Anda di halaman 1dari 1

TANDA KARDINAL ASFIKSIA PADA KASUS GANTUNG DIRI

Bunuh diri merupakan fenomena yang terus meningkat dan hingga kini belum dapat
dipahami secara pasti penyebab munculnya tindakan bunuh diri oleh seseorang. Bunuh diri
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius dan saat ini menjadi perhatian global.
Bunuh diri merupakan penyebab kedua tertinggi kematian individu dengan rentang usia 15-
29 tahun dan 79% terjadi di negara berpendapatan rendah dan menengah

Berdasarkan WHO Global Health Estimates, estimasi jumlah kematian akibat bunuh diri di
seluruh dunia adalah sejumlah 793.000 kematian pada tahun 2016 atau 10,6 kematian per
100.000 penduduk atau kematian tiap 40 detik. Bunuh diri merupakan penyebab dari 1,4%
kematian seluruh dunia dan merupakan ranking ke-18 penyebab kematian terbanyak.

Menurut data dari Sample Registration System (SRS), Di Indonesia sendiri pada tahun 2018
diperkirakan jumlah kematian akibat bunuh diri sekitar 1.800 kasus per tahun. Kematian
akibat bunuh diri banyak terjadi pada usia muda dan produktif, yaitu 46% pada usia 25-49
tahun , dan 75% pada usia produktif (15-64 tahun). Cara bunuh diri terbanyak adalah dengan
gantung diri sebessar 60,9%.

Salah satu cara bunuh diri adalah mati gantung diri (hanging). Hanging adalah bentuk
kematian akibat pencekikan dengan alat jerat, gaya yang bekerja pada leher berasal dari
hambatan gravitasi berat tubuh atau bagian tubuh sehingga menimbulkan asfiksia lalu
kematian.

Kematian pada gantung diri paling sering disebabkan oleh asfiksia. Asfiksia
merupakan penyebab kematian terbanyak yang ditemukan dalam kasus kedokteran
forensik. Umumnya urutan ke-3 sesudah kecelakaan lalu lintas dan trauma mekanik.
Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara
pernapasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan
karbon dioksida (hiperkapnea). Dengan demikian organ tubuh mengalami kekurangan
oksigen (hipoksia hipoksik) dan terjadi kematian. Tanda kardinal asfiksia yang sering
ditemukan pada kasus kematian gantung diri meliputi sianosis, kongesti, edema, tetap cairnya
darah, dan perdarahan berbintik (petechial haemorraghes).

Anda mungkin juga menyukai