Oleh:
dr. Meilki
Nanda Putra
Pembimbing:
dr. M. Satriyo Wirawan, Sp.PD
Diajukan Oleh :
Nama : dr. Meilki Nanda Putra
Dipresentasikan
Tanggal : 19 Januari 2016
Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Topik
Tanggal (kasus)
: 5 Januari 2016
Tanggal Presentasi
: 19 Januari 2016
Pendamping
Obyektif Presentasi
Keilmuan
Keterampilan
Istimewa
Neonatus
Dewasa
Bayi
Remaja
Lansia
Bumil
Deskripsi
Wanita dewasa datang ke IGD dengan keluhan demam hari ke empat, nyeri
kepala, mual, muntah dan tulang dan sendi terasa ngilu.
Tujuan
Mampu menegakkan diagnosis pasien yang datang dengan febris dan melakukan
penatalaksaan awal.
Bahan Masalah
Tinjauan pustaka
Riset
Kasus
Audit
Cara Membahas
Diskusi
Pos
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. M
Umur
: 28 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Jahab
Pekerjaan
MRS
: 5 Januari 2016
No.RS
: RS 10**
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Demam
Demam hari ke empat, demam di rasa langsung tinggi pada saat hari
pertama muncul. Demam sepanjang hari, turun hanya bila minum obat
PEMERIKSAAN FISIK
O Vital Sign
O Kondisi Umum
: Compos mentis
O Kepala/Leher
O Paru
O Jantung
O Abdomen
O Extremitas
HASIL LABORATORIUM
Hb 14,0g/dL
Leukosit 3.100/mm3
Trombosit 79.000/mm3
Hematokrit 39%
DIAGNOSIS
Febris hari ke IV dengan trombositopenia, Sups. Demam Dengue DD: Demam
Chikungunya
TATALAKSANA
O IVFD RL 30 tpm
O Tab. Ondansetron 3X1
TINJAUAN PUSTAKA
Pendahuluan
Demam
Menurut International of Physiological Science Commission for Thermal
Physiology mendefinisikan demam sebagai suatu keadaan peningkatan suhu inti,
yang sering (tetapi tidak seharusnya) merupakan bagian dari respon pertahanan
organisme multiseluler (host) terhadap invasi mikroorganisme atau benda mati
yang patogenik atau dianggap asing oleh host.
Secara
patofisiologis
demam
adalah
peningkatan
thermoregulartory set point dari pusat hipotalamus yang diperentarai oleh IL-1.
Sedangkan secara klinis adalah peningkatan suhu tubuh 1 oC atau lebih besar
diatas nilai rerata suhu normal di tempat pencatatan . Untuk kepentingan klinik
praktis, pasien dianggap demam bila suhu rectal mencapai 38oC , suhu oral
37,6oC, suhu aksila 37,4oC, atau suhu membrane timapani mencapai 37,6oC.
Trombositopenia
Trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah trombosit kurang dari
100.000/mm3 dalam sirkulasi darah. Darah biasanya mengandung sekitar 150.000350.000 trombosit/mL.
Etiologi
Demam
Etiologi demam terbagi atas dua yaitu demam yang disebabkan oleh
infeksi dan demam yang disebabkan bukan infeksi. Demam yang disebabkan oleh
infeksi contohnya: infeksi parasit, infeksi jamur, infeksi bakteri. Sedangkan untuk
bukan infeksi contohnya. tumor pada hipofisis, obat-obatan, faktor hormonal, dan
kerusakan termoregulator tubuh.
Trombositopenia
Penyebab terjadinya trombositopenia adalah sebagai berikut:
1. Jumlah trombosit yang rendah ini dapat merupakan akibat berkurangnya
produksi atau
mm3 dan lebih lanjut dipengaruhi oleh keadaan- keadaan lain yang mendasari
atau yang menyertai, seperti leukimia atau penyakit hati. Jika jumlah
trombosit dalam darah perifer turun sampai dibawah batas tertentu, penderita
mulai mengalami perdarahan spontan, yang berarti bahwa trauma akibat
gerakan normal dapat mengakibatkan perdarahan yang luas.
2. Keadaan trombositopenia dengan produksi trombosit normal biasanya
disebabkan oleh
seperti lupus
Demam Tifoid
Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam Chikungunya
Leukemia
Malaria
SLE
DEMAM TIFOID
Definisi
Demam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh
Salmonella typhi. Bakteri ini tidak menimbulkan gejala muntah dan diare seperti
bakteri lainnya, namun menimbulkan gejala berupa demam klasik yang lama.
Penyakit ini ditularkan melalui fekal-oral, oleh karena itu sangat berhubungan
dengan sanitasi pribadi dan lingkungan sekitar.
Etiologi
Penyebab demam tifoid adalah Salmonella typhi dan Salmonella
paratyphi. Salmonella adalah satu genus dalam famili Enterobacteriaceae yang
memiliki lebih dari 2300 serotipe. Salmonella adalah bakteri gram negatif, meiliki
flagel, merupakan bakteri anaerob fakultatif, yang mereduksi nitrat menjadi nitrit,
dan menyebabkan fermentasi glukosa. Semua Salmonella kecuali S.typhi
menghasilkan
gas
pada fermentasi
glukosa. Salmonella
dikelompokkan
Patogenesis
Cara Penularan
Penderita demam tifoid biasanya terinfeksi Salmonella typhi dan
Salmonella paratyphi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh
feses dan urin karier (secara fekal-oral).
Diagnosis
Penegakan diagnosis sedini mungkin sangat bermanfaat agar bisa
diberikan terapi yang tepat dan meminimalkan komplikasi. Pengetahuan
gambaran klinis penyakit ini sangat penting untuk membantu mendeteksi secara
dini. Walaupun pada kasus tertentu dibutuhkan pemeriksaan tambahan untuk
membantu menegakkan diagnosis.
Manifestasi Klinis
Masa tunas 7-14 hari (rata-rata 3-30) hari. Selama masa inkubasi mungkin
ditemukan gejala prodormal berupa rasa tidak enak badan. Pada kasus khas
terdapat demam remiten pada minggu pertama, biasanya menurun pada pagi hari
dan meningkat pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua, pasien terus
berada dalam keadaan demam, yang turun secara berangsur-angsur pada minggu
10
ketiga. Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi
kemerahan, jarang disertai tremor. Hati dan limpa membesar yang nyeri pada
perabaan. Biasanya terdapat konstipasi, tetapi mungkin normal bahkan dapat
diare.
Pemeriksaan Laboratorium
o Pemeriksaan Rutin
Walaupun pada pemeriksaan darah perifer lengkap sering ditemukan
leukopenia, dapat pula terjadi kadar leukosit normal atau leukositosis.
Selain itu dapat ditemukan pula anemia ringan dan trombositopenia. Pada
pemeriksaan hitung jenis leukosit dapat terjadi aneosinofilia maupun
limfopenia. Laju Endap Darah (LED) pada demam tifoid dapat meningkat.
Dapat terjadi pula peningkatan ringan prothrombin time (PT) dan partial
thromboplastin time (PTT).
Pada pemeriksaan fungsi hati (LFT) didapati SGOT/SGPT yang
meningkat, transaminase dan serum bilirubin juga meningkat. Pada
pemeriksaan elektrolit didapati hiponatremia dan hipokalemia ringan.
o Uji Widal
Dari uji widal bila di dapatkan titer antibody terhadap antigen O yang
bernilai > 1/200 atau peningkatan > 4 kali antara masa akut dan
konvasalesens mengarah kepada demam tifoid, meskipun dapat terjadi
positif maupun negative palsu akibat adanya reaksi silang antara spesies
salmonella.
o Kultur Darah
Hasil biakan darah yang positif memastikan demam tifoid, akan tetapi
hasil negatif tidak menyingkirkan demam tifoid, karena mungkin
disebabkan beberapa hal sebagai berikut:
Riwayat vaksinasi.
11
Pencegahan
Pencegahan demam tifoid melalui gerakan nasional sangat diperlukan
karena akan berdampak cukup besar terhadap penurunan kesakitan dan kematian
akibat demam tifoid, menurunkan anggaran pengobatan pengobatan pribadi
maupun negara, mendatangkan devisa negara yang berasal dari wisatawan
mancanegara karena telah hilangnya predikat negara endemik dan hiperendemik
sehingga mereka tidak takut lagi akan terserang tifoid saat berada di daerah
kunjungan wisata.
Vaksinasi
Jenis Vaksin
Vaksin oral : Ty21a (vivotif berna) beredar di Indonesia dengan merk
Vivotif
Vaksin parenteral : ViCPS (Typhim Vi/Pasteur Merieux), vaksin kapsul
polisakarida.
Pemilihan Vaksin
Pada penelitian didapatkan vaksin oral Ty21a yang diberikan 3x secara
bermakna menurunkan 66% selama 5 tahun, laporan lain menyebutkan penurunan
33% selama 3 tahun. Usia sasaran vaksinasi berbeda efektivitasnya, dilaporkan
insidens turun 53% pada anak >10 tahun sedangkan anak usia 5-9 tahun insidens
menurun 17%.Vaksin parenteral non-aktif relatif lebih sering menyebabkan reaksi
efek samping serta kurang efektif ViCPS maupun Ty21a oral.
Indikasi Vaksinasi
Populasi: anak usia sekolah di daerah endemik, personil militer, petugas
rumah sakit/laboratorium kesehatan, industri makanan/minuman.
12
Kontraindikasi Vaksinasi
Vaksin hidup Ty21a secara teoritis dikontraindikasikan pada sasaran yang
alergi atau reaksi efek samping berat, penurunan imunitas, dan kehamilan (karena
sedikitnya data). Bila diberikan bersamaan dengan obat anti-malaria (klorokuin,
meflokuin) dianjurkan minimal setelah 24 jam pemberian obat baru dilakukan
vaksinasi. Dianjurkan tidak memberikan vaksinasi bersamaan dengan obat
sulfonamid atau antimikroba lainnya.
Efek Samping Vaksinasi
Komplikasi
Komplikasi Intestinal:
Perdarahan intestinal
Pada plak peyeri, usus yang terinfeksi (terutama ileum terminalis) dapat
terbentuk tukak atau luka berbentuk lonjong dan memanjang terhadap
sumbu usus. Bila luka menembus lumen usus dan mengenai pembuluh
darah maka terjadi perdarahan. Selanjutnya bila tukak menembus dinding
usus maka dapat terjadi perforasi. Selain karena faktor luka, perdarahan
dapat terjadi karena gangguan koagulasi darah (KID) atau gabungan kedua
faktor. Sekitar 25 % penderita demam tifoid dapat mengalami perdarahan
minor yang tidak membutuhkan transfusi darah. Perdarahan hebat dapat
terjadi hingga penderita mengalami syok. Secara klinis, perdarahan akut
darurat
bedah
ditegakkan
bila
13
terdapat
perdarahan
sebanyak
14
Perikarditis
- Komplikasi Hematologi
Dapat berupa pansitopenia (trombositopenia, anemia, leucopenia),
hipofibrino-genemia, peningkatan protrombin time, peningkatan partial
thromboplastin time, peningkatan fibrin degradation products sampai
koagulasi intravascular diseminata (KID) dapat ditemukan pada
kebanyakan pasien demam tifoid. Trombositopenia saja sering dijumpai,
hal ini mungkin terjadi karena menurunnya produksi trombost di sumsum
tulang selama proses infeksi atau meningkatnya destruksi trombosit di
sistem retikuloendotelial. Obat-obatan juga memegang peranan
- Komplikasi Neuropsikiatrik / Tifoid Toksik
Rigidity/ Transient Parkinsonism, sindrom otak akut delirium dengan
atau tanpa kejang, semi-koma atau koma, Parkinson, mioklonus
generalisata, meningismus, skizofrenia sitotoksik, ensefalomielitis,
meningitis
- Komplikasi pada Paru
pneumonia, empiema, pleuritis
- Komplikasi ginjal
glomerulonefritis, pielonefritis, perinefritis
- Komplikasi Muskuloskeletal
Pada otot biasanya terlihat degenerasi Zenker, terutama pada dinding
abdomen.
osteomielitis, periostitis, spondilitis, arthritis, polimiositis.
Penatalaksanaan
Sampai saat ini masih dianut trilogi penatalaksanaan demam tifoid, yaitu:
o
Pemberian Antibiotika
15
L
a
p
o
r
a
n
K
a
s
u
s
mengalami lisis pada hari ke-3 atau menjelang hari ke-4. Hasil penurunan
D
e
n
g
u
e
S
h
o
c
k
S
y
n
d
r
o
m
e
3
6
O
P
.
k
a
P
s
d
V
ie
a
i
n
g
r
e
u
u
b
n
m
s
a
u
l
s
m
d
ia
n
e
n
y
(n
a
b
g
d
iu
e
re
n
id
s
k
i
e
e
n
fa
n
m
g
a
lu
0
d
v
o
2
i
e
p
s
a
17
19
2. Derajat II
Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan
lain.
3. Derajat III
Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun (<20mmHg) atau hipotensi sistolik (<80mmHg), sianosis
disekitar mulut, kulit dingin dan lembab, dan anak tampak gelisah.
4. Derajat IV
Syok berat ( profound shock), nadi tidak teraba, dan tekanan darah tidak
terukur.
Diagnosis
Kriteria klinis menurut WHO :
1.
2.
3.
Hepatomegali
4.
dimana tekanan darah dan nadi tidak dapat terukur lagi. Apabila syok tidak dapat
segera diatasi dengan baik, maka dapat terjadi komplikasi yaitu asidosis
metabolik, perdarahan saluran cerna hebat, atau perdarahan lain.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan serologis
Penatalaksanaan
22
Komplikasi
a. Ensefalopati Dengue
b. Kelainan Ginjal
c. Oedema paru
23
LEUKEMIA
Definisi
Leukemia atau kanker darah adalah sekelompok penyakit neoplastik yang
beragam, ditandai oleh perbanyakan secara tak normal atau transformasi maligna
dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid. Sel-sel
normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal atau abnormal. Sel
abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau
darah tepi. Sel leukemia mempengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan
sel darah normal dan imunitas tubuh penderita. Kata leukemia berarti "darah
putih", karena pada penderita ditemukan banyak sel darah putih sebelum diberi
terapi. Sel darah putih yang tampak banyak merupakan sel yang muda, misalnya
promielosit. Jumlah yang semakin meninggi ini dapat mengganggu fungsi normal
dari sel lainnya.
Etiologi
Walaupun pada sebagian besar pasien leukemia faktor-faktor penyebabnya
tidak dapat didefinisikan, namun terdapat beberapa faktor yang terbukti dapat
menyebabkan penyakit ini. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a) Neoplasia
-
24
c) Radiasi.
d) Familial, ada laporan-laporannya.
e) Perubahan kromosom :
-
Klasifikasi
A. Menurut jenisnya, leukemia dapat dibagi atas leukemia meoloid dan limfoid.
Masing-masing ada yang akut dan kronik. Secara garis besar, pembagian
leukemia adalah
sebagai berikut :
Leukemia mieloid
o Leukemia
granulositik
kronik
(leukemia
mieloid/mielositik/mieologenous kronik)
o Leukemia mieloblastik akut ( leukemia mieloid/ mielositik/
granulositik/ mielogenous akut)
Leukemia limfoid
o Leukemia limfositik kronik
o Leukemia limfoblastik akut
Jumlah lekosit
Leukemia leukemik
Banyak
25000/mm3
Leukemia subleukemik
Sedikit
10000 - 25000/mm3
Leukemia aleukemik
tidak ada
10000/mm3
25
LEUKEMIA AKUT
Leukemia Akut (LA) adalah suatu penyakit keganasan yang terjadi akibat
transformasi maligna dan proliferasi yang abnormal dari salah satu atau beberapa
elemen pembentuk darah dan disertai pula dengan infiltrasi ke dalam sumsum
tulang dan organ lain, sehingga terjadi kegagalan pembentukan sistem
hematopoetik yang normal yang menyebabkan kematian penderita, terutama
mengenai usia 0-20 tahun . Insiden AML kira-kira 2-3/100.000 penduduk, sering
ditemukan pada umur dewasa (85%) daripada anak-anak (15%), sering pada lakilaki daripada wanita, ditemukan sekitar 40% dari seluruh insidens leukemia.
Insiden ALL berkisar 2-3/100.000 penduduk, lebih sering pada anak-anak (82%)
daripada usia dewasa(18%) sering ditemukan pada laki-laki daripada wanita.
ALL
AML
Peroksidase
__
bodies)
26
(termasuk
auer
Sudan black B
__
PAS
+ (kasar)
+ (halus)
Fosfatase asam
+ (Thy-ALL)
__
Transferase (TdT)
__
Lisozim serum
__
++ (pada monositik)
MIKROSKOP ELEKTRON
__
Enzyme Test
Terminal deoxynucleotidyl
(mula
tampak
pembentukan granula)
Patogenesis
Gambaran Klinis
Tanda dan gejala leukemia akut dihubungkan dengan infiltrasi sel
leukemia ke dalam jaringan normal, menyebabkan kegagalan sumsum tulang
(misalnya, anemia, neutropenia, atau trombositopenia), atau infiltrasi jaringan
spesifisik (misalnya, KGB, hati, limpa, otak, tulang, kulit, ginggiva atau testis).
Gejala-gejala yang biasa ada adalah demam, pucat,petekie atau ekimosis,letargi,
malaise, anoreksia, dan nyeri tulang atau sendi. Pemeriksaan fisik sering kali
27
muntah, nyeri kepala hebat, kejang kejang, dan kesadaran menurun, keadaan ini
bisa dijumpai pada sekitar 2 % dari Lekemia Akuta. Terjadinya Infiltrasi ke dalam
system syaraf pusat ini cairan cerebro spinal.
Pemeriksaan Laboratorium
28
Diagnosis
Diagnosis leukemia akut ditegakan atas dasar anamnesa adanya keluhan
febris, anemia, dan kecendrunganan mudah terjadi pendarahan. Pada pemeriksaan
fisik terdapat gejala gejala klnik deman, pucat (anemis), petechie, ekhimosis,
hepatomegali, splenomegali, limfademofati, dan tanda tanda infiltrasi dari sel
sel leukemia yang
trombositopenia, dan sel sel blast pada sediaan hapusan dari tepi atau sediaan
aspirasi/biopsy sumsum tulang dalam lebih dari 30 %.
Gambaran yang pathognomonic untuk kasus kasus AML yaitu
didapatkannya Auer bodies yang merupakan granula primer yang abnormal
dari sel sel mieloblast. Disamping itu terdapat gambaran hiatus leukemikus pada
sediaan hapusan darah / sumsum tulang merupakan bukti yang akut dari suatu
leukemia Akuta di mana gambaran ini tidak dijumpai pada Leukemia Kronis.
29
Komplikasi
- Perdarahan akibat trombositopenia dan terjadinya infeksi atau sepsis akibat
lekopenia
atau gangguan fungsi fagositosis dari sel sel darah putih.
- Leukemia cerebral.
- Pemberian obat obatan sitostatika yang seringkali menimbulkan aplasia
sumsum
tulang.
- Gangguan elektrolit berupa hipo atau hiper kalsemia, hipo atau hiper kalemia.
- Pada umumnya yang menyebabkan kematian tersering pada leukemia akut
adalah akibat infeksi
Terapi
Beberapa istilah yang merupakan perlu diketahui dalam cara pengobatan
LA ialah:
1. Remisi Induksi : Ialah pengobatan yang diberikan untuk mencapai remisi
dengan jalan menurunkan sel sel ganas hingga di bawah garis deteksi.
Dikatan remisi komplit apabila tidak terdapat sel leukemik baik dalam dari
tepi maupun sumsum tulang.
2. Konsolidasi : Adalah intensifikasi dini setelah tercapai remisi dengan
jalan memberikan khemotrapi induksi. Setiap siklus konsolidasi dapat
menimbulkan efek saming obat mielosupresif berat.
30
pertama.
B Pencegahan CNS
- Radiasi kepala, 2400 rads dalam 10 -15 fraksi (3 minggu)
- Methotrxale intrathecal 3 5 dosis 12 mg/m2 (max. dosis 15 mg)
C Terapi pemeliharaan
Terapi pemeliharaan diberikan selama 2 tahun.
-
31
32
3.
Prognosis
ALL pada anak anak baik: lebih dari 95 % terjadi remisi sempurna. Kira
kira 70 %- 80 % dari pasien bebas gejala selama 5 tahun. Apabila terjadi
relaps, remisi sempurna kedua dapat terjadi pada sebagian besar kasus. Pada
pasien ini merupakan kandidat untuk transplantasi sumsum tulang , dengan 35
s/d 65 % kemungkinan hidup lebih lama.
AML dengan pengobatan modern angka remisi 50 s/d 70 %, tetapi angka ratarata hidup masih hidup 2 tahun dan yang dapat hidup lebih dari 5 tahun hanya
10% Prognosis terburuk adalah pada golongan M5 dan M6, semua pasien
meninggal dunia sebelum 2 tahun, sedangkan M3 mempunyai harapahn hidup
paling lama.
33
MALARIA
Definisi
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium
yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di
dalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil,
anemia dan splenomegali. Dapat berlangsung tanpa komplikasi ataupun
mengalami komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria berat.
Etiologi
Penyebab infeksi malaria adalah plasmodium, yang selain menginfeksi
manusia juga menginfeksi binatang seperti golongan burung, reptil dan mamalia.
Termasuk genus plasmodium dari family plasmodidae. Plasmodium ini pada
manusia menginfeksi eritrosit (sel darah merah) dan mengalami pembiakan
aseksual di jaringan hati dan di eritrosit. Pembiakan seksual terjadi pada tubuh
nyamuk yaitu Anopheles betina.
Ada 4 jenis plasmodium yang menimbulkan penyakit pada manusia, yaitu :
Plasmodium vivax
sering dijumpai
Plasmodium malariae
: Malaria Kwartana
Plasmodium falciparum
Plasmodium ovale
: Malaria Ovale
34
Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik malaria tergantung pada imunitas penderita, tingginya
transmisi infeksi malaria. Berat / ringannya infeksi dipengaruhi oleh jenis
plasmodium (P. falciparum sering memberikan komplikasi), daerah asal infeksi
(pola resistensi terhadap pengobatan), umur (usia lanjut dan bayi lebih berat), ada
dugaan konstitusi genetik, keadaan kesehatan dan nutrisi, kemoprofilaktis dan
pengobatan sebelumnya.
Dikenal 4 jenis plasmodium (P) yaitu P.vivax, merupakan infeksi yang
paling sering menyebabkan malaria tertiana / vivax, P.falcifarum, memberikan
banyak komplikasi dan mudah resisten dengan pengobatan dan menyebabkan
malaria tropika / falsiparum, P.malariae, cukup jarang namun dapat menimbulkan
sindroma nefrotik dan menyebabkan malaria quartana / malariae dan P.ovale
dijumpai pada daerah Afrika dan pasifik Barat, memberikan infeksi yang paling
ringan dan sering sembuh spontan tanpa pengobatan, menyebabkan malaria ovale.
Malaria mempunyai gambaran karakteristik demam periodik, anemia dan
splenomegali. Masa inkubasi bervariasi pada masing-masing plasmodium. Gejala
prodomal malaria adalah nonspesifik dan sama dengan gejala-gejala infeksi virus
lainnya. Keluhan prodomal tersebut dapat terjadi sebelum terjadinya demam
berupa kelesuan, malaise, sakit kepala, sakit belakang, merasa dingin dipunggung,
nyeri sendi dan tulang, demam ringan, anoreksia, perut tidak enak, diare ringan
dan kadang-kadang dingin. Keluhan prodromal sering terjadi pada P.vivax dan
ovale, sedang pada P.falciparum dan malariae keluhan prodromal tidak jelas
bahkan gejala dapat mendadak.
1. Demam
35
Semua jenis infeksi malaria, demam secara periodik berhubungan dengan waktu
pecahnya sizont matang dan keluarnya merozoit dalam aliran darah. Pada P. vivax
dan ovale (tertiana), sizont menjadi matang dalam 48 jam, maka periodisitas
demamnya setiap hari ke-3. Pada P. malariae (kwartana), pemantangannya tiap 72
jam dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Masa tunas intrinsik berakhir dengan
timbulnya serangan pertama. Tiap serangan terdiri atas beberapa serangan demam
yang timbulnya periodik.
periode panas : penderita muka panas, nadi cepat dan panas badan tetap
tinggi beberapa jam, diikuti dengan keadaan berkeringat ; kemudian
36
37
Hipoglikemia : GD < 40 mg %
Edema paru / ADRS (Adult Respiratory Distress
Syndrome)
Kolaps sirkulasi, syok, hipotensi, algid malaria dan
septikemia
Gagal ginjal akut : produksi urin < 1 ml/kgBB/jam atau
kreatinin >3 mg %
Ikterus : bilirubin 2,5 mg %
Kejang berulang : 3 kali / 24 jam
Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam
basa
Asidosis metabolik
Perdarahan abnormal dan gangguan pembekuan darah
Hemoglobinuria (Black Water Fever)
Kelemahan berat
Hiperparasitemia >5 %
Hiperpireksia : suhu rektal >40 C
2.
Diagnosa laboratorium
Didapatkan: anemia normokromik, normositer. Biasanya jumlah
leukosit normal,
dan
38
kadar
CRP
(C-Reactive
Protein)
seseorang itu positif malaria atau tidak yaitu pemeriksaan darah tepi (tipis/tebal)
dan deteksi antigen. Darah
parasit.
Pemeriksaan parasit malaria melalui aspirasi sumsum tulang hanya untuk maksud
akademis dan tidak sebagai cara diagnosa yang praktis. Adapun
pemeriksaan darah tepi :
1. Tetesan preparat darah tebal
Merupakan cara terbaik untuk menentukan parasit malaria karena tetesan
darah cukup banyak dibandingkan preparat darah tipis. Ketebalan dalam
membuat sediaan perlu untuk memudahkan identifikasi parasit. Preparat
dinyatakan negatif bila setelah diperiksa 200 lapang pandangan dengan
pembesaran kuat 700 1000 kali tidak ditemukan parasit. Hitung parasit
dapat dilakukan pada tetesan tebal dengan menghitung jumlah parasit per
200 leukosit. Bila leukosit 10.000/L maka hitung parasitnya ialah jumlah
parasit dikalikan 50 merupakan jumlah parasit per mikro liter darah.
2. Tetesan darah tipis
39
Tes Antigen
Test serologi
Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)
Komplikasi
Penderita malaria dengan komplikasi umumnya digolongkan sebagai
malaria berat yang menurut WHO didefinisikan sebagai infeksi P. Falciparum
dengan satu atau lebih komplikasi sebagai berikut :
1. Malaria Cerebral
2. Gagal Ginjal Akut (GGA)
3. Hypoglikemia (Gula darah < 40 mg %)
4. Kelainan Hati (Malaria Biliosa)
5. Edema Paru (ARDS)
6. Black water fever (Malaria Haemoglobinuria)
7. Malaria Algid
8. Kecenderungan perdarahan
9. Gangguan metabolik
10. Manifestasi Gastrointestinal
40
Penatalaksanaan
Untuk mencegah resistensi obat terhadap plasmodium, maka di Indomesia
dibatasi hanya beberapa obat anti malaria yaitu :
-
Klorokuin
Primakuin
Sulfadoksin pirimetamin
Antibiotik anti malaria yang dipakai secara sinergis dengan obat anti
malaria seperti : tetrasiklin, doksisiklin, klindamisin, makrolid
(eritromisin, azitromisin), golongan fluorokuinolon.
Prinsip terapi :
P. falciparum diterapi dengan kuinin atau kuinidin. Pemakaian kuinin harus terus
dipantau EKG nya : peningkatan interval QT (>0,6 s) dan pelebaran ORS >25 %
adalah indikasi untuk memperlambat infus. Artemisin disarankan sebagai
pengobatan lini pertama.
Pada malaria falciparum berat, harus selalu dipantau dan diberi perawatan
intensif.
Pemberian glukokortikoid dan heparin adalah kontraindikasi. Pada pasien sakit
berat, bila disarankan transfusi silang, biasanya bila terjadi parasitemia > 15 %.
Pada dasarnya obat malaria dibagi atas 5 golongan :
1. Skizontosida jaringan primer : Proguanil dan Pirimetamin, sebagai
profilaksis kausal.
41
memberikan
petunjuk
penggunaan
artemisin
dengan
mengkombinasikan dengan obat antimalaria yang lain. Hal ini disebut ACT
(Artemisinin base Combination Therapy). Kombinasi obat ini dapat berupa
kombinasi obat tetap (fixed dose) atau kombinasi tidak tetap (non-fixed dose).
Kombinasi dosis tetap lebih memudahkan pemberian pengobatan. Contohnya
ialah Co-Artem yaitu kombinasi Artemeter(20mg)+lumefantrine(120mg). Dosis
Co-Artem 4 tablet 2x1 sehari selama 3 hari. Kombinasi tetap yang lain ialah
dihidroartemisinin (40mg) +
piperakuin (320mg) yaitu Artekin. Dosis Artekin untuk dewasa: dosis awal 2
tablet, 8 jam kemudian 2 tablet, 24 jam dan 32 jam, masing-masing 2 tablet.
Kombinasi ACT yang tidak tetap misalnya:
Artesunat + Meflokuin
Artesunat + amodiakin
Artesunat + Klorokuin
Artesunat + Sulfadoksin-Pirimetamin
Artesunat + pironaridin
Artesunat + chlorproguanil-dapson
42
obat-obat
untuk
pencegahan
malaria( kemoprofilaksis)
Kemoprofilaksis dengan syarat :
- Batasi kemoprofilaksis pada wanita hamil.
- Untuk pendatang sementara : profilaksis (Klorokuin 1x2
tablet) dimulai 1 minggu
sebelum
bepergian
ke
daerah
obat
berhubungan
reversible akut.
44
dengan
reaksi
neuropsikiatrik
Agen
infeksius
seperti
virus,
bakteri
virus
Epstein
Barr,
Streptokokus,klebsiella)
- Obat obatan : Procainamid, Hidralazin, antipsikotik, Chlorpromazine,
Isoniazid
- Zat kimia : merkuri dan silikon
45
gangguan pencernaan.
Gejala umumnya penderita sering merasa lemah, kelelahan
yang berlebihan, demam dan pegal-pegal. Gejala ini terutama
didapatkan pada masa aktif, sedangkan pada masa remisi
(nonaktif) menghilang.
Pada kulit, akan muncul ruam merah yang membentang di
kupu-
Rash.
2.
ditandai adanya
kulit sekitarnya.
3.
Fotosensitif,
yaitu
sengatan sinar
4.
timbulnya
ruam
pada
kulit
oleh
karena
matahari
5.
6.
Gejala
pada
paru-paru
dan
46
jantung
berupa
selaput
8.
Gangguan pada otak atau sistem saraf mulai dari depresi, kejang,
Kelainan pada sistem darah di mana jumlah sel darah putih dan
trombosit berkurang.
Kortikosteroid.
Golongan
ini
berfungsi
merupakan pengatur
untuk
mencegah
peradangan
dan
digunakan
kortikosteroid
teratasi
maka
mencegah
kambuhnya penyakit.
2.
Nonkortikosteroid
Kegunaan obat ini adalah untuk mengatasi keluhan nyeri dan
bengkak pada sendi dan otot, Kongres Internasional Lupus di New York
melaporkan beberapa
menghambat
protein
LymphoStat B yang
yang
B)
dan
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman RE, Kliegman RM: Nelson Essentials of Pediatrics 4e. New
York : W.B. Saunders Company
2. Hadinegoro SRH ,dkk: Tata Laksana Demam Berdarah Dengue Di
Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan ;2001
3. Soedarmo SSP ,dkk: Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Jakarta : Bagian
4.
48