Anda di halaman 1dari 22

MANAJEMEN KASUS

PREMATURE PRELABOUR RUPTURE OF MEMBRANES (PPROM) DAN


KANDIDIASIS VAGINALIS

Disusun untuk Memenuhi Syarat Kepaniteraan

Stase Ilmu Obstetri dan Ginekologi

RSUD dr. Soedono Madiun

Disusun Oleh:

Clarinta Belva Sabina

22712048

Pembimbing :

dr. Suwardi, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

RSUD dr. SOEDONO MADIUN

2022
MANAJEMEN KASUS

PREMATURE PRELABOUR RUPTURE OF MEMBRANES (PPROM) DAN


KANDIDIASIS VAGINALIS

Disusun untuk Memenuhi Syarat Kepaniteraan

Stase Ilmu Obstetri dan Ginekologi RSUD dr. Soedono Madiun

Oleh:

Clarinta Belva Sabina

22712048

Telah dipresentasikan tanggal :

24 Oktober 2022

Dokter Pembimbing DM RSUD Dr. Soedono Madiun

dr. Suwardi, Sp. OG Clarinta Belva Sabina


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SOEDONO

SMF OBSTETRI – GINEKOLOGI

Jl. Dr. Soetomo 59. Telp 0351 464326 pswt. 150

LAPORAN KASUS
No. Rekam Medis: 6854660

IDENTITAS
 Nama pasien : Ny. LI umur : 25 tahun
 Nama suami : Tn. MN umur : 29 tahun
 Agama : Islam
 Pendidikan istri : SMA
 Pendidikan suami : SMK
 Pekerjaan istri : Mahasiswi
 Pekerjaan suami : Bengkel
 Banyak/lama menikah: 1 kali / 9 bulan
 Alamat : Jl. Temugiring 07/02 Ngegong, Madiun

MASUK dan KELUAR RS


 Masuk : 13-10-2022 pukul 20.00 WIB
 Keluar : 16-10-2022 pukul 16.00 WIB
ANAMNESIS
 Keluhan utama:
Pasien mengeluhkan kencang-kencang dan ada cairan rembes sedikit.
 Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang sendiri dengan GIP0000 32/33 mgg THIU + Letak kepala +
riwayat KPP Preterm + TBJ terakhir 1484 g + Pasca maturasi paru. Keluhan
yang dirasakan sekarang adalah kencang-kencang sejak pukul 18.00, disertai
cairan yang masih rembes sedikit sejak KRS tanggal 08/10/2022. Pasien
memiliki riwayat MRS dengan KPP yang sudah membaik dan pasca maturasi
paru tanggal 05/10/2022-08/10/2022.
 Riwayat pernikahan:
Status : Menikah, sebanyak : 1 kali
Usia menikah : 24 tahun
Lama menikah : 9 bulan
 Riwayat Menstruasi:
HPHT : 01 Maret 2022
HPL : 08 Desember 2022
Usia kehamilan : 32/33 minggu
 Riwayat kontrasepsi sebelum hamil: -
 Riwayat Perawatan Antenatal:
BPM : 7 kali  KRR
Sp.OG : 1 kali  KRR
 Dokumentasi buku KIA:

 Riwayat USG:

 Riwayat persalinan yang lalu:


No. A/P/I/Ab/H BBL Cara Lahir Penolong L/P Umur H/M
1. Hamil ini
 Riwayat penyakit dahulu:
Riwayat hipertensi (-), DM (-), asma (-), alergi obat (-), penyakit jantung (-),
HIV (-).
Riwayat ketuban pecah prematur (KPP) preterm + pasca maturasi paru (MRS
05/10/2022-08/10/2022).
 Riwayat Persalinan sekarang:
Tgl. 13-10-2022 jam 18.00 his mulai
Tgl. 29-09-2022 jam 13.00 ketuban pecah
Tgl. (-) jam (-) keluar lendir darah

PEMERIKSAAN FISIK
Status Umum:

Keadaan umum : Baik


Kesadaran : Compos mentis, GCS E4V5M6
Vital sign :
TD : 110/70 mmHg RR : 20 x/menit
N : 95 x/menit S : 35,9 0C
Berat badan: 74 kg Tinggi Badan: 155 cm IMT: 30,8 kg/m2 (Obese kelas I)
Kepala leher : anemis (-), ikterik (-), sianosis (-), dispneu (-)
Cardiologi : S1S2 tunggal reguler
Respirasi : Suara dasar vesikuler (+)/(+), Ronkhi (-)/(-), Wheezing (-)/(-)
Abdomen : Soep (+), BU (+)
Ekstremitas : akral hangat (+)/(+), edem tungkai (-)/(-)
Status Obstetri
- Inspeksi
Abdomen membuncit memanjang, striae gravidarum (+), bekas operasi (-)
- Leopold I
Teraba bulat, keras, melenting, tinggi fundus uteri 22 cm
- Leopold II
Letak memanjang, sisi kanan ibu teraba datar seperti papan dan sebelah kiri
teraba bagian-bagian kecil
- Leopold III
Teraba bulat, lunak, dan tidak melenting
- Leopold IV
Konvergen  belum masuk pintu atas panggul (PAP)
- Gerak janin aktif
- DJJ: 144x/m
- His: 1 x 10” dalam 10 menit
- VT: Tidak ada pembukaan, eff (-), bagian terendah janin masih tinggi

PEMERIKSAAN PENUNJANG

 NST di RSUD dr. Soedono (13-10-2022 pukul 20.20 WIB)

Hasil NST reaktif kategori I


 Laboratorium darah di RSUD dr. Soedono (05-10-2022 pukul 22.53 WIB)
JENIS PEMERIKSAAN NILAI

HEMATOLOGI

Hb 10.1 g/dL*

Leukosit 8.25 x 103/µL

Trombosit 289 x 103/µL


Hematokrit 32.8 %*

Eritrosit 4.25 x 106/µL*

MCV 77.1 fL

MCH 23.8 pg*

MCHC 30.9 g/dl*

Eosinofil 0,3 %

Basofil 0,6%

Neutrofil 69.8 %*

Limfosit 23.0 %*

Monosit 6.3 %

NLR (Neutrofil Limfosit Ratio) 3.0

ALC (Absolut Limfosit Count) 1898

IMUNO-SEROLOGI

Anti HIV-1 Non Reaktif

HbsAg Rapid Negatif

DIAGNOSIS AWAL
GIP0000 32/33 mgg THIU + Letak kepala + riwayat KPP Preterm + TBJ terakhir
1700 g + Pasca maturasi paru.

PLANNING
- Diet biasa
- Tablet Nifedipin tokolitik 2x30 mg selang 8 jam lanjut 3x20 mg
- Pro swab vagina
FOLLOW UP VK

14 Oktober 2022, 10.00 WIB


S: Tidak ada keluhan, kencang-kencang berkurang
O: KU baik, GCS E4V5M6
Vital Sign: TD: 110/70 mmHg RR: 20x/menit
HR: 80x/menit Suhu: 36℃
Kepala /Leher : anemis (-), ikterik (-), sianosis (-), dispneu (-)
Kardio : S1/S2 reguler tunggal
Pulmo : suara dasar vesikuler (+)/(+), ronkhi (-)/(-), wheezing (-)/(-)
Abdomen : bising usus (+), supel
Ekstremitas : akral hangat (+)/(+), oedema (-)/(-)
STO : TFU: 22 cm, kontraksi uterus (+) baik,
VT tidak ada pembukaan, his (-), fluksus (-)
DJJ: 150x/m
Hasil swab vagina di RSUD dr. Soedono (14-10-2022 pukul 09.47 WIB)
JENIS PEMERIKSAAN HASIL
BAKTERIOLOGI
Candida Positif*
Diplococcus Gram Negatif Negatif
Clue Cell Negatif
Coccus Gram Positif Negatif
Lactobacillus Positif

A: GIP0000 32/33 mgg THIU + Letak kepala + riwayat KPP Preterm + TBJ terakhir
1700 g + Pasca maturasi paru + Kandidiasis vaginalis.
P: - Diet biasa
- Tablet Sulfas ferrosus 2x1
- Tablet Kalk 2x1
- Ovula Neogynoxa 1x1 tiap malam selama 7 hari per vaginam

FOLLOW UP MAWAR

15 Oktober 2022, 08.00 WIB


S: Kencang-kencang berkurang, gerak janin aktif

O: KU baik, GCS E4V5M6

Vital Sign: TD: 122/85 mmHg RR: 20x/menit

HR: 92x/menit Suhu: 36, 8℃

Kepala /Leher : anemis (-), ikterik (-), sianosis (-), dispneu (-)

Kardio : S1/S2 reguler tunggal

Pulmo : suara dasar vesikuler (+)/(+), ronkhi (-)/(-), wheezing (-)/(-)

Abdomen : bising usus (+), supel

Ekstremitas : akral hangat (+)/(+), oedema (-)/(-)

STO : TFU: 22 cm, kontraksi uterus (+) baik,


VT tidak ada pembukaan, his (-), fluksus (-)
DJJ: 148x/m
A: GIP0000 32/33 mgg THIU + Letak kepala + riwayat KPP Preterm + TBJ terakhir
1700 g + Pasca maturasi paru + Kandidiasis vaginalis.

P: - Diet biasa
- Tablet Sulfas ferrosus 2x1
- Tablet Kalk 2x1
- Ovula Neogynoxa 1x1 tiap malam selama 7 hari per vaginam
- Monitor keluhan/tanda vital/his/DJJ

16 Oktober 2022, 09.00 WIB

S: Tidak ada keluhan

O: KU baik, GCS E4V5M6

Vital Sign: TD: 126/76 mmHg RR: 20x/menit

HR: 88x/menit Suhu: 36, 7℃

Kepala /Leher : anemis (-), ikterik (-), sianosis (-), dispneu (-)

Kardio : S1/S2 reguler tunggal

Pulmo : suara dasar vesikuler (+)/(+), ronkhi (-)/(-), wheezing (-)/(-)

Abdomen : bising usus (+), supel

Ekstremitas : akral hangat (+)/(+), oedema (-)/(-)

STO : TFU: 22 cm, kontraksi uterus (+) baik,


VT tidak ada pembukaan, his (-), fluksus (-)
DJJ: 149x/m
A: GIP0000 32/33 mgg THIU + Letak kepala + riwayat KPP Preterm + TBJ terakhir
1700 g + Pasca maturasi paru + Kandidiasis vaginalis.

P: - Diet biasa
- Tablet Sulfas ferrosus 2x1
- Tablet Kalk 2x1
- Ovula Neogynoxa 1x1 tiap malam selama 7 hari per vaginam
- Pro KRS sore
TINJAUAN PUSTAKA

PREMATURE PRELABOR RUPTURE OF MEMBRANES

A. Definisi
Ketuban pecah spontan di usia kehamilan >28 minggu namun
sebelum onset persalinan disebut ketuban pecah prematur (KPP) atau
prelabor rupture of membranes (PROM). Jika ketuban pecah di usia
kehamilan >37 minggu sebelum onset persalinan, maka disebut KPP term.
Sedangkan ketuban yang pecah sebelum usia kehamilan 37 minggu
disebut KPP preterm. Ketuban yang pecah lebih dari 24 jam sebelum
persalinan disebut prolonged rupture of membranes (Konar, 2018).
B. Epidemiologi
Saat term, KPP menjadi komplikasi 8% populasi ibu hamil. KPP
preterm menjadi komplikasi 1% persalinan secara global (Dayal, 2022).
C. Etiopatogenesis
Penyebab pasti pecahnya ketuban secara prematur tidak diketahui.
Beberapa kausa meliputi kerapuhan dan kelemahan membran bersamaan
dengan uterus yang berkontraksi, polihidramnion, kehamilan multipel,
inkompetensi serviks, panjang serviks <2,5 cm, infeksi (korioamnionitis,
infeksi saluran kemih, dan infeksi genitalia), dan riwayat persalinan
preterm dan KPP sebelumnya. Kondisi stres oksidatif juga menyebabkan
disfungsi dari membran (Menon & Richardson, 2017).

Gambar 1. Kondisi yang dapat menyebabkan disfungsi dan ruptur membran (Menon &
Richardson, 2017).
Patofisiologi pecahnya ketuban timbul dari berbagai faktor yang
sudah dijelaskan di atas. Faktor-faktor tersebut mempercepat degradasi
membran. Integritas dan kekuatan membran didukung oleh protein
ekstraseluler, termasuk kolagen, fibronektin, dan laminin. Peningkatan
sitokin lokal, ketidak seimbangan metalloproteinase matriks dan
inhibitornya, kolagenase yang meningkat, dan kontraksi uterus
menyebabkan membran lebih rapuh dan mudah ruptur (Dayal, 2022; Duff,
2022).
D. Diagnosis
Tanda klasik ketuban pecah adalah wanita hamil yang
mengeluhkan rembesan yang bersifat tiba-tiba keluar dari jalan lahir.
Cairan yang keluar biasanya jernih atau berwarna kuning pucat.
Terkadang, wanita hamil menganggap ada sensasi basah yang tidak biasa
pada vaginanya atau keluar cairan sedikit-sedikit (Duff, 2022).
Pemeriksaan fisik lokalis pada area vagina dan serviks dilakukan
menggunakan spekulum steril. Observasi cairan ketuban dilakukan dengan
melihat ada tidaknya cairan yang keluar dari ostium serviks dan terkumpul
di liang vagina. Pasien dapat diminta mengejan atau batuk untuk
memprovokasi keluarnya cairan dari ostium serviks. Pemeriksaan vaginal
touche tidak dianjurkan karena dapat meningkatkan risiko infeksi
intrauteri dan memperpendek periode laten sampai persalinan (Duff,
2022).
Cairan yang didapatkan dari forniks posterior diperiksa pH-nya (tes
lakmus atau Nitrazin). Vagina normal dalam kehamilan memiliki pH yang
cenderung asam (4,5-5,5). Jika kertas lakmus berubah warna menjadi biru
(pH >6), maka cairan yang keluar adalah ketuban. Hasil positif palsu dapat
terjadi jika ada cairan semen ataupun darah (Konar, 2018).
Cairan juga dapat dievaluasi di bawah mikroskop untuk melihat
pola ferning, yaitu tanda kristalisasi dari ketuban. Sebagai tambahan,
ultrasonography (USG) dapat dilakukan untuk melihat kecukupan cairan
ketuban dan profil biofisik janin (Konar, 2018).
Gambar 2. Pola ferning (Duff, 2022).
E. Tatalaksana
Tatalaksana KPP dibagi berdasarkan usia kehamilan. Tanda-tanda
vital pasien harus dipantau untuk mengantisipasi adanya infeksi intrauteri.
Penggunaan agen tokolitik bersifat kontroversial karena berperan dalam
menunda persalinan selama >48 jam, namun juga meningkatkan risiko
korioamnionitis pada usia kehamilan <34 minggu. Antibiotik profilaksis
diberikan untuk mengurangi risiko infeksi maternal dan fetal. Tirah baring
total dapat membantu menutup robekan ruptur membran secara spontan
pada beberapa kasus (Konar, 2018).

Gambar 3. Alur tatalaksana KPP berdasarkan usia kehamilan (Konar, 2018).


F. Prognosis
Ketuban pecah prematur adalah faktor predisposisi yang penting
dalam menyebabkan persalinan preterm dan bayi prematur. Infeksi
ascending akan lebih mudah terjadi jika KPP >24 jam. Kondisi KPP yang
terlalu lama juga dapat mengakibatkan persalinan kering (dry labor).
Wanita dengan riwayat KPP sebelumnya memiliki risiko KPP berulang
dan kelahiran bayi prematur (Dayal, 2022; Konar, 2018).
KANDIDIASIS VAGINALIS

A. Definisi
Kandidiasis vaginalis adalah kondisi infeksi pada area vagina yang
disebabkan oleh fungi, khususnya spesies Candida albicans yang
merupakan mikroorganisme komensal pada daerah oral, vagina, dan rektal
(Hoffman et al., 2020).
B. Epidemiologi
Sebanyak 75% wanita diperkirakan pernah mengalami setidaknya
satu episode kandidiasis vaginalis dalam hidupnya. Hampir 45% dari
populasi wanita akan mengalami lebih dari dua episode. Sebagian kecil
populasi mungkin mengalami infeksi kronis dengan rekurensi tinggi (>4
episode per tahun) (Aguin & Sobel, 2015). Kandidiasis lebih banyak
ditemukan di daerah dengan iklim hangat dan lembab serta pada pasien
obesitas (Hoffman et al., 2020). Risiko kandidiasis vaginalis pada wanita
adalah 20%, dan angka ini naik menjadi 30% dalam kondisi hamil (Aguin
dan Sobel, 2015).
C. Etiologi
Candida adalah jamur yang berbentuk kecil dan bulat yang
memperbanyak diri dengan cara budding dan membentuk pseudohifa.
Candida albicans adalah yang paling umum ditemukan, diikuti oleh C.
Tropicalis, C. glabrata, C.parapsilosis. Kelompok ini termasuk dalam
flora normal vagina sehingga infeksinya bersifat oportunistik(Spicer,
2018) .
Gambar 4. Pengecatan KOH menunjukkan pseudohifa (Hoffman et al., 2020).
Faktor risiko kandidiasis vaginalis adalah kondisi-kondisi yang
dapat menyebabkan imunosupresi. Terapi antibiotik dapat mengurangi
lactobacilli yang ada dalam vagina, padahal lactobacilli berfungsi dalam
menghambat pertumbuhan fungi. Diabetes melitus dan konsumsi obat-
obatan steroid pun bersifat imunosupresif sehingga meningkatkan risiko
terjadinya kandidiasis (Toy et al., 2016). Kandidiasis vaginalis umumnya
tidak menular lewat hubungan seksual. Perubahan fisiologis dalam
kehamilan juga merupakan faktor predisposisi kandidiasis vaginalis (Dong
et al., 2022).
D. Patofisiologi
Pada trimester akhir kehamilan, risiko kandidiasis meningkat
hingga 50%. Kehamilan menyebabkan peningkatan hormon estrogen dan
progesteron dalam tubuh yang mempengaruhi lingkungan vagina.
Progesteron bersifat sebagai inhibitor terhadap aktivitas anti-Candida oleh
neutrofil, sedangkan estrogen mengurangi kemampuan sel epitel vagina
untuk menghambat pertumbuhan berlebih dari fungi (Waikhom et al.,
2020). Progesteron juga menyebabkan ketidak seimbangan respons sel
imun T helper 1 dan T helper 2 (Aguin & Sobel, 2015).
Estrogen memicu tingginya deposit glikogen di vagina. Deposit ini
merupakan sumber makanan yang baik untuk proliferasi Candida. Afinitas
Candida terhadap reseptor sitosol sel epitel vagina juga lebih kuat dalam
pengaruh estrogen. Selain itu, estrogen mendorong pembentukan hifa dan
enzim yang berperan di dalamnya, seperti fosfolipase dan proteinase.
Secara keseluruhan, terbentuk kondisi anti-inflamasi sejak
trimester kedua kehamilan hingga hari persalinan. Perubahan imunologis
dan hormonal pada kehamilan menyebabkan respons lokal yang lemah
terhadap overgrowth dari Candida. Kecenderungan kandidiasis vaginalis
yang asimptomatik pun disebabkan oleh mekanisme-mekanisme tersebut
(Aguin & Sobel, 2015).
E. Diagnosis
1. Manifestasi klinis
Center for Disease Control and Prevention (CDC)
mengklasifikasikan gejala kandidiasis vaginalis menjadi tanpa
komplikasi dan dengan komplikasi. Kandidiasis tanpa komplikasi
bersifat sporadik dan tidak bersifat kambuhan, bergejala ringan, dan
menjangkit wanita dengan sistem imun yang normal. Kandidiasis
terkomplikasi memiliki gejala yang lebih berat, biasanya disebabkan
spesies selain C. albicans, dan menjangkit populasi
imunokompromais.
Diagnosis kandidiasis vaginalis biasanya diindikasikan dengan
adanya disuria eksternal, pruritus vulva, nyeri, edema, dan kemerahan
pada area genitalia. Dispareunia dapat terjadi pada beberapa
kasus(Hacker et al., 2016). Pada pemeriksaan fisik lokalis dan
inspekulo, dapat ditemukan discharge dengan konsistensi seperti keju
(cottage cheese-like) (CDC, 2021).

Gambar 5. Eritema labia, edema vulva, dan sekret pada kandidiasis (Hoffman et
al, 2020).
2. Pemeriksaan penunjang
Swab vagina dapat dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosis kandidiasis vaginalis. Sekret yang didapatkan dicat
menggunakan KOH 10% dan divisualisasi di bawah mikroskop. Hasil
akan menunjukkan budding dan pseudohifa. Hasil pemeriksaan pH
vagina biasanya normal (<4,5). Kultur vagina atau PCR perlu
dilakukan pada kecurigaan gejala kandidiasis dengan komplikasi
(CDC, 2021).
F. Tatalaksana
Prinsip terapi kandidiasis pada ibu hamil adalah untuk mengurangi
gejala yang mengganggu. Terapi topikal golongan azol digunakan selama
7 hari pada ibu hamil. Golongan ini dikaitkan dengan penyembuhan gejala
dalam kurun waktu 2-3 hari. Terapi tambahan dengan steroid topikal (krim
hidrokortison 1%) dapat ditambahkan untuk mengurangi iritasi. Nistatin
supositoria juga dapat digunakan selama 14 hari pada kehamilan trimester
awal (CDC, 2021).
Gambar 6. Rekomendasi lini pertama terapi kandidiasis (CDC, 2021).
Penggunaan flukonazol dosis tunggal 150 mg ditemukan
berhubungan dengan abortus spontan dan anomali kongenital, sehingga
tidak direkomendasikan sebagai lini pertama (CDC, 2021).
G. Prognosis
Komplikasi kandidiasis vaginalis dalam kehamilan masih
diperdebatkan. Satu studi menunjukkan bahwa dalam kehamilan normal,
kandidiasis sering ditemukan tanpa ada peningkatan risiko pada janin
(Roberts et al., 2015). Studi lain menemukan angka persalinan preterm
spontan dilaporkan lebih tinggi pada ibu hamil dengan kandidiasis
asimptomatik yang tidak diobati. Korioamnionitis ditemukan pada
beberapa kasus kandidiasis non-albicans dan dalam kondisi ketuban pecah
berkepanjangan (prolonged) (Aguin & Sobel, 2015). Penelitian lainnya
juga melaporkan 70% wanita hamil dengan kandidiasis melahirkan bayi
dengan infeksi Candida generalisata, khususnya bayi lahir preterm
(Waikhom et al., 2020).
DAFTAR PUSTAKA

Aguin, T. J., & Sobel, J. D. (2015). Vulvovaginal Candidiasis in Pregnancy. In Current


Infectious Disease Reports (Vol. 17, Issue 6). Current Medicine Group LLC 1.
https://doi.org/10.1007/s11908-015-0462-0
Dayal S, Hong PL. Premature Rupture Of Membranes. [Updated 2022 Jul 18]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532888/
Dong, Z., et al. (2022). Vaginal Exposure to Candida albicans During Early Gestation
Results in Adverse Pregnancy Outcomes via Inhibiting Placental Development.
Frontiers in Microbiology, 12.
Duff, P. Preterm prelabor rupture of membranes: Management and outcome [Updated
2022 Jul 18]. Available from: https://www.uptodate.com/contents/preterm-
prelabor-rupture-of-membranes-management-and-outcome/
CDC, 2021. STI Treatment Guideline. Publisher: Center for Disease Control and
Prevention.
Hacker, N., Gambone, J., & Hobel, C. (2016). Hacker & Moore’s Essentials of
Obstetrics & Gynecology (Sixth Edition). Elsevier.
Hoffman, B., Schorge, J., Bradshaw, K., Halvorson, L., & Schaffer, J. (2020). Williams
GYNECOLOGY (4th EditionMc). Mc-Graw Hill Education.
Konar, H. (2018). DC Dutta’s Textbook of Obstetrics (9th Edition).
Menon, R., & Richardson, L. S. (2017). Preterm prelabor rupture of the membranes: A
disease of the fetal membranes. Seminars in Perinatology, 41(7), 409–419.
https://doi.org/10.1053/j.semperi.2017.07.012
Roberts, C. L., et al. (2015). Treatment of vaginal candidiasis for the prevention of
preterm birth: A systematic review and meta-analysis. Systematic Reviews, 4(1).
https://doi.org/10.1186/s13643-015-0018-2
Spicer, J. (2018). Clinical Microbiology and Infectious Diseases. Churchill
Livingstone Elsevier.
Toy, E. C., Baker, B., Ross, P. J., Jennings, J. C., & McGraw-Hill Companies. (2016).
Case files. Obstetrics and gynecology (5th Edition).
Waikhom, S. D., et al. (2020). Prevalence of vulvovaginal candidiasis among
pregnant women in the Ho municipality, Ghana: Species identification and
antifungal susceptibility of Candida isolates. BMC Pregnancy and
Childbirth, 20(1). https://doi.org/10.1186/s12884-020-02963-3

Anda mungkin juga menyukai