Anda di halaman 1dari 31

FORMULASI SEDIAAN

HERBAL BATH FOR COLD AND FLU

LAPORAN

Disusun oleh :
kelompok 3

Bagus Supriyanto A 172 002


Esther Stephani S A 172 007
Gilang Darmawan A 172 009
Kurniasiati Ramadhan A 172 012
Ovilia Sopiany Sobari A 172 018

Kelas :
Reguler Sore 2017

PROGRAM STUDI FARMASI


SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN HAZANAH
BANDUNG
2020

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3
1.1. Latar Belakang Masalah....................................................................................3
1.2. Identifikasi Masalah..........................................................................................3
1.3. Tujuan Penelitian..............................................................................................4
1.4. Manfaat Penelitian............................................................................................4
1.5. Tempat dan Waktu Penelitian...........................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
2.1. Bunga Cengkeh.................................................................................................5
2.2. Biji Pala.............................................................................................................6
2.3. Kulit Buah jeruk................................................................................................9
2.4. Sistem Pernapasan pada Manusia...................................................................11
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................19
3.1. Formulasi Sediaan...........................................................................................19
3.2. Alat..................................................................................................................19
3.3. Bahan...............................................................................................................19
3.4. Metode Penelitian............................................................................................19
3.3.1. Metode Pembuatan...............................................................................19
3.3.2. Pemeriksaan Karakteristik Simplisia....................................................19
3.3.3. Skrining Fitokimia................................................................................21
3.3.4. Evaluasi Sediaan...................................................................................22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................25
BAB V KESIMPULAN.......................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................25
LAMPIRAN.........................................................................................................25

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Mandi detoks atau Herbal Bath dianggap cara alami untuk membantu
menghilangkan racun dari tubuh. Bahan-bahan seperti garam Epsom (magnesium
sulfat), jahe, dan minyak esensial dilarutkan ke dalam air hangat di bak mandi,
kemudian kita bisa berendam selama 12 menit hingga satu jam sekaligus.
Salah satu kemungkinan penggunaan dari mandi detoks ini adalah untuk
pengobatan flu. Namun, masih belum ada bukti tentang manfaat mandi detoksifikasi
untuk flu. Mandi detoks dapat membantu mengatasi gejala pilek tertentu dengan cara
menenangkan tubuh dan meredakan nyeri otot, tetapi hasilnya akan bervariasi untuk
setiap orang.
Penambahan minyak esensial, seperti kulit jeruk dan biji pala ke dalam bak
mandi mungkin memiliki beberapa manfaat untuk gejala flu. Hal itu karena minyak
esensial dapat membantu Anda menjadi rileks dan tenang. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa minyak atsiri tertentu mungkin memiliki sifat antimikroba dan
antivirus. Pada minyak atsiri biji pala misalnya dapat membantu menghilangkan
masuk angina, menghilangkan insomnia, dan merelaksasi tubuh.

1.2. Identifikasi Masalah


Dari latar belakang yang disampaikan, penulis menyimpulkan bahwasanya
terdapat beberapa rumusan masalah yang dapat dikemukakan dalam berlangsungnya
kegiatan praktikum Teknologi Bahan Alam. Adapun rumusan masalah yang
dimaksud adalah sebagai berikut.
1.2.1. Bagaimana cara memperoleh efek farmakoterapi dari pemanfaatan
campuran tanaman herbal cengkeh, biji pala, dan kulit jeruk dalam
bentuk hebal bath ?
1.2.2. Bagaimana efektifitas dari campuran herbal tersebut dalam mengobati
cold and flu ?

4
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat diketahui tujuan dari
penulisan proposal ini, yaitu sebagai berikut.
1.3.1. Untuk mengetahui cara memperoleh efek farmakoterapi dari
pemanfaatan campuran tanaman herbal cengkeh, biji pala, dan kulit
jeruk dalam bentuk hebal bath.
1.3.2. Untuk mengetahui efektifitas dari campuran herbal tersebut dalam
mengobati cold and flu.

1.4. Manfaat Penelitian


Manfaat dalam penelitian ini, diantaranya:
1.4.1. Bagi Mahasiswa, sebagai salah satu pemgembangan ilmu pengetahuan,
sehingga bisa menambah wawasan mengenai manfaat bahan-bahan alam
yang bermanfaat untuk kesehatan dan pembuatan obat dari bahan alam
dengan metode yang sederhana.
1.4.2. Bagi Mahasiswa, dapat mengetahui efektifitas dari campuran herbal
tersebut dalam mengobati cold and flu.

1.5. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Farmasi pada bulan
Febuari – selesai 2020 Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia, jalan Soekarno-Hatta No.
354 Bandung.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Bunga cengkeh


2.1.1. Taksonomi Bunga Cengkeh
Divisio : Spermatophyta
Sub-Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub-Kelas : Choripetalae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Spesies : Syzygium aromaticum L
2.1.2. Morfologi

Gambar 2.1.2. Cengkeh.


Cengkeh (Eugenia aromatic OK atau Syzigium aromaticum (L))
termasuk dalam famili Myrtaceae. Tanaman ini berbentuk pohon, tingginya
dapat mencapai 20-30 m, dan hidup tanaman cengkeh dapat berumur lebih dari
100 tahun (Najiyati, 1991).
Tajuk tanaman cengkeh umumnya berbentuk kerucut, piramida, atau
piramida ganda, dengan batang utama menjulang ke atas. Cabang-cabangnya
amat banyak dan rapat, pertumbuhannya agak mendatar dengan ukuran yang
relatif kecil jika dibandingkan batang utamanya. Daunnya kaku berwarna hijau

6
atau hijau kemerahan, dan berbentuk elips dengan kedua ujing
runcing(Jaelani,2009).
Bunga dan buah cengkeh akan muncul pada ujung ranting daun dan
tangkai pendek serta berdandan. Tangkai buah pada awalnya berwarna hijau
dan berwarna merah jika bunga sudah mekar. Pada saat masih muda bunga
cengkeh berwarna keungu-unguan, kemudian berubah menjadi kuning kehijau-
hijauan dan berubah lagi menjadi merah muda apabila sudah tua. Bunga
cengkeh kering akan berwarna coklat kehitaman dan berasa pedas sebab
mengandung minyak atsiri. Umumnya cengkeh pertama kali berbuah pada
umur 4-7 tahun (Hapsoh, 2011).
Cengkeh memiliki empat jenis akar, yaitu akar tunggang, akar lateral,
akar serabut, dan akar rambut. Akar tunggang dan akar lateral mempunyai
ukuran yang relatif besar. Bedanya, akar tunggang tumbuh lurus ke bawah dan
sedikit bercabang, sedang akar lateral tumbuh menyamping dan bercabang.
Akar serabut berukuran kecil, sangat panjang, tumbuh menyamping dan ke
bawah dengan jumlah yang sangat banyak. Akar serabut ini memiliki banyak
akar rambut yang berukuran sangat kecil yang berfungsi sebagai penyerapan air
dan unsur hara dari dalam tanah (Najiyati, 1991).
2.1.3. Kandungan Bunga Cengkeh
Komponen utama dalam minyak atsiri daun cengkeh adalah senyawa
eugenol, eugenol asetat dan caryophylene (Zulchi dan Nurul, 2006). Kadar
eugenol dalam minyak atsiri daun cengkeh umumnya antara 80-88%
(Nurdjannah, 2004). Senyawa yang terdapat dalam daun cengkeh yaitu eugenol,
berkhasiat sebagai antibakteri. Dalam kesehatan digunakan sebagai antiseptik
dan anastesi lokal (Kumala dan Dian, 2008).

2.2. Biji Pala (Myristica fragrans houtt)


2.2.1. Taksonomi Biji Pala
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Sub kingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)

7
Super divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub kelas : Magnoliidae
Ordo : Magnoliales
Famili : Myristicaceae
Genus : Myristica
Spesies : Myristica fragrans houtt
2.2.2. Morfologi

Gambar 2.2.2. Biji Buah Pala.


Buah pala terdiri dari empat bagian yaitu daging buah, fuli, tempurung
dan biji. Buah pala terdiri dari 83,3% daging buah, 3,22% fuli, 3,94%
tempurung biji, dan 9,54% daging biji (Permentan, 2011). Menurut
Rismunandar (1992), buah pala yang digunakan untuk keperluan rempahbiasa
dipetik tidak lebih dari umur 9 bulan sejak mulai persarian bunga. Buahnya
berbentuk peer, lebar, ujungnya meruncing, kulitnya licin, berdaging dan
cukupbanyak mengandung air. Jika sudah tua warnanya kuning pucat dan
membelahdua, kemudian jatuh. Bentuk biji bulat telur hingga lonjong,
mempunyaitempurung berwarna coklat tua dan licin permukaannya bila sudah
cukup tua.
Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian tentang Pedoman
Penanganan Pasca Panen Pala (2012), buah pala yang sudah tua umumnya
sudahberumur 9 bulan setelah pembungaan. Hal ini ditandai oleh warna buah
yangberwarna kuning kecoklatan, dimana beberapa buah sudah mulai

8
merekah(membelah) melalui alur belahnya kulit biji (tempurung) berwarna
coklat tua sampai hitam dan mengkilat, serta warna fuli yang memerah.
Biji dan fuli yang berasal dari buah muda dimanfaatkan sebagai bahan
baku minyak pala karena kandungan minyak atsirinya yang jauh lebih tinggi
daripada biji yang berasal dari buah yang tua. Pada buah muda (umur 4 – 5
bulan) kadar minyak atsiri berkisar 8 - 17% atau rata-rata 12%.
Tempurung biji diselubungi oleh selubung biji berbentuk jala berwarna
merah yang disebut fuli atau bunga pala. Fuli dari buah yang belum tua
warnanya kuning pucat, bila dikeringkan akan menjadi coklat muda. Fuli bila
dikeringkan akan berwarna merah kecoklatan, namun dapat berubah menjadi
kuning tua apabila penyimpanannya terlalu lama (Nurdjannah, 2010).
Menurut Rismunandar (1992), sifat-sifat biji pala dan fuli sebagai
berikut:Biji pala yang belum tua, bila dikeringkan akan menghasilkan daging
biji yang agak rapuh, dan mudah menjadi sasaran serangga gudang. Biji pala
yang sudah cukup tua (buahnya membelah) bila dikeringkan menghasilkan biji
yang cukup keras.Fuli yang masih muda, kuning pucat warnanya. Bila
dikeringkan mengalami perubahan warna menjadi coklat muda. Sedangkan Fuli
yang sudah tua merah api warnanya, bila dikeringkan akan menjadi merah
kecoklatan. Buah pala memiliki waktu panen yang dikenal dengan panen besar
dan panen susulan. Tanaman pala biasanya berbunga pada saat musim kemarau,
maka dapat dinyatakan bahwa persarian yang terbesar akan terjadi pada
pertengahan dan akhir musim kemarau (Rismunandar, 1992).
2.2.3. Kandungan dan Manfaat
Myristica fragrans Houtt. dari suku Myristicaceae, yang dikenal sebagai
Pala di Indonesia telah digunakan secara tradisional untuk rempah-rempah dan
obat-obatan untuk meningkatkan sistim imun dan radioprotektif, antidiabetes,
antikonvulsan, antimoluska, hepatoprotektif, antikarsinogen, aprodisiak,
antidepresan, antioksidan, antimikroba.
Konstituen utama Pala (M. fragrans Houtt) telah ditemukan sebagai
turunan alkil benzena (miristisin, elemisin, safrol dll.), Terpen, α-pinene, β-

9
pinene, asam myristat dan trimiristin. Pala mengandung sekitar 10% minyak
esensial, yang sebagian besar terdiri dari hidrokarbon terpen (sabinena dan
pinena), kampen, peptida, pellandren terpinen, limonen, mirsen, berkisar 60
sampai 80%), turunan terpen (linalool, geraniol, terpineol, 5 sampai 15%) dan
turunan fenilpropanoid (miristisin, elemisin, safrol, dan eugenol, bersama-sama
15 sampai 20%).

2.3. Simplisia Kulit Jeruk ( Citri Fructus Cortex )


2.3.1. Taksonomi kulit jeruk
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Rutales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus Sp
2.3.2. Morfologi

Gambar 2.3.2. Simplisia kulit buah jeruk.


Akar jeruk terdiri dari akar tunggang, akar serabut serta akar-akar
rambut. Akar tunggang pada tanaman jeruk dapat mencapai kurang lebih 4
meter jika akar mendapat tanahyang subur dan tidak bertemu dengan tanah
yang keras ataupun tanah berair. Hal ini dikarenakan Tanaman jeruk memiliki

10
akar tunggang dengan ujung akar terdiri dari sel- sel muda yang senantisa
membelah dan merupakan titik tumbuh akar jeruk. Sel akar ini sangat lembut,
sehingga mudah sekali patah kalau menembus tanah yang keras dan padat.
Batang tanaman jeruk berbentuk bulat dan ditumbuhi mata tunas.
Batang tanaman jeruk ada yang terlihat kasar dan berduri, tetapi adapula yang
permukaannya halus, tinggi batang tanaman jeruk ada yang dapat mencapai
tinggi 15m dan ada pula yang hanya mencapai 5m dan memiliki beragam
warna, semua itu tergantung dari jenis tanaman jeruk itu sendiri.
Daun tanaman jeruk berbentuk bulat lonjong menyerupai telur,
berwarna hijau tua dan terlihat tebal. Tidak terdapat bulu pada kedua sisi daun,
dan tulang daun berbentuk menyirip beraturan, walaupun ada juga yang
berselang seling.
Jeruk merupakan tanaman berbunga majemuk, berwarna putih pucat dan
termasuk kedalam bunga sempurna (dalam 1 kuntum bunga terdapat 2 kelamin
atau hermafrodit). Biasanya bunga jeruk muncul pada ketiak daun atau pucuk
ranting yang masih muda dan berbau harum karena mengandung nektar/madu
dalam jumlah banyak.
Buah jeruk ada yang berbentuk bulat, oval dan ada pula yang berbentuk
lonjong dengan sedikit memanjang. Kulit buahnya ada yang tebal dan alot, ada
pula yang tipis dan mudah dikupas, memiliki warna kuning, jingga dan hijau
tergantung jenisnya.
Pada tanaman jeruk, biji terdapat pada bulir buahnya, ketersediaan biji
pada tanaman jeruk tergantung dari varietasnya, ada yang berbiji banyak
sampai yang tidak berbiji. Biji jeruk biasanya berwarna putih atau putih
keabuan, berbentuk bulat telur dan runcing di salah satu ujungnya, bersifat
poliembrional dengan embrio berwarna putih.
2.3.3. Kandungan dan Manfaat
Kulit jeruk mengandung minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak
eteris (aetheric oil) yang dimanfaatkan oleh industri kimia parfum, menambah
aroma jeruk pada minuman dan makanan, serta di bidang kesehatan digunakan

11
sebagai anti oksidan , anti kanker dan dapat pula digunakan sebagai
aromatikum dan juga mempunyai daya karminativum .
Kandungan dari kulit jeruk ini meliputi 90% terpen d-limonen, ± 5%
sitral, sitronellal dan metil ester dari asam antranilat.

2.4. Sistem Pernapasan pada Manusia


2.4.1. Pengertian Pernapasan
Pernapasan adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen,
pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Manusia
dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang
karbondioksida ke lingkungan.Respirasi adalah usaha tubuh untuk memenuhi
kebutuhan O2 untuk proses metabolisme dan mengeluarkan CO2 sebagai hasil
metabolisme dengan perantara organ paru dan saluran napas bersama
kardiovaskuler sehingga dihasilkan darah yang kaya oksigen (Elisna:2)
Sistem pernapasan pada manusia mencakup dua hal, yakni saluran
pernapasan dan mekanisme pernapasan.Sistem respirasi atau sistem pernafasan
mencakup semua proses pertukaran gas yang terjadi antara atmosfir melalui
rongga hidung  faring  laring  trakea bronkus  bronkiolusparu-
paru  alveolus  sel-sel melalui dinding kapiler darah. Penjelasan saluran
dan organ pernapasan adalah sebagai berikut:
1. Hidung
Hidung berfungsi sebagai alat pernapasan dan indra pembau. Hidung
terdiri atas lubang hidung, rongga hidung, dan ujung rongga hidung.Rongga
hidung memiliki rambut, banyak kapiler darah, dan selalu lembap dengan
adanya lendir yang dihasilkan oleh selaput mukosa.

12
Gambar 2.4.1.1. Hidung
Sumber:http://www.sukasmo.web.id/2012/07/struktur-dan-fungsi-organ-
pernapasan.html
Didalam rongga hidung, udara akan mengalami tahap sebagai berikut:
a. Penyaringan
Ditujukan kepada benda-benda asing yang tidak berbentuk gas, misalnya
debu.Benda-benda tersebut dihalangi oleh rambut-rambut yang tumbuh
kearah luar lubang hidung.
b. Penghangatan
Yaitu mengubah suhu udara agar sesuai dengan suhu tubuh.Penghangatan ini
dimungkinkan karena didalam dinding rongga hidung terdapat konka yang
banyak mengandung kapiler darah.Konka hidung (konka nasalis) adalah
selaput lendir yang berlipat-lipat.(Syaifuddin, 1995). Bila udara yang masuk
suhunya lebih rendah dari suhu tubuh maka darah kapiler akan melepaskan
energinya ke rongga hidung, sehingga suhu udara yang masuk menjadi
hangat. Disamping menghangatkan udara, adanya lendir menyebabkan udara
kering yang masuk ke rongga hidung menjadi lembab.
2. Faring (tekak)
Faring merupakan tempat terjadinya persimpangan antara saluran
pernapasan dengan saluran pencernaan.Pada bagian ini terdapat klep atau
epiglotis yang bertugas mengatur pergantian perjalanan udara pernapasan
dan makanan pada persimpangan tersebut.

13
3. Laring (pangkal tenggorok)
Laring disebut juga pangkal tenggorok atau kotak suara.Laring terdiri
atas tulang rawan yang membentuk jakun.Jakun tersusun atas tulang lidah,
katup tulang rawan, perisai tulang rawan, piala tulang rawan, dan gelang
tulang rawan.Jakun adalah suatu struktur kecil berbentuk setengah lingkaran
dan paling menonjol di bagian tengah tenggorokan seorang laki-laki. Bagian
tubuh ini akan menonjol saat seseorang menelan dan pada beberapa laki-laki
akan lebih terlihat. Ukuran jakun pada laki-laki akan lebih besar
dibandingkan dengan milik perempuan, hal inilah yang membuat laki-laki
memiliki pita suara lebih panjang daripada perempuan. Seringkali
perempuan yang memiliki pita suara lebih panjang juga akan memiliki jakun
yang agak menonjol. Fungsi utama jakun adalah memberikan perlindungan
terhadap laring (kotak suara), yaitu organ pada manusia yang melindungi
trakea dan terlibat dalam produksi suara.Hal ini karena tekanan yang berasal
dari luar tenggorokan dapat merusak bagian-bagian sensitif dari anatomi
dalam tenggorokan.struktur dari jakun ini seperti sebuah perisai setengah
lingkaran yang tidak bulat tapi sangat tebal. Dinding dan depan laring
tersebut ditutupi oleh tulang rawan tiroid yang kaku tapi tidak bertulang
(tidak keras), material itulah yang membentuk jakun dan melindungi pita
suara. Tulang rawan ini mirip dengan material yang membentuk hidung dan
telinga.
Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorokan
(epiglotis).Pada waktu menelan makanan, epiglotis melipat ke bawah
menutupi laring sehingga makanan tidak dapat masuk dalam laring.
Sementara itu, ketika bernapas epiglotis akan membuka. Pada pangkal
tenggorok terdapat selaput suara atau lebih dikenal dengan pita suara.

14
4. Trakhea (batang tenggorok)

Gambar 2.4.1.4. Trakea


Sumber:http://www.sukasmo.web.id/2012/07/struktur-dan-fungsi-organ-
pernapasan.html
Merupakan pipa yang panjangnya kira-kira 9 cm dan dindingnya terdiri
atas tiga lapisan.Lapisan luar terdiri atas jaringan ikat, lapisan tengah terdiri
atas otot polos dan cincin tulang rawan, sedangkan lapisan terdalam terdiri atas
jaringan epitel bersilia.Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluh
cincin-cincin tulang rawan yang berbentuk C. Cincin-cincin tulang rawan ini di
bagian belakangnya tidak tersambung yaitu di tempat trakea menempel pada
esofagus.Hal ini berguna untuk mempertahankan agar trakea tetap
terbuka.Trakea dilapisi oleh selaput lendir yang dihasilkan oleh epitelium
bersilia.Silia-silia ini bergerak ke atas ke arah laring sehingga dengan gerakan
ini debu dan butir-butir halus lainnya yang ikut masuk saat menghirup napas
dapat dikeluarkan.Di paru-paru trakea ini bercabang dua membentuk bronkus.
5. Paru-paru
Paru-paru terletak dalam rongga dada.Letaknya di sebelah kanan dan
kiri serta di tengahnya dipisahkan oleh jantung.Jaringan paru-paru
mempunyai sifat elastik, berpori, dan seperti spon. Apabila diletakkan di
dalam air, paru-paru akan mengapung karena mengandung udara di
dalamnya.Paru-paru dibagi menjadi beberapa belahan atau lobus.Paru-paru

15
kanan mempunyai tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus.Setiap lobus
tersusun atas lobula.Paru-paru dilapisi oleh selaput atau membran serosa
rangkap dua disebut pleura.Di antara kedua lapisan pleura itu terdapat
eksudat untuk meminyaki permukaannya sehingga mencegah terjadinya
gesekan antara paru-paru dan dinding dada yang bergerak saat
bernapas.Dalam keadaan sehat kedua lapisan itu saling erat
bersentuhan.Namun dalam keadaan tidak normal, udara atau cairan
memisahkan kedua pleura itu dan ruang di antaranya menjadi jelas.Tekanan
pada rongga pleura atau intratoraks lebih kecil daripada tekanan udara luar
(± 3–4 mmHg).Paru-paru terdiri atas :
a. Bronkus (cabang batang tenggorokan)
Bronkus berjumlah sepasang, yang satu menuju ke paru-paru kanan
dan yang satu lagi menuju ke paru-paru kiri.Tempat percabangan ini disebut
bifurkase. Bronkus mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi
oleh jenis sel yang sama. Bronkus yang ke kiri lebih panjang dan sempit
serta kedudukannya lebih mendatar daripada yang ke kanan.Hal ini
merupakan salah satu sebab mengapa paru-paru kanan lebih mudah terserang
penyakit.Bronkus sebelah kanan bercabang menjadi tiga bronkiolus,
sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang menjadi dua bronkiolus.
b. Bronkiolus
Bronkiolus merupakan cabang dari bronkus, dindingnya lebih tipis dan
salurannya lebih kecil.Semakin kecil salurannya, semakin berkurang tulang
rawannya dan akhirnya tinggal dinding fibrosa dengan lapisan silia.Setiap
bronkiolus terminal (terakhir) bermuara ke dalam seberkas kantung-kantung
kecil mirip anggur yang disebut alveolus.
c. Alveolus
Alveolus merupakan saluran akhir dari alat pernapasan yang berupa
gelembung-gelembung udara.Dindingnya tipis, lembap, dan berlekatan erat
dengan kapiler-kapiler darah.Alveolus terdiri atas satu lapis sel epitelium
pipih dan di sinilah darah hampir langsung bersentuhan dengan

16
udara.Adanya alveolus memungkinkan terjadinya perluasan daerah
permukaan yang berperan penting dalam pertukaran gas O2 dari udara bebas
ke sel-sel darah dan CO2 dari sel-sel darah ke udara.Jumlahnya lebih kurang
300 juta buah. Dengan adanya alveolus, luas permukaan paru-paru
diperkirakan mencapai 160 m2 atau 100 kali lebih luas daripada luas
permukaan tubuh.

Gambaralveolus

Gambar 2.4.1.5Bagian paru-paru


Sumber: http:/3.bp.blogspot.com

17
2.4.2. Influenza
Influenza disebabkan oleh virus influenza.Gejala yang ditimbulkan
antara lain pilek, hidung tersumbat, bersin-bersin, dan tenggorokan terasa
gatal.Influenza merupakan suatu penyakit infeksi akut saluran pernafasan
terutama ditandai oleh demam, gigil, sakit otot, sakit kepala dan sering disertai
pilek, sakit tenggorok dan batuk yang tidak berdahak. Lama sakit berlangsung
antara 2-7 hari dan biasanya sembuh sendiri.
Influenza merupakan penyakit yang dapat menjalar dengan cepat di
masyarakat. Walaupun ringan tetapi penyakit ini dapat berbahaya bagi usia
sangat muda dan usia tua dimana terdapat keterbatasan fungsi pernafasan.
Penyakit ini terutama terjadi pada musin dingin di negara bermusim dingin dan
di musim hujan pada negara-negara tropis.Mahluk hidup tempat berkembang
dan menyebarkan influenza ini adalah manusia sendiri. Diduga bahwa hewan
lain seperti burung, babi, dan kuda memegang peranan dalam menciptakan jenis
virus influenza dengan jenis yang berbeda akibat adanya mutasi di hewan-
hewan tersebut. Penyebaran virus influenza ini melalui tetesan air liur pada saat
batuk dan melalui partikel yang berasal dari sel hidung yang melayang di udara
terutama di ruangan tertutup.
Penyebab influenza adalah virus yang menginfeksi jaringan saluran
nafas bagian atas. Terdapat 3 jenis virus yang di kenal yaitu A,B, dan C. Virus
tipe A akan menyebabkan gejala yang berat, menyebar secara cepat dan dapat
menyebabkan infeksi di suatu negara atau wilayah (pandemi). Virus tipe B akan
menyebabkan gejala yang lebih ringan dan penyebarannya tidak secepat virus
tipe A. Virus tipe C hanya memberikan gejala yang ringan saja. Perbedaan dari
virus ini dapat diketahui melalui pemeriksaan dari cairan ludah dengan
mempergunakan test secara genetik.
Transmisi virus melalui udara dan air ludah sangat bergantung dari
jumlah virus yang terkandung didalamnya. Dari hasil penelitian apabila
didapatkan 10 virus / air ludah sebanyak 50% orang yang terkena air ludah ini

18
akan menderita influenza. Virus akan melekat pada sel permukaan di rongga
hidung dan saluran nafas.
Setelah virus berhasil masuk kedalam sel, dalam beberapa jam akan
mengalami replikasi dan menuju ke permukaan sel sehingga dapat
meninggalkan sel yang sudah rusak untuk masuk ke sel yang baru, baik sel
yang berada di sebelahnya atau menempel pada air ludah dan menyebar melalui
udara.
Gejala pada penderita Influenza, umumnya pasien mengeluh demam,
sakit kepala, sakit otot, batuk , pilek, terkadang disertai sakit pada waktu
menelan dan serak. Gejala ini dapat didahului oleh lemah badan dan rasa
dingin.Pada kondisi ini biasanya sudah didapatkan gambaran kemerahan pada
tenggorokan. Gejala-gejala diatas dapat terjadi beberapa hari dan hilang dengan
sendirinya. Tubuh memiliki kemampuan untuk menghilangkan virus dan
bakteri yang berbahaya melalui sistem pertahanan tubuh degnan sel darah putih,
tetapi pertahanan ini akan baik apabila kondisi tubuh baik pula. Setelah masa
penghancuran virus dan bakteri berbahaya tubuh membutuhkan waktu untuk
memperbaiki kerusakan-kerusakan yang telah terjadi sehingga akan terasa
lemas dan lemah.

19
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Formulasi Sediaan


Bunga Cengkeh 50 gram
Biji Pala 25 gram
Kulit Jeruk 75 gram
3.2. Alat
Peralatan yang digunakan meliputi blender, mesh no.20 , beaker glass , spatel,
pipet, loyang, dan muslin bag.
3.3. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan meliputi 2 ons bunga cengkeh, 2 ons biji pala, 4
ons kulit buah jeruk untuk 4 kali pemaikaian @150gram.
3.4. Metode Penelitian
3.4.1. Metode Pembuatan
Simplisia ditimbang sesuai yang dibutuhkan, kemudian dihaluskan
dengan cara di blender dan diayak menggunakan mesh no.20, lalu, di timbang
sebanyak @150 gram simplisia yang diayak lalu dilakukan pengemasan.
3.4.2. Pemeriksaan Karakteristik Simplisia
a. Pemeriksaan Makroskopik
Uji makroskopik ini untuk menentukan ciri khas simplisia dengan
pengamatan secara langsung dengan atau tanpa menggunakan alat (kaca
pembesar) yang berupa morfologi, ukuran dan warna simplisia.
b. Pemeriksaan Mikroskopik
Uji mikroskopik dilakuakan dengan cara meletakkan sedikit serbuk
simplisia pada kaca objek dan ditetesi dengan larutan kloralhidrat,
kemudian ditutup dengan cover glass yang selanjutnya difiksasi di atas
lampu spiritus. Amati di bawah mikroskop dengan perbesaran yang
sesuai dengan keperluan untuk mengamati fragmen dalam bentuk sel
atau jaringan tumbuhan.

20
c. Penetapan Kadar Sari Larut dalam Air
Sebanyak 5 gram serbuk simplisia dimasukkan ke dalam
erlenmeyer yang tertutup, ditambah 100 ml air kloroform (0,25 ml
kloroform dalam 100 ml air suling). Kocok sesekali selama 6 jam
pertama, dibiarkan selama 18 jam. Saring, diambil 20 ml filtrat
kemudian diuapkan hingga kering ke dalam cawan yang telah
dipanaskan 105OC dan ditimbang terlebih dahulu. Sisa filtrat dipanaskan
pada suhu 105OC kemudian didinginkan dan ditimbang hingga bobot
tetap. Hitung penetapan kadar sari larut dalam air.
berat sari(g) 100 mL
Kadar sari larut air = x x 100%
berat simplisia(g) 20 mL
d. Penetapan Kadar Sari Larut dalam Etanol
Sebanyak 5 gram serbuk simplisia dimasukkan ke dalam
erlenmeyer tertutup, ditambah 100 ml etanol 96% P, sambil dikocok
sekali-kali selama 6 jam pertama, dibiarkan selama 18 jam. Saring,
diambil 20 mL filtrat kemudian diuapkan hingga kering ke dalam cawan
yang telah dipanaskan 105OC dan ditimbang terlebih dahulu. Sisa filtrat
dipanaskan pada suhu 105OC kemudian didinginkan dan ditimbang
hingga bobot tetap. Hitung penetapan kadar sari larut dalam etanol
(Depkes RI, 2000).
berat sari(g) 100 mL
Kadar sari larut etanol = x x 100
berat simplisia(g) 20 mL
e. Penetapan Kadar Abu Total
Sebanyak 2,5 g serbuk simplisia yang telah digerus dan ditimbang
seksama, dimasukkan ke dalam kurs porselin yang telah dipijar dan
ditara, kemudian diratakan. Kurs porselin bersama isinya dipijarkan
perlahan hingga arang habis, didinginkan, ditimbang sampai diperoleh
bobot yang tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah
dikeringkan di udara (Depkes RI, 2000).
f. Penetapan Kadar Air

21
(1) Penjenuhan toluen
Sebanyak 200 mL toluen dimasukkan ke dalam labu alas bulat,
lalu ditambahkan 2 mL air suling, kemudian alat dipasang dan
dilakukan destilasi selama 2 jam. Destilasi dihentikan dan dibiarkan
dingin selama ± 30 menit, lalu volume air dalam tabung penerima
dibaca dengan ketelitian 0,1 mL.
(2) Penetapan Kadar Air Simplisia
Labu berisi toleun tersebut dimasukkan 5 g serbuk simplisia
yang telah ditimbang seksama, dipanaskan hati-hati selama 15
menit, setelah toluen mendidih, kecepatan toluen diatur 2 tetes per
detik sampai sebagian besar air terdestilasi, kemudian kecepatan
destilasi dinaikkan sampai 4 tetes perdetik dan setelah semua air
terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen. Destilasi
dilanjutkan selama 5 menit, tabung penerima dibiarkan mendingin
pada suhu kamar. Setelah air dan toluen memisah sempurna,
volume air dibaca dengan ketelitian 0,1 mL. Selisih kedua volume
air yang dibaca sesuai dengan kadar yang terdapat dalam bahan
yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen (WHO, 1998).
3.4.3. Skrining Fitokimia
a. Pemeriksaan Saponin
Ekstrak sebanyak satu spatel ditempatkan pada tabung reaksi dan
ditambahkan air secukupnya, kemudian dipanaskan diatas penangas air
selama 30 menit dan disaring menggunakan kertas saring. Filtrat yang
diperoleh dibiarkan sampai dingin, kemudian dikocok kuat-kuat selama
10 detik dengan arah vertikal dan terjadinya busa setinggi ±1 cm yang
bertahan selama 10 menit menandakan positif saponin dan busa tersebut
masih bertahan (tidak hilang) setelah ditambahkan beberapa tetes asam
klorida.
b. Pemeriksaan Alkaloid

22
Ekstrak ditempatkan pada lcoho yang bersih, kemudian
ditambahkan amoniak 25% lalu digerus. Tambahkan 20 mL kloroform,
digerus kuat, saring dan diambil filtratnya (larutan 1). Filtrat yang
diperoleh sebagian ditambahkan asam klorida 10% sehingga akan
menghasilkan 2 fase. Fase air dipisahkan (larutan 2). Larutan 1
diteteskan pereaksi dragendroff dan tabung kedua ditambahkan Mayer.
Timbulnya endapan merah bata dengan pereaksi Dragendroff atau
endapan putih dengan pereaksi Mayer menunjukkan positif golongan
alkaloid.
c. Pemeriksaan Fenolat/Fenol
Serbuk simplisia didihkan didalam air dan disaring. Filtrat
direaksikan dengan FeCl3. Apabila terjadi perubahan warna yang dinilai
terhadap blanko, simplisia mengandung senyawa golongan fenol.
d. Pemeriksaan Flavonoid
Ekstrak sebanyak 1 spatel ditempatkan pada tabung reaksi lalu
ditambahkan 2 mL akuades, kemudian dicampurkan dengan serbuk
magnesium dan asam klorida 2 N, dipanaskan di atas penangas air dan
disaring. Pada lcohol ditambahkan amil lcohol lalu dikocok kuat-
kuat dan timbulnya warna merah kuning, jingga pada lapisan amil
alkohol menandakan positif flavonoid.
e. Kuinon
Pemeriksaan kuinon dilakukan terhadap 2 mL fase air dari
pemeriksaan flavonoid dan 2 mL fase air di atas endapan gelatin pada
pemeriksaan tanin di dalam dua tabung reaksi berbeda. Ke dalam dua
tabung tersebut masing-masing ditambahkan beberapa tetes larutan
NaOH. Hasil positif kuinon ditunjukkan dengan perubahan warna
menjadi merah.
f. Steroid/terpenoid
Ekstrak sebanyak satu spatel digerus dengan eter lalu disaring.
Filtrat ditempatkan dalam cawan penguap dan dibiarkan menguap

23
sampai kering, lalu ditambahkan 3-4 tetes larutan pereaksi Liebermann
Burchard dan terjadinya warna merah-ungu menandakan positif
triterpenoid, sedangkan bila warna hijau-biru menunjukkan positif
steroid.
3.4.4. Evaluasi Sediaan
a. Uji Organoleptis
Parameter organoleptis yang diuji meliputi aroma, ukuran partikel,
bentuk sediaan, dan warna .
b. Uji Angka Kapang dan Khamir (AKK)
Cawan Petri diberi label 10-2 sampai 10-6, diambil PDA yang
ditambahkan kloroform dan dimasukkan pada setiap cawan Petri yang
masih kosong secara aseptik (dibuat duplo) selanjutnya dihomogenkan
dan didinginkan hingga memadat. Pada tabung reaksi 10-2 dipipet 0,5
mL kemudian dimasukkan dalam cawan Petri dan diberi label 10-3
(duplo). Tahap tersebut dilakukan sampai cawan petri 10-6. Semua
cawan Petri diinkubasi pada suhu 20-25°C (suhu kamar) selama 5 hari.
Jumlah koloni yang tumbuh dihitung menggunakan koloni counter.
c. Uji Angka Lempeng Total (ALT)
Cawan Petri diberi label 10-2 sampai 10-6, diambil PDA yang
ditambahkan TCC 0,5% dan dimasukkan pada setiap cawan Petri yang
masih kosong secara aseptik (dibuat duplo) selanjutnya dihomogenkan
dan didinginkan hingga memadat. Pada tabung reaksi 10-2 dipipet 0,5
mL kemudian dimasukkan dalam cawan Petri dan diberi label 10-3
(duplo). Tahap tersebut dilakukan sampai cawan petri 10-6. Semua
cawan Petri diinkubasi pada suhu 20-25°C (suhu kamar) selama 5 hari.
Jumlah koloni yang tumbuh dihitung menggunakan koloni counter.
d. Susut Pengeringan
Satu g simplisia ditimbang seksama dan dimasukkan ke dalam krus
porselen bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu

24
105oC selama 30 menit dan telah ditara. Simplisia diratakan dalam krus
porselen dengan menggoyangkan krus hingga merata.Masukkan ke
dalam oven, buka tutup krus, panaskan pada temperatur 100oC sampai
dengan 105oC, timbang dan ulangi pemanasan sampai didapat berat
yang kostan (Depkes, 1989).
berat sebelum pemansan−berat akhir
Susut pengeringan = x 100%
berat sebelum pemanasan

25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Praktikum Teknologi Bahan Alam ini membuat sebuah produk Herbal Bath.
Formulasi yang digunakan diantaranya Cengkeh, Pala, dan Kulit Jeruk. Yang
berfungsi untuk terapi mengatasi flu dan batuk. Keunggulan dari produk herbal bath
ini disertai untuk menenangkan/relaksan. Menggunakan herbal bath ini dengan cara
berendam didalam bath.
Penetapan Kadar Sari Larut Air dan larut Etanol
Penetapan kadar sari adalah metode kuantitatif untuk jumlah kandungan
senyawa dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut tertentu. Penetapan ini
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu kadar sari yang larut dalam air dan kadar sari
yang larut dalam etanol. Kedua cara ini didasarkan pada kelarutan senyawa yang
terkandung dalam simplisia.
Ada beberapa teknik isolasi senyawa bahan alam yang umum digunakan
seperti maserasi, perkolasi, dan ekstraksi kontinu. Tetapi pada penelitian ini yang
digunakan adalah maserasi. Maserasi merupakan metode perendaman sampel dengan
pelarut organik, umumnya digunakan pelarut organik dengan molekul relatif kecil
dan perlakuan pada temperatur ruangan, akan mudah pelarut terdistribusi ke dalam
sel tumbuhan.
Metode maserasi ini sangat menguntungkan karena pengaruh suhu dapat
dihindari, suhu yang tinggi kemungkinan akan mengakibatkan terdegradasinya
senyawa-senyawa metabolit sekunder. Pemilihan pelarut yang digunakan untuk
maserasi akan memberikan efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan
senyawa bahan alam dalam pelarut akibat kontak langsung dan waktu yang cukup
lama dengan sampel.

26
Salah satu kekurangan dari metode ini adalah membutuhkan waktu yang lama
untuk mencari pelarut organik yang dapat melarutkan dengan baik senyawa yang
akan diisolasi dan harus mempunyai titik didih yang tinggi pula sehingga tidak
mudah menguap.
Berdasarkan Materia Medica, parameter untuk simplisia yang baik sebagai
berikut :
Kadar Abu Total : ≤ 10,00
Kadar Sari Larut Air : ≥ 18,00
Kadar Sari Larut Etanol : ≥ 6,30
Penetapan Kadar Abu
...
Susut Pengeringan
Menentukan susut pengeringan harus di panaskan terlebih dahulu pada suhu
105⁰C selama 30 menit atau hingga bobotkonstan. Pemanasan dilakukan
menggunakan oven tujuannya agar air yang terkandung dalam suatu bahan akan
menguap bila bahan tersebut dipanaskan pada suhu 105˚C selama waktu tertentu.
Kelebihan metode oven adalah suhu dankecepatan proses pengeringan dapat diatur
sesuai keinginan, tidak terpengaruh cuaca, sanitisi dan higiene dapat dikendalikan.
Kelemahan metode oven adalah memerlukan keterampilan dan peralatan khusus,
serta biaya lebih tinggi dibanding pengeringan alami. Setelah cawan dipanaskan baru
ditimbang dengan bahan dan dipanaskan selama 60 menit dan 30 menit pada suhu
105 ˚C. Fungsi dari pemanasan ini untuk memperoleh bobot konstan dan menentukan
perubahan kadar air selama pengeringan bahan yang mengandung air tinggi hal ini
akan menyebabkan perubahan bentuk, densitas dan porositas bahan. Perubahan
bentuk dan ukuran ini mempengaruhi sifat-sifat fisik dan akhirnya juga berdampak
pada berubahnya tekstur dan sifat transport (transport properties) produk
yangdihasilkan. Salah satu perubahan fisik yang penting selama pengeringanadalah
pengurangan volume eksternal bahan. Kehilangan air dan pemanasanmenyebabkan
tekanan terhadap struktur sel bahan diikuti dengan perubahan bentuk dan pengecilan
ukuran. Kemudian di masukan dalamdesikator, fungsi dari desikator sebagai tempat

27
menyimpan sampel yang harus bebas airdan mengeringkan dan mendinginkan sample
yang akan digunakan untuk uji kadar air.
Skrining Fitokimia
Identifikasi metabolit sekunder yang pertama yaitu senyawa fenolik, ciri khas
dari senyawa fenolik adalah membentuk senyawa kompleks sehingga terjadi
perubahan warna biru hitam atau ungu. Reaksi FeCl3 dengan sampel membuat
pembentukan warna pada uji ini, yang berperan adalah ion Fe3+ yang mengalami
hibridisasi. Hasil positif diperoleh oleh simplisia Cengkeh dan Kulit Jeruk. Skrining
fitokimia yang dilakukan untuk mengidentifikasi senyawa flavonoid yaitu dengan
cara penambahan HCl dan logam Mg untuk mereduksi inti benzopiron yang terdapat
dalam senyawa flavonoid sehingga terbentuk warna merah tua jingga pada senyawa
tersebut. Hasil positif diperoleh oleh simplisia Kulit Jeruk. Pada identifikasi senyawa
alkaloid pereaksi Mayer mengandung merkuri klorida dan kalium iodide. Prinsip dari
reaksi pengendapan yang terjadi karena adanya peran atom nitrogen yang mempunyai
pasangan elektron bebas pada alkaloid dapat mengganti ion iodo dalam pereaksi-
pereaksi tersebut sehingga membentuk ikatan kovalen koordinasi dengan ion logam.
Hasil yang diperoleh pada simplisia adalah negatif. Identifikasi dilakukan selanjutnya
adalah saponin. Saponin bersifat polar sehingga dapat larut dalam pelarut seperti air
dan saponin juga bersifat non polar karena memiliki gugus hidrofob yaitu aglikon
(sapogenin). Busa yang dihasilkan pada uji saponin disebabkan karena adanya
glikosida yang dapat membentuk busa dalam air dan terhidrolisis menjadi glukosa
dan senyawa lainnya. Hasil yang diperoleh pada simplisia adalah negatif. Skrining
fitokimia untuk mengidentifikasi kandungan terpenoid /steroid dalam tumbuhan diuji
dengan menggunakan metode Liebermann-Buchard yang nantinya akan memberikan
warna merah jingga atau ungu untuk terpenoid dan biru untuk steroid. Penambahan
asam asetat dan asam sulfat berikatan dengan senyawa terpenoid/steroid sehingga
menghasilkan reaksi perubahan warna. Hasil positif diperoleh oleh simplisia Cengkeh
dan Kulit Jeruk. Hasil reaksi skrining fitokimia dapat dilihat pada Tabel 1.
Simplisia Saponi Fenol Quinon Steroid Alkaloid Flavonoid
n

28
Cengkeh - + - + - -
Pala - - - + - -
Jeruk - + - - - +

BAB V
KESIMPULAN

29
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, goeswin, 2009, Teknologi Bahan Alam, edisi revisi dan perluasan, penerbit ITB,
Bandung.
Depkes RI., 1980, Materia Medika Indonesia, jilid IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta, hal 157-158.
Depkes RI., 1989, Materia Medika Indonesia, jilid V, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta, hal 486.
Depkes RI., 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.
Depkes RI., 2008, Farmakope Herbal Indonesia, edisi I, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Syahruddin, Elisna. Tahun. Fisiologi Respirasi. Diunduh dari
http://staff.ui.ac.id/internal/140201804/material/FisiologiRespirasi05.pdf
pada tanggal 12 Maret 2013 pukul 17.05

30
LAMPIRAN

Bettle Dry Nose

PT. HEUWAY FARMA

BANDUNG-INDONESIA

Komposisi
Cengkeh 50 g
Pala 25 g
HERBAL BATH Kulit Jeruk 75 g
FOR COLD AND FLU
FOR COLD AND FLU
HERBAL BATH Indikasi
Untuk mengatasi hidung
tersumbat, bersin-bersin,
masuk angin sebagai anti
radang dan juga dapat
digunakan untuk relaksasi.

Simpan pada suhu sejuk


dan terhindar dari sinar
Netto : 150 g
matahari

NO REG : TR 201100014

NO BATCH : 19120501

EXP.DATE : Februari 2023 31

Anda mungkin juga menyukai