Penggunaan Fartison Injeksi

pada Pasien Typhoid Fever

Benidiktus Harimurti Adi., S.Farm.
Liana Yudomulyono, S.Farm.
Anggun Dwi K., S.Farm.
Trensia N. Imel. S., S.Farm.
 OUTLINES
2 Definisi
Etiologi & Epidemiologi
Patofisiologi
Evaluasi Diagnosa
Kasus
Pertanyaan
Pembahasan
Critical Appraisal
 1.
DEFINISI

3
 Demam typhoid merupakan infeksi
sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh Salmonella Typhi,
umumnya melalui konsumsi
makanan atau air terkontaminasi

4
”
World Health Organization
 2.
ETIOLOGI &
EPIDEMIOLOGI

5
 ETIOLOGI
6

Bakteri Salmonella Typhi

▹ Gram negatif
▹ Motil
▹ Tidak berspora
▹ Berkapsul
▹ Basil fakultatif anaerob

Source: http://textbookofbacteriology.net
 Cont’
7

Memiliki 3 antigen:
1. Antigen O (antigen Somatik)
2. Antigen H (antigen Flagella)
3. Antigen Vi (antigen Virulen)
 EPIDEMIOLOGI
Tinggi >100/100.000
8 Medium 10-100
Rendah <10/100.000

Persebaran Penyakit
Typhoid Fever secara
Global

(Crump et al, 2002)

9

Tahun
±21.000.000
Kejadian Typhoid Fever
2014
(WHO)

222.000
Kematian

Prevalensi Demam Tifoid di Indonesia

mencapai 1,6% (rentang: 0,3% - 3%)
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan DepKes, 2008)
 Distribusi Prevalensi berdasarkan Provinsi
10
 Distribusi Prevalensi berdasarkan
Usia
11

5-14 15-24
tahun tahun
1,6 0,8
% %

1,9 1,5
% %
1-4 <1
tahun tahun
 3.
PATOFISIOLOGI

12
13
 4.
EVALUASI
DIAGNOSA

14
Laboratory
Diagnosis

Blood Tes
culture Widal

Tes IDL Tes

Tubex Typhidot
1. Blood Culture

Non
• Kultur darah 5ml diinkubasi
selama ± 7 hari, suhu 37°C
• tryptic soy broth dan brain
selective heart infusion broth

• Kultur diinkubasi suhu 37° C

selama 18 - 24 jam dalam

selective inkubator aerobik

• Kontaminasi mengurangi tingkat
isolasi S. typhi  Pencegahan
• agar MacKonkey
(CDC, 2015)
2. Tes Widal
▹ Tes ini mengukur tingkat antibodi aglutinasi
terhadap antigen O dan H menggunakan
pengenceran dua kali sera dalam tabung uji besar.
▹ Sensitifitas dan spesifisitasnya sedang, 30%
hasilnya dapat negative pada beberapa kasus yang
terbukti tifoid
▹ Menurut beberapa penelitian, Terdapat beberapa
tes baru yang dapat digunakan untuk alternative
tes widal
Nilai cut-off tes Widal

Salmonella Salmonella
typhi paratyphi
≥ 1/80 ≥ 1/160
3. Tes IDL Tubex

(Tam., et al, 2008)

4. Tes Typhidot
▹ Mendeteksi antibodi spesifik IgM dan IgG S. Typhi.
▹ Deteksi IgM menunjukkan tifus akut pada fase awal infeksi,
sedangkan deteksi IgG dan IgM menunjukkan tifus akut pada
fase tengah infeksi.
▹ IgG dapat bertahan lebih dari dua tahun setelah infeksi tifoid
deteksi IgG spesifik tidak dapat membedakan antara kasus
akut dan pemulihan.
Modifikasi

Typhidot-M®
 5.
KASUS

22
23 DATA PASIEN

▸ Nama Pasien = Ny. P

▸ No. RM = 0103XXXX
▸ Dokter = dr., Sp.PD.
▸ Umur = 31 tahun
▸ Status Pasien = JKN
 Perjalanan Penyakit
24 (IGD)

Tanda Vital Pemeriksaan Fisik

▸ Kesadaran: ▸ Demam naik turun
Terapi:
Composmentis selama
RL 500 cc
▸ TD: 80/60 mmHg 7 hari
Metoklopramid 10 mg 2x1 IV
Parasetamol 500 mg 4X1
▸ Nadi: 98x/menit ▸ Mual
▸ Respirasi: 20x/menit ▸ Nyeri perut
 9 Juni 2017
RAWAT INAP
25

8 Juni 2017 Terapi:

- Suhu: 37,60C
-Hidrokortison
TD: 120/70 100mmHg
mg 3X1
- Suhu: 390C -amp
Assessment: Febris
Parasetamol IV 1000 mg
Terapi:
- TD: 110/70 -Levofloxacin
Suspect: ISK750 mg 1X1 IV
- Assesment
NaCl 500 cc : Febris, Syok NaCl 500 cc
hipovilemik,
Levofloxacin 750 Dispepsia
mg 1X1 IV Esomeprazole 40 mg 1x1 IV
- Dilakukan
Parasetamol 500cek
mgLab
3X1
 Pemeriksaan Laboratorium 8 Juni
26 2017
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 11,9 g/dL 13.2 – 17.3
Eosinofil 0,0% 2–4
Monosit 8,3 % 2–8
Hematokrit 34,8 % 40.0 – 54.0
Eritrosit 4,19 juta/mmk 4,20 – 5,40
Trombosit 180 ribu/mmk 150 – 450
RDW 12,1% 11,5 – 14,
MCV 83,1 fL 80 - 94
 11 Juni 2017
27

10 Juni 2017 Terapi:

- Suhu: 37 C
0

Terapi: -Hidrokortison
TD: 120/80 mmHg 100 mg 3X1
- Suhu: 36,70C -amp
Suspect: ISK dan Typhoid
Hidrokortison 100 mg 3X1
- TD: 120/70 mmHg Fever
Levofloxacin 750 mg 1X1 IV
amp
- Suspect: ISK dan Typhoid -NaCl 500 cctes laboratorium
Dilakukan
Levofloxacin
Fever 750 mg 1X1 Esomeprazole 40 mg 1x1 IV
IV
- Dilakukan serologi widal
NaCl
test500 cc
Esomeprazole 40 mg 1x1 IV
28 Hasil Pemeriksaan Serologi 10 Juni 2017
Pemeriksaan Hasil
Salmonella typhi O 1/60
Salmonella typhi H 1/320
Salmonella parathypi A-O -
Salmonella parathypi A-H -
Salmonella parathypi B-O -
Salmonella parathypi B-H 1/60
Salmonella parathypi C-O -
Salmonella parathypi C-H -
 Pemeriksaan Laboratorium 11 Juni
29 2017

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hematokrit 30.9 % 35 - 49

Trombosit 142 ribu/mmk 150 - 450

 Obat Pulang
30

12 Juni 2017
Parasetamol 500 mg B/P
- Suhu: 36Terapi:
0
C Imunos 1x1
Omeprazole 20 mg 1x1 AC
- TD: 120/80 mmHg
Levofloxacin 750 mg 1x1
Levofloxacin 750 mg
- Diagnosis utama: 1X1
Typhoid PO jam 8
IVFever
Parasetamol 500 mg ISK
- Diagnosis sekunder: B/P
Imunos 1x1
 6.
PERTANYAAN

31
32 Bagaimana regimentasi terapi
Hidrokortison injeksi untuk kasus
Typhoid fever?

Bagaimana kerasionalan terapi

Hidrokortison injeksi dalam kasus ini?

Apa saja efek samping dari

Hidrokortison injeksi?
 7.
PEMBAHASAN

33
1. REGIMENTASI
TERAPI
 Regimentasi Terapi
Antibiotic Dosis mg/kg Durasi
Severe typhoid Ciprofloxacin IV atau oral 15 10-14
Ceftriaxone IV 60 10-14
Multidrug Azithromycin 8-10 7
resistance

KORTIKOSTEROID
ANTIBIOTIK ↓ MORTALITAS
DOSIS TINGGI
Ministry of Health Fiji Islands, 2010

FDA. 2010
2. RASIONALITAS
TERAPI
 Febrile

Kesadaran
Severe
yang
Typhoid
abnormal

Shock

▹
 > 12 tahun

SBP < 90
mmHg
Shock < 12 tahun
SBP < 80
mmHg
Hoffman, 1984
 Penurunan
volume Penurunan
Shock
intravascular preload, SV,
Hypovolemic
yang dan CO
signifikan

Penurunan
Tekanan
darah
Moranville, 2010
 Tidak
Indikasi
rasional

Tekanan darah pasien pada tanggal

9/6/2017  120/70  tidak shock
41

Tidak
Indikasi
rasional

Tekanan darah pasien pada tanggal

9/6/2017  120/70  tidak shock
 Belum
diketahui
Dosis rasionalitas
nya
 Durasi Rasional

Pasien diberi hidrokortison selama 72 jam

FDA. 2010
3. ESO HIDROKORTISON INJEKSI
 EFEK SAMPING
45

Peningkatan
Sakit kepala Jerawat
berat badan

Perubahan Retensi
Depresi mood cairan

FDA, 2010
 INFORMASI
46
PRODUK

HYDROCORTISON (FARTISON)
injection

Agonist ligand for the glucocorticoid receptor

 INDIKASI
47
 DOSIS dan RUTE
ADMINISTRASI
48
Dapat
diulang
3-4 kali
100- dalam
500 24 jam
mg (1- Hydrocortisone
5 ml) injection

IV,
IM,
soft
tissue
 FARMAKOKINETIK
A
49

Metabolism
Distribusi > 90% e
terikat pada Di hati dan
protein jaringan
plasma
Ekskresi

Urin
 EFEK SAMPING
50

Peningkatan
Sakit kepala Jerawat
berat badan

Perubahan Retensi
Depresi mood cairan
 KONTRAINDIKASI
51

Infeksi jamur
sistemik Hipersensitifitas

Administrasi
intratekal
 8.
CRITICAL
APPRAISAL

52
 Critical Appraisal

”
53
”
 1. Did the study address a clearly focused question?
54

Yes
 using relevant research databases (i.e. ABI/INFORM,
55
Business Source Premier, PsycINFO, Web of Science,
etc.)?
Yes
 3. Is the search systematic and reproducible (e.g. were
56
searched information sources listed, were search terms
provided)? Yes
57
4. Has publication bias been prevented as far as
possible (e.g. were attempts made at collecting
unpublished data)?

No
 5. Are the inclusion and exclusion criteria clearly
defined (e.g. population, outcomes of interest, study
59 design)?
Can’t tell
 6. Was the methodological quality of each study
60 assessed using predetermined quality criteria?

Can’t tell
 7. Are the key features (population, sample size, study
61
design, outcome measures, effect sizes, limitations) of
the included studies described?
No
8. Has the meta-analysis been conducted correctly?

Can’t tell
 9. Were the results similar from study to study?
63
Yes
64
 10. Is the effect size practical relevant?
65
Can’t tell
▹ Kondisi pasien
▹ Keamanan obat
▹ Ketersediaan obat
▹ Hasil yang menyatakan pasien meninggal
 11. How precise is the estimate of the effect? Were
66 confidence intervals given?
 12. Can the results be applied to your organization?
67
Can’t tell
▹ Kondisi pasien
▹ Keamanan obat
▹ Ketersediaan obat
▹ Hasil yang menyatakan pasien meninggal
68

THANK YOU
Any questions?
 Pertanyaan
69
▹ Cahya: 1. penggunaan hidro pada demam tifoid. Hidro 
untuk imunosupresan  pada penyakit demam tifoid
apakah tidak memperparah?
▹ 2. hidro  kortiko
▹ Bu Puspita  menurunkan mortalitas  bagaimana?
▹ Bu Endang  mekanisme kerja kondisi shock
▹ Wilda : hidrokortison  tidak tepat jika tidak terjadi shock,
apakah ada sumber yang menyatakan sebagai preventif
untuk shock?
▹ Steroid hanya butuh sesaat  jika long term 
imunosupresan.