Anda di halaman 1dari 21

Farmakologi Obat

dalam
Penatalaksanaan Jalan
Nafas
Reflek Jalan Nafas

Lokasi reseptor afferen jalan nafas atas :


- Faring posterior
- Hipofaring
- Laring

Menghasilkan reflek fisiologis pada saat


tindakan manipulasi jalan nafas
(laringoskopi dan intubasi)
Reflek Fisiologis & Patofisiologis
Stimulasi pada serabut afferen jalan nafas atas
diteruskan ke :
- Jaras SSP → respon peningkatan kebutuhan O2
otak, peningkatan aliran darah ke otak →
peningkatan ICP
- Sistem autonom :
Dewasa → dominan simpatis polisinaps melalui
N.IX & N.X → kardioaccelerator, pelepasan
epinefrin & norepinefrin → peningkatan laju nadi
dan tekanan darah
Reflek Fisiologis & Patofisiologis

- Sistem autonom bayi & anak dominan


monosinap parasimpatis → SA node →
peningkatan reflek vagal & bradikardia
- Sistem respirasi → peningkatan resistensi
jalan nafas atas & bawah (reflek batuk,
spasme laring & bronkus)
Reflek Fisiologis & Patofiologis
Semua reflek tersebut dapat menimbulkan
morbiditas & mortalitas yang tidak diinginkan
Pemberian obat (premedikasi) sebelum
tindakan manipulasi jalan nafas dapat
menekan reflek-reflek tersebut.
Pemberian obat sebaiknya 3 menit sebelum
tindakan dengan tujuan peak concentration
semua obat tercapai saat tindakan dilakukan
Jenis obat yang dipakai

- Sedasi (benzodiazepin : diazepam,


midazolam)
- Analgesi (opioid : fentanil, petidin, morfin ;
NSAID)
- Pelumpuh otot (depol :suksinilkolin ;
nondepol : rocuronium, vecuronium, dll)
- Anestesi lokal (lidokain 2%)
- Sulfas atropin
Pendekatan mnemonic LOAD
Lidokain
- Lidokain 2% IV 1,5 mg/kgbb 3 menit
sebelum intubasi
→ menekan reflek batuk, spasme laring
& bronkus
→ diharapkan membantu pencapaian
kedalaman anestesi, menurunkan
kebutuhan metabolik dan aliran darah ke
otak →mencegah peningkatan ICP
Lidokain
Rekomendasi utk Lidokain :
- Lidokain 2 % 1,5mmg/kgbb 3 menit
sebelum induksi untuk mencegah
peningkatan ICP & spasme laring/bronkus
saat manipulasi jalan nafas
Lidokain konsentrasi >2% atau dosis jauh
lebih besar pada pemberian IV dapat
menimbulkan efek toksik aritmia jantung &
kejang
Opioid
Fentanil
Menekan respon simpatis parsial (dosis 2
µg/kgbb), komplit (dosis >6 µg/kgbb) akibat
tindakan laringoskopi-intubasi
Efek hipotensi lebih kecil, tapi tidak dianjurkan
untuk induksi karena butuh dosis besar &
menimbulkan hipotensi
Tidak secara langsung meningkatkan ICP
tapi dapat mendepresi pernafasan yang
menimbulkan hiperkarbia, vasodilatasi serebral
→ peningkatan ICP
Opioid
- Fentanil diberikan sebagai premedikasi pada
pasien dengan ICP meningkat, ICH, CAD,
aneurisma aorta/pemb.darah otak, yang
membutuhkan kestabilan hemodinamik
- Dapat menimbulkan depresi nafas & hipotensi,
hati-hati untuk pasien syok hipovolemia
- Dapat menimbulkan kekakuan otot karena
pemberian dosis besar (500µg), akibat interaksi
dengan N2O, diatasi dengan pelumpuh otot
bukan dengan naloxon
Opioid

- Kekakuan otot dapat dicegah dengan :


pemberian dosis defasikulasi pelumpuh
otot nondepol atau dosis paralisis
suksisnilkolin
pemberian fentanil secara perlahan
Opioid

Rekomendasi untuk Fentanil :


- Sebagai premedikasi Fentanil diberikan 3
µg/kgbb 30-60 detik sebelum tindakan
laringoskopi
- Diberikan untuk mencegah respon
simpatis (CAD, aneurisma, ICP tinggi)
- Hindari pada kondisi hipotensi
- Antisipasi efek depresi nafas
Atropin

- Terutama untuk pediatrik usia < 10 th


untuk mencegah bradikardi akibat
suksinilkolin atau tindakan laringoskopi
- Rekomendasi :
Atropin 0,02 mg/kgbb 3 menit sebelum
tindakan laringoskopi
Defasikulasi (pelumpuh otot)

- Suksinilkolin → fasikulasi → peningkatan


ICP
- Fasikulasi dicegah dengan pemberian
dosis defasikulasi atau prekur pelumpuh
otot depol atau nondepol
- Dosis defasikulasi → 10% dosis paralisis
Defasikulasi (pelumpuh otot)

- Rekomendasi :
Suksinilkolin 0,15 mg/kgbb atau
rocuronium 0,06 mg/kgbb atau
vecuronium 0,01 mg/kgbb atau
pankuronium 0,01 mg/kgbb diberikan 3
menit sebelum pemberian pelumpuh otot
depol/nondepol dosis penuh untuk intubasi
Lain-lain

- Beta bloker (esmolol) dapat diberikan


untuk mencegah respon simpatis akibat
laringoskopi
- Tidak bermakna mencegah peningkatan
ICP
- Kontraindikasi pada hipersensitivitas jalan
nafas (asma) atau gagal jantung
Pemberian Sedasi dan Obat
Induksi
Obat sedasi-induksi
- Tujuan pemberian : unconscious,
unresponsive, amnestic, analgesic,
mempertahankan kestabilan perfusi otak &
hemodinamik
- Sangat lipofilik
- One arm-heart brain circulation time
- Onset cepat 15-30 detik
- Durasi singkat, cepat didistribusi dari otak
ke jaringan less well perfused (lemak,otot)
Obat sedasi-induksi

- Ekskresi obat lebih melalui metabolisme


hepatik daripada melalui ginjal
- Dosis pemberian berdasarkan BB ideal
dalam kg
- Geriatri → lemak berkurang → volume
distribusi meningkat → peningkatan durasi
kerja, efek depresi nafas & hemodinamik
lebih besar → dosis induksi dikurangi
Jenis obat sedasi-induksi

- Sodium tiopental (pentotal)


- Benzodiazepin (midazolam, diazepam)
- Propofol
- Ketamin
- Etomidat
Sodium tiopental (pentotal)

- Dosis induksi 3-6mg/kgbb


- Onset <30 detik
- Waktu paruh 2-4 menit
- Durasi kerja 5-10 menit
- Bekerja pada reseptor GABA,
meningkatkan aktivitas inhibisi, membuka
kanal klorida → hiperpolarisasi →
menurunkan eksitasi sel saraf

Anda mungkin juga menyukai