Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI III

TOPIK FARMAKOTERAPI INFEKSI

STUDI KASUS DRUG-RELATED PROBLEM PADA PASIEN CAP+CANDIDIASIS


ORAL+KONSTIPASI

Disusun oleh:
Gunawan Adi Wibowo (I1C018010)
Salshabila Akbarani Nurzaman (I1C018012)
Putri Ayu Berliana Ghania Hidayat (I1C018014)
Nadia Farahdina (I1C018016)
Zaima Arrosyidi Arrifqi (I1C018018)
Ananda Siti Salsabila (I1C018020)

Kelas/Kelompok : B/2
Dosen Pembimbing Praktikum : Nialiana Endah E, M.Sc., Apt.
Tanggal Diskusi Dosen : 9 Juni 2021
Tanggal Diskusi Kelompok : 9 September 2021

Laboratorium Farmakologi dan Farmasi Klinik

Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan

Universitas Jenderal Soedirman

2021
PENYELESAIAN KASUS FARMAKOTERAPI II

A. KASUS
Nama : Tn. S
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 82 tahun

Keluhan utama : Pasien mengeluhkan Lemas, sulit menelan, minum air putih
tersedak, nyeri perut, susah BAB, demam, batuk berdahak.

Diagnosa : CAP dan Kandidiasis oral


Riwayat penyakit dahulu : Hipertensi sejak ± 5 tahun yang lalu, sering tersedak ± 1 tahun yang
lalu, pasca jatuh ± 2 kali, 1 tahun yang lalu dan 1 bulan yang lalu.

Riwayat obat : Tidak pernah meminum obat antihipertensi, pasca operasi mata
(blepharophaty) ± 14 hari yang lalu, pasca operasi prostat 4 tahun yang lalu, pasang Kawat di
lutut 1 tahun yang lalu.

Riwayat alergi :-

Pengobatan Pasien di RS

Juli 2021
Nama obat Dosis
13 14 15 16 17 18 19
Ceftazidime 500 mg/hari (iv) √ √ √ √ √ √ √
Ciprofloxacin 400 mg/12 jam (iv) √ - √ √ √ √ √
200 mg/12 jam (iv) - √ - - -
NaCl 0,9% : 1 : 1 (iv) √ √ √ √ √ √ √
aminofluid
Candistatin 3 x 1 ml (po) √ √ √ √ √ √ √
Laxadine syr 1 x 30 ml (po) - - - √ √ - -
Inj Ranitidine 1 amp/24 jam (iv) - - - - √ - √
Sukralfat 3 x 1 tab (po) - - - - √ - √

Keluhan Pasien

Keluhan 13/07/21 14/07/21 15/07/21 16/07/21 17/07/21 18/07/21 19/07/21

Lemas +++ +++ +++ ++ + + +


Sulit menelan +++ + + + + - -
Minum air +++ + + + + - -
tersedak
Nyeri perut +++ +++ +++ ++ ++ - -
Susah BAB +++ ++ ++ - - - -
Demam - - - - - - -
Batuk berdahak +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++

Tanda-Tanda Vital Pasien Selama di RS

Parameter Juli 2021


13 14 15 16 17 18 19
Tekanan Darah 140/90 130/80 130/70 130/90 130/9 130/90 130/90
(< 130/80 mmHg) 0
Suhu (36-37°C) 36 37,2 36,6 36,5 37,2 36,5 36,5
Nadi 90 80 88 70 86 80 80
(60-100 x/menit)
Laju Pernapasan 20 22 28 28 26 20 20
(< 20x/menit)

Pemeriksaan Hematologi
Hasil
Nilai (13 Juli 2021)
Parameter Satuan
Normal

WBC 3,6-11,0 x 103/UL 10,7


HB 11,7-15,5 g/dl 16
Trombosit 150 - 400 x 103/UL 283
GDS < 200 mg/dl 104
BUN 6 - 20 mg/dl 30
Kreatinin 0,6 – 1,3 mg/dl 1,69
Natrium 136-145 Mmol/L 147
Kalium 3,5 – 5,1 Mmol/L 4,48
Clorida 98 - 107 Mmol/L 104
B. DASAR TEORI
1. PATOFISIOLOGI
a. CAP
Dalam keadaan sehat tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme di paru. Keadaan
ini disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru. Apabila terjadi ketidakseimbangan
antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dapat berkembang biak dan menimbulkan
penyakit. Resiko infeksi di paru sangat tergantung pada kemampuan mikroorganisme
untuk sampai dan merusak permukaan epitel saluran nafas. Kolonisasi faring dengan
patogen, diikuti oleh mikro-aspirasi, adalah mekanisme masuk ke saluran pernapasan
bagian bawah. Dalam interaksi antara patogen dan pertahanan paru pejamu, pneumonia
terjadi jika ada defek pada pertahanan pejamu atau diatasi dengan inokulum atau
virulensi patogen yang tinggi (Regunath et al, 2021).

Sedangkan etiologi CAP memiliki beberapa variasi menurut tingkat keparahan


penyakitnya, meliputi bakteria, fungi, virus, protozoa, dan lain-lain. Namun sebagian
besar kasus CAP etiologinya adalah kuman atau bakteri patogen. Beberapa studi di
negara barat mengidentifikasi Streptococcus pneumoniae sebagai patogen etiologi yang
paling sering teridentifikasi. Patogen penyebab community-acquired pneumonia dapat
diklasifikasikan menjadi dua jenis: (1) Agen tipikal seperti Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis, Staphylococcus aureus, Grup A
Streptococci, anaerob, dan organisme gram negatif dan (2) Agen atipikal seperti
Legionella, Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae, dan C. psittaci. Virus pernapasan
influenza dan non-influenza telah semakin terdeteksi sebagai patogen tergantung pada
ketersediaan metode deteksi berbasis reaksi berantai polimerase. Di seluruh dunia, S.
pneumoniae dan H. influenzae adalah penyebab utama pneumonia bakteri. Patogen yang
paling umum diidentifikasi dalam surveilans aktif berbasis populasi terbaru di Amerika
Serikat adalah rhinovirus manusia, virus influenza, dan Streptococcus pneumoniae
(Regunath et al, 2021)

b. Candidiasis Oral

Spesies kandida menyebabkan sariawan ketika kekebalan tubuh pasien terganggu.


Gangguan ini dapat bersifat lokal, sekunder akibat penggunaan kortikosteroid oral.
Pertumbuhan jamur yang berlebihan kemudian mengarah pada pembentukan
pseudomembran. Seringkali, infeksi Candida oral pasien dapat menyebabkan keterlibatan
GI. Spesies candida tumbuh subur di lingkungan yang lembab. Dengan demikian, wanita
dapat mengembangkan kandidiasis vagina juga. Pada pasien sehat, sistem imun pasien
dan flora normal bakteri menghambat pertumbuhan candida. Akibatnya, imunosupresi
dalam bentuk seperti diabetes, merokok, gigi palsu, penggunaan steroid, malnutrisi,
kekurangan vitamin, dan penggunaan antibiotik baru-baru ini sering menyebabkan
penyakit (Taylor dan Raja, 2021).

Sedangkan berdasarkan etiologi, kandidiasis oral disebabkan oleh spesies Candida,


paling sering Candida albicans. Bisa juga disebabkan oleh Candida glabrata, Candida
tropicalis, dan Candida krusei. Spesies Candida non-albicans telah terbukti menjajah
pasien berusia 80 tahun ke atas lebih sering daripada pasien yang lebih muda (Taylor dan
Raja, 2021).

2. GUIDELINE TERAPI
a. CAP

Antibiotik yang direkomendasikan untuk pengobatan empiris CAP pada orang dewasa
adalah:

(IDSA/ATS, 2019)
b. Candidiasis Oral

(Flevari, 2013)

C. PENATALAKSANAAN KASUS DAN PEMBAHASAN

ANALISIS FARMAKOTERAPI

PM/Diagnosa S O Terapi A

CAP degan  Lemas  Laju 13/7-19/7 : 1. DRP = -


penyakit ginjal +++ dimulai Pernapasan Ceftazidime NaCl 0.9% aminofluid
bawaa tanggal 13 tanggal 500mg/hari (iv), diberikan untuk mengatasi
hingga 17 14/7-17/7 = NaCl 0.9% lemas pada pasien. Larutan
(semakin 22, 28, 28, Aminofluid (iv) NaCl juga dapat digunakan
menurun) 26 (>20x / untuk menggantikan cairan dan
 Batuk menit) 13/7, 15/7-19/7 : garam tubuh yang hilang dan
Berdahak +++  BUN = 30 Ciprofloxacin 500 menjaga keseimbangan cairan
dari tanggal 13 (>20 mg/12 jam (iv) dan elektrolit, aminofluid juga
hingga 19 mg/dL) dapat memberikan nutrisi pada
14/7 :
(konstan)  Kreatinin = tubuh (Suta , 2017)
Ciprofloxacin 200
1,69 (>1,3 2. DRP = Terapi tidak tepat
mg/12 jam (iv)
mg/dL) Kombinasi antibiotic
 Natrium = ceftazidime dan ciprofloxacin
147 (>145 kurang tepat, seharusnya dipilih
Mmol/L) pilihan terapi lain yaitu
levofloksasin (Olson dan Davis,
2020).
3. DRP = Indikasi belum
diterapi. Pasien mengalami
batuk berdahak konstan, namun
belum diberikan terapi untuk
mengatasi hal tersebut.
Sehingga dibutuhkan terapi
Mukolitik berupa N
Asetilsistein (Nowicki &
Murray 2020).

Candidiasis  Sulit menelan - -13/7-19/7 1. Tidak ada DRP = Terapi yang


oral +++ = tanggal Candistatin diberikan pada pasien sudah
13-17 (semakin (Golongan tepat, karena obat golongan
menurun) Nystatin) 3x1 ml nystatin memiliki efektivitas
 Minum air (po/suspensi) lebih besar dari golongan
tersedak +++ = flukonazol (lini pertama)
tanggal 13-17 (Dipiro, 2015; Falah-Tafti et
(semakin al., 2011).
menurun) 2. DRP = Underdose pada obat
Candistatin, karena dosis yang
diberikan pada belum
mencapai batas dosis terendah
(Quindós, Guillermo, et al.,
2019).

Konstipasi  Susah BAB - 16/7-17/7 1. Tidak ada DRP = Pemberian


 Nyeri Perut Laxadine syr 1x30 laksatif pada kondisi pasien
(ESO dari
ml (po/sirup) yang konstipasi sudah sesuai
penggunaan
dengan literatur, dimana
antibiotic
17/7 dan 19/7 laksatif osmotif diindikasikan
flurokuinoinon)
Ranitidine 1 sebagai lini pertama terapi
amp/24 jam (iv), penyakit konstipasi pada pasien
Sukralfat 3x1 tab dewasa (Mounsey et al., 2015).
(PO) 2. DRP = terapi tanpa indikasi.
Pememberian laxadine pada
tanggal 16/7 dan 17/7 ketika
pasien sudah tidak
mengeluhkan sulit BAB.
Sehingga laxadine dianjurkan
diberikan dari tanggal 13/7
ketika gejala konstipasi mulai
terlihat (Mounsey et al., 2015).
3. DRP = terapi tanpa indikasi.
Pemberian sucralfate dan
injeksi ranitidine tidak sesuai
dengan keadaan pasien, karena
tidak ada gejala yang
memperkuat indikasi pasien
mengalami tukak lambung
(Dipiro, 2015).

RENCANA ASUHAN KEFARMASIAN


A P Monitoring Edukasi

DRP Terapi Berdasarkan guideline pada Monitoring fungsi


Dosis dan Cara Penggunaan:
tidak tepat terapi CAP, terdapat 2 ginjal dan hati
(Pada pilihan pengobatan yaitu selama terapi, tanda - Levofloxacin : Dengan dosis 750 mg iv
kombinasi kombinasi dan juga dan gejala diberikan 1x sehari selama 5 hari
antibiotic monoterapi. Untuk gangguan regulasi (drugs,2021)
ceftazidime dan kombinasi golongam obat glukosa tanda dan - Candistatin : Dengan dosis 4-6 ml,
ciprofloxacin) antibiotik yang digunakan gejala reaksi diberikan 4 kali sehari (Quindós,
adalah makrolida dengan hipersensitivitas Guillermo, et al., 2019).
sefalosforin (amoksisilin (merckmanuals, - NaCl 0.9% Aminofluid : Dengan dosis
dengan doksisiklin), 2021) maksimal 2500 mL per hari, diberikan
sedangkan untuk monoterapi infus dengan kecepatan jatuh
obat yang digunakan adalah tetes infus 500 mL per 120 menit
golongan floroquinolon (drugs,2021).
(levofloxacin). Pada kasus - Laxadine : Dengan dosis (15-30 ml),
ini, obat yang dipilih adalah diminum 1-2 sendok makan, 1x sehari
levofloxacin karena
berdasarkan literatur pada sebelum tidur (drugs,2021).
keadaan CAP terapi empiris
KIE :
yang lebih baik dikonsumsi
adalah terapi dengan 1) Untuk tenaga kesehatan yang
antibiotic monoterapi yaitu merawat pasien
golongan florokuinolon a. Memberikan informasi tentang
(levofloxacin) (olson dan penyakit pasien
Davis, 2020) Meskipun b. Mengedukasi kepada keluarga pasien
ciprofloxacin merupakan agar menjaga pola hidup pasien
golongan antibiotic c. Beritahu pasien mengenai tanda-tanda
florokuinolon pada hipersensitivitas antibiotik beta
perbandinga efektivitas laktam
keduanya, levofloxacin d. Monitoring fungsi ginjal pasien
memiliki efektivitas yang secara ketat dan tanda tanda
lebih baik daripada hipersensitivitas
ciprofloxacin (Lacy 2) Untuk Pasien
et.al,2020) a. Menjelaskan cara penggunaan obat
Candistatin yaitu ditempatkan di
Indikasi belum Pasien mengalami batuk - Monitor jika masing-masing sisi mulut, dikumur-
diterapi (Batuk berdahak konstan, namun terjadi reaksi kumur dan ditahan selama 5 menit
Berdahak) belum diberikan terapi untuk anafilaksis sebelum ditelan.
mengatasi hal tersebut. - Monitor ada nya b. Menghimbau agar menjaga
Sehingga dibutuhkan terapi efek samping kebersihan diri sendiri dan
Mukolitik berupa N pendarahan GI lingkungan agar tidak terinfeksi
Asetilsistein. Dipilih N- - Pantau fungsi
bakteri kembali
Acetylcystein karena N- paru dan respons 3) Untuk Keluarga Pasien
acetylcysteine (NAC) terhadap terapi a. Mengingatkan pasien untuk
memiliki sejarah (merckmanuals, mengonsumsi makanan makanan
penggunaan yang luas 2021) berserat 18-30 gram perhari yang
sebagai mukolitik dalam dilakukan secara bertahap dan
pengobatan kondisi paru- dipertahankan.
paru akut dan kronis. b. Tidak menggunakan alat makan, alat
(Nowicki & Murray 2020). mandi seperti handuk secara
bersamaan dengan pasien karena
Underdose Pada kasus ini, pasien Monitor tes kortisol dapat menyebabkan penularan bakteri
(Candistatin) menggunakan candistatin bebas urin, tes
3x1 ml (po). Terjadi DRP kortisol plasma
Underdose karena pada pagi, dan tes (NICE, 2015)
tahun 2016, Infectious stimulasi ACTH
Terapi non-farmakologi :
Diseases Society of America dapat digunakan
(IDSA) Memperbaharui untuk mengevaluasi  CAP dengan penyakit bawaan
pedoman untuk manajemen penekanan aksis ginjal = Istirahat, pemberian O2,
terapi kandidiasis termasuk HPA, monitoring asupan cairan yang cukup, teknik
kandidiasis oral. tanda-tanda napas dalam untuk meningkatkan
Rekomendasi ini adalah membaik atau memperbaiki fungsi sistem imun
penggunaan nistatin memburuknya dan perbaikan (Langke et al, 2016).
suspensi (100,000 U/mL, 4- candida atau infeksi  Konstipasi = Modifikasi pola
6 ml, 4 kali sehari) bakteri baru (Drugs, makan sebagai penatalaksanaan
(Quindós, Guillermo, et al., 2021) awal termasuk asupan serat harian
2019). 25 g/hari dan memberikan asupan
cairan 1,5-2 L/hari dan
Terapi tanpa Pemberian laxadine, pada Pantau kadar meningkatkan aktivitas fisik ringan
indikasi tanggal 16 dan 17 pada saat elektrolit (MIMS, (Paquette et al., 2016).
(Laxadine) pemberiaan obat, pasien 2021).  Candidiasis Oral = Konsumsi
sudah tidak mengeluhkan makanan yang mengandung bawang
sulit BAB. Sehingga putih atau dengan mengonsumsi
laxadine dianjurkan permen karet yang mengandung
diberikan dari tanggal xylitol, menggunakan obat kumur
tanggal 13-15 ketika gejala atau pasta gigi yang mengandung
konstipasi mulai terlihat, xylitol karena xylitol dipercaya
yaitu sulit BAB dan nyeri memiliki aktivitas untuk
perut (Mounsey et al., menghambat metabolisme mikroba
2015). di rongga mulut, dan enjaga hidrasi
mulut dan kebersihan mulut dan
Terapi tanpa Pemberian sucralfate dan - hindari menjilati lesi (Patil et al.,
indikasi injeksi ranitidine dianjurkan 2015).
(Ranitidine dan untuk diberhentikan karena
Sukralfat) sucralfate dan injeksi
ranitidine memiliki fungsi
untuk mengobati sakit maag,
GERD, tukak lambung dan
kondisi lain terkait dengan
produksi asam lambung
berlebih. Sedangkan pasien
tidak mengeluhkan mual,
muntah ataupun sakit pada
tukak lambung. Sehingga
pemberian sucralfate dan
injeksi ranitidine dihentikan
(Dipiro, 2015).

PARAMETER PEMANTAUAN

Efektifitas ESO
Obat
Klinis TTV Lab Klinis TTV Lab

Levfloksasin Menghambat Laju - Efek samping yang sering - -


(iv) sintesis DNA Pernapasan terjadi adalah mual, muntah,
pada mikroba normal (>20x anoreksia, kembung, nyeri
penyebab CAP perut, muntah, konstipasi atau
/ menit)
(Dipiro, 2015). diare (Raini, 2016).
(Dipiro,
2015).

NaCl 0.9% Memenuhi Suhu tubuh - - Alergi kulit atau iritasi - Kadar
Aminofluid asupan nutrisi <37C menit) kulit kalium
dan (Dipiro, - Pembengkakan ujung- mening
mengendalikan ujung jari akibat timbunan kat
2015).
demam (Dipiro, cairan (>5,1
2015). - Nyeri Mmol/
- sakit kepala (Sama dan L)
Mutmainah, 2018). (Sama
dan
Mutmai
nah,
2018).

Candistatin Mengurangi - - Mual, muntah, diare, sakit - -


(po/suspensi) permeabilitas perut (Lyu et al., 2016).
dinding sel
jamur penyebab
candidiasis
(Papas et al.,
2016).

Laxadine syr Melunakkan - - Kulit pucat, memar, demam, - -


feses dan kelelahan, pusing, mulut
meredakan kering, mual, muntah, dan
gejala konstipasi batuk (Mounsey et al., 2015)
(nyeri perut)
(Mounsey et al.,
2015)

D. EVIDENCE-BASED MEDICINE

CAP (Community-acquired Pneumonia) dengan penyakit ginjal bawaan

1. DRP = -

Terapi cairan intravena perlu dilakukan untuk pemeliharaan rutin mengacu pada
penyediaan cairan IV dan elektrolit untuk pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan
mereka denga rute enteral. Tujuan dari terapi carian ini adalah untuk menyediakan cukup
cairan dan elektrolit, mempertahankan status kompartemen cairan dalam tubuh, dan
memungkinkan eksresi ginjal dari produk-produk limbah (Suta, 2017).

(Suta, 2017).

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dapat terjadi pada
keadaan diare, muntah-muntah, sindrom malabsorbsi, ekskresi keringat yang berlebih pada
kulit, pengeluaran cairan yang tidak disadari (insesible water loss) secara berlebihan oleh
paru-paru, perdarahan, berkurangnya kemampuan pada ginjal dalam mengatur
keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Dalam keadaan tersebut, pasien perlu
diberikan terapi cairan agar volume cairan tubuh yang hilang, dengan segera dapat
digantikan (Suta, 2017). Pemberian infus ini juga bertujuan sebagai terapi non farmakologi
pendukung pengobatan CAP, yaitu membantu pemberian asupan cairan yang cukup (Metlay
et al, 2012).

2. Terapi Tidak Tepat (Improper Drug Selection)

Pasien pada kasus ini didiagnosa CAP dengan keluhan lemas dan batuk berdahak
dengan riwayat penyakit Hipertensi sejak ± 5 tahun yang lalu, sering tersedak ± 1 tahun
yang lalu, jatuh ± 2 kali, 1 tahun yang lalu dan 1 bulan yang lalu. Pada data lab pasien,
terdapat data lab yang abnormal yaitu Laju Pernapasan tanggal 14, 15, 16, 17 = 22, 28, 28,
26 (>20x / menit), BUN = 30 (>20 mg/dL), Kreatinin = 1,69 (>1,3 mg/dL), Natrium = 147
(>145 Mmol/L). Pasien memiliki kelainan pada ginjalnya.

Kemudian pada tanggal 13/7 dan 19/7 pasien diberikan terapi kombinasi antibiotik
Ceftazidime dan Ciprofloxacin. Berdasarkan guideline terapi dari American Thoracic
Society and Infectious Diseases Society of America (ATS/IDSA) terapi untuk CAP pasien
geriatri disertai penyakit penyerta ginjal terdapat 2 pilihan yaitu kombinasi golongan
amoxicillin/sefalosforin dengan makrolida/doksisiklin atau menggunakan monoterapi
golongan floroquinolon saja (IDSA/ATS, 2019).

(IDSA, 2019)

Dipilih monoterapi floroquinolon karena untuk meningkatkan kenyamanan pasien


(dengan mengurangi jumlah terapi iv yang diberikan), dan tidak ada perbedaan signifikan
antara penggunaan terapi kombinasi dengan monoterapi antibiotik (Syahniar et al., 2021).
(Syahniar et al., 2021).

Direkomendasikan obat levofloksasin sebagai terapi empiris untuk monoterapi CAP,


sehingga kombinasi ceftazidime ciprofloxacin diganti dengan levofloksasin dengan dosis
750 mg setiap hari (IDSA/ATS, 2019).

3. DRP Indikasi belum diterapi (Untreated Indication)


Pasien mengalami batuk berdahak konstan, namun belum diberikan terapi untuk
mengatasi hal tersebut. Sehingga dibutuhkan terapi Mukolitik berupa N Asetilsistein
(Nowicki & Murray 2020). Agen mukolitik harus digunakan untuk meningkatkan sekresi
mukus (dahak). Guaifenesin (juga dikenal sebagai gliserol guiacolate) adalah turunan dari
senyawa yang awalnya diisolasi dari kayu beech. Guaifenesin adalah telah disetujui sebagai
ekspektoran dan mukolitik. Alternatif termasuk N-acetylcysteine dan bromelain (Nowicki &
Murray 2020).

(Nowicki & Murray 2020)


Dipilih N-Acetylcystein karena N-acetylcysteine (NAC) memiliki sejarah
penggunaan yang luas sebagai mukolitik dalam pengobatan kondisi paru-paru akut dan
kronis. Obat ini mengurangi viskositas sekresi bronkus dan paru-paru. Akibatnya, itu
meningkatkan bronkial dan fungsi paru-paru, mengurangi batuk, dan meningkatkan saturasi
oksigen di darah (Nowicki & Murray 2020).

(Nowicki & Murray 2020)


Selain efeknya sebagai mukolitik, NAC meningkatkan sintesis glutathione,
antioksidan utama untuk seluruh saluran pernapasan dan paru-paru. Dosis untuk NAC
adalah 200 mg tiga kali sehari. Selain efeknya sebagai mukolitik, NAC meningkatkan
sintesis glutathione, antioksidan utama untuk seluruh saluran pernapasan dan paru-paru
(Nowicki & Murray 2020).

(Nowicki & Murray 2020)


Candidiasis Oral

1. DRP = -
Pengobatan lini pertama pada candidiasis oral akut yaitu flukonazol dan nystatin (Dipiro,
2015). Terapi yang diberikan pada pasien sudah tepat, karena obat golongan nystatin
memiliki efektivitas lebih besar dari golongan flukonazol (Falah-Tafti et al., 2011).

(Dipiro, 2015).

(Falah-Tafti et al., 2011).


2. DRP = Underdose Candistatin

Berdasarkan data subjektif pasien mengalami kesulitan menelan dan saat minum air
putih tersedak, jika dilihat dari tanda dan gejala tersebut pasien didiagnosa bahwa pasien
mengalami candidiasis oral meskipun data klinis pasien masih dapat dibilang normal. Pada
kasus ini pasien diberikan terapi candistatin yang digunakan 3 x sehari 1 ml. Namun
ditemukan masalah terkait obat atau DRP yaitu underdose candistatin dimana frekuensi
yang dianjurkan untuk oral candidiasis adalah 4x1 ml per hari (IDSA, 2016), namun pasien
mengkonsumsi candistatin hanya 3x1 ml per hari sehingga kami merekomendasikan
peningkatan frekuensi meminum candistatin menjadi 4x1 ml per hari

(IDSA, 2016))
Candistatin yang merupakan obat golongan nystatin merupakan obat anti jamur
topikal dengan mekanisme mengikat ergosterol dari jamur sehingga menginduksi kebocoran
sitoplasma dan membuat jamur mati kemudian obat ini digunakan untuk pasien dengan
gejala ringan candidiasis (IDSA,2016). Selain itu juga nystatin memiliki efikasi tinggi, biaya
rendah, dan efek samping yang lebih sedikit sehingga obat ini menjadi rekomendasi utama
untuk pasien ini. (Lyu,. et al, 2016)

(Lyu,. et al, 2016)


Konstipasi

1. DRP = -

Terapi laksadine (golongan laksatif) merupakan terapi yang tepat, karena merupakan
rekomendasi terapi pada lini pertama pengobtan konstipasi kronik pada pasien dewasa
(Mounsey et al., 2015).

(Mounsey et al., 2015)

2. DRP = Terapi tanpa indikasi

Berdasarkan data keluhan pada pasien, pasien mengalami kesulitan BAB pada
tanggal 13-15 sedanngkan pemberian obat laxadine diberikan pada saat pasien sudah tidak
mengeluhkan BAB yaitu tanggal 16 dan 17, sehingga laxadine dianjurkan diberikan dari
tanggal 13/7 ketika gejala konstipasi mulai terlihat , yaitu sulit BAB dan nyeri perut
(Mounsey et al., 2015).

(Mounsey et al., 2015)

3. DRP = Terapi tanpa indikasi

Pemberian obat anti anti-peptic ulcer yaitu ranitidine dan sukralfat tidak tepat, karena
pasien tidak mengalami peptic ulcer, hal ini dilihat dari tidak adanya gejala yang
memperkuat diagnosis peptic ulcer, seperti kembung, mual, muntah, dan penurunan berat
badan, serta tidak terdapat pemeriksaan endoskopi yang merupakan ciri khas diagnosis
peptik ulcer. Nyeri perut pada pasien dapat diindikasikan karena kondisi konstipasi (Dipiro,
2015).

(Dipiro, 2015).

E. KESIMPULAN

Kesimpulan pada kasus ini adalah :

1. Masalah terkait obat (drug-related problems) yang ditemukan antara lain :


- Terapi tidak tepat pada kombinasi Ceftazidime dan Ciprofloxacin, Indikasi belum diterapi
pada kondisi pasien yang mengalami batuk berdahak konstan
- Underdose pada obat Candistatin
- Terapi tanpa indikasi pada pemakaian obat Laxadine, Ranitidine dan Sukralfat

2. Rencana rekomendasi terapi yang diusulkan antara lain : levofloksasin 750 mg/hari secara
po, NaCl 0.9% Aminofluid iv, Candistatin 3x1 ml perhari (po/suspensi), Laxadine syr 1x30 ml
(po/sirup)
3. Rencana materi edukasi yang diberikan antara lain :
● Edukasi terkait penyakit yang diderita pasien
● Tekankan pentingnya kepatuhan minum obat pasien
● Menjelaskan efek samping yang mungkin dapat muncul
● Terapi non farmakologi yang mendukung terapi
4. Rencana pemantauan terapi obat yang akan dilakukan antara lain :
Pemantauan efektivitas terapi dan monitoring ESO.
DAFTAR PUSTAKA

DiPiro, J. T. 2015. Pharmacotherapy handbook. B. G. Wells, T. L. Schwinghammer, C. V.


DiPiro, & M. H. Education (Eds.). Appleton & Lange.
Drugs. 2021. Levofloxacin. Diakses Pada Tanggal 14 September 2021.
https://www.drugs.com/dosage/levofloxacin.html#Usual_Adult_Dose_for_Pneumona
Drugs. 2021. Nystatin. Diakses Pada Tanggal 9 September 2021.
https://www.drugs.com/ppa/nystatin-and-triamcinolone.html
Drugs. 2021. Sucralfate. Diakses Pada Tanggal 14 September 2021.
https://www.drugs.com/mtm/sucralfate.html#dosage
Falah-Tafti, A., Jafari, A. A., Lotfi-Kamran, M. H., Fallahzadeh, H., & Hayan, R. S. 2011. A
comparison of the efficacy of nystatin and fluconazole incorporated into tissue
conditioner on the in vitro attachment and colonization of Candida albicans. Dental
research journal, 7(1), 18.
Flevari, A., Theodorakopoulou, M., Velegraki, A., Armaganidis, A., & Dimopoulos, G. 2013.
Treatment of invasive candidiasis in the elderly: a review. Clinical interventions in aging,
8, 1199.
Infectious Disease Society of America (IDSA). 2016. Clinical Practice Guideline for the
Management of Candidiasis. Update by the Infectious Diseases Society of America
Lacy, M. K., Lu, W., Xu, X., Tessier, P. R., Nicolau, D. P., Quintiliani, R., & Nightingale, C.
H. 2019. Pharmacodynamic comparisons of levofloxacin, ciprofloxacin, and ampicillin
against Streptococcus pneumoniae in an in vitro model of infection. Antimicrobial agents
and chemotherapy, 43(3), 672-677.
Langke, Nurpratiwi., Ramli H.A., Martin L. 2016. Gambaran Foto Toraks Pneumonia di
Bagian/SMF Radiologi FK UNSRAT / RSUP PROF. DR. R.D Kandou Manado Periode
1 April - 30 September 2015. Jurnal E-Clinic (ECL). Volume 4, Nomor 1: 1-5.
Lyu X, Zhao C, Yan ZM, Hua H. 2016. Efficacy of nystatin for the treatment of oral
candidiasis: a systematic review and meta-analysis. Drug Des Devel Ther.Vol.10:1161-
71
MerckManuals, 2021. Ciprofloxacin. Diakses pada 9 September 2021.
https://www.merckmanuals.com/professional/resources/brand-names-of-somecommonly-
used-drugs?search=ciprofloxacin
MerckManuals, 2021. Nystatin. Diakses pada 9 September 2021.
https://www.merckmanuals.com/professional/resources/brand-names-of-somecommonly-
used-drugs?search=nystatin
MerckManuals, 2021. Sulcralfate. Diakses pada 9 September 2021.
https://www.merckmanuals.com/professional/resources/brand-names-of-some-
commonly-used-drugs?search=nystatin
Metlay, J. P., Waterer, G. W., Long, A. C., Anzueto, A., Brozek, J., Crothers, K., ... &
Whitney, C. G. IDSA/ATS. 2019. Diagnosis and treatment of adults with community-
acquired pneumonia. An official clinical practice guideline of the American Thoracic
Society and Infectious Diseases Society of America. American journal of respiratory and
critical care medicine, 200(7), e45-e67
Mounsey, A., Raleigh, M. F., & Wilson, A. 2015. Management of constipation in older
adults. American family physician, 92(6), 500-504.
National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE). 2015. Clinical Knowledge
Summary Constipation. Manchester.
Nowicki, J., & Murray, M. T. 2020. Bronchitis and Pneumonia. Textbook of Natural Medicine,
1196.
Olson, G., & Davis, A. M. 2020. Diagnosis and treatment of adults with community-acquired
pneumonia. Jama, 323(9), 885-886.
Pappas PG, Kauffman CA, Andes DR, et al. Clinical practice guideline for the management of
candidiasis: 2016 update by the Infectious Diseases Society of America. 2016. Clin Infect
Dis. 62(4):e1-e50. doi:10.1093/cid/civ9332667962
Patil S et al. Clinical appearance of oral candida infection and therapeutic strategies (Front
Mivrobiol) . 2015. Burket's oral medecine. 6:1391. 41. Glick M.
Paquette,I.M, Varma, M, Ternent, C. Melton-Meaux,G, Rafferty, J.F, Feingold, D., Steele, S.R.
2016. The American Society of Colon and Rectal Surgeons’ Clinical Practice Guideline
for the Evaluation and Management of Constipation. Dis Colon Rectum. Vol.59: 479492.
Quindós, G., Gil-Alonso, S., Marcos-Arias, C., Sevillano, E., Mateo, E., Jauregizar, N., &
Eraso, E. 2019. Therapeutic tools for oral candidiasis: Current and new antifungal
drugs. Medicina oral, patologia oral y cirugia bucal, 24(2), e172.
Raini, M. 2016. Antibiotik golongan fluorokuinolon: Manfaat dan kerugian. National Institute
of Health Research and Development. Indonesian Ministry of Health.
Regunath H, Oba Y. Community-Acquired Pneumonia. 2021. [Updated 2021 Aug 11]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430749
Sama, M. I., & Mutmainah, N. 2018. Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien
Community-Acquired Pneumonia Rawat Inap Di Rsud Dr. Moewardi Tahun 2016
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Suta, Putu Diva. 2017. Terapi Cairan. Bali: Fakultas Kedokteran UNUD.
Syahniar, R., Nabila, A. N., Kharisma, D. S., & Akbar, M. A. 2021. Comparison between
monotherapy and combination therapy among inpatients with community-acquired
pneumonia. Jurnal Ilmiah Farmasi, 17(1), 56-63.
Taylor M, Raja A. Oral Candidiasis. 2021. [Updated 2021 Jul 25]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545282/
LAMPIRAN REFERENSI

(Metlay et al (IDSA/ATS), 2019) (Dipiro, 2015).

(Falah-Tafti et al., 2011) (Patil S et al., 2015)


(Pappas et al., 2016) (Quindós, et al., 2019)

(Olson & Davis, 2020) (Nowicki & Murray, 2020)


(Raini, 2016) (Syahniar et al., 2021)

(Lyu et al., 2016) (Mounsey et al., 2015)


LAMPIRAN TAMBAHAN
(MerckManuals Ciprofloxacin, 2021)

(MerckManuals Nystatin, 2021)


(MerckManuals Sucralfate, 2021)

(drugs Levofloxacin, 2021).


(drugs Nystatin, 2021)

(drugs Sucalfate, 2021)


(Langke et al., 2016)

(Paquette et al., 2016).

(Taylor dan Raja, 2021).

(Regunath, 2021)

Anda mungkin juga menyukai