BBLR
c. Upaya Kesehatan Balita dan Anak Pra Sekolah

Pelayanan deteksi dan stimulasi dini tumbuh kembang (DIDTK)


balita

55

Pelayanan deteksi dan stimulasi dini tumbuh kembang (DIDTK)


anak pra sekolah

o Upaya Kesehatan anak usia sekolah dan remaja

Pelayanan kesehatan anak sekolah dasar oleh tenaga kesehatan atau


tenaga terlatih/ guru UKS/ Dokter kecil

Pelayanan kesehatan remaja

d. Pelayanan Keluarga Berencana


C. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular (P2P)
a. Program P2 TB Paru
Pengobatan penderita TB Paru dengan metoda DOTS
b. Program P2 Kusta
Penemuan tersangka penderita kusta
Pengobatan penderita kusta
Pemeriksaan kontak penderita kusta
c. Program Pelayanan Imunisasi
Imunisasi DPT 1 pada bayi
Pendataan Drop Out DPT 3 Campak
Imunisasi HB 1<7 hari
Imunisasi campak pada bayi
Imunisasi DT pada anak kelas 1 SD
Imunisasi TT pada anak SD kelas 2 dan 3
d. Program P2 Diare
Penemuan kasus diare di puskesmas oleh kader
Penanganan kasus diare dengan oral rehidrasi di puskesmas oleh
kader
Penanganan kasus diare dengan rehidrasi intravena
e. Program P2 ISPA

Penemuan kasus pneumonia dan pneumonia berat oleh puskesmas


dan kader

56

Penanganan kasus pneumonia dan pneumonia berat

Penanganan/ rujukan kasus pneumonia berat/ dengan tanda bahaya

o Program P2 DBD

Pemantauan jentik berkala

Penyelidikan epidemiologi

o Program P2 IMS & HIV-AIDS


Mengobati kasus IMS
Penanganan Kasus HIV-AIDS
D. Peningkatan kesehatan lingkungan (Kesling)
a. Program penyehatan air
Inspeksi sanitasi sarana air bersih
Pembinaan kelompok masyarakat/kelompok pemakai air
b. Program hygiene, sanitasi makanan dan minuman
Inspeksi sanitasi tempat pengelolaan makanan
Pembinaan tempat pengelolaan makanan
c.

Program penyehatan tempat pembuangan sampah dan limbah


Inspeksi sanitasi sarana pembungan sampah dan limbah
d. Program penyehatan pemukiman dan jamban keluarga
Pemeriksaan penyehatan lingkungan pada perumahan
e. Program pengawasan sanitasi tempat-tempat umum
Inspeksi sanitasi tempat-tempat umum
Sanitasi tempat umum memenuhi syarat
f. Program pengamanan tempat pengelolaan pestisida
Inspeksi sanitasi sarana pengelolaan pestisida
Pembinaan tempat pengelolaan pestisida
g. Program pengendalian vector
Pengawasan

tempat-tempat

potensial

permukiman penduduk dan sekitarnya

perindukan

vector

di

57

Pemberdayaan sasaran/kelompok/pokja potensial dalam upaya


pemberantasan tempat perindukan vector penyakit di pemukiman
penduduk dan sekitarnya
Desa/lokasi potensial yang mendapat intervensi pemberantasan
vector penyakit menular
E. Upaya perbaikan gizi masyarakat
a. Pemberian kapsul vitamin A pada balita 2kali/tahun
b. Distribusi tablet Fe untuk ibu hamil
c. Pemberian PMT pemulihan balita gizi buruk pada gakin
d. Penanganan gizi buruk dan gizi kurang
e. Memantau balita yang naik berat badanya di posyandu
f. Memantau dan menangani balita bawah garis merah
g. Poli gizi
F. Penyuluhan kesehatan masyarakat/promosi kesehatan (Promkes)
a. Penyuluhan kesehatan di dalam dan luar gedung
b. Penyuluhan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada :
Rumah tangga
Institusi pendidikan (sekolah)
Institusi sarana kesehatan
Institusi tempat-tempat umum
Institusi tempat kerja
c. Program bayi mendapat ASI eksklusif
d. Penyuluhan NAPZA
e. Mendorong terbentuknya upaya kesehatan berbasis masyarakat
Membina kemandirian posyandu
Pelatihan&membina kader posyandu
f. Program kota sehat
g. Madding
h. Pustaka kesehatan
2.8.5 Pola Penyakit di Puskesmas

58

Pola penyakit infeksi penderita rawat jalan di wilayah binaan Puskesmas


Cipageran yang tercatat selama tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.9 Penyakit Infeksi terbanyak di Wilayah Binaan Puskesmas Cipageran
tahun 2014
NO
Jenis Penyakit
Jumlah Kasus
1
ISPA tidak spesifik
7916
2
Faringitis akut
1170
3
Diare & GE
625
4
Demam yang tidak spesifik
409
5
Common cold
401
1
Sumber Data : Puskesmas Cipageran Th. 2014.
Pola penyakit non infeksi penderita rawat jalan di Puskesmas Cipageran
pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.10 Penyakit Non Infeksi Terbanyak di Puskesmas Cipageran Tahun 2014
NO
Jenis Penyakit
1
Hipertensi Primer
2
Mialgia
3
Gastroduodenitis
4
Tukak Lambung
5
Sakit Kepala
Sumber Data : Puskesmas Cipageran Tahun. 2014.1

Jumlah Kasus
2622
2277
1168
403
400

Jumlah kasus DBD di kelurahan Cipageran pada tahun 2010 sebanyak 51


kasus, tahun 2012 sebanyak 120 kasus dan tahun 2013 sebanyak 122 kasus, tahun
2014 sebanyaak 74 kasus. Jumlah penderita TB paru dengan BTA (+) pada tahun
2010 sebanyak 28 kasus, tahun 2011 sebanyak 24 kasus, tahun 2012 sebanyak 20
kasus dan tahun 2013 sebanyak 24 kasus, dan untuk tahun 2014 sebanyak 11
kasus.
2.8.5.1 Sepuluh Besar Penyakit
Berikut ini merupakan daftar penyakit terbanyak di Puskesmas Cipageran yang
tercatat pada tahun 2014.
Tabel 2.11 Daftar 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Cipageran Tahun 2014
No
Jenis Penyakit
Jumlah
1
Hipertensi Primer
2622
2
ISPA
7916

59

3
Myalgia
4
Acute Nasopharyngitis
5
Gingivitis dan Penyakit periodontal
6
Batuk
7
Gastroduedenitis
8
Tukak lambung
9
Demam
10
Penyakit pulpa dan jaringan periapikal
Sumber Data : Puskesmas Cipageran Th. 2014.1

2277
2144
2289
1656
1168
403
409
1064

2.9 Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas


2.9.1 Definisi dan Pengertian
Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor:
Hk.02.04/Ii/964/2012 Tentang Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi
Dan Mulut Di Puskesmas Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan menimbang,
bahwa upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan
oleh pemerintah dan/atau masyarakat.
Upaya Pelayanan kesehatan gigi di Indonesia dilaksanakan baik oleh
pemerintah maupun swasta. Upaya pelayanan kesehatan gigi yang dilaksanakan
oleh pemerintah selama ini mengacu pada pendekatan level of care (kebijakan
WHO) yang meliputi tindakan promotif, preventif, deteksi dini, kuratif dan
rehabilitatif yaitu merumuskan pelayanan kesehatan berjenjang untuk memberikan
pelayanan yang menyeluruh dikaitkan dengan sumber daya yang ada.
Pendekatan WHO saat ini untuk upaya pelayanan kesehatan gigi dilakukan
dengan pendekatan Basic Package of Oral Care (BPOC) atau Paket Dasar
Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di puskesmas, yang terdiri dari:
1. Penanganan Kegawat daruratan Gigi dan Mulut (Oral Urgent Treatment/OUT)
yang terdiri atas 3 elemen mendasar:

60

Tindakan mengurangi rasa sakit melalui tindakan pemberian obat-obatan


dan perawatan penambalan gigi

Pertolongan pertama infeksi gigi dan mulut serta trauma gigi dan jaringan
penyangga

Rujukan untuk kasus-kasus yang kompleks

2. Tersedianya Pasta Gigi yang mengandung uoride dengan harga terjangkau


(Aordable Fluoride Toothpaste/AFT)
3. Penambalan gigi dengan invasi minimal (tanpa bur/Atraumatic Restorative
Treatment /ART).
Situasi di sebagian besar negara belum berkembang dan sejumlah komunitas
kurang mampu di negara maju membutuhkan perubahan dalam metode pelayanan
kesehatan gigi dan mulut. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut konvensional harus
digantikan dengan pelayanan yang mengikuti prinsip-prinsip Oral Health Care.
Hal ini menyiratkan dibutuhkannya penekanan lebih kuat pada promosi kesehatan
gigi dan mulut yang berorientasi komunitas. Perawatan yang dapat disediakan
oleh pemerintah dan individu dengan biaya yang terjangkau harus mendapat lebih
banyak perhatian. Dengan menggunakan pendekatan ini, jumlah penyakit gigi dan
mulut yang tidak dirawat diharapkan berkurang. BPOC (Basic Package Oral
Care) dimaksudkan untuk dapat mencakup seluruh masyarakat dengan biaya
pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang rendah.
Promosi kesehatan gigi dan mulut merupakan komponen integral dari BPOC
untuk meningkatkan kepedulian akan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Keberhasilan diperkenalkannya BPOC pada masyarakat bergantung pada
komunikasi yang baik dari seluruh sektor yang terlibat. Tidak terdapat satu model
atau metode tertentu yang dapat diaplikasikan secara universal. Tiap daerah atau
negara harus mengembangkan metode BPOC mereka sendiri berdasarkan
kebutuhan populasi dan dengan menggunakan struktur pelayanan kesehatan yang
telah ada. Sudah terlalu banyak program kesehatan gigi dan mulut yang
mengalami kegagalan karena masalah manajemen, logistik dan nansial karena
dijalankan secara terpisah dari PHC yang telah ada.
2.9.2

Tujuan dan Sasaran serta Indikatornya

61

1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengintegrasikan paket pelayanan kesehatan gigi dan mulut dasar ke
dalam sistem pelayanan kesehatan nasional melalui pendekatan Primary
Health Care (PHC).
b. Tujuan Khusus
-

Terselenggaranya pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas yang


aman, bermanfaat, bermutu dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.

Meningkatkan keterampilan tenaga kesehatan gigi dalam memberikan


pelayanan kesehatan gigi dan mulut dasar.

Tersedianya pedoman pelayanan kesehatan gigi dan mulut dasar terutama


di DTPK (Daerah Tertinggal Perbatasan Kepulauan).

2. Sasaran
Sasaran pedoman paket pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dasar adalah:
a. Kementerian Kesehatan RI
b. Dinas Kesehatan Provinsi
c. Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten
d. Puskesmas
e. Organisasi Profesi (Persatuan Dokter Gigi Indonesia, Persatuan Perawat
Gigi Indonesia)
f. Institusi Pendidikan (Fakultas Kedokteran Gigi, Program Studi Kedokteran
Gigi, Poltekes Jurusan Kesehatan Gigi)
g. Dunia Usaha seperti Produsen Pasta Gigi
Program kegiatan serta sasaran pelayanan kesehatan gigi dan mulut, dilakukan
melalui:
Tabel 2.12 Program kegiatan dan sarana pelayanan kesehatan gigi dan mulut
Sasaran
Indikator
Kebijakan
Program
Kegiatan
Meningkatkan Ratio tambal :
Upaya
Manajemen
Pelayanan
kualitas
Kesehatan
cabut = 1:1
kesehatan gigi
kesehatan di
pelayanan
Perorangan
dan
mulut
puskesmas
Status kesehatan
kesehatan gigi
terpadu :
Pelayanan
gigi dan mulut
secara
lembaga
payung
kesehatan di
Prevalensi karies

62

bermakna di
institusi
pelayanan
kesehatan

pada 6 tahun
60%
Prevalensi pada
usia 18 tahun
50%
Prevalensi karies
aktif 30%
Prevalensi karies
pada ibu hamil
50%
20 gigi berfungsi
pada usia 35-44
tahun
20 gigi berfungsi
usia > 65 tahun

Terwujudnya
jejaring
kesehatan gigi
dan mulut

Meningkatnya Ratio drg :


kualitas sumber
penduduk
daya pelayanan Ratio drg
kesehatan
spesialis :
gigidan mulut
penduduk
Ratio drg :
puskesmas
Ratio prg :
penduduk
Ratio drg :
puskesmas

Meratanya
pelayanan
kesehatan gigi

hukum, standar
sumber daya,
sarana dan
prasarana,
pembiayaan

Penguatan sistem
informasi
surveilans,
montoring :
laporan fasilitas
kesehatan, swasta
dan litbank
kesgilut

Rumah Sakit
Pelayanan
kesehatan di
RSGM
Dokter gigi
keluarga

Sumber daya
kesehatan

Pelayanan
teknis dan
pendidikan
Obat dan
Penyususnan
pemberkala
modul TOT
an
Formularium
kesehatan
obat / bahan
untuk
kesehatan gigi
dan mulut
Bahan/obat
trsdisional
dibidang
kesehatan gigi
dan mulut
Standar bahan
dan obat di
pelayanan gigi
dan mulut
Kebijakan
Rencanaan
dan
kegiatan lima
manajemen
tahun

63

dan mulut
Meningkatnya
kesadaran
masyarakat
akan kesehatan
gigi dan mulut

% murid yang
sudah
dilakukan
fissure sealant /
protective
% murid yang
perlu
perawatan
%murid yang
selesai
perawatan
% sikat gigi
masal di
sekolah 1 kali /
bulan
80% apras
yang
mendapatakan
yangilut
80% SDMI
mendapat
yanglut
80% ibu hamil
mendapat
yanglut

Pemberdayaan
masyarakat dan
kementrian

pembanguna
n kesehatan
Promosi

kesehatan
dan
pemberda
yaan
masyarak
at
Upaya
kesehatan
masyarak
at

Mengintegrasik
an promosi
kesehatan gigi
dan mulut
kedalam
program
perilaku hidup
bersih dan sehat
Promosi gaya
hidup sehat dan
mengurangi
faktor risiko
penyakit gigi
dan mulut
(yang
disebabkan
oleh
perilaku,status
sosial ekonomi,
keturunan, dll)
Promosi
kesehatan
audiovisual:
leaflet, poster,
mis : hubungn
penyakit
periodontal
dengan
diabetes,
kanker mlut,
factor resiko
tembakau, dll
Program
kesehatan gigi
dan mulut di
sekolah (anak
prasekolah,
anak sekolah,
remaja)
Program
kesehatan di
masyarak
Wanita hamil

64

Terlindungnya
masyarakat
dibidang
kesehatan gigi
dan mulut

% Drg yang

melakukan UP
CBL yang
ditangani
100%
% bayi baru
lahir dengan
CBL
% penderita
CBL
%penderita
ODHA yang
mempunyai
manifestasi di
RMA

Pencegahan,

pengendalian,
penurunan

prevalensi
penyakit gigi
dan mulut
( program upaya
kesehatan/ status
kesehatan gigi
dan mulut dan
faktor resiko
integrated
health approach

Lingkunga
n sehat
Pecegahan

dan
pemberant
asan
penyakit

Balita
Usia lanjut
Tersedianya air
bersih dan
fasilitas sanitasi
Program
flouridasi air
minum
kontrol infeksi
penyakit gigi
dan mulut
pengendalian
faktor-faktor
resiko penyakit
gigi dan mulut
penatalaksanaa
n penyakit
menular yang
bermanifestasi
dirongga mulut
penatalaksanaa
n penyakit
kronis
( jantung,
diabetes, paruparu, ginjal, dll)
yang
berhubungan
dengan
penyakit gigi
dan mulut.

Sumber Data : Puskesmas Cipageran Th. 2014


2.9.3 Sumber Daya Manusia di BPG
1. Hasil rekapitulasi tenaga dokter gigi/dokter gigi spesialis sejak 2005 sampai
September 2012 oleh Konsil Kedokteran Gigi Indonesia yaitu 22.941 dokter
gigi dan 1.924 dokter spesialis (KKI, 2012).
2. Rasio dokter gigi saat ini 8 : 100.000 penduduk, menurut Kementerian
Kesehatan 11 : 100.000 penduduk (target 2010), sedangkan rasio ideal dokter
gigi di luar negeri yaitu 1 : 5.000 penduduk. Untuk dokter gigi spesialis saat

65

ini 1 : 154.000 penduduk sedangkan rasio ideal di luar negeri (negara-negara


maju) 1 : 20.000 penduduk.
3. Jumlah perawat gigi yang tercatat di Persatuan Perawat Gigi Indonesia
(PPGI) sebanyak 15.129 orang (PPGI, 2009).
4.

Rasio perawat gigi terhadap jumlah penduduk adalah 1 : 23.000, sedangkan


target 2010 perawat gigi per 100.000 penduduk 1 perawat gigi 16.000
penduduk

5. Jumlah teknisi gigi yang tercatatat di Persatuan Teknisi Gigi Indonesia


(PTGI) berjumlah sebanyak 3.423. (PTGI, 2009)
Berdasarkan hasil Riset Fasilitas Kesehatan tahun 2011, Dokter Gigi bekerja
di Puskesmas, yang dikaji dari 8980 Puskesmas terdapat 60,6 persen Puskesmas
memiliki tenaga Dokter Gigi, dan masih terdapat 39,4 persen Puskesmas yang
tidak memiliki tenaga Dokter Gigi. Sementara untuk keberadaan perawat gigi,
jumlahnya adalah 9599 orang dari 8980 puskesmas.
Secara nasional, ada 48,2 persen dari Puskesmas yang ada dokter gigi dan
perawat gigi, dan 17,6 persen Puskesmas yang tidak ada kedua tenaga ini;
selebihnya adalah variasi dari 12,4 persen Puskesmas ada dokter gigi, tapi tidak
ada perawat gigi, serta 21,8 persen Puskesmas ada perawat gigi, tapi tidak ada
dokter gigi.
2.9.4

Sarana dan Prasarana Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut


Jumlah sarana pelayanan kesehatan gigi dan mulut masih belum memadai.
Data terakhir berdasarkan hasil Rifaskes tahun 2011 menunjukkan:
1. Persentase Puskesmas yang mempunyai 60 79 persen jenis alat poliklinik
gigi yang di gunakan adalah 33,8 persen.
2. Persentase Puskesmas yang mempunyai 40 59 persen jenis alat poliklinik
gigi adalah 23,5 persen,
3. Persentase Puskesmas yang mempunyai 20 39 persen jenis alat poliklinik
gigi adalah 7,8 persen
4. Persentase Puskesmas yang mempunyai kurang dari 20 persen jenis alat
poliklinik gigi adalah 19 persen.
2.9.5 Kegiatan

66

2.9.5.1 Posyandu atau UKGMD


Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM) adalah suatu pendekatan
edukatif yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan peran serta
masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan gigi, dengan mengintegrasikan upaya
promotif, preventif kesehatan gigi pada berbagai Upaya Kesehatan Bersumber
Daya Masyarakat yang berlandaskan pendekatan Primary Health Care
(Posyandu, Bina Keluarga Balita, Polindes, Ponstren, Taman Kanak-kanak, dsb).
2.9.5.2 UKGS
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak sekolah selain dilaksanakan
melalui kegiatan pokok kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas juga
diselenggarakan secara terpadu dengan kegiatan pokok UKS dalam bentuk
program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) yang juga dilaksanakan oleh
swasta.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota
Permenkes RI No. 741/Menkes/Per/VII/2008 menunjukan bahwa cakupan
penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat sebesar 100% pada tahun 2010,
sedangkan pada petunjuk teknis SPM Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
Kepmenkes RI No. 828/Menkes/SK/IX/2008 disebutkan langkah-langkah
kehiatan UKGS. Oleh karena itu kegiatan UKGS harus dilaksanakan dan
dianggarkan oleh Pemerintah Daerah setempat.
Sementara di Puskesmas Cipageran program UKGS telah dilaksanakan di
setiap sekolah. Sekolah yang berada di wilayah Puskesmas Cipageran terdapat
ada 9 sekolah. Dilihat dari data tahun 2014.
Dalam kegiatan UKGS ada dua program yang dilakukan oleh puskesmas
yaitu program promotif dan preventif serta kuratif. Program preventif yang
dilakukan hanya melakukan penyuluhan kesetiap sekolah dan kuratif melakukan
pemeriksaan tambal cabut.
Tercatat pada tahun 2014 puskesmas melakukan penyuluhan hanya ke satu
sekolah yaitu Cipageran Mandiri 4 dengan peserta penyuluhan sebanyak 375
siswa, sedangkan pada tahun 2015 puskesmas melakukan penyuluhan kesetiap
sekolah dengan jumlah peserta penyuluhan sebanyak 2398 siswa.

67

Sedangkan pada tahun 2014 untuk pemeriksan tambal cabut dewasa yaitu,
tambal dewasa sebanyak 18 dan tambal anak sebanyak 14 dan cabut anak 26.
Sedangkan pada tahun 2015 pemeriksaan tambal dewasa.
2.9.5.3 Pelayanan Gigi Puskesmas Cipageran
Upaya pelayanan kesehatan gigi di Indonesia dilaksanakan baik oleh
pemerintah maupun swasta. Upaya pelayanan kesehatan gigi yang dilaksanakan
oleh pemerintah selama ini mengacu pada pendekatan level of care (kebijakan
WHO) yang meliputi tindakan promotif, preventif, deteksi dini, kuratif dan
rehabilitatif

yaitu

merumuskan

pelayanan

kesehatan

berjenjang

untuk

memberikan pelayanan yang menyeluruh dikaitkan dengan sumber daya yang


ada.

Anda mungkin juga menyukai