Disusun Oleh :
20224010013
Pembimbing :
SMF ANAK
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2023
HALAMAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
DEMAM TIFOID
oleh :
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS
Keluhan utama :
Pasien datang ke IGD dengan keluhan demam sejak sekitar 10 hari SMRS.
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien mengalami demam sejak 10 hari SMRS, demam dirasa menetap tidak naik
maupun turun. Pada malam hari, pasien menggigil. Pasien juga menyatakan rasa lemas
dan pusing hilang timbul. Pasien sudah berobat ke Puskesmas dan klinik terdekat
namun keluhan tidak membaik. Riwayat perjalanan jauh disangkal. Keluhan tidak
disertai mual dan muntah. 1 hari SMRS, BAB pasien cair 1x. Keluhan BAK disangkal.
Riwayat Imunisasi :
Keluarga pasien menyatakan bahwa status imunisasi pasien lengkap.
Riwayat Alergi :
Riwayat alergi disangkal oleh keluarga pasien.
ANAMNESIS SISTEM
a. Sistem saraf pusat : demam (+) pusing (+)
b. Sistem integumentum : tidak ada keluhan
c. Sistem musculoskeletal : tidak ada keluhan
d. Sistem gastrointestinal : BAB cair (+) muntah (-) mual (-)
e. Sistem urinaria : BAK normal tidak ada keluhan
f. Sistem respiratori : sesak nafas (-), batuk (-)
g. Sistem cardiovascular : berdebar-debar (-)
PEMERIKSAAN FISIK :
Kesan umum : lemah
Kesadaran : compos mentis , E4V5M6
Vital sign :
Tekanan darah :
RR : 22x/menit
Nadi : 130x/menit
Suhu : 39,2o C
BB : 32 kg
Pemeriksaan kepala :
- Mata : mata cekung (-)
pupil : isokor 3mm/3mm
Sklera ikterik (-/-)
Telinga : secret (-), perdarahan (-)
Pemeriksaan thorax :
- Inspeksi : Jejas (-)
- Palpasi : Nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor
- Auskultasi : Wheezing (-) ronkhi (-)
Pemeriksaan abdomen :
- Inspeksi : Distensi (-)
- Auskultasi : BU (+) normal
- Perkusi : timpani
- Palpasi : abdomen supel (+) NT (+) regio epigastrium
Pemeriksaan status lokalis urologi :
Regio Suprapubic :
NILAI
PARAMETER HASIL SATUAN KETERANGAN
NORMAL
DARAH RUTIN
MCV 68 fL 80-100 L
MCH 24 pg 26-34 L
Diagnosis Kerja
Demam Tifoid (Typhoid Fever)
Diagnosis Banding
Malaria, Demam Dengue, Campak
Penatalaksanaan
- Infus RL 12 tpm makro
- Infus Paracetamol 3 x 320 mg
- Injeksi Amoxicillin 3 x 480 mg
- Injeksi Ceftriaxone 3 x 500 mg
- Injeksi Dexametasone 3 x 1/2 amp
- Imunos syrup 1 x 1 cth
- Bedrest
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Demam tifoid adalah penyakit bakterial yang disebabkan oleh Salmonella typhi,
kuman gram negatif berbentuk batang yang hanya ditemukan pada manusia.
Salmonella termasuk dalam famili Enterobacteriaceae yang memiliki lebih dari 2300
serotipe. Salmonella typhi merupakan salah satu Salmonellae yang termasuk dalam
jenis gram negatif, memiliki flagel, tidak berkapsul, tidak bersporulasi, termasuk dalam
Penularan tersering terjadi melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh
mempengaruhi penularan adalah sanitasi, higiene lingkungan dan pribadi yang buruk.
B. Epidemiologi
Diseluruh dunia mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian setiap tahunnya.
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi menular yang dapat terjadi pada anak
maupun dewasa. Anak merupakan yang paling rentan terkena demam tifoid, walaupun
gejala yang dialami anak lebih ringan dari pada dewasa. Hampir disemua daerah
endemik, insiden demam tifoid banyak terjadi pada anak usia 5-19 tahun.
Berdasarkan laporan Ditjen Pelayanan Medis Depkes RI, pada tahun 2008,
demam tifoid menempati urutan kedua dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap di
rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kasus 81.116 dengan proporsi 3,15%, urutan
pertama ditempati oleh diare dengan jumlah kasus 193.856 dengan proporsi 7,52%,
urutan ketiga ditempati oleh DBD dengan jumlah kasus 77.539 dengan proporsi
3,01%.
C. Etiologi
D. Klasifikasi
Menurut WHO (2003), ada 3 macam klasifikasi demam tifoid dengan perbedaan
gejala klinis:
3. Keadaan karier
Keadaan karier tifoid terjadi pada 1-5% pasien, tergantung umur pasien. Karier
tifoid bersifat kronis dalam hal sekresi Salmenella typhi di feses.
C. Patofisiologi
Anamnesis
● Demam > 7 hari. Demam naik secara bertahap setiap hari, mencapai
suhu tertinggi pada akhir minggu pertama, minggu kedua demam terus
menerus tinggi (38-40 C)
● Banyak orangtua melaporkan demam lebih tinggi pada sore dan malam
hari dibandingkan pada pagi hari
● Pada saat demam tinggi dapat disertai gejala sistem saraf pusat seperti
kesadaran berkabut/delirium/obtundansi atau penurunan kesadaran.
Keluhan:
Nyeri kepala (frontal) 100%
Kurang enak di perut 50%
Nyeri tulang, persendian, dan
50%
otot
Berak-berak 50%
Muntah 50%
Gejala:
Demam 100%
Nyeri tekan perut 75%
Bronkitis 75%
Toksik 60%
Letargik 60%
Lidah tifus (“kotor”) 40%
Pemeriksaan Fisik
Demam
Meteorismus
Hepatomegali, splenomegali
Pada demam tifoid berat, pasien akan tampak toksik, Dapat pula dijumpai
penurunan kesadaran, kejang dan ikterus.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat
leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah
sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada
sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang
terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh
karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam
typhoid.
2. Pemeriksaan SGOT Dan SGPT
SGOT Dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
3. Biakan darah
4. Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan
darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid.
5. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam
serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji
widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang
disangka menderita tifoid
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap kuman
Salmonella typhi. Uji widal dikatakan bernilai bila terdapat kenaikan titer widal
4 kali lipat (pada pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau titer widal O > 1/320, titer H
> 1/60 (dalam sekali pemeriksaan) Gall kultur dengan media carr empedu
merupakan diagnosa pasti demam tifoid bila hasilnya positif, namun demikian,
bila hasil kultur negatif belum menyingkirkan kemungkinan tifoid, karena
beberapa alasan, yaitu pengaruh pemberian antibiotika, sampel yang tidak
mencukupi. Sesuai dengan kemampuan SDM dan tingkat perjalanan penyakit
demam tifoid, maka diagnosis klinis demam tifoid diklasifikasikan atas:
Possible Case dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan gejala
demam,gangguan saluran cerna, gangguan pola buang air besar dan
hepato/splenomegali. Sindrom demam tifoid belum lengkap. Diagnosis ini hanya
dibuat pada pelayanan kesehatan dasar.
Probable Case telah didapatkan gejala klinis lengkap atau hampir lengkap, serta
didukung oleh gambaran laboraorium yang menyokong demam tifoid (titer widal
O > 1/160 atau H > 1/160 satu kali pemeriksaan).
Definite Case : Diagnosis pasti, ditemukan S. Thypi pada pemeriksaan biakan
atau positif S.Thypi pada pemeriksaan PCR atau terdapat kenaikan titerWidal 4
kali lipat (pada pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau titer widal O> 1/320, H > 1/640
(pada pemeriksaan sekali)
F. Penatalaksanaan
1. Antibiotik
Chloramphenicol (drug of choice) 100mg/kgBB/hari, oral atau IV,
dibagi dalam 4 dosis selama 10-14 hari
Cotrimoxazole : trimetoprim 4 mg/kgBB/kali, oral selama 10 hari
(dibagi dalam 2 dosis)
Ceftriaxone 80 mg/kgBB/hari, intravena sekali sehari selama 5 hari
Cefixime 10-15 mg/kgBB/hari, oral, dibagi dalam 2 dosis selama 10
hari
2. Kortikosteroid : pada kasus berat dengan gangguan kesadaran
Dexametason 1-3 m/kgBB/hari intravena dibagi 3 dosis dapat
menurunkan angka kematian
3. Terapi suportif:
Demam tifoid ringan dapat dirawat di rumah, tirah baring, isolasi
memadai, kebutuhan kalori dan cairan dicukupi
Demam tifoid berat dirawat inap di rumah sakit
4. Terapi simptomatik demam
Paracetamol : dosis 10-15 mg/kgBB per oral setiap 4-6 jam
Ibuprofen dosis 10 mg/gBB per oral setiap 6-8 jam. Jangan diberikan
pada pasien dehidrasi, penyakit jantung dan vaskuler, penyakit ginjal
(nefrotoksik), pasien varicela dan bayi usia < 6 bulan.