PHARMACEUTICAL CARE
TOPIK: DIABETES MELLITUS
Kasus No : 1
Kelompok 9
Nama NPM Nilai
Norsalihan 1948201110108
Afzan Ridhani 1948201110004
Novi Siska Amalia 1948201110109
Novia 1948201110110
Family History
Ibu meninggal karena diabetes pada usia 65 tahun
Social History
-
(ERS, 2020)
2. SOAP Notes
Subjective
a. Sesak (+) mulai sore
b. Batuk (+)
c. Nyeri ulu hati (-)
d. BAK dan BAB lancer
e. Mual dan muntah (+) sejak 2 hari lalu
f. Riak (-) (menurut kbbi: lendir yang keluar dari tenggorok pada saat
terserang batuk; dahak)
g. Lemas (+)
h. Gejala mual dan muntah (-) pada 1 Desember
Objective
Physical Examination
Pemeriksaan Nilai 29/11 30/11 1/12 2/12
Normal
Tekanan darah <120/80 135/90 130/90 125/80 130/80
(mmHg)
Nadi (x/min) 60 – 100 85 80 89 86
Temperatur 36,5 – 37,2 37,5 37,1 36,8 36,5
(oC)
Pernafasan 12–18 atau - - - -
(x/min) 12–20
RR (Respiratory Rate)
(APTA,2021)
(Jones, A., n.d.)
Laboratory Test
Hasil
Pemeriksaan Satuan Nilai Normal
29/11 1/12
WBC (White x 109/L 3,2 – 10,0 10,52
Blood (Kemenkes, 2011. hal 15)
Cells) /Leuko 3.2–11.3
(Whalen K.L., et. al.,
2009)
RBC (Red x 1012/L Pria: 4,4 - 5,6 4,62
Blood (Kemenkes, 2011. hal 12)
Cells)/Eri
HGB/Hb 14,0 g% Pria : 13 - 18 g/dL atau 13,3
(Hemoglobin) 8,1 - 11,2 mmol/L
(Kemenkes, 2011. hal 10)
HCT/PCV % Pria : 40% - 50 % 39,5
(Hematokrit) (Kemenkes, 2011. hal 9)
PLT/Thrombo x 109/L 170 – 380 412
(Platelets/ (Kemenkes, 2011. hal 22)
trombosit)
LED (Laju mm/jam Pria <15mm/1 jam 48
Endap Darah) (Kemenkes, 2011. hal 24)
Eo (Eosinofi) % 0% - 6% 2
(Kemenkes, 2011. hal 19)
Ba (Basofil) % 0% - 2% -
(Kemenkes, 2011. hal 20)
Stab (Stabs / % 0% - 12% 9
Bands (Kemenkes, 2011. hal 17)
Neutrofil)
Seg (Segment % 36% - 73% 65
Neutrofil) (Kemenkes, 2011. hal 17)
Lym % 15% - 45% 20
(Kemenkes, 2011. hal 21)
Mo % 0%-11% 4
(Kemenkes, 2011. hal 20)
CRP mg/dL < 0,3 mg/dL 61
(C-Reactive (Nehring SM., et. al.,
Protein) 2022)
Natrium mMol/L 135 – 144 mmol/L 130 132
(Kemenkes, 2011. hal 27)
Kalium mMol/L ≥18 tahun: 3,6 – 4,8 3,4 3,5
mmol/L
(Kemenkes, 2011. hal 30)
SGOT (AST) U/L 5 – 35 U/L 24
(Kemenkes, 2011. hal 59)
SGPT (ALT) U/L 5-35 U/L 27
(Kemenkes, 2011. hal 58)
Cholesterol mg/dL <200mg/dL 201
(Kemenkes, 2011. hal 8)
<200 (diinginkan)
200–239 (borderline)
≥240 (tinggi)
(Perkeni b, 2021. hal 6)
Triglycerida mg/dL Pria : 40 - 160 mg/dL 165
(Kemenkes, 2011. hal 64)
<150 (normal)
150-199 (borderline)
200-499 (tinggi)
≥500 (sangat tinggi)
(Perkeni b, 2021. hal 6)
HDL- mg/dL 30 - 70 mg/dL 43
Cholesterol (Kemenkes, 2011. hal 63)
<40 (rendah)
≥60 (tinggi)
(Perkeni b, 2021. hal 6)
LDL- mg/dL <130 mg/dL 98
Cholesterol (Kemenkes, 2011. hal 63)
<100 (optimal)
100 – 129 (mendekati
optimal)
130 – 159 (borderline)
160 – 189 (tinggi)
≥190 (sangat tinggi)
(Perkeni b, 2021. hal 6)
Gula puasa mg/dL 70 – 99 (normal) 165
100 – 125
(prediabetes)
≥ 126 (diabetes)
(Perkeni halaman 12)
2 jam PP mg/dL 70 – 139 (normal) 205
140 – 199
(prediabetes)
≥ 200 (diabetes)
(Perkeni halaman 12)
HbA1C % < 5,7 (normal) 7,9
5,7 – 6,4 (prediabetes)
≥ 65 (diabetes)
(Perkeni halaman 12)
Thorax photo Terlihat
adanya
infiltrate
pada
paru-
paru
Parameter Interpretasi
WBC Peningkatan jumlah WBC disebut sebagai leukositosis.
Leukositosis dapat disebabkan oleh infeksi, leukemia,
trauma, badai tiroid, dan penggunaan kortikosteroid
(Whalen K.L., et. al., 2009).
Hct Penurunan nilai Hct merupakan indikator anemia
(karena berbagai sebab), reaksi hemolitik, leukemia,
sirosis, kehilangan banyak darah dan hipertiroid.
Penurunan Hct sebesar 30% menunjukkan pasien
mengalami anemia sedang hingga parah. Nilai normal
Hct adalah sekitar 3 kali nilai hemoglobin.
PLT Peningkatan trombosit (trombositosis, trombositemia)
dapat disebabkan oleh infeksi, keganasan, splenektomi,
gangguan inflamasi kronis (misalnya rheumatoid
arthritis), polisitemia vera, perdarahan, anemia
defisiensi besi, atau metaplasia myeloid (Whalen K.L.,
et. al., 2009). Trombositosis berhubungan dengan
kanker, splenektomi, polisitemia vera, trauma, sirosis,
myelogeneus, stres dan arthritis reumatoid (Kemenkes,
2011. hal 22).
LED nilai meningkat terjadi pada: kondisi infeksi akut
dan kronis, misalnya tuberkulosis, arthritis
reumatoid, infark miokard akut, kanker, penyakit
Hodkin’s, gout, Systemic Lupus Erythematosus
(SLE), penyakit tiroid, luka bakar, kehamilan
trimester II dan III (Kemenkes, 2011. hal 24).
CRP Tes ini dilakukan ketika dokter mencurigai peradangan
akut atau kronis (misalnya, SLE atau rheumatoid
arthritis [RA]) atau infeksi.
Kurang dari 0,3 mg/dL: Normal (tingkat terlihat
pada kebanyakan orang dewasa yang sehat).
0,3 hingga 1,0 mg/dL: Peningkatan normal atau
minor (dapat dilihat pada obesitas, kehamilan,
depresi, diabetes, flu biasa, radang gusi,
periodontitis, gaya hidup menetap, merokok, dan
polimorfisme genetik).
1,0 hingga 10,0 mg/dL: Peningkatan sedang
(Peradangan sistemik seperti RA, SLE, atau penyakit
autoimun lainnya, keganasan, infark miokard,
pankreatitis, bronkitis).
Lebih dari 10,0 mg/dL: Peningkatan yang nyata
(Infeksi bakteri akut, infeksi virus, vaskulitis
sistemik, trauma berat).
Lebih dari 50,0 mg/dL: Peninggian parah (Infeksi
bakteri akut).
(Nehring SM., et. al., 2022)
Natrium Hiponatremia dapat terjadi pada kondisi
hipovolemia (kekurangan cairan tubuh),
euvolemia atau hipervolemia (kelebihan cairan
tubuh). Hipovolemia terjadi pada penggunaan
diuretik, defisiensi mineralokortikoid,
hipoaldosteronism, luka bakar, muntah, diare,
pankreatitis. Euvolemia terjadi pada defisiensi
glukokortikoid, SIADH, hipotirodism, dan
penggunaan manitol. Sedangkan hypervolemia
merupakan kondisi yang sering terjadi pada gagal
jantung, penurunan fungsi ginjal, sirosis, sindrom
nefrotik (Kemenkes, 2011. hal 27).
Tanda klinik yang akut dari penurunan kadar
elektrolit dalam tubuh adalah mual, lelah, kram,
gejala psikosis, seizures, dan koma (Kemenkes,
2011. hal 27).
Hiponatremia dengan osmolalitas plasma tinggi
disebabkan oleh hiperglikemia, sedangkan
osmolalitas plasma normal menunjukkan
pseudohiponatremia atau sindrom reseksi prostat
pasca-transurethral (Goh KP, 2004).
Nilai kritis untuk Natrium:
<120 mEq/L lemah, dehidrasi
90-105 mEq/L gejala neurologi parah, penyebab
vaskular
> 155 mEq/L gejala kardiovaskular dan ginjal
> 160 mEg/L gagal jantung
Kalium Hipokalemia, adalah konsentrasi kalium dalam
serum darah kurang dari 3,5 mmol/L. Kondisi
hipokalemia akan lebih berat pada diare, muntah,
luka bakar parah, aldosteron primer, asidosis tubular
ginjal, diuretik, steroid, cisplatin, tikarsilin, stres yang
kronik, penyakit hati dengan asites, terapi amfoterisin
(Kemenkes, 2011. hal 30 – 31).
Diagnosis Dokter
Pneumonia dan Diabetes Mellitus
Assessment
1. Medical Problem: Diabetes Melitus
a. Therapy (Past and current medication): Glucobay
b. Drug-related Problems (DRP) dan cause:
P 1.2 Efek terapi obat tidak optimal
C 1.1 Obat yang tidak sesuai dengan guidelines/formulary
Berdasarkan logaritma di bawah, diabetes mellitus dilakukan terapi
non farmakologi berupa perubahan gaya hidup dan diberikan
monoterapi obat karena pasien baru saja didiagnosis diabetes. Adapun
Metformin merupakan lini pertama dalam terapi diabetes mellitus.
(Pedoman Pengelolaan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 halaman
32)
2. Medical Problem: mual dan muntah serta penggunaan obat dispepsia
a. Therapy (Past and current medication):
• Tomit (Metoclopramide) 3x1 i.v
• Magasida sirup 3x1C
• Pantozol 1x1 i.v
b. Drug-related Problems (DRP) dan cause
P3.1 Perawatan obat yang tidak perlu
C1.2 Tidak ada indikasi obat
Pasien sebelumnya mengalami gejala mual dan muntah dan diberikan
Tomit melalui rute intravena. Gejala mual dan muntah mungkin
disebabkan oleh adanya infeksi pneumonia. Namun, gejala sudah
tidak muncul sejak 1 Desember sehingga sebaiknya obat tersebut
digunakan jika memang muncul gejala mual dan muntah. Penggunaan
Magasida dan Pantozol mungkin dikarenakan kecurigaan terhadap
mual dan muntah yang dipicu oleh asam lambung. Namun, sama
seperti sebelumnya, gejala mual dan muntah pada pasien tidak muncul
sejak 1 Desember dan bahkan tidak ditemukan indikasi adanya ulkus
peptik maupun maag.
C1.6 terlalu banyak obat yang diberikan kepada pasien untuk
mengatasi gejala mual dan muntah.
\
(Diabetes Care Volume 45, Supplement 1, January 2022 hal. 155)
b. Monitoring: terjadinya efek samping atau efek obat yang merugikan
c. Target: tercegahnya penyakit kardiovaskular
Konseling Diabetes
1. Dianjurkan makan tiga kali sehari dan bila perlu dapat diberikan makanan
selingan seperti buah atau makanan lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori
sehari.
2. Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung lemak
jenuh dan lemak trans antara lain: daging berlemak dan susu fullcream
3. Sumber protein yang baik adalah ikan, udang, cumi, daging tanpa lemak,
ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu dan
tempe. Sumber bahan makanan protein dengan kandungan saturated fatty acid
(SAFA) yang tinggi seperti daging sapi, daging babi, daging kambing dan
produk hewani olahan sebaiknya dikurangi untuk dikonsumsi
4. Anjuran asupan natrium untuk pasien DM sama dengan orang sehat yaitu <
1500 mg per hari. (B). Sedangkan pasien DM yang juga menderita hipertensi
perlu dilakukan pengurangan natrium secara individual yaitu mengurangi
konsumsi garam (< 2300 mg/hari).
5. Pada upaya pembatasan asupan natrium ini, perlu juga memperhatikan bahan
makanan yang mengandung tinggi natrium antara lain adalah garam dapur,
monosodium glutamat, soda, dan bahan pengawet seperti natrium benzoat dan
natrium nitrit.
6. Pasien DM dianjurkan mengonsumsi serat dari kacang-kacangan, buah dan
sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat
7. Gunakan pemanis alternatif yang aman digunakan sepanjang tidak melebihi
batas aman. Fruktosa tidak dianjurkan digunakan pada pasien DM karena
dapat meningkatkan kadar LDL, namun tidak ada alasan menghindari
makanan seperti buah dan sayuran yang mengandung fruktosa alami.
Sedangkan golongan pemanis tak berkalori yang dapat digunakan termasuk
aspartam, sakarin, acesulfame potasium, sukrose, neotame.
(Pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 halaman 18-20).
Konseling Dislipidemia:
1. Aktifitas fisik yang disarankan meliputi program latihan yang mencakup
setidaknya 30 menit aktivitas fisik dengan intensitas sedang (menurunkan 4-7
kkal/menit) 4 sampai 6 kali seminggu, dengan pengeluaran minimal 200 kkal/
hari. Kegiatan yang disarankan meliputi jalan cepat, bersepeda statis, ataupun
berenang. Tujuan aktivitas fisik harian dapat dipenuhi dalam satu sesi atau
beberapa sesi sepanjang rangkaian dalam sehari (minimal 10 menit). Bagi
beberapa pasien, beristirahat selama beberapa saat di sela-sela aktivitas dapat
meningkatkan kepatuhan terhadap progran aktivitas fisik. Selain aerobik,
aktivitas penguatan otot dianjurkan dilakukan minimal 2 hari seminggu.
2. Disarankan untuk mengkonsumsi diet rendah kalori yang terdiri dari buah -
buahan dan sayuran (≥ 5 porsi/hari), biji-bijian (≥ 6 porsi/hari), ikan, dan
daging tanpa lemak. Asupan lemak jenuh, lemak trans, dan kolesterol harus
dibatasi, sedangkan makronutrien yang menurunkan kadar LDL-C harus
mencakup tanaman stanol/sterol (2 g/hari) dan serat larut air (10-25 g/hari).
3. Berhenti merokok
(Perkeni Pedoman Pengelolaan Dislipidemia di Indonesia 2021 halaman 14).
4. Adapun berikut adalah rekomendasi makanan untuk diet
(Perki Dislipidemia halaman
Pada hipoglikemia berat (pasien tidak membutuhkan bantuan orang lain untuk
pemberian glukosa per-oral):
1. Hentikan obat-obat antidiabetes. Jika pasien menggunakan insulin, maka
perlu dilakukan penyesuaian dosis.
2. Jika didapat gejala neuroglikopenia, terapi parenteral diperlukan berupa
pemberian intravena dextrose 20% sebanyak 75 – 100 mL dalam waktu 15
menit.
3. Periksa glukosa darah tiap 10 – 15 menit setelah pemberian i.v tersebut
dengan target ≥70 mg/dL. Bila target belum tercapai maka prosedur dapat
diulang.
4. Jika glukosa darah sudah mencapai target, maka pemeliharaannya diberikan
dextrose 10% dengan kecepatan 100 mL/jam (hati – hati pada pasien dengan
gangguan ginjal dan jantung) hingga pasien mampu untuk makan.
5. Pemberian glukagon 1 mg intramuskular dapat diberikan sebagai alternatif
lain terapi hipoglikemia jika akses intravena sulit dicapai (hati ʹ hati pada
pasien malnutrisi kronik, penyalahgunaan alkohol, dan penyakit hati berat).
6. Lakukan evaluasi terhadap pemicu hipoglikemia. Jika hipoglikemia
disebabkan oleh regimen SU atau insulin kerja panjang maka hati – hati
hipoglikemia dapat bertahan dalam kurun waktu 24 – 36 jam (E)
DAFTAR PUSTAKA