Oleh:
Narasumber :
BANDUNG
2021
I. PENDAHULUAN
disebabkan oleh respon autoimun ini lebih sering terjadi pada populasi wanita
yang insidensinya paling tinggi terdapat pada usia 20 hingga 30 tahun. Pada
refraktori, dan krisis kolinergik, ketiga keadaan ini dapat menjadi suatu bentuk
kegawat daruratan pada pasien myasthenia gravis, terutama pada pasien yang
penegakan diagnosis dan dimulainya terapi pada pasien. Pada kasus kasus
eksaserbasi myasthenia tidak berbeda untuk setiap trimesternya, dan pada umum
nya pasien myasthenia yang stabil atau terkontrol akan tetap stabil selama
kehamilan.
Pada kasus kali ini akan dibahas mengenai pemilihan metode persalinan yang
tepat pada kasus wanita hamil dengan myasthenia gravis, Serta penatalaksanaan
Nama : Ny. RO
Usia : 25 tahun
Sumedang
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
2.2 Anamnesis
tipe simetrikal
Anamnesis Khusus:
G1P0A0 merasa hamil 9 bulan datang untuk rencana seksio sesarea elektif. Pasien
diketahui memiliki riwayat myastenia gravis dan timoma pada tahun 2013 dan
dilakukan tindakan pengangkatan kelenjar thymus pada tahun 2016. Diakui pasien
rutin mengkonsumsi obat pyridostigmine sejak tahun 2014 dan dosisnya
diturunkan hingga akhir tahun 2018 pasien berhenti mengkonsumsi obat tersebut,
tanpa timbul gejala pada pasien. Keluhan kelemahan pada otot muka, kelopak
mata, otot ekstremitas, ganguan menelan, dan sesak napas disangkal. Keluhan
mules-mules yang semakin sering dan bertambah kuat disangkal. Keluhan keluar
cairan banyak dari jalan lahir disangkal. Gerak anak dirasakan ibu. Riwayat
penyakit kronis seperti darah tinggi, kencing manis dan asma disangkal. Sealama
kehamilan ibu mengakui berat badan meningkat hingga 20 kg. Keluhan demam
disertai batuk sesak nafas dan nyeri tenggorokan disangkal. Riwayat bepergian
keluar kota dalam 2 minggu terakhir disangkal. Riwayat kontak dengan pasien
COVID-19 disangkal. Karena keluhannya ibu berobat Poli Obstetri RSHS dan
direncakan seksio sesarea.
Riwayat obstetri:
1. Hamil ini
Menikah : 1. Perempuan/24/SMA/IRT
Laki-laki/23/SMA/Buruh
Obat-obatan : (-)
2.4 Pemeriksaan Fisik
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 22 x/menit
Suhu : 36.5 oC
Pemeriksaan Neurologis:
Motorik :
Patologis
Rangsang meningeal
Edema : -/-
Berat Badan : 73 kg
Abdomen
Fundus uteri : 32 cm
Lingkaran perut : 96 cm
His : (-)
Pemeriksaan Dalam
Pembukaan : tertutup
2.5.2 Kardiotokografi
Akselerasi : (-)
Dekselerasi : (-)
Kesimpulan : Kategori I
Janin tunggal hidup intrauterine; letak kepala; biometri 34-35 minggu; TBBJ
2605 gram; pulsasi jantung janin (+), Thorax: cardio 4CV normal; CTAR
Plasenta di korpus belakang, clear zone (+). Cairan ketuban SDP 5,24cm.
Velocimetri Doppler: A.Umb PI 0.99 S/D 2.96; MCA PI 1.61 S/D 3.97
2.8 Prognosis
Ibu
Ad Functionam : Dubia
Bayi
Ad Functionam : Dubia
2.9 Observasi
simetrikal.
Akselerasi : (+)
Deselerasi : (-)
Kesan : Kategori I
Pembukaan : Tertutup
Tatalaksana :
Pada tanggal 03 Desember 2020 pukul 08.00 pasien didorong ke kamar operasi
Jam 08.33 Lahir plasenta dengan tarikan ringan pada tali pusat
Perdarahan ± 400 cc
Diuresis ±200 cc
ibu;
S: Pasien memiliki riwayat myasthenia gravis dan post thymomectomy dan sejak
tahun 2019 pasien telah lepas obat mestinon. Saat ini pasien tidak ada keluhan
mata menutup, sesak napas, sulit menelan, suara sengau, demam. Selama lepas
Follow Up Ruangan
TANGGAL CATATAN INSTRUKSI
/JAM
01/12/2020 Follow Up Pre operasi P:
06.05 S: Keluhan tidak ada, gerak janin baik - Rencana seksio
O: KU: Compos mentis sesarea tanggal 03
T: 110/74 mmHg desember 2020
N: 82 x/menit - Follow up TS
R: 18 x/menit neurologi
S : 36,8 ºC - Observasi keadaan
umum tanda vital,
Abdomen : Cembung, lembut HIS, BJA
HIS (-)
BJA 140-144 x/menit
A : G1P0A0 gravida aterm; riwayat
myasthenia gravis; riwayat operasi
thymoma; suspek intrauterine growth
restriction tipe simetrikal
TANGGAL CATATAN INSTRUKSI
/JAM
A:
- Myasthenia gravis
- P1A0 partus maturus dengan seksio
sesarea
A:
- Myasthenia gravis
- P1A0 partus maturus dengan seksio
sesarea
A : Myasthenia gravis
A:
- Myasthenia gravis
- P1A0 partus maturus dengan seksio
TANGGAL CATATAN INSTRUKSI
/JAM
sesarea
Pada tanggal 03 Desember 2020 jam 08.30 lahir seorang bayi perempuan dari
seorang ibu G1P0A gravida 37-38 minggu; riwayat myasthenia gravis; riwayat
operasi thymomectomy. Bayi lahir menangis, tonus otot kurang baik. Segera
setelah lahir bayi diletakkan di infant warmer yang telah dihangatkan sebelumnya,
diposisikan, kemudian bayi dibersihkan jalan nafas melalui hidung dan mulut, lalu
dilakukan rangsang taktil pada bayi. Bayi menangis kuat, warna kulit kemerahan,
Pemeriksaan Fisik
S : Bayi aktif, BAK (-), BAB (-), bernafas baik,
R : 42 x/menit SpO2 98 %
Rambut hitam, konjungtiva tak anemis, sklera tidak ikterik; PCH -/-,
POC-
normal
Ekstremitas : Akral hangat, akrosianosis (-) Refleks moro (+) grasping (+) sucking
operasi thymoma
- Vitamin K 0,1 mg im
- ASI on demand
bayi baik, dengan tonus otot yang kuat, reflex menghisap baik. Tidak terdapat
tanda kelemahan pada bayi ataupun gejala dari myasthenia nenonatus transien
pada bayi yang dilahirkan. Bayi dapat langsung dirawat gabung setelah 2 hari
pasca salin.
III. PERMASALAHAN
pasien ini?
IV. PEMBAHASAN
gravis ini ada kelemahan otot dan perasaan mudah lelah. Penyakit ini awalnya
hanya mempengaruhi beberapa otot kecil saja, namun pada keadaan klinis berat
memiliki prevalensi sebanyak 150 – 250 per 1,000,000.3 Penyakit ini terjadi dua
kali lebih banyak pada perempuan dibanding laki-laki dan ini sering terjadi pada
perempuan di masa dekade kedua dan ketiga mereka yang mana bersamaan
biasanya terjadi pada trimester pertama kehamilan dan satu bulan pasca
perbaikan keadaan klinis, dan hal ini dihubungkan dengan keadaan supresi
imunologi yang terjadi secara fisiologis pada ibu hamil. Terjadinya eksaserbasi
selama kehamilan, (b) infeksi terutama masa puerperium, (c) obat-obatan yang di
B. Autoantibodi
dari AChR.6
C. Patologi Timus
myasthenia gravis tipe awitan dini ditemukan juga kelainan timus berupa
bantuan sel T CD4+ (sel T helper). Sel ini akan menyekresikan sitokin
2).7
beratnya status klinis pasien. Pada pasien dengan gejala ringan hingga tanpa ada
pasien dengan gejala gejala myasthenik yang jelas, kontrol kehamilan disarakan
dilakukan dua kali dalam seminggu pada trimester pertama dan kedua, dan setiap
fungsi motorik, keadaan kardio- pulmonal, dan status thyroid juga harus diperiksa
Keadaan ini dapat meningkatkan angka resiko mortalitas ibu maupun janin yang
mempengaruhi outcome dari kehamilan dan janin.8 Poin utamanya adalah IgG
trimester kedua dan ketiga dan dapat mempengaruhi janin.3,4 Tercatat sekitar 15%
anak yang lahir dari ibu dengan myasthenia gravis dapat mengalami neonatal
myasthenia gravis dengan gejala poor sucking dan hypotonia generalis.
janinnya.8
pasien dengan status myasthenia gravis yang tidak stabil dan seluruh infeksi harus
gravis pada kehamilan masih sedikit. Obat kortikosteroid seperti prednisone dan
selama kehamilan dan menyusui jika digunakan dalam dosis yang sesuai. Hanya
tinggi. Disarankan untuk dilakukan penyesuaian dosis pada pasien hamil karena
pertumbuhan intrauterine dan bayi berat badan lahir rendah. Obat mycophenolate
mofetil memiliki efek teratogenik dan dikaitkan dengan keguguran pada timester
awal dan malformasi struktur telinga, rahang, celah bibir dan langit-langit, dan
dengan timoma atau hyperplasia timus. Pasien myasthenia gravis yang belum
dengan pasien yang sudah melakukan timektomi. Bayi yang lahir dari ibu yang
efek sampingan yang cukup berat sehingga pada wanita yang sudah hamil
pelaksaan tindakannya harus ditunda. Pada bayi baru lahir dari pasien myasthenia
positif. IVIg dan plasmapheresis dilakukan pada kasus myasthenia gravis yang
nafas atau profound dysphagia dan kelemahan yang mengancam ibu dan
janinnya.3
Pasien pada kasus ini merupakan pasien Myasthenia Gavis yang terkontrol
baik dan tanpa pengobatan. Pasien terkahir kali menggunakan obat anti
myasthenia kurang lebih 2 tahun sebelum kehamilan, dan obat yang dipergunakan
kehamilan. Saat kehamilan pasien dalam keadaan remisi tanpa pengobatan. Tanda
kekambuhan maupun gejala myasthenia gravis berat tidak dirasakan oleh pasien.
angka remisi bebas pengobatan dapat mencapai 30%. Hal ini dapat menjadi
Pada proses persalinan, peranan otot uterus merupakan otot polos memiliki
peran yang cukup besar terhadap kemajuan persalinan, dan pada dasarnya proses
kala II, kenginian ibu untuk meneran dan aktivasi dari otot- otot volunter dapat
stress pada ibu juga menjadi faktor penyebab eksaserbasi dari krisis myasthenia.
metode persalinan pada pasien dengan myasthenia gravis didasarkan pada tingkal
keparahan dari klinis pasien. Beratnya keadaan klinis pada pasien dibagi menjadi
sedang hingga berat yang di tandai dengan adanya ptosis disertai kelemahan otot
bulbar hingga kelemahan otot umum; kategori B merupakan pasien yang tidak
dalam keadaan eksaserbasi, atau tanpa ada nya gejala kelemahan umum. Pada
augmentasi oksitosin dapat dilakukan. Selain itu untuk mengurangi stress pada
dapat melakukan persalinan tanpa disertai rasa nyeri yang dapat mencetuskan
myasthenia.
Pada pasien ini pilihan dilakukan seksio sesarea dengan penggunaan
myasthenia, yang paling sering disebabkan oleh kelelahan pada ibu oleh keinginan
ibu untuk selalu meneran, selain dari stress dan nyeri saat pasien akan melahirkan.
dipilih pada kasus myasthenia fase remisi ini., dengan bantuan Epidural Labor
Komplikasi myasthenia
gravis pada kehamilan
Tidak temasuk
Membutuhkan ventilasi
mekanik
Ya
Stabilisasi gejala,
Kelemahan otot sistemik pembedahan cesar
Ya
Eksaserbasi gejala
myasthenia gravis
Tidak
pasien ini?
bawah persentil 10 sesuai usia kehamilan. Kondisi kehamilan dengan IUGR lebih sering
ditemukan pada negara berkembang, termasuk Indonesia. Proses terjadinya IUGR diduga
berhubungan dengan banyak faktor seperti kelainan pada fungsi plasenta, tidak
adekuatnya suplai oksigen dan atau nutrisi maternal, serta penurunan kemampuan
ditemukan 6 kali lebih tinggi pada negara berkembang. Janin IUGR dilaporkan paling
sering ditemukan pada benua Asia, diikuti oleh benua Afrika, dan Amerika Latin. 9,10
8,9
Etiologi intrauterine growth restriction (IUGR) diduga melibatkan faktor
maternal, janin, dan plasenta. Akan tetapi, pada 40% kasus IUGR etiologi pasti tidak
dapat ditemukan.10,13
Berikut ini, berbagai etiologi maternal yang diduga dapat menyebabkan IUGR.8–10
i. Anemia
IUGR.8–10
struktur fetal, dan kelainan plasenta. Berikut ini merupakan beberapa faktor yang
e. Tinggi dan berat maternal sebelum kehamilan: indeks massa tubuh (IMT) < 20
kg/m2.
i. Penyulit kehamilan.
j. Berat plasenta < 350 gram.
Diagnosis awal IUGR dapat dinilai dari faktor risiko yang ada pada pasien.
Faktor risiko dari IUGR dapat terdeteksi dengan anamnesis, pemeriksaan fisik maupun
Pada kasus ini faktor risiko IUGR pada pasien adalah status sosioekonomi rendah, dan
indeks masa tubuh sebelum kehamilan < 20kg/m2 serta peningkatan berat badan yang
(TFU). Kecurigaan terhadap adanya IUGR dapat ditegakkan apabila TFU ditemukan
menetap pada 2 kali pemeriksaan dengan selang 1-2 minggu atau menurun dibawah 10
persentil.
terakhir menstruasi dan biometri pada pengukuran USG. Pada ibu tidak
ditemukannya faktor risiko yang menunjang keadaan IUGR pada bayi. Saat lahir
berat badan bayi berada diatas persentil 10 berat badan anak, dan berat badan bayi