INTRAVENA PADA
SYOK HIPOVOLEMIK
Efek kardiovaskuler :
Dua respon primer : HR & vasokonstriksi
perifer (dimediasi oleh Sistem saraf simpatis)
Response neuroendokrin angiotensin and
vasopressin, pengeluaran adrenergic
Efek Metabolik
oxygen tidak tersedia, ATP is generated
melalui glycolysis anaerob jumlah ATP
yang lebih kecil untuk sejumlah glucose yang
dikonsumsi, menghasilkan asam
laktatacidosis ischemia
Efek Neuroendokrin :
Pengeluaran adrenergic & sekresi vasopressin dan
angiotensin vasokonstriksi, translokasi cairan dr
interstitium ke ruang vascular, & mempertahankan CO
Sekresi aldosterone & vasopressin—retensi ginjal thd
garam dan air utk meningkatkan volume darah
sirkulasi.
Sekresi epinefrine, kortisol, and glukagon—
konsentrasi glukosa ekstraseluler dan menghasilkan
tersedianya energy utk metab cellular, Serum insulin .
Endorphinsdeep breathing,venous return mll
resistensi vascular intrarhorakal. Efek vasodilatasi
melawan pengaruh simpatis
Efek Ginjal
Blood flow tekanan filtrasi glomerulus
Efek Gastrointestinal
Hypotensi me splanchnic blood flow.
Animal models pe tekanan oksigen jaringan usus
sindrom ischemia-reperfusion atau translokasi bakteri
intestinal
Tabel.
**The rate of DO2 associated with the initial
decline in VO2 is defined as the critical DO2 (DO2crit)
PRINSIP-PRINSIP PENGGANTIAN
VOLUME
Memperbaiki volume darah sirkulasi dan
perfusi organ
RESUSITASI CAIRAN PADA
SYOK HIPOVOLEMIA
Tipe Cairan untuk Resusitasi
Kristaloid:
Hipotonik
Isotonik
Hipertonik
Koloid :
Derivatprotein plasma
semisintetik
Kristaloid
BM < 30.000 D, bentuk ion (misal , Na+
dan Cl-), nonion (misal, manitol).
Tekanan onkotik rendah.
Efek mengisi ruang interstisial
Relatif murah, tersedia dimana-mana
Mudah melewati membrane mikrovaskular
Cairan hipotonik (NaCl 0,45%; DW5%):
Konsentrasi partikel dlm lar < dibandingkan
intrasel
Cairan dr ekstrasel masuk intrasel dan
menyebabkan edema
Cairan isotonik (NaCl 0,9%; RL, Asering):
Konsentrasi partikel dlm lar = konsentrasi
partikel intrasel
Tidak ada pergerakan cairan mll membran yg
semipermeabel
Cairan hipertonik :
Konsentrasi partikel dlm lar > di intrasel
Air dr intrasel akan keluar, sel akan
mengkerut
Pada resusitasi, dibutuhkan pemberian 3-
4x defisit vaskuler untuk distribusi ke
ruang intra dan ekstravaskuler terjadi
dalam 30 menit setelah cairan diberikan.
Dalam 2 jam, <20% cairan yang
diinfuskan bertahan di intravaskular.
Koloid
BM tinggi
tahan lama di intravascular, dengan
menghasilkan tekanan onkotik
Macam :
derivat protein plasma (albumin, FFP),
koloid semisintetik (dekstrose, starch/kanji,
dan gelatin)
HES 10% Modified fluid Polygeline
Whole Blood Electrolyt solution Plasma protein fraction dextran High MW gelatin
Perioperatif fluid therapy
Efek Samping
Reaksi alergi
Penggunaan kristaloid – tidak ada efek alergi
Reaksi anafilaksi : dextran, gelatin
Profil koagulasi
Kristaloid – efek hemodilusi
Albumin – efek <<<
Dextran, HES
Gelatin (-)
Edema jaringan
Kristaloid >> menurunkan TOK edema
Fungsi ginjal
Kristaloidtidak punya efek negatif
Pada defisit cairan yang besar, filtrasi
glomerulus terhadap koloid hiperonkotik
(dextran, HES 10%, albumin 20 atau 25%)
menyebabkan urin hiperviskositas dan stasis
pada aliran tubular obstruksi lumen tubulus.
Akumulasi dan pembatasan dosis
Pada penggunaann koloid sintetik
Pembatasan dosis dextran (±2500 ml/hr) terkait dg
komplikasi perdarahan yang berat
Fungsi imun
RLmenyebabkan ledakan aktivitas netrofil
dibandingkan resusitasi dengan darah atau HS.
HES dpt menghambat aktivasi endotelial yang
menyebabkan kerusakan pada integritas endotel
memperbaiki kebocoran kapiler akibat inflamasi
Comparison blood
Haemaccel
solutions fraction
Dextran 40 HES 6%
pH 7,3 - 7,4 7,3 (+/- 0,3) 5,5 - 6,5 6,7 -7,3 4,5 - 5,7 3,5 - 6,0
bufferi capacity
Oncotic Iso-oncotic Iso-oncotic Non-oncotic Iso-oncotic Hyper-oncotic Hyper-oncotic
pressure
Intravascular / Restored / Restored Tissue Restored / Tissue Tissue
interstitial Maintained oedema Maintained dehydration dehydration
fluid balance
Cardiovascular Unlikely Unlikely Unlikely Unlikely Risk increased Risk increased
overload by volume by volume
expand effect expand effect
Plasma half life varies 4-6 hours very short 5-10 days 10 hours 12 hours
/ from few (min rather
volume effect hours than hours)
to svrl
days
Effect on renal usually not improved in not impaired renal renal function use with
function impaired shock but risk of function may be caution in
oedema maintained impaired renal
impairment
Effect on Possible Dilution only Dilution only Dilution only Alters platelet Dilutional
coagulation (factor function and effects on
and activation) coagulation coagulation
haemostasis fact Dilution mech and CT
effect
Effect on blood Usually None None None Possible Possible
typi and cross- none
Fluid Challenge
merupakan perangkat pilihan pada diagnosis
dan terapi hipovolemia.
Perubahan dalam variabel fisiologis sebelum
dan sesudah pemberian “fluid volume challenge”
dapat digunakan untuk menilai status volume.
Bolus intravena cairan kristaloid atau koloid (250
s/d 500 ml) diberikan secara cepat dalam waktu
15 menit, kemudian dinilai perubahan variable
hemodinamiknya.
Larutan Hipertonis
Mengandung molekul-molekul kecil, dapat
melewati membrane kapiler secara bebas
pada semua organ, kecuali jar otak normal
menginduksi perpindahan cairan dari intra-
ke ekstraseluler.
Kegunaan : menambah volume plasma
atau untuk mengurangi edema otak.
manitol, urea, dan hypertonic saline
Efek : meningkatkan diuresis, menambah CO,
me kontraktilitas jantung, vasodilatasi perifer
langsung
Penambahan koloid memperluas dan
mempertahankan volume plasma
Kinetik volume : HS – 4x lebih tinggi
Dibandingkan
HSD – 7x lebih tinggi NaCl 0,9% atau RL
Onset yang cepat untuk menambah volume
Efek samping :
Dosis & kec pemberian – dosis 4 ml/kg
diberikan secara lambat (5-10 menit) dapat
menghindari iritasi pemb darah perifer,
hipernatremia dan sekuele neurologis
Hipernatremi
Anafilaksis – terkait dg kandungan dextran
dalam HSD. Pemberian HHS pd pasien
trauma relatif aman.
Efek samping lain : sensasi panas dan
kompresi pd daerah sekitar infusan – terkait
dg osmolalitas yang tinggi
Kesimpulan
Syok hipovolemi terjadi sebagai akibat menurunnya volume
intravaskuler, dengan penyebab terbanyak adalah perdarahan
akibat trauma.
Hipovolemia berdampak terhadap penurunan volume sirkulasi yang
dapat menginduksi vasokonstriksi perifer dan melemahkan
mikrosirkulasi yang meningkatkan pengeluaran katekolamin, dan
berperan dalam terjadinya kegagalan organ multipel (multiple organ
failure).
Pada hipovolemik, ketersediaan volume yang adekuat merupakan
prinsip dasar untuk mencegah syok yang tidak terkompensasi dan
irreversibel.
Resusitasi cairan dengan kristaloid secara farmakoekonomik relatif
lebih murah dan mudah didapat, namun dapat memberikan risiko
asidosis metabolik. Pemberian yang berlebihan dapat menyebabkan
edema yang menyeluruh.
Koloid cenderung bertahan di dalam ruang intravaskuler
lebih lama daripada kristaloid sehingga memberikan
resusitasi lebih efisien dibanding kristaloid, namun lebih
mahal serta memberikan efek samping lebih banyak.
“Small volume resuscitation” dengan larutan hipertonik
dapat menjanjikan onset yang cepat untuk menambah
volume intravaskuler, meningkatkan diuresis, menambah
cardiac output, meningkatkan kontraktilitas jantung dan
vasodilatasi perifer secara langsung.
Belum ada konsensus mengenai penanganan optimal
pada pasien hipovolemik. Masih terdapat kontroversi
terkait dengan cairan yang sesuai dalam resusitasi
hipovolemik.