Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

DEMAM TIFOID PADA ANAK

Pembimbing : dr. Rosmauliana Damanik , Sp.A

Benny Ferdinandus Tampubolon 218 210 012


Peri Desta Pangarego 219 218 002

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK
RUMKIT TK IV PEMATANGSIANTAR
2023
Definisi

Demam tifoid  penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh bakteri


gram negatif Salmonella typhi
Demam tifoid memiliki masa inkubasi 10-14 hari (Brusch JL, 2020).
Etiologi

Etiologi demam tifoid adalah Salmonella typhi.


Bakteri ini merupakan gram negatif, berflagela, bersifat anaerobik fakultatif,
tidak berspora, berkemampuan untuk invasi, hidup dan berkembang biak di
dalam sel kariotik. Di samping itu, bakteri ini mempunyai beberapa antigen,
yaitu: antigen O, antigen H, antigen Vi dan Outer Membrane Protein
terutama porin OMP. (Murzalina, 2019)
Epidemiologi
Berdasarkan data World Health Organization (WHO), terdapat 11-21 juta kasus dan
128.000-161.000 kematian terkait tifoid yang terjadi setiap tahun di seluruh dunia. Studi
epidemiologi yang dilakukan pada pada beberapa negara, menunjukkan bahwa insidensi
dengan biakan darah positif pada Asia mencapai 267,6 per 100.000 per tahun. Insidensi
tifoid pada Asia Tenggara sebesar 280 per 100.000 penduduk per tahun. Berdasarkan
usia, insidensi tifoid dibawah lima tahun di Asia Tenggara sebesar 1600 per 100.000
penduduk dan diatas lima tahun sebesar 100 per 100.000 penduduk per tahun (WHO,
2018).
Patogenesis
Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis demam tifoid pada anak tidak khas dan sangat bervariasi, tetapi
biasanya didapatkan trias tifoid, yaitu demam lebih dari 5 hari, gangguan pada saluran
cerna dan dapat disertai atau tanpa adanya gangguan kesadaran, serta bradikardia
relatif. Umumnya perjalanan penyakit ini berlangsung dalam jangka waktu pendek
dan jarang menetap lebih dari 2 minggu. (Rahmat, 2019)
Menegakkan Diagnosis
Anamnesis (Kariyanti. 2018)
• Demam > 7 hari. Demam naik secara bertahap setiap hari,
mencapai suhu tertinggi pada akhir minggu pertama, minggu
kedua demam terus menerus tinggi (39-40°C)
• Demam lebih tinggi pada sore dan malam hari dibanding
pagi hari
• Demam tinggi  gejala sistem saraf pusat seperti delirium
atau penurunan kesadaran
• Gejala sistemik lain: nyeri kepala, malaise, anoreksia,
nausea, mialgia, nyeri perut, radang tenggorokan
• Gejala gastrointestinal: meteorismus, obstipasi, diare
Pemeriksaan Fisik (Kariyanti, 2018)
• Demam
• Bradikardi relatif
• Thypoid tongue
• Meteorismus
• Hepatomegali, splenomegali
• Demam berat  tampak toksik. Dapat pula dijumpai penurunan
kesadaran, kejang, dan ikterus
Pemeriksaan Penunjang (Kariyanti, 2018)
• Pemeriksaan hematologi : dapat dijumpai leukopenia,
limfositosis, trombositopenia dan anemia.
• Kultur darah
• Pemeriksaan PCR
• Pemeriksaan Serologis : test widal, tes hemaglutinin
(HA), Countercurrent immunoelectrophoresis (CIE), dan
Rapid Test (Thypidot, TUBEX)
TUBEX (Murzalina, 2019)
• Uji Tubex merupakan uji semikuantitatif kolorimetri untuk deteksi
antibodi anti Salmonella tiphy 09 yang mulai muncul pada hari ke 3-4
demam sehingga dapat dilakukan sebagai deteksi awal demam tifoid.
Dengan cara menghambat ikatan antara IgM anti-O9 yang terkonjugasi
pada partikel latex yang berwarna dengan lipopolisakarida.
• Hasil posotif menunjukkan infeksi salmonellae serogroup D dan tidak
spesifik S. tiphy. Infeksi S. paratiphy menunjukkan hasil negatif.
• Sensitivitas 75-80% dan spesifitas 75-90 %.
• Tes ini dapat menjadi pemeriksaan yang ideal, yang dapat digunakan
secara rutin karena cepat, mudah dan sederhana, khususnya di negara
berkembang.
Pemeriksaan Kultur (Levani, 2020)

• Merupakan Gold Standard dalam menegakkan demam tifoid.


• Pemeriksaan kultur memiliki spesifisitas 100%.
• Pemilihan spesimen untuk kultur sebagai penunjang diagnosis pada
demam minggu pertama dan awal minggu kedua adalah darah, karena
masih terjadi bakterimia. Hasil kultur darah positif sekitar 40%-60%.
• Pada minggu kedua dan ketiga spesimen sebaiknya diambil dari kultur
tinja (sensitivitas <50%) dan urin ( sensitivitas 20-30%).
• Sampel biakan sumsum tulang lebih sensitif, sensitivitas pada minggu
pertama 90% namun invasif dan sulit dilakukan.
Diagnosis Banding

 Demam Dengue
 Malaria
 Leptospirosis
 Gastroenteritis
Penatalaksanaan
 Antibiotik (Kariyanti, 2018)
 Chlorampenicol (drug of choice) 100 mg/kgBB/hari, oral atau IV,
diagi dalam 4 dosis selama 10-14 hari.
 Cotrimoxazole : trimetropim 4 mg/kgBB/ kali, oral selama 10 hari
(dibagi dalam 2 dosis)
 Ceftriaxone 80 mg/kgBB/hari, intravena sekali selama 5 hari
 Cefixine 10-15 mg/kgBB/hari, oral, diagi dalam 2 dosis selama 10
hari
 Kortikosteroid : pada kasus berat dengan gangguan kesadaran
Dexametason 1-3 mg/kgBB/hari intravena diagi 3 dosis dapat menurunkan
angka kematian.
Penatalaksanaan
 Terapi Suportif (Kariyanti, 2018)
 Tirah Baring dan mengatur mobilisasi\
 Menjaga kecukupan asupan cairan
 Diet bergizi seimbang, konsistensi lunak, cukup kalori dan
protein, rendah serat.
 Mengonsumsi obat secara rutin dan tuntas
 Kontrol dan monitor tanda vital.
Laporan Kasus
IDENTITAS PASIEN

a. Nama : Shayidatun Nafisa Syafaat

b. Tanggal Lahir : 12 Juni 2020

c. Jenis Kelamin : Perempuan

d. Alamat: Huta III Silau Malela

e. Agama : Islam

f. No. RM: 147909


Laporan Kasus
Anamnesis

a. Keluhan Utama : demam

b. Telaah: pasien datang dibawa oleh orang tua dengan keluhan demam.

Demam telah dialami os ± 2 hari SMRS, demam naik turun, demam dirasakan

tinggi pada malam hari dan disertai menggigil. Pasien juga mengalami batuk

dan pilek sekitar ± 2 hari SMRS, batuk berdahak namun sulit dikeluarkan

c. Keluhan Tambahan : -
d. Riwayat Penyakit Dahulu : kejang demam

e. Riwayat Penyakit Keluarga : -

f. Riwayat Pemakaian Obat : sanmol, pamol supp 125

g. Alergi : -

h. Riwayat Vaksin : lengkap

i. Riwayat ASI : 2 tahun


Pemeriksaan Fisik  Status Generalisata
 Vital Sign
Inspeksi
• HR : 110 x/menit
A. Kepala
• RR : 24 x/menit
• Mata : conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
• Temp : 40oC
• Hidung : pernapasan cuping hidung (-), septum deviasi (-)
• BB : 12 kg
• Telinga : discharge (-)
• TB : 85 cm
• Mulut : sianosis (-), bibir kering (-)
D. Abdomen

B. Leher : pembesaran kelenjar tiroid (-), Inspeksi : simetris

pembengkakan KGB (-) Palpasi : soepel, nyeri tekan (-)

Perkusi : timpani

C. Thorax Auskultasi : bising usus (+)

Inspeksi : dada tampak simetris

Palpasi : stem fremitus sama kuat E. Ekstremitas

Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru Superior : akral hangat, oedem (-/-)

Auskultasi : suara napas vesikuler, suara Inferior : akral hangat, oedem (-/-)

tambahan (-)
Pemeriksaan Penunjang

A. Darah Rutin

 Hb : 11,6 gr%
B. Kimia Darah
 Leukosit : 10.000/mm³
KGD Ad Random : 95 mg/dL
 Ht: 34 vol%

 Eritrosit : 4,0 juta/mm³

 Trombosit : 316.000/mm³

 MCV : 85 fl

 MCH : 28 pg

 MCHC : 33 gr/dL
Diagnosa Banding

 Demam Tifoid

 Demam Dengue

 Malaria
Diagnosa Kerja

Febris
Tatalaksana

• Inf RL 30 gtt/i

• Inf PCT 150 mg/6 jam

• Inj. ODR 2 mg/12 jam

• Inj. Ranitidine 1/3 amp/12 jam

• Nebul Ventolin + NaCl 0,9% 2,5cc/8 jam

• Ambroxol syr 3 x ½
Follow Up
23/03/23 24/03/23 25/03/23

S: Demam (+), Batuk (+) S:Demam (+), Batuk (+) S: Demam (-), Batuk (+)

O :-T: 40oC -RR: 24x/i O:-T: 37,6oC -RR: 22x/i O:-T: 36oC -RR:24x/i
-HR:105x/i -HR: 90x/i -HR: 99x/i
- Hasil Lab Tubex TF : Skala 4
A: Febris A: Febris
A: Demam Tifoid
P::-Inf RL 30gtt/i P:-Inf RL 30gtt/i
-Inf PCT 150mg/6jam -Inf PCT 150mg/6jam P::-Inf RL 30gtt/i
-Ranitidin ¼ amp/12 jam -Inj Ranitidine 1/3 amp/12 -Inf PCT 150mg/6jam
jam -Inj. ODR 2 mg/12 jam
-Inj. ODR 2 mg/12 jam -Inj Ranitidine 1/3 amp/12 jam
-Nebul: ventolin + NaCl -Ventolin + NaCl 0,9% 2cc/8 jam
0,9% 2,5 cc/8jam -Ambroxol syr 3 x ½ C
-Ambroxol syr 3 x ½ C -Ceftriaxone 300mg/12 jam
Follow Up
26/03/23 27/03/23

S: Demam (-), batuk (+) S:Demam (-), Batuk (+)


O :-T: 36,5oC -RR: 24x/i O:-T: 36oC -RR: 24x/i
-HR: 90x/i -HR: 99x/i
A: Demam Tifoid A: Demam Tifoid
P::-Inf RL 30gtt/i P:-Inf RL 30 gtt/i
-Inf PCT 150 mg/6 jam -Inf PCT 150 mg/6 jam
-Inj. ODR 2 mg/12 jam -Inj Ranitidine 1/3 amp/12 jam
-Inj. Ranitidine 1/3 amp/12 jam -Inj. ODR 2 mg/12 jam
-Ceftriaxone 300 mg/12 jam -Nebul Ventolin + NaCl
-Nebul ventolin + NaCl 0,9% 2,5cc/8 jam
2cc/8 jam -Ambroxol syr 3 x ½
--Ambroxol syr 3 x ½ C -Cefriaxone 300 mg/12 jam
DAFTAR PUSTAKA
Brusch JL, Garvey T, Corales R, Schmitt SK. Typhoid fever [internet]. New York: Medscape; 2019 [disitasi tanggal 28 Maret
2023]. Tersedia dari: https://emedicine.medscape.com/article/ 231135-overview#showall.

Kariyanti MR. 2018. Demam Tifoid : Buku Ajar Infeksi & dan Penyakit Tropis Edisi Keempat. Jakarta : Badan Penetrbit IDAI.

Levani, Yelvi et al. 2020. Demam Tifoid : Manifestasi Klinis, Pilihan Terapi dan Pandangan dalam Islam. Surabaya :
Universitas Muhammadiyah Surabaya. Diakses dari https://journal.unismuh.ac.id/index.php/aimj/article/view/4038/pdf

Murzalina, Cut. 2019. Pemeriksaan Laboratorium untuk Penunjang Diagnostik Demam Tifoid. Jurnal Kesehatan Cachadum,
61-68. [disitasi tanggal 28 Maret 2023]. , dari https://www.jkc.puskadokesa.com/jkc/article/view/42/28

Rahmat, Wahyudi et al. 2019. Demam Tifoid dengan Komplikasi Sepsis. Fakultas Kedokteran Uniersitas Tadukalo. [ disitasi
tanggal 28 Maret 2023]. Diakses dari https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/442/245

WHO. Typhoid [internet]. Geneva: World Health Organization; 2018 [disitasi tanggal 28 Maret 2023]. Tersedia dari:
https://www.who.int/news-room/factsheets/detail/typhoid.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai