Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN KEGIATAN

PENINGKATAN AWARENESS DAN KOMPETENSI TENAGA PENGELOLA OBAT DI FASILITAS


PELAYANAN KEFARMASIAN DALAM RANGKA PENGAWALAN MUTU SERTA PENCEGAHAN
PENYALAHGUNAAN OBAT DAN RESISTENSI ANTIBIOTIKA

I. AGENDA KEGIATAN
 Registrasi peserta
 Pembukaan
 Keynote speech
 Penandatanganan komitmen “Cegah penyalahgunaan obat dan resistensi antibiotika
melalui penerapan pengelolaan obat yang baik” dan foto bersama
 Ancaman resistensi antiiotika bagi sistem kesehatan di indonesia dan global
 Kebijakan pengawasan dan pembinaan serta koordinasi dengan pemerintahan
daerah di bidang pengawasan obat
 ISHOMA
 Diskusi panel : overview pengawasan distribusi dan pelayanan ONPP serta
pedoman teknis pengelolaan obat , bahan obat , narkotika, psikotropika, dan
prekurso farmasi di fasyanfar. Kebijakan pengelolaan obat publik di provinsi jawa
barat
 Diskusi/tanya jawab
 Diskusi panel : best practice pengawasan, pembinaan dan pengelolaan obat di
wilayah kota bogor dan yogyakarta.
 Diskusi/tanya jawab
 Penutupan

II. WAKTU DAN TEMPAT


Senin, 12 November 2018-11-16
Pukul: 09.00 WIB – SELESAI
Tempat: hotel grand mercure setibudhi
Jl. DR. Etiabudhi no. 269-275, isola, sukasari, kots bandung

III. PEMBAHASAN KEGIATAN


1. Ancaman global kesehatan dan finansial di era MDRO
 MDRO (multi drug-resistance organism) adalah bakteri yang tidak dapat
dimatikan oleh 2 atau lebih golongan antibiotika.
 Antibiotika banyak digunakan pada peternakan karena antibiotika membunuh
bakteri usus sehingga pakan dapat diserap lebih banyak.
 Banyak ditemukannya bakteri resisten pada hewan ternak.
 Antibiotika memicu resistensi.
 Minum antibiotic normaflora (bakteri baik didalam tubuh) mudah mati
akibatnya bakteri yang resisten tidak ada yang menghalangi maka tumbuh
dengan cepat. Jika besok minum antibiotic lagi besoknya bakteri normaflora
dalam tubuh tidak tumbuh lagi maka bakteri resisten yang tumbuh. Kalua
diteruskan lagi minum antibiotic maka setiaphari akan mendapatkan infeksi
baru.
 Memahami antibiotic itu beguna tetapi disisi lain membahayakan jika tidak tahu
cara pemakaian dan indikasi.
 Kurangi tingginya resistensi antibiotic
 Swamedikasi dihentikan penjualan antibiotic bebas.

2. Peran strategis badan pom dam upaya pencegahan penyalahgunaan obat dan resistensi
antibiotika.
 Tiga pilar pengawasan obat dan makanan :
a) Pemerintahan : pembinaan dan pengawasan
b) Pelaku usaha : pemenuhan standar dan persyaratan
c) Masyarakat : konsumen cerdas
 Permasalahan terkait dengan pengeloaan obat disarana pelayanan kefarmasian
adalah masih kurangnya peran serta kehadiran APA pada jam pelayanan.
Berdampak kurang maksimal pelaksanaan pengelolaan. Risiko lain, dapat
dikaitkan dengan kejadian penyalahgunaan/penggunaan obat yang salah
dimasyarakat.
 Strategi :
a) pelaksanaan komunikasi.
b) Informasi, edukasi, dan
c) Peningkatan koordinasi lintas sector.
 Permasalahan reistensi antibiotika :
a) Penggunaan tidak sesuai kebutuhan (miss-use & over-use)
b) Penyerahan antibiotika secara bebas
c) Ketersediaan tenaga profesi dalam kegiatan penyerahan antibiotika

3. Kebijakan pengawasan dan pembinaan serta koordinasi dengan pemerintah daerah


dibidang pengawasan obat.
 Praktik kefarmasian :
a) Tenaga kefarmasian : apoteker, TTK : DINKES, IAI, PAFI
b) Fasilitas kefarmasian : PBF , apotik, took obat, instalasi farmasi
RS/klinik : DINKES
c) Komoditas : sediaan farmasi : DINKES & BPOM
 Diperlukan peraturan yang jelas dalam melaksanakan praktek pekerjaan farmasi.
 Perlunya meningkatkan koordinasi dan komunikasi.
 Pentingnya peran organisasi profesi (IAI & PAFI) dalam pembinaan:
a) Pemberian reward dan pushment terhadap anggotanya.
b) Pencegahan penyalahgunaan obat, penggunaan obat yang dalah dan
resistensi antibiotic harus dilakukan dengan komitmen yang penuh oleh
pemda dan tenaga pengelola obat.
c) Peran awareness dan kompetensi tenaga kefarmasian di farmasi
pelayanan kefarmasian sangat penting.

4. Overview pengawasan sarana pelayanan kefarmasian & pengaturan pelayanan obat


difasilitas pelayanan kefarmasian.
 Penggolongan :
a) Narkotika (uu no. 35 thn 2009)
o Gol. 1 : MDMA, amfetamin, metamfenamin, butirilfentanil, karfentanil,
karisoprodol.
o Gol 2 : petdidin, morfin, fentanyl, metadon.
o Gol 3 : kodein, buprenorfin, etilmorfin.
b) Psikotropika (uu no. 5 thn 1997)
o Gol. 1, 2, 3 dan 4
c) Prekursor yang diawasi bpom adalah prekursor farmasi :
ephedrine, ergometrine, ergotamine, norephedrine, pseudoephedrine.
d) OOT (obat obat tertentu) yang sering disalahgunakan :
tramadol, tiheksifenidil, klorpromazin, amitripilin, haloperidol,
dextromethorphan.
 Surat pesanan :
o Nama sarana sesuai izin disertai nomor izin dan alamat lengkap dan stempel.
o Nomer urut sp nama kota dan tanggal dengan penulisan jelas.
o Nama fasilitas pemasok serta alamat lengkap.
o Nama bentuk dan kekuatan sediaan, jumlah (dalam bentuk angka dan huruf)
dan serta isi kemasan (kemasan penyaluran terkecil atau tidak dalam bentuk
eceran) dari obat/bahan obat yang dipesan.
 Pedoman tekhnis pengelolaan obat dan bahan obat difasilitas pelayanan
kefarmasian :
a) Pengadaan obat-bahan obat
b) Penerimaan
c) Penyimpanan
d) Penyerahan
e) Pengembalian
f) Pemusnahan
g) Pelaporan

Bandung, 16 November 2018


Mengetahui

Kurniasiati Ramadhan dr. Anne Suria Marliane


Pelapor Manajer

Anda mungkin juga menyukai