b) Leukopenia d) Hiperurisemia
e) Lain-lain
(Permono, 2005).
Profil Pasien
NAMA/ USIA An. F/ 13 tahun (BB = 54 kg, TB = 155cm
ALAMAT -
STATUS PASIEN -
Catatan Perkembangan Pasien
Tanggal Perkembangan pasien (Subjective + Objective
RR 20 – 30x/ menit 24 22 24 22
Data Laboratorium
Data Nilai Normal 21/9/2020 Data Nilai Normal 21/9/2020
Laboratorium H1 Laboratorium H1
PLT 150 - 450. 10³ 152. 10³ Albumin 3,7 - 5,0 4,0
Ca 8,8 - 10,6 mg/dL 8,9 Asam Urat 2,0 - 5,0 mg/dL 6,5
Vincristin IV 2mg ✓
Daunorubisin IV 45 mg ✓
L-asparaginase IV 11.250 IU ✓ ✓
Ondansentron IV 3 x 4mg ✓ ✓
Multivitamin PO 1x1 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Sukralfat PO 3 x 2 cth ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Allupurinol PO 2 x 270mg ✓ ✓ ✓
Ondansetron 0.15 3 x 4 mg -Indikasi: Pencegahan mual dan muntah Tidak terdapat -Monitoring Efektifitas:
iv mg/kg/dose terkait dengan kemoterapi kanker interaksi yang Dapat dilihat dengan tidak
diberikan 30 emetogenik sedang (DIH ed 17). spesifik antara adanya kejadian mual dan
menit -Mekanisme Obat: Mekanisme Aksi ondansetron muntah pada pasien
sebelum Antagonis reseptor 5-HT3 selektif, dengan pengobatan setelah kemoterapi.
kemoterapi, memblokir serotonin, baik secara perifer kemoterapi (DIH -Monitoring Efek
4 dan 8 jam, pada terminal saraf vagal dan secara terpusat ed 17). Samping:
atau tiap 12 di zona pemicu kemoreseptor (DIH ed. 17). Sakit kepala, pusing,
jam (DIH ed -DRP: Underdose konstipasi (DIH ed 17)
17; POGO, Pasien mendapatkan terapi Ondansetron
2012). dengan regimen dosis 3 x 4 mg pada tanggal
23/9-24/9 (hari kemoterapi). Berdasarkan
literatur, dosis ondansetron iv untuk
pencegahan mual muntah terkait terapi
kemoterapi emetogenik sedang pada pasien
pediatri yaitu 0,15 mg/kg/dosis. Maka pada
pasien dengan BB 54 kg dosis ondansetron
yang di efektif untuk pasien yaitu 8,1
mg/dosis (DIH ed 17; POGO, 2012).
DIH, 2009
(POGO, 2012).
Tujuan Terapi
Nama Obat/
Dosis Dosis yang
Terapi yang Indikasi Mekanisme Kerja Obat, DRP Interaksi Monitoring
Pustaka Diberikan
Diberikan
Methotrexate + Methotrex Methotrexat -Indikasi : Sebagai CNS prophylaxis yaitu Tidak terdapat -Moitoring Efektifitas:
Dexamethason ate: 10-15 e 15 mg + terapi untuk mencegah penyakit sistem saraf interaksi yang Dapat dilihat dengan tidak
(I.T) mg Dexametha pusat atau kekambuhan/relapse (NCCN, spesifik antara adanya penyakit sistem
(Jimenez, sone 1 ml 2020). methotrexate dan saraf pusat dan
2017). (5 mg) -Mekanisme Obat: Membersihkan sel-sel dexamethasone kekambuhan kanker
Anak > 9 leukemia di dalam lokasi yang tidak dapat dengan pengobatan setelah remisi.
tahun : 15 diakses dengan sistemik kemoterapi karena kemoterapi (DIH
mg (WHO, adanya sawar darah-otak (Blood-brain ed 17). -Monitoring Efek
2008). barrier) (NCCN, 2020). Samping:
-DRP: Tidak ada DRP (Terapi diberikan Methotrexate :
Dexameth sesuai plan) Mukositosis, nefrotoksik,
asone: 5 Terapi Methotrexate 15 mg + hepatotoksik, dan
mg Dexamethasone 1 ml (5 mg) diberikan pada ensefalopati (Cooper dan
(Jimenez, tanggal 23/9. Patrick, 2015).
2017). Profilaksis CNS diberikan pada pasien di Dexamethasone :
setiap fase terapi ALL dari induksi, hipertensi, hiperglikemi
konsolidasi dan fase pemeliharaan (NCCN, (DIH ed 17)
2020).
(WHO, 2008).
(NCCN, 2020).
(Jimenez, 2017).
Tujuan Terapi
Nama Obat/ Dosis
Dosis
Terapi yang yang Indikasi Mekanisme Kerja Obat, DRP Interaksi Monitoring
Pustaka
Diberikan Diberikan
Dexamethasone 6 mg/m2 10-6-2 tab -Indikasi : Digunakan pada terapi Acute Tidak terdapat -Moitoring Efektifitas:
P.O /hari (0.5mg) Lymphoblastic Leukemia (ALL) (NCCN, interaksi yang Keberhasilan kemoterapi,
(Widjayanto 2020). Membunuh lymphoblast dan spesifik antara dilihat dari hasil remisi sel
et al, 2017) menurunkan kejadian yang melibatkan dexamethasone kanker : monitoring sel
sistem saraf pusat (Widjayanto et al, 2017). dengan pengobatan leukemik blast < 5% di
-Mekanisme Obat: Dexamethasone kemoterapi (DIH bone marrow, bebas dari
membunuh sel lymphoid leukemia dengan ed 17). leukemik blast di cairan
aktivasi autofagi yang kemudian mengarah serebrospinal leukosit
kepada disfungsi dan selanjutnya dalam batas normal dan
menyebabkan apoptosis/kematian sel tidak ada tanda gejala
(Laane, et al, 2009). ALL (PAAL, 2008).
-DRP: Tidak ada DRP (Terapi diberikan
sesuai plan) -Monitoring Efek
Samping:
Infeksi oral candida,
hiperglikemi, gangguan
tidur (Fletcher & Murray,
2009; DIH ed 17)
(Widjayanto et al, 2017)
Daunorubicin 30 mg/m2 Intra Vena -Indikasi: Digunakan pada terapi acute Tidak terdapat -Moitoring Efektifitas:
45 mg lymphocytic (ALL) and nonlymphocytic interaksi antara Keberhasilan kemoterapi,
pada hari (ANLL) leukemias (DIH ed 17). dilihat dari hasil remisi sel
ke-1 setiap Daunorubicin
-Mekanisme Obat: Mekanisme Kerja kanker : monitoring sel
Penghambatan sintesis DNA dan RNA dengan pengobatan leukemik blast < 5% di
minggu
dengan interkalasi antara pasangan basa kemoterapi lainnya bone marrow, bebas dari
hingga 4-6
DNA dan dengan obstruksi sterik. (DIH ed 17). leukemik blast di cairan
siklus Daunomycin menyela pada titik-titik serebrospinal leukosit
(Widjayanto pelepasan lokal dari heliks ganda. Meskipun dalam batas normal dan
et al, 2017) mekanisme pastinya tidak jelas, namun tidak ada tanda gejala
tampaknya pengikatan langsung ke DNA ALL (PAAL, 2008).
(interkalasi) dan penghambatan perbaikan -Monitoring Efek
DNA (penghambatan topoisomerase II) Samping:
mengakibatkan blokade sintesis DNA dan Kardiotoksisitas, warna
RNA serta fragmentasi DNA (DIH ed 17). urin menjadi merah, mual
-DRP: tidak terdapat DRP (terapi muntah ringan,
diberikan sesuai plan) trombositopenia , anemia
Terapi daunorubicin dapat diberikan pada (Cooper & Patrick, 2015;
fase induksi minggu ke-4 45 mg i.v. DIH ed. 17)
.
Tujuan Terapi
Nama Obat/
Dosis Dosis yang
Terapi yang Indikasi Mekanisme Kerja Obat, DRP Interaksi Monitoring
Pustaka Diberikan
Diberikan
L- 6000 IV 11.250 -Indikasi: Terapi pada acute lymphocytic Tidak terdapat -Moitoring Efektifitas:
asparaginase units/m2/dos IU leukemia (ALL) (DIH ed 17). interaksi antara L- Keberhasilan kemoterapi,
e3 -Mekanisme Obat: Mekanisme Aksi Asparaginase dilihat dari hasil remisi sel
Asparaginase menghambat sintesis protein dengan pengobatan kanker : monitoring sel
kali/minggu dengan menghidrolisis asparagin menjadi kemoterapi lainnya leukemik blast < 5% di
untuk 6-9 asam aspartat dan amonia. Sel leukemia, (DIH ed 17). bone marrow, bebas dari
dosis atau terutama limfoblas, membutuhkan asparagin leukemik blast di cairan
1000 eksogen; sel normal dapat mensintesis serebrospinal leukosit
units/kg/hari asparagine. Asparaginase adalah siklus dalam batas normal dan
untuk 10 hari khusus untuk fase G1 (DIH ed 17). tidak ada tanda gejala
-DRP: Overdose ALL (PAAL, 2008).
(DIH ed 17).
Pasien mendapatkan terapi L-asparaginase
11.250 IU/doses dan diberikan 2 hari pada -Monitoring Efek
tanggal 23/9-24/9. Sedangkan berdasarkan Samping:
dosis pustaka (DIH ed 17) 6000 unit/m2/dosis Hipersensitivitas,
dengan BSA pasien 1,5 m2 maka dosis L- pancreatitis, reaksi alergi,
asparaginase yang seharusnya diberikan trombosis (Cooper &
adalah 9.000 IU/dosis Patrick, 2015; DIH ed.
17)
Dosis L-asparaginase (DIH, 2009)
(Widjayanto et al, 2017)
(PAAL, 2008).
Tujuan Terapi
Nama Obat/
Dosis Dosis yang
Terapi yang Indikasi Mekanisme Kerja Obat, DRP Interaksi Monitoring
Pustaka Diberikan
Diberikan
Asam Folat PO: 0,4 1x1 po -Indikasi: Treatnent untuk pasien anemia Tidak terdapat -Moitoring Efektifitas:
macrositik/ megaloblastic (DIH 17th ed) interaksi antara Pemantauan kadar Hb dan
mg/hari -Mekanisme Obat: Asam Folat dengan kondisi fisik pasien yang
(DIH 17th Pembentukan sejumlah koenzim dalam obat kemotreapi tidak mengalami tanda-
Ed) banyak sistem metabolisme, terutama untuk lain (DIH 17th tanda anemia lagi
sintesis purin dan pirimidin; diperlukan ed). -Monitoring Efek
untuk sintesis nukleoprotein dan Samping:
pemeliharaan pada eritropoiesis; merangsang Malaise, reaksi alergi
produksi leukosit dan trombosit pada anemia (DIH 17th ed).
defisiensi folat (DIH 17th Ed).
-DRP: tidak terdapat DRP (terapi
diberikan sesuai plan)
.
Tujuan Terapi
Nama Obat/
Dosis Dosis yang
Terapi yang Indikasi Mekanisme Kerja Obat, DRP Interaksi Monitoring
Pustaka Diberikan
Diberikan
.
Tujuan Terapi
Nama Obat/
Dosis Dosis yang
Terapi yang Indikasi Mekanisme Kerja Obat, DRP Interaksi Monitoring
Pustaka Diberikan
Diberikan
.
Tujuan Terapi
Nama Obat/
Dosis Dosis yang
Terapi yang Indikasi Mekanisme Kerja Obat, DRP Interaksi Monitoring
Pustaka Diberikan
Diberikan
.
Tujuan Terapi
Nama
Obat/ Dosis Dosis yang Indikasi Mekanisme Kerja Obat,
Interaksi Monitoring
Terapi yang Pustaka Diberikan DRP
Diberikan
Infus Tersedia 500 cc/hari -Indikasi: Sebagai sumber air, Tidak terdapat -Moitoring Efektifitas:
Dextrose dalam sediaan elektrolit, dan kalori untuk menjaga interaksi yang spesifik Dapat dimonitoring
5% + NS 250 ml, 500 keseimbangan cairan dan elektrolit antara Infus Dextrose melalui hasil pemeriksaan
0,9% ml, dan 1000 pasien (USP, 2006). 5% + NS 0,9% dengan nilai elektrolit dan
ml (USP, -Mekanisme Obat: Kompensasi pengobatan keadaan pasien yang tidak
2006) fisiologis yang tidak memadai (cairan, kemoterapi menunjukkan tanda-tanda
elektrolit, dan kalori) untuk melindungi kekurangan cairan.
fungsi fisiologis tubuh (Alfanti et al.,
2012). -Monitoring Efek
-DRP: tidak terdapat DRP (terapi Samping:
diberikan sesuai plan) Respon demam, infeksi
Terapi Infus Dextrose 5% + NS 0,9% ditempat suntikan,
500 cc/hari tetap diberikan trombosis vena,
hipervolemia (USP, 2006)
Problem Medis-ANEMIA
Problem Medis - Anemia
Packed Red 4 mL/kgBB 1 x 300 cc -Indikasi: untuk mencapai peningkatan yang Tidak terdapat -Moitoring Efektifitas:
Cell (PRC) Sementara cepat dalam pasokan oksigen ke jaringan, bila interaksi yang Dapat dilihat dengan
kebutuhan kepekatan Hb rendah dan/ atau kemampuan spesifik antara adanya kenaikan nilai Hb
perhari adalah membawa oksigen berkurang (Liumbruno, et PRC dengan pasien hingga tercapai
10-15 al., 2009). pengobatan nilai normal (13 g/dL)
mL/kgBB -Mekanisme Obat: Kompensasi fisiologis kemoterapi. -Monitoring Efek
(Wahidiyat yang tidak memadai (sel darah merah) Namun dengan Samping:
dan Adnani, (Liumbruno, et al., 2009). pemberian PRC Demam dengan suhu 38C
2016). -DRP: Underdose untuk memenuhi atau kenaikan suhu 1-2C
Pasien mendapatkan terapi PRC 1 x 300 cc nilai Hb dari suhu tubuh pra-
pada tgl 22/9. Namun berdasarkan literatur diharapkan transfusi, menggigil, nyeri
untuk meningkatkan Hb sebanyak 1 gr/dL dapat otot, mual muntah, reaksi
diperlukan PRC 4 mL/kgBB. Pasien memiliki memaksimalkan alergi pembengkakan
BB 54 kg dengan nilai Hb 8,6 g/dL. Maka efektifitas dibawah kulit, ruam,
untuk mencapai Hb normal 13 g/dL seharusnya kemoterapi mengi, sesak napas
pasien mendapatkan terapi PRC sebanyak PRC (Liem et al., (Wahidiyat dan Adnani,
= [(13 - 8,6) x 54 x 4] = 950,4 mL (Wahidiyat dan 2019) 2016).
Adnani, 2016).
Transfusi PRC merupakan terapi standar untuk penatalaksanaan anemia pada
pasien anak dengan keganasan darah. Pasien pada kasus ini merupkana pasien
anak dengan keganasan darah atau ALL. Maka pemberian terapi PRC sudah
tepat.
Dosis pemberian PRC pada anak 4 mL/kgBB dapat meningkatan kadar HB sekitar
1 g/dl. Rumus untuk menghitung kebutuhan PRC = [DHB (target Hb - Hb saat ini)
x BB x 4]. Sementara kebutuhan perhari adalah 10-15 mL/kg/BB/hari (Wahidiyat
dan Adnani, 2016).
DRP
1. ALL - Underdose: Pasien mendapatkan terapi Ondansetron dengan regimen dosis 3 x 4 mg pada tanggal 23/9-24/9 (hari
kemoterapi). Berdasarkan literatur, dosis ondansetron iv untuk pencegahan mual muntah terkait terapi kemoterapi
emetogenik sedang pada pasien pediatri yaitu 0,15 mg/kg/dosis. Maka pada pasien dengan BB 54 kg dosis ondansetron
yang di efektif untuk pasien yaitu 8,1 mg/dosis (DIH ed 17; POGO, 2012).
2. ALL - Overdose: Pasien mendapatkan terapi L-asparaginase 11.250 IU/doses dan diberikan 2 hari pada tanggal 23/9-
24/9. Sedangkan berdasarkan Drug Information Handbook edisi 17, dosis L-asparginase adalah 6000 unit/m2/dosis 3
kali/minggu untuk 6-9 dosis. Sedangkan pasien memiliki BSA 1,5 m2 maka dosis L-asparaginase yang seharusnya
diberikan adalah 9.000 IU/dosis.
3. Anemia - Underdose: Pasien mendapatkan terapi PRC 1 x 300 cc pada tanggal 22/09/2020. Namun berdasarkan
literatur untuk meningkatkan Hb sebanyak 1 gr/dL diperlukan PRC 4 mL/kgBB (Wahidiyat dan Adnani, 2016). Pasien
memiliki BB 54 kg dengan nilai Hb 8,6 g/dL. Maka untuk mencapai Hb normal 13 g/dL seharusnya pasien mendapatkan
terapi PRC sebanyak 950 mL.
Asuhan Kefarmasian
1. ALL : Menyarankan untuk pengoreksian dosis ondansetron dan L-asparaginase yang diberikan sesuai dengan kebutuhan
pasien. Terapi ondansetron pada tanggal 23/9-24/9 dengan BB pasien 54 kg yang diberikan yaitu 8,1 mg (DIH ed 17;
POGO, 2012). Terapi L-asparaginase yang diberikan 2 hari pada tanggal 23/9-24/9 dengan BSA pasien 1,5 m 2 adalah
9.000 IU/dosis (DIH ed 17)
2. Anemia: Menyarankan untuk meningkatkan pemberian PRC sesuai dengan kebutuhan pasien agar tercapainya nilai Hb
normal 13 g/dL yaitu dengan memberikan PRC sebanyak 950 mL. Transfusion rate pada anak adalah 5 mL/kgBB/jam
(Transfusion Handbook, 2020). Maka pada pasien ini maksimal dapat diberikan 270 mL/jam. Sehingga pemberiannya
dapat dijeda yaitu diberikan sebanyak 475 mL pada tanggal 21/09/2020 (hari pertama saat MRS) kemudian dilanjutkan
475 mL pada tanggal 22/09/2020 (hari kedua di RS). Dengan harapan nilai Hb pasien telah mencapai normal sebelum
kemudian dilakukan kemoterapi. PRC pada anak dapat diberikan 10-15 mL/kgBB/hari (sitasi). Sehingga jika
berdasarkan perhitungan, pada kasus ini PRC yang dapat diberikan adalah 540-810 mL/hari. Maka rencana pemberian
PRC 475 mL per hari dapat diberikan pada pasien ini
Kesimpulan
Berdasarkan analisis kasus, dapat ditarik kesimpulan bahwa terapi yang diberikan
pada pasien telah sesuai kebutuhan yaitu pasien LLA pediatrik memerlukan terapi Infus
Dextrose+NS iv 500 cc/hari, Vincristine iv 2 mg, I.T methotrexate 15 mg+dexametason 1
ml, Daunorubisin iv 45 mg, Dexametason PO 10-6-2 tab 0,5 mg, Multivitamin PO,
Sukralfat, Allupurinol 2x270 mg, Ondansentron IV dan L-asparaginase IV serta transfusi
PRC. namun ada beberapa terapi yang belum sesuai (terkait dosis) yaitu Ondansentron
IV seharusnya diberikan 8,1 mg/dosis, L-asparaginase IV 9.000 unit/dosis dan pasien
seharusnya menerima transfusi PRC sebanyak 950 ml.
Daftar Pustaka
Aberg, J.A., Lacy,C.F, Amstrong, L.L, Goldman, M.P, and Lance, L.L., 2009, Drug Information Handbook, 17th edition, Lexi-Comp for the American Pharmacists
Association.
Alfanti, E.F., Budiono, U., dan Arifin, J., 2012, Pengaruh Infus Dekstrosa 2,5% NaCl 0,45% Terhadap Kadar Glukosa Darah Perioperatif pada Pasien Pediatri,
Jurnal Anestesiologi Indonesia, Vol IV(2): 84-94.
Below, J., dan Joe, M.Da, 2020, Vincristine, Slidell Memorial Hospital National Hospital for Neurology and Neurosurgery, Queen Square, London
Cooper, S.L., dan Patrick, A.B, 2015, Treatment of Pediatric Acute Lymphoblastic Leukemia, Pediatr Clin North Am, 62(1): 61–73.
Fletcher, Dr. & Dr A Murray., 2009, GUIDELINES FOR USE OF STEROIDS IN CANCER PATIENTS, Wigan and Leigh Hospice.
Jiménez, Raquel Olmos., Alberto Espuny-Miró, Carlos Cárceles-Rodríguez and María Sacramentoj, Díaz-Carrasco, 2017, Practical aspects of the use of intrathecal
chemotherapy, Farm Hosp. 41(1): 105-129
Laane, E, et al., 2009, Cell death induced by dexamethasone in lymphoid leukemia is mediated through initiation of autophagy, Cell Death and Differentiation,
Vol(16); 1018–1029Leukimia and Lymphoma Society. 2018. Acute Lymphoblasty Leukemia. AMGER: New York.
Liem, E. F., Mantik, M. dan Rampengan, N., 2019, Hubungan Kadar Henoglobin dan Tercapainya Remisi Pada Anak Penderita Leukemia Akut, Jurnal Medika Dan
Rehabilitas (JMR), Vol. 1 (3) : 1-7.
Liumbruno, G., Bennardello, F., Lattanzi, A., Piccoli, P. and Rossetti, G., 2009, Recommendations for the Transfusion of Red Blood Cells, Blood Transfuse, (7) :49 –
64.
NCCN, 2020, Pediatric Acute Lymphoblastic Leukemia, Version 2.2020, J.NCCN CLINICAL PRACTICE GUIDELINES IN ONCOLOGY, Volume 18 (1); 81-111
Permono, Bambang. 2005. Leukemia Akut dalam Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Transfusion Handbook, 2020, Transfusion of
Infants and Children.
POGO, 2012, Guideline for the Prevention of Acute Nausea and Vomiting due to Antineoplastic Medication in Pediatric Cancer Patients, The Pediatric Oncology
Group of Ontario (POGO), Toronto, Canada
Wahidiyat, P.A dan Adnani, N, B., 2016, Transfusi Rasional pada Anak, Sari Pediatri, Vol 18 (4): 325-331
Widjajanto, Pudjo, Eddy Supriyadi, Ignatius Purwanto, Jacqueline Cloos, Peter M. vdVen, Sutaryo, Anjo JP. Veerman, 2017, Dexamethasone versus Prednisone in
Childhood Acute Lymphoblastic Leukemia Treatment: Results of the Indonesian Randomized Trial, Journal of Cancer Therapy, Vol(8); 735-750