Kolesistitis + Kolelithiasis
RPS : Pasien datang karena mengeluh adanya nyeri pada perut atas sebelah kanan, nyeri sudah
berlangsung selama satu minggu, nyeri terus menerus dan semakin nyeri saat pasien menarik nafas, pasien
merasakan keluhan tidak membaik, 2 hari SMRS pasien sempat berobat ke RS tetapi dipulangkan dengan
obat-obatan asam lambung, tetapi ketika diberikan obat-obatan tersebut keluhan pasien tidak berkurang, nyeri
juga di sertai adanya demam selama seminggu terakhir, demam terus menerus, dan hanya turun saat
diberikan obat penurun demam yang dibeli di apotik, pasien juga mengeluhkan sesak nafas sejak 1 minggu
SMRS, sesak saat tidur berbaring tetapi ketika duduk sesak berkurang.
GDS 95 <200
Kesadaran: CM Kesadaran: CM
TD: 130/70 mmHg TD: 130/80 mmHg
N: 80x/mnt N: 93x/mnt
RR: 20 x/mnt RR: 20 x/mnt
Follow Up Objective
T: 36.9 C
SpO2: 98% tanpa suplemen O2
T: 36,5 C
SpO2: 98% tanpa suplemen O2
K/L: konj anemis (-/-), sklera ikterik (-) K/L: K/L: konj anemis (-/-), sklera ikterik (-)
Abd: BU (+), supel, nyeri tekan (+) ar Hipokondria Abd: BU (+), supel, nyeri tekan (<) ar Hipokondria
dextra et epigastrium, massa (-) dextra et epigastrium, massa (-)
hepatosplenomegali (-) hepatosplenomegali (-)
Kesadaran: CM Kesadaran: CM
TD: 120/70 mmHg TD: 125/70 mmHg
N: 75x/mnt N: 80x/mnt
RR: 20 x/mnt RR: 20 x/mnt
Objective T: 37.3 C T: 36,9 C
Follow Up SpO2: 98% tanpa suplemen O2
K/L: konj anemis (-/-), sklera ikterik (-)
SpO2: 99% tanpa suplemen O2
K/L: K/L: konj anemis (-/-), sklera ikterik (-)
Abd: BU (+), supel, nyeri tekan (<<) ar Hipokondria Abd: BU (+), supel, nyeri tekan (<<<) ar Hipokondria
dextra et epigastrium, massa (-) hepatosplenomegali (-) dextra et epigastrium, massa (-) hepatosplenomegali (-)
Kesadaran: CM
TD: 100/50 mmHg
N: 92x/mnt
RR: 20 x/mnt
Follow Up Objective
T: 36.8 C
SpO2: 98% tanpa suplemen O2
K/L: konj anemis (-/-), sklera ikterik (-)
Abd: BU (+), supel, nyeri tekan (<<) ar Hipokondria
dextra et epigastrium, massa (-)
hepatosplenomegali (-)
● Kolesistitis kalkulus
Kolesistitis kalkulus adalah jenis kolesistitis akut yang paling umum, dan biasanya kurang serius. Ini
menyumbang sekitar 95% dari semua kasus. Kolesistitis kalkulus berkembang ketika lubang utama ke
kantong empedu, duktus sistikus, tersumbat oleh batu empedu atau zat yang dikenal sebagai lumpur
empedu.
● Kolesistitis akalkulus
Kolesistitis akalkulus adalah jenis kolesistitis akut yang kurang umum, tetapi biasanya lebih serius.
Biasanya berkembang sebagai komplikasi penyakit serius, infeksi atau cedera yang merusak kantong
empedu. Kolesistitis akalkulus dapat disebabkan oleh kerusakan kandung empedu yang tidak
disengaja selama operasi besar, cedera serius atau luka bakar, sepsis, malnutrisi parah, atau HIV/AIDS.
Burmeister G,Hinz S,Schafmayer C, [Acute Cholecystitis]. Zentralblatt fur Chirurgie. 2018 Aug
Etiologi dan Epidemiologi
1. Adanya sumbatan oleh batu empedu
2. Infeksi bakteri
3. Tumor/massa pancreas atau hepar
4. Adanya Gallbladder Sludge
Diperkirakan 10% -20% orang Amerika memiliki batu empedu, dan sebanyak sepertiga dari orang-
orang ini menderita kolesistitis akut.
Berdasarkan Usia, semakin bertambah usia (>40 tahun) seseorang maka akan semakin tinggi
kemungkinan menderita batu empedu yang berimbas pada terjadinya kolesistitis
Berdasarkan Jenis Kelamin, Perempuan mempunyai 2-3 kali risiko terjadinya batu empedu yang
akan terjadi kolesistitis
Burmeister G,Hinz S,Schafmayer C, [Acute Cholecystitis]. Zentralblatt fur Chirurgie. 2018 Aug
Patofisiologi
Lebih dari 90% kasus kolesistitis akut diakibatkan oleh obstruksi duktus sistikus oleh batu empedu atau oleh cairan kental bilier yang
berdampak pada leher kandung empedu. Obstruksi duktus sistikus menyebabkan tekanan intraluminal di dalam kandung empedu
meningkat dan, bersama dengan empedu jenuh kolesterol, memicu respons inflamasi akut. Trauma yang disebabkan oleh batu empedu
merangsang sintesis prostaglandin I2 dan E2, yang memediasi respon inflamasi Infeksi bakteri sekunder dengan organisme enterik (paling
sering Escherichia coli, Klebsiella, dan Streptococcus faecalis) terjadi pada sekitar 20% kasus.
Huang J, Chang CH, Wang JL, et al. Nationwide epidemiological study of severe gallstone disease. BMC Gastroenterol. 2009 Aug 22. 9:63.
Diagnosis
Anamnesis : Adanya nyeri perut sebelah kanan atas (RUQ) nyeri dapat mulai dari epigastrium dan
berpindah ke RUQ walaupun pada teori disebutkan adanya nyeri kolik, tetapi nyeri dapat berubah
konstan pada semua kasus, demam, mual dan muntah
Huffman JL, Schenker S. Acute acalculous cholecystitis: a review. Clin Gastroenterol Hepatol. 2010 Jan. 8(1):15-
TOKYO GUILDLINE 2018
Grade III (dysfunction in ≥1 of the following):
Cardiovascular dysfunction: hypotension requiring treatment with dopamine ≥5 μg/kg per min or any dose of norepinephrine
Marked local inflammation (gangrenous cholecystitis, pericholecystic abscess, hepatic abscess, biliary peritonitis,
emphysematous cholecystitis)
Grade I
Acute cholecystitis does not meet the above criteria; no organ dysfunction and mild inflammatory changes in the gallbladder
Pemeriksaan Penunjang
● USG Abdomen sebagai pemeriksaan penunjang
terbaik untuk menentukan adanya inflamasi pada
gallbladder
● Laboratorium untuk melihat adanya peningkatan
leukosit yang berhubungan dengan adanya infeksi
bakteri
● CT adalah tes pencitraan sekunder yang dapat
mengidentifikasi gangguan ekstrabiliar dan
komplikasi kolesistitis akut.
Yarmish GM, Smith MP, Rosen MP, et al. ACR appropriateness criteria right upper quadrant pain. J Am Coll Radiol. 2014 Mar. 11(3):316-22.
Tatalaksana Medikamentosa
● Pada kolesistitis akut, pengobatan awal meliputi meistirahatkan peristaltic usus, hidrasi intravena,
koreksi kelainan elektrolit, analgesia, dan antibiotik intravena. Untuk kasus kolesistitis akut
ringan, terapi antibiotik dengan antibiotik spektrum luas tunggal sudah cukup.
● Emesis dapat diobati dengan antiemetik dan suction nasogastrik.
Yarmish GM, Smith MP, Rosen MP, et al. ACR appropriateness criteria right upper quadrant pain. J Am Coll Radiol. 2014 Mar. 11(3):316-22.
Pilihan Antibiotik berdasarkan Derajat Keparahan
Tatalaksana Non-Medikamentosa
● Operasi
Indikasi : Pembedahan tersebut diindikasikan jika kondisi pasien memburuk atau ketika terdapat
peritonitis atau kolesistitis emfisematous hadir. Hal ini menunjukkan gangren atau perforasi kantong
empedu
● Pertahankan berat badan yang sehat dengan terus makan dengan baik dan berolahraga. Pilih pola
makan yang sehat. Diet tinggi lemak dan rendah serat dapat meningkatkan risiko batu empedu.
Untuk menurunkan risiko Anda, pilih diet tinggi buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian
Nidimusili AJ, Alraies MC, Eisa N, Alraiyes AH, Shaheen K. Leukocytosis of unknown origin: gangrenous cholecystitis. Case Rep Med. 2013. 2013:418014
Komplikasi
● kematian jaringan kandung empedu (kolesistitis gangren) – yang dapat menyebabkan infeksi
serius yang dapat menyebar ke seluruh tubuh
● kandung empedu membelah terbuka (kandung empedu berlubang) – yang dapat menyebarkan
infeksi di dalam perut Anda (peritonitis) atau menyebabkan penumpukan nanah (abses)
ANAMNESI
S
Kasus Teori
Kasus Teori
Kasus Teori
Pada kolesistitis akut, pengobatan awal meliputi
Tatalaksana Sementara IGD :
meistirahatkan peristaltic usus, hidrasi
● IVFD NS 14 tpm
intravena, koreksi kelainan elektrolit, analgesia,
● Injeksi Ranitidin 50 mg/24 jam
dan antibiotik intravena. Untuk kasus kolesistitis
● Injeksi Antrain 1 gran/24 Jam
akut ringan, terapi antibiotik dengan antibiotik
Kasus Teori