Anda di halaman 1dari 4

RESUME SERIES UNSUNG CINDERELLA EPISODE 6

Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah perundang-undangan dan etika farmasi
yang diampu oleh Dr. Tuti Sri Suhesti M.Sc., Apt.

Disusun oleh:
Kelompok F Kelas B
Ibnu Maulana Atthaariq I1C019099
Puput Putuhah Lailatul Qodar I1C018002
Dwi Amalia Husna I1C018004
Viska Berlian I1C018028
Ummy Halimatussa’diyah I1C018059

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2021
Series pada episode 6 ini menceritakan tentang 2 pasien yang menderita gangguan menstruasi
Toono Rin dan Ogawa Sanae yang menderita flu menahun.
Apoteker Aihara diberikan tugas untuk memberikan edukasi obat kepada Toono Rin, pasien diberi
obat kontrasepsi oral, namun awalnya pasien ragu untuk meminum obat karena pasien berpikiran bahwa
masyarakat menganggap buruk pil kontrasepsi (mungkin pasien berpikiran kalau stigma masyarakat buruk
terhadap kontrasepsi, karena pasien juga bilang bahwa akan sulit untuk minum pil kontrasepsi di depan
banyak orang) namun apoteker berusaha meyakinkan kalo pil kontrasepsi tersebut adalah obat yang
dibutuhkan dan aman diminum oleh pasien. Apoteker pun menyarankan bisa meminum obat tersebut
sebelum bekerja dan sebelum tidur agar tidak dilihat oleh banyak orang, selain itu apoteker juga
memberikan kartu namanya agar pasien bisa berkonsultasi dengan apoteker. Apoteker airin menjelaskan
obat dengan sangat jelas ke pasien dan pasien terlihat sangat puas dengan bimbingan dari apoteker.
Apoteker Aihara mendapatkan telepon dari Toon Rin yang mengeluh gejala terasa lagi padahal
sudah minum obat tepat waktu, apoteker Aihara saat itu bingung menjawab apa sehingga menyarankan
untuk berkonsultasi langsung dengan dokter, Toon Rin merasa kecewa karena tidak mendapatkan jawaban
dari apoteker sehingga kepercayaannya terhadap kinerja apoteker berkurang. Saat ditanya oleh apoteker
Aoi, Aihara menjawab semua baik-baik saja dan mengalihkan fokus apoteker Aoi untuk mempelajari
bakteri MDR terkait pengobatan Bu Sanae. Setelah berdiskusi ringan apoteker Aoi berpikir mungkin itu
bakteri pseudomembranous enterocolitis, setelah pemberian antibiotik koloninya semakin meradang karena
pertumbuhan berlebihan dan dikenal sebagai bakteri yang menghasilkan racun kuat. Tapi pasien tidak
menceritakan pernah mengkonsumsi antibiotik, apoteker Seno mengatakan bisa saja pasien tidak jujur
karena tidak merasa dekat dengan apoteker Aoi. Apoteker Aoi meminta bantuan kepada rekan lain sesama
apoteker untuk mencari tahu apakah ada apoteker yang meresepkan antibiotik untuk Bu Sanae.
Apoteker Aihara memberikan obat baru kepada pasien Toono Rin, yaitu Dienogest untuk
menyembuhkan endometriosis, dikarenakan obat Yaz yang sebelumnya diberikan tidak efektif. Setelah
dilihat pada media sosial terkait riwayat penggunaan obat, pasien diduga mengkonsumsi suplemen gizi dan
apoteker aihara menduga bahwa hal itulah yang menyebabkan obat awal yang diberikan tidak bekerja
secara efektif.
Kemudian beralih pada pasien Ogawa Sanae, dia menderita sakit perut dan diare. Hal ini
dikarenakan pasien mengkonsumsi antibiotik yaitu eritromisin yang diresepkan dokter pada RS
sebelumnya. Dalam hal ini pasien diberikan antibiotik tanpa alasan yang jelas, akibatnya pasien dinyatakan
positif toksin CD (Clostridium difficile) ini merupakan infeksi bakteri yang mengakibatkan adanya
peradangan pada usus besar dan penyebab umum diare setelah penggunaan antibiotik. Oleh karena itu,
pasien diberikan tatalaksana antibiotik metronidazole secara IV kemudian kondisi pasien membaik.
Dalam kasus ini kita bisa belajar bahwa sebagai tenaga kesehatan khususnya dokter yang tidak
boleh meresepkan obat antibiotik jika tidak diperlukan, walaupun itu permintaan pasien sekalipun. Karena
hal ini dapat berdampak pada kondisi pasien bahkan pada masyarakat, karena khususnya antibiotik jika
dikonsumsi tidak sesuai dengan kegunaannya akan meningkatkan risiko kejadian resistensi bakteri.
Apoteker Aoi terus berusaha meyakinkan pasien Ogawa Sanae untuk menceritakan dengan jujur
terkait obat antibiotik yang sebelumnya ia konsumsi. Ogawa Sanae meminta kepada dokter Nagasaki untuk
meresepkan antibiotik meskipun sakit yang diderita tidak memerlukan obat tersebut. Namun Ogawa Sanae
merasa tenang ketika mendapat obat, ia menganggap obat itu sebagai teman yang ia miliki karena selama
ini ia tidak memiliki teman dan tinggal sendirian. Dalam memberikan obat kepada pasien, perlu
memperhatikan resiko dan manfaat yang akan berdampak pada pasien, baik itu jangka panjang maupun
jangka pendek. Meskipun pasien memiliki hak untuk menentukan pengobatan yang akan ia jalani, sebagai
tenaga kesehatan yang lebih mengetahui tentang efek yang ditimbulkan, harus memberikan edukasi kepada
pasien agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari.
Apoteker Aihara menganalisis kebiasaan Toono Rin untuk mengetahui alasan mengapa obat yang
diberikan tidak efektif. Ia mencari tahu melalui sosial media Toono Rin dan menemukan bahwa pasien
tersebut mengonsumsi minuman yang dapat mengurangi efektifitas dari obat kontrasepsi yang diberikan.
Selain itu, pola hidup pasien yang kurang baik memicu terjadinya gangguan menstruasi. Apoteker Aihara
memberikan edukasi mengenai hal tersebut serta memberikan dukungan kepada Toono Rin karena selama
ini banyak orang yang meremehkan rasa sakit yang ia alami saat menstruasi. Sebagai apoteker, sangat
penting untuk selalu menghargai perasaan pasien dan tidak meremehkan rasa sakit yang diderita. Hal
tersebut dapat meningkatkan kepercayaan pasien terhadap apoteker karena ia merasa dihargai dan merasa
bahwa apoteker menganggap penting rasa sakit yang pasien rasakan. Kepercayaan pasien sangat
mempengaruhi kepatuhan pasien dan meningkatkan kesembuhan pasien.
Usaha apoteker Aoi dalam meyakinkan pasien untuk tidak menyerah dalam terapi sangat luar biasa,
ditengah kesibukannya menyediakan obat dia menyempatkan untuk melakukan visit kepada Bu Sanae,
menyerah karena merasa tidak ada obat yang bisa menyembuhkannya. Dengan sabar apoteker Aoi
menjelaskan bahwa obat dibuat untuk menyembuhkan penyakit, obat harus diminum agar nanti bisa
berhenti meminumnya karena Bu Sanae sudah benar-benar sembuh. Setelah diberikan penjelasan seperti
itu pasien menceritakan apa yang menjadi kegelisahannya. Pasien merasa berbeda, Bu Sanae merasa tidak
seperti Apoteker Aoi yang sehat dan dan energik. Bu Sanae juga merasa kesepian dan tidak berguna.
Kemudian apoteker Aoi menenangkan dengan memberikan penjelasan, bahwa dengan mempertahankan
gaya hidup itu sudah sangat bagus, menjalani hidup lebih menyenangkan dengan menanam tanaman indah
dan membuat kerajinan tas, bahkan tidak banyak diluar sana yang seberuntung itu, Bu Sanae juga bisa
mengandalkan Dokter terdekat yang sudah ken Bu Sanae sejak lama yaitu Dokter Nagasaki, Dokter
Nagasaki berjanji akan memberikan resep yang tepat, dan menyampaikan bahwa Bu Sanae juga bisa
mengandalkan seorang apoteker dalam proses terapi. Dari sini kita belajar, bahwa untuk membuat pasien
aware terhadap keadaannya dan tidak putus asa kita harus mengerti sumber masalahnya dulu, apa yang
membuat mereka putus asa, lalu berikan solusi yang menenangkan dengan penuh kesabaran serta libatkan
tenaga medis lain seperti dokter (tentu saja hasil analisis dan diskusi) agar pasien lebih percaya dengan
terapi atau saran yang kita berikan.
Menjadi seorang apoteker adalah tanggung jawab besar karena berkaitan dengan nyawa, ikhtiar
kita adalah mencurahkan semuanya sepenuh hati memberikan pengobatan terbaik untuk pasien,
menganalisis kemungkinan efek samping obat dan DRP pada resep mejadi pendengar yang baik serta ikut
merasakan apa yang menjadi kegelisahan pasien. Paling penting melakukan semua tindakan berdasarkan
EBM dan lakukan diskusi sesama tenaga profesional, menganalisis riwayat pengobatan pasien dan gaya
hidup pasien untuk memutuskan terapi terbaik.

Anda mungkin juga menyukai