Anda di halaman 1dari 39

UKM

F1 – Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat


1. Pembinaan Desa Siaga Toyomerto
21 September 2021
- Latar Belakang
Desa Siaga adalah desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk
mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan (bencana dan kegawat-
daruratan kesehatan) secara mandiri. Desa siaga merupakan salah satu bentuk dari
Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM). Tujuan umum dari desa
siaga adalah terwujudnya masyarakat desa yang sehat, peduli dan tanggap terhadap
permasalahan kesehatan di wilayahnya, sehingga masyarakat bisa menjadi lebih
partisipatif. Tujuan khusus dari desa siaga diantaranya adalah meningkatnya
pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan,
meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap risiko dan
bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah, darurat dan
sebagainya), meningkatnya keluarga sadar gizi dan ber-PHBS, meningkatnya
kesehatan lingkungan desa, serta meningkatnya kemampuan dan kemauan
masyarakat desa untuk menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan.
- Permasalahan
o Masih tingginya angka kematian bayi dan ibu
o Masih adanya kasus gizi kurang dan buruk
o Masih terdapat lingkungan hidup cenderung rusak yang berdampak terhadap
Kesehatan
o Masih sering terjadinya penyakit menular yang dapat menjadi wabah (diare,
demam berdarah, dsb)
o Terdapat beberapa jenis penyakit yang kasusnya meningkat kembali (TB Paru,
malaria dsb)
o Munculnya penyakit-penyakit baru: HIV/AIDS, SARS, flu burung, kecanduan
narkoba, kecelakaan di jalan raya
o Berbagai bencana terjadi dan mungkin akan terjadi terus sejalan dengan
terjadinya perubahan iklim dan pemanasan global
o Sebagian besar masyarakat masih belum per-PHBS (< 40% Rumah Tangga PHBS)
o Meningkatnya berbagai faktor risiko kesehatan lainnya
- Perencanaan & Pemilihan Intervensi
Sasaran pengembangan desa siaga:
o Semua individu dan keluarga di desa yang diharapkan mampu melaksanakan
hidup sehat, peduli, dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah
desanya.
o Pihak- pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu
dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan
perilaku tersebut, seperti tokoh masyarakat termasuk tokoh agama, tokoh
perempuan dan pemuda, kader serta petugas kesehatan.
o Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan memberi dukungan kebijakan,
peraturan perundang-undangan, dana, tenaga, sasaran, dll, seperti kepala desa,
camat, pejabat terkait, LSM, swasta, donatur, dan pemilik kepentingan lainnya.
Tahapan pengembangan desa siaga:
a. Tahap bina. Tahap ini forum masyarakat desa mungkin belum aktif, tetapi telah
ada forum atau lembaga masyarakat desa yang telah berfungsi dalam bentuk apa
saja misalnya kelompok rembuk desa, kelompok pengajian, atau kelompok
persekutuan do’a.
b. Tahap tambah. Pada tahap ini, forum masyarakat desa talah aktif dan anggota
forum mengembangkan UKBM sesuai kebutuhan masyarakat, selain posyandu.
Demikian juga dengan polindes dan posyandu sedikitnya sudah pada tahap
madya.
c. Tahap kembang. Pada tahap ini, forum kesehatan masyarakat telah berperan
secara aktif,dan mampu mengembangkan UKBMsesuai kebutuhan dengan biaya
berbasis masyarakat.Jika selama ini pembiyaan kesehatan oleh masyarakat
sempat terhenti karena kurangnya pemahaman terhadap sistem
jaminan,masyarakat didorong lagi untuk mengembangkan sistem serupa dimulai
dari sistem yang sederhana dan di butuhkan oleh masyarakat misalnya tabulin.
d. Tahap Paripurna,tahap ini,semua indikator dalam kriteria dengan siaga sudah
terpenuhi. Masyarakat sudah hidup dalam lingkungan seha tserta berperilaku
hidup bersih dan sehat. 
- Pelaksanaan
Pada tanggal 21 September 2021, dilaksanakan pembinaan Desa Siaga Toyomerto di
Kantor Desa Toyomerto, dengan susunan acara sebagai berikut:
o Pembukaan acara oleh Kepala Desa Toyomerto
o Pemaparan materi mengenai Desa Siaga
o Pemaparan mengenai permasalahan PIS-PK di wilayah Desa Toyomerto
o Forum MMD Desa Toyomerto
MMD dilakukan dengan membagi kader desa menjadi 3 kelompok kecil
beranggotakan 6-7 orang. Setiap kelompok diminta menentukan 3 masalah yang
ada di Desa Toyomerto, kemudian mendiskusikan bagaimana strategi untuk
menanggulanginya.
o Penutupan
- Monitoring & Evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan menjalin koordinasi dan komunikasi antar
perangkat desa, SDM puskesmas, bidan desa, dan kader desa untuk mewujudkan
Desa Siaga.

2. Penyuluhan Hipertensi di Desa Toyomerto


21 September 2021
- Latar Belakang
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang menjadi salah satu penyebab
utama kematian prematur di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health
Organization/WHO) mengestimasikan saat ini prevalensi hipertensi secara global
sebesar 22% dari total penduduk dunia. Dari sejumlah penderita tersebut, hanya
kurang dari seperlima yang melakukan upaya pengendalian terhadap tekanan darah
yang dimiliki. Asia Tenggara berada di posisi ke-3 tertinggi dengan prevalensi sebesar
25% terhadap total penduduk. Penanganan hipertensi di negara-negara Asia sangat
penting, karena prevalensi hipertensi terus meningkat, termasuk di Indonesia. Di
sebagian besar negara Asia Timur, penyakit kardiovaskular sebagai komplikasi
hipertensi terus meningkat. Karakteristik spesifik untuk populasi Asia yang berbeda
dengan ras lain di dunia yaitu kejadian stroke, terutama stroke hemoragik, dan gagal
jantung non-iskemik lebih sering ditemukan sebagai luaran dari hipertensi-terkait
penyakit kadiovaskular. Hipertensi disebut sebagai the silent killer karena sering
tanpa keluhan, sehingga penderita tidak mengetahui dirinya menyandang hipertensi
dan baru diketahui setelah terjadi komplikasi. Kerusakan organ target akibat
komplikasi Hipertensi akan tergantung kepada besarnya peningkatan tekanan darah
dan lamanya kondisi tekanan darah yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati.
- Permasalahan
Berdasarkan pendataan PIS-PK Desa Toyomerto bulan Juni 2021, sejumlah 164 orang
terdiagnosis hipertensi, namun hanya sekitar 32 orang (19,5%) yang melakukan
pengobatan secara teratur. Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang penyakit hipertensi serta komplikasi yang dapat
ditimbulkan.
- Perencanaan & Pemilihan Intervensi
Berdasarkan permasalahan tersebut, dalam rangka meningkatkan kesadaran
masyarakat desa toyomerto tentang penyakit hipertensi, dilakukan penyuluhan
mengenai penyakit hipertensi serta bagaimana cara menyikapinya
o Sasaran
Sasaran yang dipilih pada kegiatan intervensi ini adalah perangkat desa seperti
Ketua RT, Ketua RW, serta Kader Desa Toyomerto
o Tujuan
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang Hipertensi, bagaimana
penanganan dan pencegahan untuk mengurangi angka kejadian hipertensi,
serta pentingnya berobat hipertensi secara teratur untuk menghindari komplikasi
yang dapat terjadi.
o Kegiatan
Strategi atau pendekatan yang ditempuh yaitu pemberdayaan
(empowerment). Pemberdayaan ini dilakukan dengan memberikan
kemampuan kepada individu (sasaran) serta keluarga melalui penyuluhan yang
disampaikan bersamaan dengan pembinaan Desa Siaga. Adapun materi yang
disampaikan meliputi pengertian, penyebab, tanda dan gejala, faktor risiko
hipertensi, pola hidup sehat untuk mencegah penyakit hipertensi, cara
mengendalikan hipertensi, serta apa saja komplikasi yang dapat ditimbulkan dari
hipertensi.
o Metode
Metode intervensi yang dilakukan adalah dengan tahapan berikut:
a. Memberikan penyuluhan mengenai hipertensi
b. Mengenalkan mengenai bagaimana pola hidup sehat sebagai bentuk
upaya pencegahan hipertensi
c. Memberikan tips mengenai cara mengendalikan hipertensi
o Evaluasi kegiatan
Evaluasi kegiatan dilakukan dengan memberikan pertanyaan terkait materi yang
diberikan.
- Pelaksanaan
Penyuluhan Hipertensi dilakukan pada saat Pembinaan Desa Siaga pada tanggal 21
September 2021 dari jam 09.00 – 11.00 dengan peserta Ketua RT, Ketua RW, dan
Kader Desa Toyomerto sejumlah 25 orang. Penyuluhan dilakukan dengan presentasi
materi melalui powerpoint dan dilakukan sesi tanya jawab selama 15 menit.
- Monitoring & Evaluasi
Intervensi berjalan dengan baik dan mendapat dukungan dari pihak desa. Sebagai
monitoring lanjutan, diharapkan masyarakat memahami mengenai pentingnya
menjaga pola hidup sehat agar terhindar dari penyakit hipertensi serta bagaimana
pentingnya patuh minum obat untuk mengendalikan hipertensi dan mencegah
komplikasi dari hipertensi.

3. UKS SD Pelamunan
Selasa, 19 Oktober 2021
- Latar Belakang
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan program pemerintah yang bertujuan
untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik yang harmonis
dan optimal, agar menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Pembinaan dan
pengembangan UKS dilaksanakan melalui tiga program pokok yang biasa dikenal
sebagai “trias UKS”, yang meliputi: pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan
pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat. Pelayanan kesehatan yang
dimaksud meliputi Screening Kesehatan Anak Sekolah atau dikenal sebagai
penjaringan kesehatan, pemantauan kesehatan, serta penyuluhan kesehatan.
- Permasalahan
Anak usia sekolah merupakan generasi penerus sebagai sumber daya manusia pada
masa yang akan datang. Dalam mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,
peserta didik diberi kesempatan untuk tumbuh dan berkembang sebaik-baiknya
dengan menyediakan lingkungan lingkungan yang sebaik-baiknya pula. Dari
jumlahnya yang besar sekitar 20% jumlah penduduk Indonesia, anak usia sekolah
merupakan investasi bangsa yang potensial tetapi rawan karena berada dalam
periode pertumbuhan dan perkembangan. Berdasarkan data tahun 2016, penyakit
gigi dan mulut menempati peringkat pertama penyakit yang paling banyak dialami
oleh anak-anak sekolah. Hal tersebut menunjukan adanya tantangan kesehatan yaitu
meningkatnya kesenjangan dalam penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS).
- Perencanaan & Pemilihan Intervensi
Kegiatan penjaringan kesehatan dilakukan pada peserta didik kelas 1 SD yang
meliputi pemeriksaan kesehatan yang terdiri dari penilaian keadaan umum,
penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, pemeriksaan mata, telinga,
rambut, kuku, kulit, dan penyuluhan kesehatan.
- Pelaksanaan
Kegiatan dilakukan pada hari Selasa tanggal 19 Oktober 2021 di SD Pelamunan pada
siswa kelas 1 SD dengan jumlah 24 orang. Penjaringan dilakukan dengan
pemeriksaan status gizi serta penilaian kebersihan dan kesehatan rambut, kuku,
kulit, mata, dan telinga. Kegiatan dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan.
Masalah yang paling banyak ditemukan adalah anak dengan gigi yang kotor dan
bolong serta anak dengan impaksi serumen. Setelah pemeriksaan, dilakukan edukasi
dan penyuluhan singkat mengenai Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
- Monitoring & Evaluasi
Siswa yang memiliki permasalahan gigi disarankan untuk menyikat gigi 2x sehari.
Siswa yang memiliki permasalahan telinga disarankan untuk membersihkan telinga 2
minggu sekali. Apabila permasalahan gigi maupun telinganya berat, disarankan
berobat ke dokter gigi dan dokter.

4. UKS SD Kebarosan
Sabtu, 23 Oktober 2021
- Latar Belakang
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan program pemerintah yang bertujuan
untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik yang harmonis
dan optimal, agar menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Pembinaan dan
pengembangan UKS dilaksanakan melalui tiga program pokok yang biasa dikenal
sebagai “trias UKS”, yang meliputi: pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan
pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat. Pelayanan kesehatan yang
dimaksud meliputi Screening Kesehatan Anak Sekolah atau dikenal sebagai
penjaringan kesehatan, pemantauan kesehatan, serta penyuluhan kesehatan.
- Permasalahan
Anak usia sekolah merupakan generasi penerus sebagai sumber daya manusia pada
masa yang akan datang. Dalam mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,
peserta didik diberi kesempatan untuk tumbuh dan berkembang sebaik-baiknya
dengan menyediakan lingkungan lingkungan yang sebaik-baiknya pula. Dari
jumlahnya yang besar sekitar 20% jumlah penduduk Indonesia, anak usia sekolah
merupakan investasi bangsa yang potensial tetapi rawan karena berada dalam
periode pertumbuhan dan perkembangan. Berdasarkan data tahun 2016, penyakit
gigi dan mulut menempati peringkat pertama penyakit yang paling banyak dialami
oleh anak-anak sekolah. Hal tersebut menunjukan adanya tantangan kesehatan yaitu
meningkatnya kesenjangan dalam penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS).
- Perencanaan & Pemilihan Intervensi
Kegiatan penjaringan kesehatan dilakukan pada peserta didik kelas 1 SD yang
meliputi pemeriksaan kesehatan yang terdiri dari penilaian keadaan umum,
penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, pemeriksaan mata, telinga,
rambut, kuku, kulit, dan penyuluhan kesehatan.
- Pelaksanaan
Kegiatan dilakukan pada hari Sabtu tanggal 23 Oktober 2021 di SD Kebarosan pada
siswa kelas 1 SD dengan jumlah 28 orang. Penjaringan dilakukan dengan
pemeriksaan status gizi serta penilaian kebersihan dan kesehatan rambut, kuku,
kulit, mata, dan telinga. Kegiatan dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan.
Masalah yang paling banyak ditemukan adalah anak dengan gigi yang kotor dan
bolong serta anak dengan impaksi serumen. Setelah pemeriksaan, dilakukan edukasi
dan penyuluhan singkat mengenai Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
- Monitoring & Evaluasi
Siswa yang memiliki permasalahan gigi disarankan untuk menyikat gigi 2x sehari.
Siswa yang memiliki permasalahan telinga disarankan untuk membersihkan telinga 2
minggu sekali. Apabila permasalahan gigi maupun telinganya berat, disarankan
berobat ke dokter gigi dan dokter.
5. Posyandu Desa Pelamunan
Selasa, 19 Oktober 2021
- Latar Belakang
Posyandu adalah singkatan dari Pos Pelayanan Terpadu yang merupakan bentuk
upaya kesehatan yang bersumberdaya masyarakat, yang juga dikelola,
diselenggarakan, dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat. Karena itu, posyandu
merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
(UKBM) yang bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar terutama untuk ibu, bayi, dan anak agar
dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Pelayanan kesehatan dasar di
posyandu adalah pelayanan kesehatan yang mencakup sekurang-kurangnya lima
kegiatan yaitu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), imunisasi,
gizi, dan penanggulangan diare.
- Permasalahan
Posyandu Desa Pelamunan merupakan UKBM cakupan wilayah Puskesmas
Kramatwatu. Permasalahan yang ditemukan adalah kurangnya kesadaran
masyarakat khususnya ibu hamil maupun ibu yang memiliki anak balita mengenai
ANC dan imunisasi wajib.
- Perencanaan & Pemilihan Intervensi
Melakukan imunisasi dasar wajib kepada balita, melakukan pemeriksaan dan
konseling kepada ibu hamil, serta pemberian makanan tambahan pada ibu hamil
dengan KEK.
- Pelaksanaan
Pada tanggal 19 Oktober 2021, dilaksanakan Posyandu Desa Pelamunan oleh 1
dokter internship, 1 bidan desa, serta 5 ibu kader Desa Pelamunan. Kegiatan
dilaksanakan di balai desa dengan pengaturan tata letak meja pendaftaran,
penimbangan, pengukuran tinggi/panjang badan, meja imunisasi, dan matras untuk
ANC. Sebanyak 2 bayi dan anak datang untuk melakukan imunisasi dan 4 orang ibu
hamil datang untuk ANC.
- Monitoring & Evaluasi
Masih didapatkan beberapa ibu hamil yang tidak rutin melakukan ANC, belum
melakukan pemeriksaan Lab sesuai anjuran bidan dan dokter, serta balita yang
imunisasinya belum lengjao. Kader desa harus tetap aktif untuk mengajak warga
khususnya ibu hamil dan ibu yang memiliki anak balita untuk melakukan ANC dan
imunisasi wajib. Selain itu, masih banyak masyarakat yang tidak memakai masker
dan tidak menerapkan protocol kesehatan.

F2 – Kesehatan Lingkungan
1. Inspeksi Depot Air Minum Desa Lebakwana
2 November 2021
- Latar Belakang
Depot Air Minum adalah suatu usaha yang melakukan proses pengolahan air baku
menjadi air minum dalam bentuk curah (diisi langsung tempat) tidak dalam bentuk
kemasan dan diberikan langsung kepada konsumen. Perkembangan usaha Depot air
minum di Kabupaten Serang yang semakin menjamur dari tahun ke tahun
menunjukkan semakin banyaknya masyarakat yang menggunakan air minum isi
ulang sebagai alternatif sumber air minum sehari-hari. Harga yang terjangkau dan
kemudahan mendapatkan air isi ulang menjadi alasan meningkatnya penggunaan air
minum isi ulang di kalangan masyarakat.
- Permasalahan
Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh surnber daya air meliputi kuantitas air
yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas
air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Hingga saat ini, Indonesian
telah memiliki Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 tentang Pengendalian
Pencemaran Air dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun
1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan lndustri. Peraturan Pemerintah
No. 20 tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air. Memperhatikan hal-hal
tersebut maka perlu dilakukan penelitian kualitas air dari penyedia air minum isi
ulang dikarenakan dampak kesehatan yang luas terhadap masyarakat.
- Perencanaan & Pemilihan Intervensi
Dalam upaya kesehatan lingkungan, yaitu untuk mengetahui penilaian kualitas air
terutama air minum, maka dilakukan inspeksi dan observasi pada Badan Usaha
Depot yang didirikan di beberapa wilayah. Program dilakukan dengan mengunjungi
usaha Depot yang ada di Wilayah Desa Lebakwana, kemudian dilakukan penilaian
sesuai format standar. Setiap badan usaha juga harus memiliki hasil uji laboratorium
terhadap air minum dan sumber air yang digunakan untuk menilai kelayakan air
dikonsumsi sehari-sehari sebagai air minum.
- Pelaksanaan
Melakukan kunjungan ke Badan Usaha Depot bernama Bismillah 02 yang berlokasi di
Desa Lebakwana pada tanggal 2 November 2021. Kunjungan dilakukan oleh 1 orang
dokter internsip dan 1 orang penanggung jawab program Kesehatan lingkungan dari
Puskesmas Kramatwatu. Penilaian dilakukan berdasarkan borang yang telah
disediakan oleh Penanggung Jawab Kesehatan Lingkungan sebagai format standar.
 Dilakukan inspeksi dan observasi dari segi kualitas air yang dibuktikan melalui
hasil uji laboratorium.
 Melihat surat-surat perizinan pembangunan depot dan menilai kondisi
penempatan tangki air, kebersihan serta ketersediaan galon serta tata letak dari
setiap bagian depot.
Hasil penilaian pada badan usaha depot Bismillah 02 yakni sebagian besar poin
borang sudah terpenuhi dan memenuhi standar. Namun ada beberapa saran yang
diberikan dari pihak puskesmas kepada pemilik depot yaitu :
a) Depot disarankan untuk memiliki hasil laboraturium uji sampel air
b) Saluran pengisian air disarankan untuk tidak menggunakan selang karena dapat
memengaruhi dan merubah kualitas air
- Monitoring & Evaluasi
Pelaksanaan inspeksi dan observasi berjalan baik dan lancar. Pihak pengusaha depot
air minum memberikan respon yang baik terhadap petugas dan sudah memahami
soal prosedur pemeriksaan rutin depot air minum isi ulang. Evaluasi dilakukan
dengan pemeriksaan uji kualitas air secara berkala di laboratorium. Diharapkan juga,
saat kunjungan selanjutnya, pihak pengusaha depot telah menjalankan saran-saran
yang telah di berikan oleh Puskesmas.

2. Inspeksi Depot Air Minum Desa Lebakwana


2 November 2021
- Latar Belakang
Depot Air Minum adalah suatu usaha yang melakukan proses pengolahan air baku
menjadi air minum dalam bentuk curah (diisi langsung tempat) tidak dalam bentuk
kemasan dan diberikan langsung kepada konsumen. Perkembangan usaha Depot air
minum di Kabupaten Serang yang semakin menjamur dari tahun ke tahun
menunjukkan semakin banyaknya masyarakat yang menggunakan air minum isi
ulang sebagai alternatif sumber air minum sehari-hari. Harga yang terjangkau dan
kemudahan mendapatkan air isi ulang menjadi alasan meningkatnya penggunaan air
minum isi ulang di kalangan masyarakat.
- Permasalahan
Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh surnber daya air meliputi kuantitas air
yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas
air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Hingga saat ini, Indonesian
telah memiliki Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 tentang Pengendalian
Pencemaran Air dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun
1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan lndustri. Peraturan Pemerintah
No. 20 tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air. Memperhatikan hal-hal
tersebut maka perlu dilakukan penelitian kualitas air dari penyedia air minum isi
ulang dikarenakan dampak kesehatan yang luas terhadap masyarakat.
- Perencanaan & Pemilihan Intervensi
Dalam upaya kesehatan lingkungan, yaitu untuk mengetahui penilaian kualitas air
terutama air minum, maka dilakukan inspeksi dan observasi pada Badan Usaha
Depot yang didirikan di beberapa wilayah. Program dilakukan dengan mengunjungi
usaha Depot yang ada di Wilayah Desa Lebakwana, kemudian dilakukan penilaian
sesuai format standar. Setiap badan usaha juga harus memiliki hasil uji laboratorium
terhadap air minum dan sumber air yang digunakan untuk menilai kelayakan air
dikonsumsi sehari-sehari sebagai air minum.
- Pelaksanaan
Melakukan kunjungan ke Badan Usaha Depot bernama Callista yang berlokasi di
Desa Lebakwana pada tanggal 2 November 2021. Kunjungan dilakukan oleh 1 orang
dokter internsip dan 1 orang penanggung jawab program Kesehatan lingkungan dari
Puskesmas Kramatwatu. Penilaian dilakukan berdasarkan borang yang telah
disediakan oleh Penanggung Jawab Kesehatan Lingkungan sebagai format standar.
 Dilakukan inspeksi dan observasi dari segi kualitas air yang dibuktikan melalui
hasil uji laboratorium.
 Melihat surat-surat perizinan pembangunan depot dan menilai kondisi
penempatan tangki air, kebersihan serta ketersediaan galon serta tata letak dari
setiap bagian depot.
Hasil penilaian pada badan usaha depot Bismillah 02 yakni sebagian besar poin
borang sudah terpenuhi dan memenuhi standar. Namun ada beberapa saran yang
diberikan dari pihak puskesmas kepada pemilik depot yaitu :
a) Depot disarankan untuk memiliki hasil laboraturium uji sampel air
b) Saluran pengisian air disarankan untuk tidak menggunakan selang karena dapat
memengaruhi dan merubah kualitas air
c) Tempat penampungan air tidak disarankan menggunakan ember
d) Lokasi penampungan dan pengisian air tidak disarankan dekat kamar mandi dan
tempat cuci baju
e) Gallon tidak boleh diberikan label merek depot
- Monitoring & Evaluasi
Pelaksanaan inspeksi dan observasi berjalan baik dan lancar. Pihak pengusaha depot
air minum memberikan respon yang baik terhadap petugas dan sudah memahami
soal prosedur pemeriksaan rutin depot air minum isi ulang. Evaluasi dilakukan
dengan pemeriksaan uji kualitas air secara berkala di laboratorium. Diharapkan juga,
saat kunjungan selanjutnya, pihak pengusaha depot telah menjalankan saran-saran
yang telah di berikan oleh Puskesmas.

3. Inspeksi Depot Air Minum Desa Pelamunan


2 November 2021
- Latar Belakang
Depot Air Minum adalah suatu usaha yang melakukan proses pengolahan air baku
menjadi air minum dalam bentuk curah (diisi langsung tempat) tidak dalam bentuk
kemasan dan diberikan langsung kepada konsumen. Perkembangan usaha Depot air
minum di Kabupaten Serang yang semakin menjamur dari tahun ke tahun
menunjukkan semakin banyaknya masyarakat yang menggunakan air minum isi
ulang sebagai alternatif sumber air minum sehari-hari. Harga yang terjangkau dan
kemudahan mendapatkan air isi ulang menjadi alasan meningkatnya penggunaan air
minum isi ulang di kalangan masyarakat.
- Permasalahan
Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh surnber daya air meliputi kuantitas air
yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas
air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Hingga saat ini, Indonesian
telah memiliki Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 tentang Pengendalian
Pencemaran Air dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun
1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan lndustri. Peraturan Pemerintah
No. 20 tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air. Memperhatikan hal-hal
tersebut maka perlu dilakukan penelitian kualitas air dari penyedia air minum isi
ulang dikarenakan dampak kesehatan yang luas terhadap masyarakat.
- Perencanaan & Pemilihan Intervensi
Dalam upaya kesehatan lingkungan, yaitu untuk mengetahui penilaian kualitas air
terutama air minum, maka dilakukan inspeksi dan observasi pada Badan Usaha
Depot yang didirikan di beberapa wilayah. Program dilakukan dengan mengunjungi
usaha Depot yang ada di Wilayah Desa Pelamunan, kemudian dilakukan penilaian
sesuai format standar. Setiap badan usaha juga harus memiliki hasil uji laboratorium
terhadap air minum dan sumber air yang digunakan untuk menilai kelayakan air
dikonsumsi sehari-sehari sebagai air minum.
- Pelaksanaan
Melakukan kunjungan ke Badan Usaha Depot yang berlokasi di Desa Pelamunan
pada tanggal 2 November 2021. Kunjungan dilakukan oleh 1 orang dokter internsip
dan 1 orang penanggung jawab program Kesehatan lingkungan dari Puskesmas
Kramatwatu. Penilaian dilakukan berdasarkan borang yang telah disediakan oleh
Penanggung Jawab Kesehatan Lingkungan sebagai format standar.
 Dilakukan inspeksi dan observasi dari segi kualitas air yang dibuktikan melalui
hasil uji laboratorium.
 Melihat surat-surat perizinan pembangunan depot dan menilai kondisi
penempatan tangki air, kebersihan serta ketersediaan galon serta tata letak dari
setiap bagian depot.
Hasil penilaian pada badan usaha depot yakni sebagian besar poin borang sudah
terpenuhi dan memenuhi standar. Namun ada beberapa saran yang diberikan dari
pihak puskesmas kepada pemilik depot yaitu :
a) Depot disarankan untuk memiliki hasil laboraturium uji sampel air
b) Saluran pengisian air disarankan untuk tidak menggunakan selang karena dapat
memengaruhi dan merubah kualitas air
c) Etalase tempat pengisian banyak debu dan sawang sehingga disarankan untuk
rutin dibersihkan
d) Area sekitar pengisian banyak sampah tutup gallon sehingga disarankan untuk
rutin dibersihkan
- Monitoring & Evaluasi
Pelaksanaan inspeksi dan observasi berjalan baik dan lancar. Pihak pengusaha depot
air minum memberikan respon yang baik terhadap petugas dan sudah memahami
soal prosedur pemeriksaan rutin depot air minum isi ulang. Evaluasi dilakukan
dengan pemeriksaan uji kualitas air secara berkala di laboratorium. Diharapkan juga,
saat kunjungan selanjutnya, pihak pengusaha depot telah menjalankan saran-saran
yang telah di berikan oleh Puskesmas.

4. Inspeksi Jasa Boga Desa Lebakwana


2 November 2021
- Latar Belakang
Kualitas kebersihan dan sanitasi makanan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
penjamah makanan dan faktor lingkungan dimana makanan tersebut diolah,
termasuk fasilitas pengolahan makanan yang tersedia. Dalam masa dua dekade
terakhir abad ke-20, berbagai kegiatan penyelenggaraan makanan dan usaha jasa
boga bermunculan, baik yang berskala kecil dan bentuk usaha rumah tangga
maupun yang berskala besar yang diselenggarakan secar professional. Namun, tidak
sedikit usaha penyelenggaraan makanan kelompok yang berskala rumah tangga yang
diselenggarakan hanya atas dasar coba-coba kemudian menjadi pailit dan terhenti
kegiatannya. Di samping itu berbagai media massa sering memberitakan tentang
terjadinya peristiwa keracunan makanan dari usaha jasa boga.
- Permasalahan
Pengolahan makanan melalui jasa boga merupakan hal yang sering ditemui di
masyarakat. Makanan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia dan sangat berpengaruh dengan kesehatan. Kebersihan sanitasi makanan
adalah pengendalian terhadap faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya
yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan
lainnya. Ukuran keamanan makanan akan berbeda satu orang dengan orang lain,
atau satu negara dengan negara lain, sesuai dengan budaya dan kondisi masing-
masing. Untuk itu perlu ada peraturan yang menetapkan norma dan standar yang
harus dipatuhi bersama.
- Perencanaan & Pemilihan Intervensi
Dalam upaya meningkatkan kesehatan lingkungan, maka dilakukan inspeksi dan
observasi pada Jasa Boga yang didirikan di beberapa wilayah. Program dilakukan
dengan mengunjungi usaha jasa boga yang ada di Wilayah Desa Lebakwana,
kemudian dilakukan penilaian sesuai format standar.
- Pelaksanaan
Dilakukan inspeksi jaga boga Kedai Timlo pada tanggal 2 November 2021. Kunjungan
dilakukan oleh 1 orang dokter internsip dan 1 orang penanggung jawab program
Kesehatan lingkungan dari Puskesmas Kramatwatu. Penilaian dilakukan berdasarkan
borang yang telah disediakan oleh Penanggung Jawab Kesehatan Lingkungan sebagai
format standar. Dilakukan inspeksi dan observasi mengenai:
 Pemilihan bahan baku makanan
 Cara dan tempat penyimpanan bahan makanan
 Tempat pengolahan makanan
 Cara dan tempat pengangkutan makanan
 Cara dan tempat penyimpanan makanan
 Cara dan tempat penyajian makanan
 Lokasi bangunan, fasilitas, pencahayaan, sumber air
Hasil penilaian pada jasa boga sebagian besar poin borang sudah terpenuhi dan
memenuhi standar. Namun ada beberapa kriteria yang belum terpenuhi. Maka
beberapa saran yang diberikan dari pihak puskesmas kepada pemilik jasa boga yaitu:
 Lokasi rumah makan dan tempat pengolahan makanan yang terpisah
 Belum adanya toilet yang terpisah dari dapur tempat pengolahan makanan
 Bangunan belum rapat dari serangga dan tikus
 Karyawan jasa boga belum menggunakan APD dengan baik
 Belum ada tempat penyimpanan loker untuk karyawan
- Monitoring & Evaluasi
Pelaksanaan inspeksi dan observasi berjalan baik dan lancar. Pihak pengusaha jasa
boga memberikan respon yang baik terhadap petugas. Evaluasi dilakukan saat
kunjungan selanjutnya, diharapkan pihak pengusaha jasa boga telah menjalankan
saran-saran yang telah di berikan oleh Puskesmas.

5. Pemicuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)


- Latar Belakang
Pemicuan adalah cara untuk mendorong perubahan perilaku higiene dan sanitasi
individu atau masyarakat atas kesadaraan sendiri dengan menyentuh perasaan, pola
pikir, perilaku, dan kebiasaan individu atau masyarakat, yang dilakukan dengan
melakukan pertemuan dengan masyarakat selama setengah hari dengan difasilitasi
oleh tim pemicu puskesmas dan desa yang terdiri lima (5) orang. Kegiatan pemicuan
STBM bertujuan untuk mendorong masyarakat dan petugas kesehatan untuk
melakukan upaya perbaikan perilaku hidup bersih dan sehat terkait sanitasi melalui
pendekatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan No. 3 tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat,
pemicuan STBM mencakup lima pilar. Program STBM PKGBM memprioritaskan pada
pencapaian pilar 1 yaitu “Stop BAB Sembarangan (SBS)” dan pilar 2 “Cuci Tangan
Pakai Sabun”.
- Permasalahan
Masih tingginya angka kejadian diare dan masih banyak masyarakat Desa
Pamengkang yang buang air besar sembarangan (BABS).
- Perencanaan & Pemilihan Intervensi
Pemicuan STBM dilakukan dengan cara menganalisa situasi lingkungan dan perilaku
masyarakat itu sendiri, sehingga muncul kesadaran internal dari masyarakat dan
terdorong untuk meujudkan dalam perilaku yang sehat serta membangun sarana
sanitasinya secara mandiri.
Pelaksanaan pemicuan mengikuti langkah sebagai berikut: (1) Perkenalan dan
Penyampaian Tujuan, (2) Bina Suasana, (3) Kesepakatan Istilah Tinja, BAB dan
Jamban, (4) Pemetaan, (5) Transek Walk, (6) Simulasi Air Terkontaminasi, (7) Memicu
Perubahan, (8) Kesepakatan Bersama, dan (9) Rencana Tindak Lanjut. Dalam
melakukan pemicuan perubahan menggunakan (a) Elemen Malu, (b) Eleman Harga
Diri, (c) Elemen Jijik dan Takut Sakit, (d) Elemen yang Berkaitan dengan Keagamaan,
dan (e) Elemen yang Berkaitan dengan Kemiskinan.
Pelaku pemicuan terdiri atas kader terlatih STBM dengan didukung oleh bidan desa,
petugas / kader posyandu, dan dipimpin oleh Tim Pemicu Puskesmas. Untuk
memperkuat hubungan antara peningkatan kebutuhan sanitasi dan penyediaan jasa
dan material sanitasi, maka pengusaha sanitasi perlu mengikuti proses pemicuan.
- Pelaksanaan
Kegiatan dilakukan pada tanggal 9 November 2021, di Kp Dermayon 2 Desa
Pamengkang. Kegiatan ini dilaksanakan oleh 1 dokter internsip dan 1 orang
sanitarian. Kegiatan diikuti oleh 20 peserta. Peserta diberikan pengenalan mengenai
jamban sehat, kemudian diikuti dengan pemicuan untuk membuat jamban.
- Monitoring & Evaluasi
Pelaksanaan kegiatan Pemicuan sudah berjalan lancar dan sesuai rencana, meskipun
peserta yang diundang belum dapat hadir semua.

F3 – KIA dan KB
1. Pemasangan KB Implan di Poli KB PKM Kramatwatu
20 September 2021
- Latar Belakang
Salah satu masalah yang cukup besar di Indonesia adalah tentang padatnya jumlah
penduduk. Hal ini menimbulkan berbagai macam masalah di semua sektor. Untuk itu
pemerintah mencanangkan program keluarga berencana (KB) yaitu dua anak untuk
setiap keluarga. Keluarga Berencana (KB) merupakan upaya peningkatan kepedulian
dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesehatan keluarga kecil,
bahagia dan sejahtera. Agar dapat mencapai hal tersebut, dibuatlah beberapa cara
atau alternatif untuk mencegah atau menundah kehamilan, salah satunya adalah
kontrasepsi. Kontrasepsi merupakan cara pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel
sperma atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi pada dinding
rahim. Pemilihan jenis kontrasepsi didasarkan pada tujuan penggunaannya yaitu
menunda kehamilan pasangan dengan istri, menjarangkan kehamilan (mengatur
kesuburan), ataupun mengakhiri kesuburan. Saat ini telah banyak beredar berbagai
alat kontrasepsi, seperti : pil, suntik, IUD dan implan.
- Permasalahan
Masih banyaknya pasangan usia subur yang tidak menggunakan kontrasepsi,
sehingga meningkatnya jumlah penduduk, kekurangan pangan dan gizi sehingga
menyebabkan kesehatan masyarakat yang buruk, pendidikan rendah, kurangnya
lapangan pekerjaan, tingkat kelahiran dan kematian yang tinggi khususnya di negara
berkembang. Rendahnya angka kesadaran penggunakan alat kontrasepsi dapat di
pengaruhi oleh banyak faktor pertimbangan, antara lain dari faktor pasangannya,
faktor kesehatan, faktor pekerjaan, faktor persepsi, efektifitas, persepsi efek
samping dan faktor dari metode kontrasepsi itu sendiri.
- Perencanaan & Pemilihan Intervensi
Perencanaan dan intervensi kegiatan pelayanan keluarga berencana (KB) di
Puskesmas Kramatwatu dilakukan pada wanita usia subur yang sedang dalam tahap
menjarangkan kehamilan. Kegiatan ini meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik,
edukasi mengenai jenis-jenis KB, manfaat serta kekurangan dan kelebihan masing-
masing alat kontrasepsi, pilihan kontrasepsi pada berbagai kasus, serta bagaimana
cara penggunaannya. Selain melalui Poli KB di Puskesmas, edukasi juga dapat
dilakukan dengan bantuan kader-kader di masyarakat, atau melalui bidan desa di
berbagai acara masyarakat seperti Posyandu.
Kontrasepsi implan memiliki keuntungan adalah memiki daya guna yang tinggi,
perlindungan dalam jangka waktu yang panjang, pengembalian kesuburan yang
cepat setelah dilakukan pencabutan, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, bebas
dari pengaruh esterogen, tidak mengganggu dalam kegiatan senggama, tidak
mengganggu produksi ASI.
- Pelaksanaan
Kegiatan pemasangan KB Implan pada akseptor KB baru dilaksanakan di Poli KB
Puskesmas Kramatwatu. Kegiatan ini dilaksanakan oleh 1 dokter internsip dan 1
orang petugas bidan, dengan akseptor bernama: Ny. A, 32 tahun, P4A0, BB 63 kg, TB
150 cm.
Alat dan bahan dipersiapkan, kemudian akseptor diminta untuk tidurdengan lengan
atas kiri terekspos. Dilakukan tindakan sepsis dan asepsis pada lokasi pemasangan.
Setelah implant dimasukan ke subkutan, luka ditutup menggunakan veerband.
Edukasi akseptor bahwa balutan perban jangan terkena air selama 3 hari dan setelah
itu, perban harap diganti sendiri. Akseptor diajarkan untuk mengecek posisi implant
dengan cara merabanya.
- Monitoring & Evaluasi
Pelaksanaan berjalan dengan lancar. Terdapat beberapa pertanyaan-pertanyaan
yang disampaikan oleh pasien. Perlu dilakukan pemantauan secara berkala apabila
ada keluhan yang muncul setelah pemasangan KB implan. Evaluasi mengenai tingkat
pengetahuan wanita usia produktif mengenai pilihan KB dapat dilakukan secara
berkala oleh bidan desa di Puskesmas Kramatwatu.

2. Pemasangan KB Implan di Poli KB PKM Kramatwatu


20 September 2021
- Latar Belakang
Salah satu masalah yang cukup besar di Indonesia adalah tentang padatnya jumlah
penduduk. Hal ini menimbulkan berbagai macam masalah di semua sektor. Untuk itu
pemerintah mencanangkan program keluarga berencana (KB) yaitu dua anak untuk
setiap keluarga. Keluarga Berencana (KB) merupakan upaya peningkatan kepedulian
dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesehatan keluarga kecil,
bahagia dan sejahtera. Agar dapat mencapai hal tersebut, dibuatlah beberapa cara
atau alternatif untuk mencegah atau menundah kehamilan, salah satunya adalah
kontrasepsi. Kontrasepsi merupakan cara pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel
sperma atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi pada dinding
rahim. Pemilihan jenis kontrasepsi didasarkan pada tujuan penggunaannya yaitu
menunda kehamilan pasangan dengan istri, menjarangkan kehamilan (mengatur
kesuburan), ataupun mengakhiri kesuburan. Saat ini telah banyak beredar berbagai
alat kontrasepsi, seperti : pil, suntik, IUD dan implan.
- Permasalahan
Masih banyaknya pasangan usia subur yang tidak menggunakan kontrasepsi,
sehingga meningkatnya jumlah penduduk, kekurangan pangan dan gizi sehingga
menyebabkan kesehatan masyarakat yang buruk, pendidikan rendah, kurangnya
lapangan pekerjaan, tingkat kelahiran dan kematian yang tinggi khususnya di negara
berkembang. Rendahnya angka kesadaran penggunakan alat kontrasepsi dapat di
pengaruhi oleh banyak faktor pertimbangan, antara lain dari faktor pasangannya,
faktor kesehatan, faktor pekerjaan, faktor persepsi, efektifitas, persepsi efek
samping dan faktor dari metode kontrasepsi itu sendiri.
- Perencanaan & Pemilihan Intervensi
Perencanaan dan intervensi kegiatan pelayanan keluarga berencana (KB) di
Puskesmas Kramatwatu dilakukan pada wanita usia subur yang sedang dalam tahap
menjarangkan kehamilan. Kegiatan ini meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik,
edukasi mengenai jenis-jenis KB, manfaat serta kekurangan dan kelebihan masing-
masing alat kontrasepsi, pilihan kontrasepsi pada berbagai kasus, serta bagaimana
cara penggunaannya. Selain melalui Poli KB di Puskesmas, edukasi juga dapat
dilakukan dengan bantuan kader-kader di masyarakat, atau melalui bidan desa di
berbagai acara masyarakat seperti Posyandu.
Kontrasepsi implan memiliki keuntungan adalah memiki daya guna yang tinggi,
perlindungan dalam jangka waktu yang panjang, pengembalian kesuburan yang
cepat setelah dilakukan pencabutan, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, bebas
dari pengaruh esterogen, tidak mengganggu dalam kegiatan senggama, tidak
mengganggu produksi ASI.
- Pelaksanaan
Kegiatan dilakukan pada akseptor KB lama yang ingin melepas implant karena sudah
3 tahun dan ingin memasang implant kembali. Kegiatan dilaksanakan di Poli KB
Puskesmas Kramatwat, oleh 1 dokter internsip dan 1 orang petugas bidan, dengan
akseptor bernama: Ny. S, 44 tahun, P3A0, BB 55 kg, TB 148 cm.
Alat dan bahan dipersiapkan, kemudian akseptor diminta untuk tidur dengan lengan
atas kiri terekspos. Dilakukan tindakan sepsis dan asepsis pada lokasi implant
sebelumnya. Dilakukan insisi daerah dekat lokasi implant yang lama, kemudian
dilakukan pelepasan implant. Setelah prosedur pelepasan implant lama, dilakukan
prosedur pemasangan implant baru. Setelah implant dimasukan ke subkutan, luka
ditutup menggunakan veerband. Edukasi akseptor bahwa balutan perban jangan
terkena air selama 3 hari dan setelah itu, perban harap diganti sendiri. Akseptor
diajarkan untuk mengecek posisi implant dengan cara merabanya.
- Monitoring & Evaluasi
Pelaksanaan berjalan dengan lancar. Terdapat beberapa pertanyaan-pertanyaan
yang disampaikan oleh pasien. Perlu dilakukan pemantauan secara berkala apabila
ada keluhan yang muncul setelah pemasangan KB implan. Evaluasi mengenai tingkat
pengetahuan wanita usia produktif mengenai pilihan KB dapat dilakukan secara
berkala oleh bidan desa di Puskesmas Kramatwatu.

3. Pemeriksaan ANC di Poli KIA PKM Kramatwatu


5 Oktober 2021
- Latar Belakang
Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara dengan angka kematian ibu dan
perinatal tertinggi, yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan
kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih
bermutu. Penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan, infeksi, gestosis dan
anestesia. Tingginya angka kematian ibu dan bayi antara lain disebabkan rendahnya
tingkat pengetahuan ibu dan frekuensi pemeriksaan antenatal care yang tidak
teratur. Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil sehingga mampu menghadapi
persalinan, kala nifas, persiapan pemberian ASI dan kembalinya kesehatan
reproduksi secara wajar. Tujuan pelayanan ANC ialah untuk mencegah adanya
komplikasi obstetri bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini
mungkin dan ditangani secara memadai. Antenatal care dianjurkan dilakukan
minimal sebanyak 4 kali. Kunjungan pertama (K1) dilakukan pada trimester pertama.
K2 pada saat trimester 2 dan K3 dan K4 dilakukan pada usia kehamilan memasuki
trimester ketiga. Kunjungan antenatal care hingga usia 28 minggu dilakukan setiap
empat minggu sekali. Usia kehamilan 28-36 minggu kunjungan dilakukan setiap dua
minggu sekali. Kehamilan 36 minggu atau lebih dilakukan setiap minggu sekali.
Pemeriksaan yang terdapat dalam pelayanan ANC, yaitu keadaan umum, suhu
tubuh, tekanan darah, berat badan, tinggi badan, LILA, TFU, presentasi janin, DJJ, Hb,
golongan darah, protein urin, gula darah/ reduksi, deteksi malaria, BTA, deteksi
sifilis, serologi HIV, dan USG.
- Permasalahan
Dengan dasar masih tingginya angka kematian ibu dan bayi yang berhubungan
dengan persalinan, maka diperlukan suatu pemeriksaan deteksi dini untuk mencegah
hal tersebut. Deteksi dini tersebut dapat dilakukan dengan pemeriksaan kesehatan
ibu selama masa kehamilannya (ANC). Faktor yang berkontribusi terhadap kematian
ibu dan bayi dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, dimana salah satunya
adalah perilaku pasien yang tidak melakukan ANC atau hanya melakukan ANC sekali
selama masa kehamilan sehingga resiko kehamilannya tidak terdeteksi.
- Perencanaan & Pemilihan Intervensi
Dari masalah tersebut, dilakukan intervensi di Puskesmas Kramatwatu dengan
melakukan pemeriksaan rutin, pemberian tablet zat besi dan asam folat, serta
konseling pada ibu hamil mengenai tanda-tanda bahaya kehamilan seperti keluar
cairan sebelum waktunya, ada perdarahan, sakit kepala berlebihan, dll.
- Pelaksanaan
Kegiatan pemeriksaan ibu hamil dilakukan di Poli KIA Puskesmas Kramatwatu.
Kegiatan dilaksanakan oleh 1 dokter internsip dan 2 bidan. Kegiatan dilakukan
dengan melakukan pemeriksaan ibu hamil berdasar urutan pendaftaran, konseling
dan pengisian buku pink, pemberian tablet zat besi, asam folat, dan kalsium.
Berikut hasil pemeriksaan ANC yang dilakukan pada pasien:
Nama: Ny. UH
Usia: 23 tahun
Suami: Tn. A
HPHT: 13 Januari 2021
TP: 20 Oktober 2021
UK: 38 minggu
Status: G1P0A0
BB/TB: 55 kg / 142 cm
Lila: 31 cm
Tensi: 122/87 mmHg
TFU: 31 cm
DJJ: 144 x/ menit
Ny. UH merencanakan persalinan di Puskesmas Kramatwatu dengan bidan desa.
Kemudian untuk cek laboratorium terakhir diketahui Hb Ny. UH normal, DM (-), HT
(-), proteinuria (-), glukosuria (-), sifilis (-), HIV (-), hepatitis B (-). Ny. UH sudah
mendapat tablet Fe+asam folat dan Kalsium dari puskesmas dan posyandu.
- Monitoring & Evaluasi
Masih didapatkan beberapa ibu hamil yang tidak rutin melakukan ANC. Diperlukan
konseling dan edukasi mengenai:
o Waktu minimal kunjungan pemeriksaan ANC yakni:
 Minimal 1x pada trimester pertama (K1) dengan usia kehamilan 1 – 12
minggu untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan, perencanaan
persalianan dan pelayanan kesehatan trimester pertama
 Minimal 1x pada trimester kedua (K2) dengan usia kehamilan 13 – 24 minggu
untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar selama satu periode
berlangsung
 Minimal 2x pada trimester ketiga (K3 & K4) denga usia kehamilan > 24
minggu untuk memantapkan rencana persalinan dan mengenali tanda –
tanda persalinan.

4. Pemeriksaan ANC di Poli KIA PKM Kramatwatu


16 September 2021
- Latar Belakang
Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara dengan angka kematian ibu dan
perinatal tertinggi, yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan
kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih
bermutu. Penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan, infeksi, gestosis dan
anestesia. Tingginya angka kematian ibu dan bayi antara lain disebabkan rendahnya
tingkat pengetahuan ibu dan frekuensi pemeriksaan antenatal care yang tidak
teratur. Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil sehingga mampu menghadapi
persalinan, kala nifas, persiapan pemberian ASI dan kembalinya kesehatan
reproduksi secara wajar. Tujuan pelayanan ANC ialah untuk mencegah adanya
komplikasi obstetri bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini
mungkin dan ditangani secara memadai. Antenatal care dianjurkan dilakukan
minimal sebanyak 4 kali. Kunjungan pertama (K1) dilakukan pada trisemester
pertama. K2 pada saat trisemester 2 dan K3 dan K4 dilakukan pada usia kehamilan
memasuki trisemster ketiga. Kunjungan antenatal care hingga usia 28 minggu
dilakukan setiap empat minggu sekali. Usia kehamilan 28-36 minggu kunjungan
dilakukan setiap dua minggu sekali. Kehamilan 36 minggu atau lebih dilakukan setiap
minggu sekali. Pemeriksaan yang terdapat dalam pelayanan ANC, yaitu keadaan
umum, suhu tubuh, tekanan darah, berat badan, tinggi badan, LILA, TFU, presentasi
janin, DJJ, Hb, golongan darah, protein urin, gula darah/ reduksi, deteksi malaria,
BTA, deteksi sifilis, serologi HIV, dan USG.
- Permasalahan
Dengan dasar masih tingginya angka kematian ibu dan bayi yang berhubungan
dengan persalinan, maka diperlukan suatu pemeriksaan deteksi dini untuk mencegah
hal tersebut. Deteksi dini tersebut dapat dilakukan dengan pemeriksaan kesehatan
ibu selama masa kehamilannya (ANC). Faktor yang berkontribusi terhadap kematian
ibu dan bayi dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, dimana salah satunya
adalah perilaku pasien yang tidak melakukan ANC atau hanya melakukan ANC sekali
selama masa kehamilan sehingga resiko kehamilannya tidak terdeteksi.
- Perencanaan & Pemilihan Intervensi
Dari masalah tersebut, dilakukan intervensi di Puskesmas Kramatwatu dengan
melakukan pemeriksaan rutin, pemberian tablet zat besi dan asam folat, serta
konseling pada ibu hamil mengenai tanda-tanda bahaya kehamilan seperti keluar
cairan sebelum waktunya, ada perdarahan, sakit kepala berlebihan, dll.
- Pelaksanaan
Kegiatan pemeriksaan ibu hamil dilakukan di Poli KIA Puskesmas Kramatwatu.
Kegiatan dilaksanakan oleh 1 dokter internsip dan 2 bidan. Kegiatan dilakukan
dengan melakukan pemeriksaan ibu hamil berdasar urutan pendaftaran, konseling
dan pengisian buku pink, pemberian tablet zat besi, asam folat, dan kalsium.
Berikut hasil pemeriksaan ANC yang dilakukan pada pasien:
Nama: Ny. DI
Usia: 28 tahun
Suami: Tn. MD
HPHT: 17 Desember 2020
TP: 22 September 2021
UK: 39 minggu
Status: G1P0A0
BB/TB: 58 kg / 162 cm
Lila: 24 cm
Tensi: 107/70 mmHg
TFU: 32 cm
DJJ: 143 x/ menit
Ny. DI merencanakan persalinan di Puskesmas Kramatwatu dengan bidan desa.
Kemudian untuk cek laboratorium terakhir diketahui Hb Ny. DI normal, DM (-), HT (-),
proteinuria (-), glukosuria (-), sifilis (-), HIV (-), hepatitis B (-). Ny. DI sudah mendapat
tablet Fe+asam folat dan Kalsium dari puskesmas dan posyandu.
- Monitoring & Evaluasi
Masih didapatkan beberapa ibu hamil yang tidak rutin melakukan ANC. Diperlukan
konseling dan edukasi mengenai:
o Waktu minimal kunjungan pemeriksaan ANC yakni:
 Minimal 1x pada trimester pertama (K1) dengan usia kehamilan 1 – 12
minggu untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan, perencanaan
persalianan dan pelayanan kesehatan trimester pertama
 Minimal 1x pada trimester kedua (K2) dengan usia kehamilan 13 – 24 minggu
untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar selama satu periode
berlangsung
 Minimal 2x pada trimester ketiga (K3 & K4) denga usia kehamilan > 24
minggu untuk memantapkan rencana persalinan dan mengenali tanda –
tanda persalinan.

5. Pemeriksaan ANC di Poli KIA PKM Kramatwatu


14 September 2021
- Latar Belakang
Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara dengan angka kematian ibu dan
perinatal tertinggi, yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan
kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih
bermutu. Penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan, infeksi, gestosis dan
anestesia. Tingginya angka kematian ibu dan bayi antara lain disebabkan rendahnya
tingkat pengetahuan ibu dan frekuensi pemeriksaan antenatal care yang tidak
teratur. Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil sehingga mampu menghadapi
persalinan, kala nifas, persiapan pemberian ASI dan kembalinya kesehatan
reproduksi secara wajar. Tujuan pelayanan ANC ialah untuk mencegah adanya
komplikasi obstetri bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini
mungkin dan ditangani secara memadai. Antenatal care dianjurkan dilakukan
minimal sebanyak 4 kali. Kunjungan pertama (K1) dilakukan pada trisemester
pertama. K2 pada saat trisemester 2 dan K3 dan K4 dilakukan pada usia kehamilan
memasuki trisemster ketiga. Kunjungan antenatal care hingga usia 28 minggu
dilakukan setiap empat minggu sekali. Usia kehamilan 28-36 minggu kunjungan
dilakukan setiap dua minggu sekali. Kehamilan 36 minggu atau lebih dilakukan setiap
minggu sekali. Pemeriksaan yang terdapat dalam pelayanan ANC, yaitu keadaan
umum, suhu tubuh, tekanan darah, berat badan, tinggi badan, LILA, TFU, presentasi
janin, DJJ, Hb, golongan darah, protein urin, gula darah/ reduksi, deteksi malaria,
BTA, deteksi sifilis, serologi HIV, dan USG.
- Permasalahan
Dengan dasar masih tingginya angka kematian ibu dan bayi yang berhubungan
dengan persalinan, maka diperlukan suatu pemeriksaan deteksi dini untuk mencegah
hal tersebut. Deteksi dini tersebut dapat dilakukan dengan pemeriksaan kesehatan
ibu selama masa kehamilannya (ANC). Faktor yang berkontribusi terhadap kematian
ibu dan bayi dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, dimana salah satunya
adalah perilaku pasien yang tidak melakukan ANC atau hanya melakukan ANC sekali
selama masa kehamilan sehingga resiko kehamilannya tidak terdeteksi.
- Perencanaan & Pemilihan Intervensi
Dari masalah tersebut, dilakukan intervensi di Puskesmas Kramatwatu dengan
melakukan pemeriksaan rutin, pemberian tablet zat besi dan asam folat, serta
konseling pada ibu hamil mengenai tanda-tanda bahaya kehamilan seperti keluar
cairan sebelum waktunya, ada perdarahan, sakit kepala berlebihan, dll.
- Pelaksanaan
Kegiatan pemeriksaan ibu hamil dilakukan di Poli KIA Puskesmas Kramatwatu.
Kegiatan dilaksanakan oleh 1 dokter internsip dan 2 bidan. Kegiatan dilakukan
dengan melakukan pemeriksaan ibu hamil berdasar urutan pendaftaran, konseling
dan pengisian buku pink, pemberian tablet zat besi, asam folat, dan kalsium.
Berikut hasil pemeriksaan ANC yang dilakukan pada pasien:
Nama: Ny. A
Usia: 22 tahun
Suami: Tn. BR
HPHT: 4 Juni 2021
TP: 11 Maret 2022
UK: 15 minggu
Status: G1P0A0
BB/TB: 59 kg / 157 cm
Lila: 25 cm
Tensi: 100/60 mmHg
TFU: pertengahan simfisis dan pusat
DJJ: 137 x/ menit
Ny. A merencanakan persalinan di Puskesmas Kramatwatu dengan bidan desa.
Kemudian untuk cek laboratorium terakhir diketahui Hb Ny. UH agak rendah (10,6
gr/dl), DM (-), HT (-), proteinuria (-), glukosuria (-), sifilis (-), HIV (-), hepatitis B (-). Ny.
Ny. A akan mendapat tablet Fe+asam folat dan Kalsium yang harus dikonsumi 1x2
tablet.
- Monitoring & Evaluasi
Masih didapatkan beberapa ibu hamil yang tidak rutin melakukan ANC. Diperlukan
konseling dan edukasi mengenai:
o Waktu minimal kunjungan pemeriksaan ANC yakni:
 Minimal 1x pada trimester pertama (K1) dengan usia kehamilan 1 – 12
minggu untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan, perencanaan
persalianan dan pelayanan kesehatan trimester pertama
 Minimal 1x pada trimester kedua (K2) dengan usia kehamilan 13 – 24 minggu
untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar selama satu periode
berlangsung
 Minimal 2x pada trimester ketiga (K3 & K4) denga usia kehamilan > 24
minggu untuk memantapkan rencana persalinan dan mengenali tanda –
tanda persalinan.

F4 – Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat


1. Pengukuran BB dan PB/TB pada bayi dan anak di Posyandu Pelamunan
19 Oktober 2021
- Latar Belakang
Pertumbuhan adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu bertambahnya
jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun individu, salah satu faktor
penting yang mempengaruhi tumbuh kembang anak adalah faktor gizi. Akar
permasalahan gizi adalah krisis ekonomi, politik dan sosial dalam masyarakat,
sehingga menyebabkan kekurangan pangan, kemiskinan dan tingginya angka inflasi
dan pengangguran. Sebagai generasi penerus masa depan bangsa, anak harus dijaga
tumbuh kembangnya. Pertumbuhan berkaitan dengan pertambahan ukuran fisik
seseorang serta perkembangan berkaitan dengan pematangan dan penambahan
kemampuan fungsi organ atau individu. Proses tumbuh kembang anak pada
hakekatnya merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling terkait seperti
faktor genetik, lingkungan biologis-fisik-dan psikososial serta faktor perilaku. Apabila
faktor lingkungan dan perilaku terbentuk secara optimal maka tumbuh kembang
anak akan memuaskan pula. Tumbuh kembang anak sudah dimulai sejak
bertemunya sperma ayah dan sel telur ibu, yang berarti bahwa tumbuh kembang
anak sudah dimulai sejak di dalam kandungan. Pada perjalanan tumbuh kembang
anak menjadi dewasa terdapat 3 periode pertumbuhan yang cepat yaitu pada masa
janin, masa satu tahun pertama dan masa pubertas.
- Permasalahan
Masih kurangnya partisipasi orang tua dalam kegiatan deteksi tumbuh kembang
balita yang biasanya dilakukan di posyandu setiap bulan.
- Perencanaan & Pemilihan Intervensi
o Memberikan penyuluhan tentang pentingnya deteksi tumbuh kembang
o Melakukan Pemeriksaan skrining gizi di posyandu terutama pada “Golden
Period”
o Kader lebih aktif lagi dalam mengajak masyarakat untuk mengikuti kegiatan
Posyandu
o Dilakukan kegiatan jemput bola bagi balita yang tidak datang Posyandu
- Pelaksanaan
Pada tanggal 19 Oktober 2021 dilaksanakan Posyandu yang bertempat di Desa
Pelamunan yang merupakan UKBM cakupan wilayah Puskesmas Kramatwatu.
Kegiatan Posyandu dilakukan bersama seorang bidan desa dari Puskesmas dan
diikuti oleh 11 anak. Deteksi tumbuh kembang balita ini dilaksanakan bersamaan
dengan kegiatan posyandu balita di Posyandu Desa Pelamunan dimulai pukul 10.00-
selesai. Agenda kegiatan deteksi tumbuh kembang balita ini terdiri dari
penimbangan berat dan tinggi badan anak, screening tumbuh kembang anak, dan
edukasi orangtua mengenai tumbuh kembang anak. Alur Posyandu terdiri dari:
o Meja I : Pendaftaran
o Meja II : Penimbangan
o Meja lll : Pengisian KMS
o Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS
o Meja V : Pelayanan kesehatan
- Monitoring & Evaluasi
Kegiatan deteksi tumbuh kembang anak ini berjalan sesuai perencanaan. Namun,
meskipun telah dipanggil berulang kali, sasaran balita yang datang masih belum
mencapai target karena masih kurangnya partisipasi masyarakat untuk
mengantarkan balitanya deteksi tumbuh kembang.

2. Pengukuran BB dan PB/TB pada bayi dan anak di Poli MTBS


17 September 2021
- Latar Belakang
Pertumbuhan adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu bertambahnya
jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun individu, salah satu faktor
penting yang mempengaruhi tumbuh kembang anak adalah faktor gizi. Akar
permasalahan gizi adalah krisis ekonomi, politik dan sosial dalam masyarakat,
sehingga menyebabkan kekurangan pangan, kemiskinan dan tingginya angka inflasi
dan pengangguran. Sebagai generasi penerus masa depan bangsa, anak harus dijaga
tumbuh kembangnya. Pertumbuhan berkaitan dengan pertambahan ukuran fisik
seseorang serta perkembangan berkaitan dengan pematangan dan penambahan
kemampuan fungsi organ atau individu. Proses tumbuh kembang anak pada
hakekatnya merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling terkait seperti
faktor genetik, lingkungan biologis-fisik-dan psikososial serta faktor perilaku. Apabila
faktor lingkungan dan perilaku terbentuk secara optimal maka tumbuh kembang
anak akan memuaskan pula. Tumbuh kembang anak sudah dimulai sejak
bertemunya sperma ayah dan sel telur ibu, yang berarti bahwa tumbuh kembang
anak sudah dimulai sejak di dalam kandungan. Pada perjalanan tumbuh kembang
anak menjadi dewasa terdapat 3 periode pertumbuhan yang cepat yaitu pada masa
janin, masa satu tahun pertama dan masa pubertas.
- Permasalahan
Masih kurangnya partisipasi orang tua dalam kegiatan deteksi tumbuh kembang
balita yang biasanya dilakukan di posyandu setiap bulan.
- Perencanaan & Pemilihan Intervensi
o Memberikan penyuluhan tentang pentingnya deteksi tumbuh kembang
o Melakukan Pemeriksaan skrining gizi di posyandu terutama pada “Golden
Period”
o Kader lebih aktif lagi dalam mengajak masyarakat untuk mengikuti kegiatan
Posyandu
o Dilakukan kegiatan jemput bola bagi balita yang tidak datang Posyandu
- Pelaksanaan
Pada tanggal 17 September 2021, dilakukan pemeriksaan pada An. Gibran S., laki-
laki, usia 1 tahun. Kegiatan dilakukan di Poli MTBS, terdiri dari pemeriksaan fisik,
pengukuran status gizi, serta edukasi mengenai pola pertumbuhan dan
perkembangan anak. Hasil pemeriksaan:
o BB 11 kg, TB 76 cm
o BB/U: 0 < z score < 2
o TB/U: 0 < z score < 2
o BB/TB: 1 < z score < 2
o Status Gizi : gizi baik, BB cukup, perawakan baik
- Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan deteksi tumbuh kembang anak ini berjalan sesuai perencanaan. Gizi anak
termasuk baik, namun tetap memerlukan evaluasi berkala terkait tumbuh
kembangnya. Evaluasi selanjutnya dapat dilakukan di Puskesmas maupun Posyandu
dengan target 8x pemeriksaan/tahun pada anak usia kurang dari 2 tahun.

3. Pengukuran BB dan PB/TB pada bayi dan anak di Poli MTBS


28 September 2021
- Latar Belakang
Pertumbuhan adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu bertambahnya
jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun individu, salah satu faktor
penting yang mempengaruhi tumbuh kembang anak adalah faktor gizi. Akar
permasalahan gizi adalah krisis ekonomi, politik dan sosial dalam masyarakat,
sehingga menyebabkan kekurangan pangan, kemiskinan dan tingginya angka inflasi
dan pengangguran. Sebagai generasi penerus masa depan bangsa, anak harus dijaga
tumbuh kembangnya. Pertumbuhan berkaitan dengan pertambahan ukuran fisik
seseorang serta perkembangan berkaitan dengan pematangan dan penambahan
kemampuan fungsi organ atau individu. Proses tumbuh kembang anak pada
hakekatnya merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling terkait seperti
faktor genetik, lingkungan biologis-fisik-dan psikososial serta faktor perilaku. Apabila
faktor lingkungan dan perilaku terbentuk secara optimal maka tumbuh kembang
anak akan memuaskan pula. Tumbuh kembang anak sudah dimulai sejak
bertemunya sperma ayah dan sel telur ibu, yang berarti bahwa tumbuh kembang
anak sudah dimulai sejak di dalam kandungan. Pada perjalanan tumbuh kembang
anak menjadi dewasa terdapat 3 periode pertumbuhan yang cepat yaitu pada masa
janin, masa satu tahun pertama dan masa pubertas.
- Permasalahan
Masih kurangnya partisipasi orang tua dalam kegiatan deteksi tumbuh kembang
balita yang biasanya dilakukan di posyandu setiap bulan.
- Perencanaan & Pemilihan Intervensi
o Memberikan penyuluhan tentang pentingnya deteksi tumbuh kembang
o Melakukan Pemeriksaan skrining gizi di posyandu terutama pada “Golden
Period”
o Kader lebih aktif lagi dalam mengajak masyarakat untuk mengikuti kegiatan
Posyandu
o Dilakukan kegiatan jemput bola bagi balita yang tidak datang Posyandu
- Pelaksanaan
Pada tanggal 28 September 2021, dilakukan pemeriksaan pada An. Nabilatul H.,
perempuan, usia 2 tahun 6 bulan. Kegiatan dilakukan di Poli MTBS, terdiri dari
pemeriksaan fisik, pengukuran status gizi, serta edukasi mengenai pola pertumbuhan
dan perkembangan anak. Hasil pemeriksaan:
o BB 12 kg, TB 84 cm
o BB/U: -2 < z score < 0
o TB/U: -2 < z score < 0
o BB/TB: 0 < z score < 1
o Status Gizi : gizi baik, BB cukup, perawakan baik
- Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan deteksi tumbuh kembang anak ini berjalan sesuai perencanaan. Gizi anak
termasuk baik, namun tetap memerlukan evaluasi berkala terkait tumbuh
kembangnya. Evaluasi selanjutnya dapat dilakukan di Puskesmas maupun Posyandu
dengan target 8x pemeriksaan/tahun pada anak usia kurang dari 2 tahun.

4. Pengukuran BB dan PB/TB pada bayi dan anak di Poli MTBS


18 Oktober 2021
- Latar Belakang
Pertumbuhan adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu bertambahnya
jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun individu, salah satu faktor
penting yang mempengaruhi tumbuh kembang anak adalah faktor gizi. Akar
permasalahan gizi adalah krisis ekonomi, politik dan sosial dalam masyarakat,
sehingga menyebabkan kekurangan pangan, kemiskinan dan tingginya angka inflasi
dan pengangguran. Sebagai generasi penerus masa depan bangsa, anak harus dijaga
tumbuh kembangnya. Pertumbuhan berkaitan dengan pertambahan ukuran fisik
seseorang serta perkembangan berkaitan dengan pematangan dan penambahan
kemampuan fungsi organ atau individu. Proses tumbuh kembang anak pada
hakekatnya merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling terkait seperti
faktor genetik, lingkungan biologis-fisik-dan psikososial serta faktor perilaku. Apabila
faktor lingkungan dan perilaku terbentuk secara optimal maka tumbuh kembang
anak akan memuaskan pula. Tumbuh kembang anak sudah dimulai sejak
bertemunya sperma ayah dan sel telur ibu, yang berarti bahwa tumbuh kembang
anak sudah dimulai sejak di dalam kandungan. Pada perjalanan tumbuh kembang
anak menjadi dewasa terdapat 3 periode pertumbuhan yang cepat yaitu pada masa
janin, masa satu tahun pertama dan masa pubertas.
- Permasalahan
Masih kurangnya partisipasi orang tua dalam kegiatan deteksi tumbuh kembang
balita yang biasanya dilakukan di posyandu setiap bulan.
- Perencanaan & Pemilihan Intervensi
o Memberikan penyuluhan tentang pentingnya deteksi tumbuh kembang
o Melakukan Pemeriksaan skrining gizi di posyandu terutama pada “Golden
Period”
o Kader lebih aktif lagi dalam mengajak masyarakat untuk mengikuti kegiatan
Posyandu
o Dilakukan kegiatan jemput bola bagi balita yang tidak datang Posyandu
- Pelaksanaan
Pada tanggal 18 Oktober 2021, dilakukan pemeriksaan pada An. Fatimah M.,
perempuan, usia 3 tahun 7 bulan. Kegiatan dilakukan di Poli MTBS, terdiri dari
pemeriksaan fisik, pengukuran status gizi, serta edukasi mengenai pola pertumbuhan
dan perkembangan anak. Hasil pemeriksaan:
o BB 11 kg, TB 95 cm
o BB/U: -3 < z score < -2
o TB/U: -2 < z score < 0
o BB/TB: -3 < z score < -2
o Status Gizi : gizi kurang, BB kurang, perawakan baik
- Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan deteksi tumbuh kembang anak ini berjalan sesuai perencanaan. Diperlukan
intervensi berupa pemberian makanan tambahan serta evaluasi berkala terkait
tumbuh kembang anak agar tidak jatuh menjadi stunting. Evaluasi selanjutnya dapat
dilakukan di Puskesmas maupun Posyandu dengan target 8x pemeriksaan/tahun
pada anak usia kurang dari 2 tahun.

5. Penyuluhan Mengenai Stunting dan Intervensi Pos Gizi di Desa Kramatwatu


29 Oktober 2021
- Latar Belakang
Stunting adalah kekurangan gizi pada bayi di 1000 hari pertama kehidupan yang
berlangsung lama dan menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh
kembang anak. Karena mengalami kekurangan gizi menahun, bayi stunting tumbuh
lebih pendek dari standar tinggi balita seumurnya. Masalah stunting penting untuk
diselesaikan, karena berpotensi mengganggu potensi sumber daya manusia dan
berhubungan dengan tingkat kesehatan, bahkan kematian anak. Hasil dari Survei
Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) menunjukkan bahwa terjadi penurunan angka
stunting berada pada 27,67 persen pada tahun 2019. Walaupun angka stunting ini
menurun, namun angka tersebut masih dinilai tinggi, mengingat WHO menargetkan
angka stunting tidak boleh lebih dari 20 persen.
Angka stunting disebabkan berbagai faktor kekurangan gizi pada bayi. Diantara 5 juta
kelahiran bayi setiap tahun, sebanyak 1,2 juta bayi lahir dengan kondisi stunting.
Saat ini, bayi lahir saja sudah 23% prevalensi stunting. Kemudian setelah lahir,
banyak yang lahirnya normal tapi kemudian jadi stunting hingga angkanya menjadi
27,6%. Artinya dari angka 23% muncul dari kelahiran yang sudah tidak sesuai
standar. Hal lain yang menyebabkan stunting adalah sebanyak 11,7% bayi terlahir
dengan gizi kurang yang diukur melalui ukuran panjang tubuh tidak sampai 48
sentimeter dan berat badannya tidak sampai 2,5 kilogram.
- Permasalahan
Stunting berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada
kecerdasan, produktivitas dan prestasinya seorang anak. Efek jangka panjang
stunting juga berakibat pada gangguan metabolik seperti penyakit yang terkait
dengan obesitas, hipertensi dan diabetes mellitus. Oleh karena itu diperlukan
kegiatan penyuluhan, screening (deteksi dini) dan intervensi terhadap kasus stunting
dengan tujuan para orangtua dapat memberikan gizi seimbang untuk anak-anaknya
agar menurunkan angka stunting pada balita di Desa Kramatwatu Kecamatan
Kramatwatu.
- Perencanaan & Pemilihan Intervensi
Dilakukan penyuluhan dan deteksi dini pada balita di Desa Kramatwatu. Selain itu,
dilakukan juga penyuluhan mengenai sinergitas lintas sektor dan lintas program oleh
Pemerintah Daerah, aparatur desa, SDM puskesmas dan masyarakat untuk intevensi
dan rencana aksi penanganan Stunting di Kabupaten Serang.
- Pelaksanaan
Penyuluhan mengenai stunting dan Intervensi Pos Gizi dilakukan di Kantor Desa
Kramatwatu, pada tanggal 29/10/2021 yang dihadiri oleh 20 orang terdiri dari Kader
dan Aparatur Desa (Ibu Lurah). Kegiatan dilaksanakan oleh 1 orang dokter Internsip,
1 orang Penanggung Jawab Gizi dan 1 orang Bidan Desa. Susunan acara terdiri dari :
o Pembukaan
o Sambutan dari Ketua Kader Desa Kramatwatu
o Sambutan dari Aparatur Desa (Lurah)
o Penyampaian materi mengenai stunting
o Penyampaian materi mengenai intervensi dan pencegahan stunting (Pos Gizi)
o Sesi tanya jawab
o Penutupan
- Monitoring & Evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan memvalidasi data hasil screening BB dan
TB balita yang telah didapatkan sebelumnya dari data posyandu. Memantau
perkembangan kebijakan dan rencana anggaran oleh aparatur desa untuk Pos Gizi
sebagai langkah intervensi pencegahan dan penatalaksanaan stunting & gizi buruk.
Kemudian melakukan pelatihan kepada kader dan orang tua pasien untuk
pelaksanaan Pos Gizi.
F5 – Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular
1. Vaksinasi Covid-19
27 September 2021
- Latar Belakang
Coronavirus disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit infeksi saluran
pernapasan yang disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome virus corona
2 (SARS-CoV-2), atau sering disebut virus Corona. Virus ini merupakan patogen
zoonotik yang memiliki tingkat mutasi tinggi, dan dapat menetap pada manusia dan
binatang dengan presentasi klinis beragam, mulai dari asimptomatik, gejala ringan
sampai berat, sampai kematian. COVID-19 telah ditetapkan sebagai pandemi global
pada tanggal 11 Maret 2020 oleh WHO. Kasus COVID-19 pertama kali dilaporkan
terjadi di Kota Wuhan Cina, kemudian dalam waktu kurang dari setahun telah
menyebar ke seluruh negara di dunia. Kematian akibat COVID-19 dapat dikaitkan
dengan kondisi acute respiratory distress syndrome (ARDS) atau syok sepsis. Hingga
Juli 2021, mortalitas akibat COVID-19 secara global lebih dari 4.000.000. Case fatality
rate (CFR) COVID-19 di dunia adalah 2,15%. Sedangkan di Indonesia, angka kematian
akibat COVID-19 pada Juli 2021 sekitar 76.000 kasus. Sehingga CFR COVID-19 di
Indonesia lebih tinggi daripada dunia, yaitu 2,58%. Walaupun mayoritas
kasus COVID-19 pada anak adalah asimptomatis atau bergejala ringan, 18,4/100.000
anak usia 0-4 tahun serta 10,6/100.000 anak usia 5-17 tahun membutuhkan
perawatan di rumah sakit, dan sepertiga diantaranya bahkan membutuhkan ruang
rawat intensif.
Vaksinasi merupakan upaya pengendalian penyebaran COVID-19 dengan mencapai
kekebalan kelompok (herd immunity). Pengembangan vaksin COVID-19 telah
dilakukan untuk mengatasi wabah SARS-CoV-2 sehingga dapat menurunkan
morbiditas dan mortalitas akibat COVID-19. Risiko infeksi SARS-CoV-2 sama pada
semua usia dengan gejala yang bervariasi. Pemberian vaksin COVID-19 pada anak
dapat memberikan manfaat secara medis dan dapat mengatasi transmisi komunitas.
Sejak bulan Juni 2021, Ikatan Dokter Anak Indonesia telah mengeluarkan
rekomendasi pemberian vaksin Sinovac untuk anak 12 - 17 tahun.
- Permasalahan
Tingginya angka kematian akibat Covid-19 mendorong para ilmuwan untuk
mengembangkan vaksin yang aman dan efektif melawan Covid-19 dalam waktu
singkat. Pengembangan vaksin COVID-19 yang aman dan efektif merupakan langkah
maju yang besar dalam upaya global kita untuk mengakhiri pandemik. Vaksin Covid-
19 efektif mengurangi kasus gejala ringan, sedang, hingga berat.
- Perencanaan & Pemilihan Intervensi
Melakukan pemberian vaksin Sinovac kepada anak usia 12-17 tahun yang dilakukan
secara terjadwal di sekolah-sekolah dan tetap menjalankan protokol kesehatan yang
ketat.
- Pelaksanaan
Program Vaksinasi Covid-19 dilakukan di SMPN 2 Kramatwatu, tanggal 27 September
2021. Susunan acara dilaksanakan sebagai berikut:
o Pendaftaran dan pengisian identitas
o Pemeriksaan tanda vital: tekanan darah dan suhu
o Skrining kelayakan vaksin oleh dokter
o Pencatatan
o Penyuntikan vaksin
o Observasi post-vaksin selama 30 menit
Jumlah peserta vaksin yang terdaftar: 299
Jumlah peserta yang tervaksin: 275
 Guru (2)
 Anak usia 12-17 tahun (226)
 Masyarakat (5)
 Kader/pendamping disabilitas (37)
 Disabilitas (2)
 Ibu hamil (3)
- Monitoring & Evaluasi
Monitoring gejala post vaksin (KIPI) jangka pendek dilakukan selama observasi
selama 30 menit pasca penyuntikan. Efek jangka panjang di evaluasi saat kunjungan
untuk vaksin dosis ke-2. Edukasi kepada pasien, jika timbul gejala alergi berat seperti
bengkak seluruh tubuh, sesak napas, lemas, hingga pingsan, segera datang ke IGD
Fasilitas Kesehatan terdekat.

2. Vaksinasi Covid-19
13 September 2021
- Latar Belakang
Coronavirus disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit infeksi saluran
pernapasan yang disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome virus corona
2 (SARS-CoV-2), atau sering disebut virus Corona. Virus ini merupakan patogen
zoonotik yang memiliki tingkat mutasi tinggi, dan dapat menetap pada manusia dan
binatang dengan presentasi klinis beragam, mulai dari asimptomatik, gejala ringan
sampai berat, sampai kematian. COVID-19 telah ditetapkan sebagai pandemi global
pada tanggal 11 Maret 2020 oleh WHO. Kasus COVID-19 pertama kali dilaporkan
terjadi di Kota Wuhan Cina, kemudian dalam waktu kurang dari setahun telah
menyebar ke seluruh negara di dunia. Kematian akibat COVID-19 dapat dikaitkan
dengan kondisi acute respiratory distress syndrome (ARDS) atau syok sepsis. Hingga
Juli 2021, mortalitas akibat COVID-19 secara global lebih dari 4.000.000. Case fatality
rate (CFR) COVID-19 di dunia adalah 2,15%. Sedangkan di Indonesia, angka kematian
akibat COVID-19 pada Juli 2021 sekitar 76.000 kasus. Sehingga CFR COVID-19 di
Indonesia lebih tinggi daripada dunia, yaitu 2,58%.
Vaksinasi merupakan upaya pengendalian penyebaran COVID-19 dengan mencapai
kekebalan kelompok (herd immunity). Pengembangan vaksin COVID-19 telah
dilakukan untuk mengatasi wabah SARS-CoV-2 sehingga dapat menurunkan
morbiditas dan mortalitas akibat COVID-19. Di Indonesia, sudah tersedia vaksin
COVID-19 Sinovac, AstraZeneca, SInopharm, dan Moderna. Program vaksin di
Indonesia telah dilaksanakan kepada tenaga kesehatan,  lansia petugas publik dan
pariwisata, aparat negara, serta guru dan pengajar. Pada bulan Juli 2021, telah
dikeluarkan rekomendasi pemberian vaksin pada populasi ibu hamil dan menyusui
oleh Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI).
- Permasalahan
Tingginya angka kematian akibat Covid-19 mendorong para ilmuwan untuk
mengembangkan vaksin yang aman dan efektif melawan Covid-19 dalam waktu
singkat. Pengembangan vaksin COVID-19 yang aman dan efektif merupakan langkah
maju yang besar dalam upaya global kita untuk mengakhiri pandemik. Vaksin Covid-
19 efektif mengurangi kasus gejala ringan, sedang, hingga berat.
- Perencanaan & Pemilihan Intervensi
Melakukan pemberian vaksinasi kepada masyarakat umum khusus yang tinggal di
wilayah kerja PKM Kramatwatu dalam rangka upaya percepatan vaksinasi Covid-19
untuk mencapai herd immunity.
- Pelaksanaan
Program Vaksinasi Covid-19 dilakukan di PKM Kramatwatu, tanggal 13 September
2021. Susunan acara dilaksanakan sebagai berikut:
o Pendaftaran dan pengisian identitas
o Pemeriksaan tanda vital: tekanan darah dan suhu
o Skrining kelayakan vaksin oleh dokter
o Pencatatan
o Penyuntikan vaksin
o Observasi post-vaksin selama 30 menit
Jumlah peserta vaksin yang terdaftar: 289
Jumlah peserta yang tervaksin: 274
 Guru (1)
 Lansia (1)
 Anak usia 12-17 tahun (113)
 Kader/pendamping disabilitas (157)
 Disabilitas (1)
 Ibu hamil (1)
- Monitoring & Evaluasi
Monitoring gejala post vaksin (KIPI) jangka pendek dilakukan selama observasi
selama 30 menit pasca penyuntikan. Efek jangka panjang di evaluasi saat kunjungan
untuk vaksin dosis ke-2. Edukasi kepada pasien, jika timbul gejala alergi berat seperti
bengkak seluruh tubuh, sesak napas, lemas, hingga pingsan, segera datang ke IGD
Fasilitas Kesehatan terdekat.

3. Melakukan Penapisan Pasien Tersangka TB


24 September 2021
- Latar Belakang
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis, yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA).
Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih.
Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk
darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu
bulan. Secara global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC (CI 8,8
juta – 12, juta) yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Indonesia
menduduki peringkat kedua dari lima negara dengan indsiden TB tertinggi di dunia
setelah India. Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun
2017 (Infodatin TB, 2018). Peningkatan tuberkulosis paru ditanggulangi dengan
beberapa strategi dari Kementerian Kesehatan, salah satunya yaitu meningkatkan
perluasan pelayanan DOTS (Directly Observed Treatment Short-course). Walaupun
setiap orang dapat mengidap TBC, penyakit tersebut berkembang pesat pada orang
yang hidup dalam kemiskinan, kelompok terpinggirkan, dan populasi rentan lainnya.
- Permasalahan
Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI 2018 mencatat bahwa
masih tingginya angka prevalensi TB di Indonesia, selama 10 tahun terakhir angka
notifikasi dan cakupan pengobatan kasus TBC cenderung terdapat peningkatan yang
signifikan. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pengertian, penyebab,
gejala, cara penularan dan cara pencegahan dari penyakit tuberculosis. Tingginya
persentase kasus TB yang belum terlaporkan dapat meningkatkan risiko penularan,
insidensi, mortalitas, serta resistensi obat.
- Perencanaan & Pemilihan Intervensi
Melakukan pemeriksaan dahak pada pasien-pasien dengan kecurigaan mengalami
penyakit TB paru yang datang ke poli ISPA tanggal 24 September 2021. Petugas
mempersiapkan formulir dan mengirimkan sampel yang dibutuhkan untuk
pemeriksaan penapisan TB
- Pelaksanaan
Pada tanggal 24 September 2021, datang pasien a/n Tn. AA, 41 tahun dengan
keluhan utama: batuk berdahak sejak 2 bulan
Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan batuk berdahak sejak 2 bulan sebelum datang ke
puskesmas. Batuk berdahak berwarna kehijauan namun terkadang disertai darah
berwarna merah segar. Pasien sudah mengobati ke puskesmas dan klinik dekat
rumah namun keluhan belum membaik. Keluhan demam diakui ada naik turun,
keluhan sesak napas tidak ada. Pasien mengaku sering mengalami keringat malam
saat tidur dan terdapat penurunan nafsu makan, sehingga berat badan pasien turun
>10 kg dalam sebulan terakhir. Riwayat keluhan yang sama pada keluarga disangkal.
Riw. Penyakit: HT (-) DM (-) jantung (-) hati (-)
Pemeriksaan fisik
GCS: 15 E4M6V5
Keadaan umum: tampak sakit sedang
Kesadaran: compos mentis
Tanda-tanda vital
TD: 110/63 mmHg
HR: 72 x/m
RR: 22 x/m
T: 37.1°C
Status generalis
Kepala: normocephaly
Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga: sekret (-)
Mulut: tonsil T1-T1 hiperemis (-), faring hiperemis (-)
Hidung: sekret (-)
Leher: JVP tidak meningkat, KGB tidak membesar
Paru: bentuk dan gerak simetris, VBS kiri=kanan, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung: S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: BU (+) normal, supel, NTE (+), hepatomegaly (-)
Ekstremitas: akral hangat, CRT <2 detik
Diagnosis: Susp TB paru kasus baru
Tatalaksana
Usulan pemeriksaan penunjang: cek BTA sputum
Farmakologis:
 Acetylcysteine 3x200 mg
 Paracetamol 3x500 mg
 Ranitidine 2x150 mg
 Amoxicillin 3x500 mg
Non farmakologis:
 Edukasi bahwa pasien kemungkinan mengalami penyakit TB paru yang
merupakan penyakit menular dan harus rutin minum obat selama 6 bulan
 Edukasi bahwa pasien perlu pemeriksaan bakteri pada dahak, bila hasil (+) 
obati sebagai TB Paru kasus baru dengan OAT KDT kategori 1
 Edukasi bahwa bila hasil dahak sudah keluar, maka pasien perlu dirujuk untuk
dilakukan pemeriksaan rontgen thorax
 Edukasi apabila terdapat sesak, segera datang ke IGD
 Rujuk internal ke Poli Paru untuk penatalaksanaan lebih lanjut
- Monitoring & Evaluasi
Monitoring dan evaluasi hasil pemeriksaan dilakukan saat pasien kontrol setelah
hasil pemeriksaan dahak keluar. Jika hasil di dapatkan (+) MTB, maka pasien dirujuk
ke poli TB untuk dilakukan pencatatan dan diberikan obat KDT/FDC hingga
pengobatan tuntas.

4. Melakukan Pengobatan Pasien TB Paru kasus baru


13 Oktober 2021
- Latar Belakang
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis, yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA).
Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih.
Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk
darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu
bulan. Secara global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC (CI 8,8
juta – 12, juta) yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Indonesia
menduduki peringkat kedua dari lima negara dengan indsiden TB tertinggi di dunia
setelah India. Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun
2017 (Infodatin TB, 2018). Peningkatan tuberkulosis paru ditanggulangi dengan
beberapa strategi dari Kementerian Kesehatan, salah satunya yaitu meningkatkan
perluasan pelayanan DOTS (Directly Observed Treatment Short-course). Walaupun
setiap orang dapat mengidap TBC, penyakit tersebut berkembang pesat pada orang
yang hidup dalam kemiskinan, kelompok terpinggirkan, dan populasi rentan lainnya.
- Permasalahan
Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI 2018 mencatat bahwa
masih tingginya angka prevalensi TB di Indonesia, selama 10 tahun terakhir angka
notifikasi dan cakupan pengobatan kasus TBC cenderung terdapat peningkatan yang
signifikan. Kasus TB di Indonesia cukup tinggi, sehingga diperlukan upaya
penganggulangan TB yang komprehensif. Tatalaksana TB sesuai standar terapi di
fasilitas layanan kesehatan primer merupakan salah satu upaya kesehatan
masyarakat untuk mengurangi beban TB.
- Perencanaan & Pemilihan Intervensi
Pasien yang datang ke poliklinik umum dengan gejala TB seperti, batuk lebih dari dua
minggu, penurunan berat badan yang signifikan, demam ringan, keringat malam,
pembesaran kelenjar getah bening, atau lainnya dapat dirujuk ke poli TB untuk
pemeriksaan ke arah TB. Kasus dengan kecurigaan resistensi obat, gagal terapi,
riwayat terapi tidak terstandar dengan quinolone atau obat suntik, loss to follow up,
kasus kambuh, kontak dengan kasus resisten, dan ko-infeksi TB-HIV dirujuk untuk
pemeriksaan Tes Cepat Molekular dan tatalaksana kasus resisten obat bila terbukti.
Tatalaksana dengan OAT lini 1, baik kategori I maupun II, dapat diberikan di
puskesmas.
- Pelaksanaan
Pada tanggal 13 Oktober 2021, dilakukan pengobatan terhadap pasien a/n Ny. WD,
36 tahun dengan keluhan utama: batuk berdahak sejak 3 bulan.
Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan batuk berdahak sejak 3 bulan sebelum datang ke
puskesmas. Batuk berdahak berwarna kehijauan namun terkadang disertai darah
berwarna merah segar. Pasien sudah mengobati ke puskesmas dan klinik dekat
rumah namun keluhan belum membaik. Keluhan demam diakui ada naik turun.
Pasien mengaku sering mengalami keringat malam saat tidur dan terdapat
penurunan nafsu makan, sehingga berat badan pasien turun >5 kg dalam sebulan
terakhir. Riwayat keluhan yang sama pada keluarga disangkal. Riw. Penyakit: HT (-)
DM (-) jantung (-) hati (-)
Pemeriksaan fisik
GCS: 15 E4M6V5
Keadaan umum: tampak sakit sedang
Kesadaran: compos mentis
Tanda-tanda vital
TD: 108/67 mmHg
HR: 78 x/m
RR: 22 x/m
T: 37.4°C
Status generalis
Kepala: normocephaly
Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga: sekret (-)
Mulut: tonsil T1-T1 hiperemis (-), faring hiperemis (-)
Hidung: sekret (-)
Leher: JVP tidak meningkat, KGB tidak membesar
Paru: bentuk dan gerak simetris, VBS kiri=kanan, rhonki (-/-), wheezing (+/+)
Jantung: S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: BU (+) normal, supel, NT (-), hepatomegaly (-)
Ekstremitas: akral hangat, CRT <2 detik
Pemeriksaan penunjang: BTA (SP): positif
Diagnosis: TB Paru terkonfirmasi bakteriologis kasus baru
Tatalaksana
Farmakologis:
 OAT KDT kategori I fase intensif 1 x 3 tab
Non Farmakologis:
 Edukasi bahwa pasien mengalami penyakit TB paru yang merupakan penyakit
menular dan harus rutin minum obat selama 6 bulan
 Gizi cukup dan seimbang
 Akivitas fisik minimal intensitas ringan-sedang durasi 150 menit/minggu
 Pencegahan transmisi TB: Gunakan masker dan mengupayakan paparan sinar
matahari dan ventilasi udara yang baik di rumah
 Protokol kesehatan COVID19: gunakan masker, jaga jarak minimal 1 meter,
hindari kerumunan, cuci tangan
- Monitoring & Evaluasi
OAT diberikan untuk dosis 2 minggu. Seorang kerabat pasien atau orang lain yang
mampu mengawasi pasien dipilih dan diedukasi untuk berperan sebagai pengawas
minum obat (PMO). Setelah 2 minggu sejak pemberian OAT, pasien perlu datang
kembali ke puskesmas untuk mengambil kembali OAT dosis berikutnya, serta
monitoring dan evaluasi terapi secara klinis. Pada bulan ke-2 dan bulan ke-5 terapi
OAT kategori I atau bulan ke-3 dan bulan ke-5 terapi OAT kategori II, dilakukan
pemeriksaan BTA untuk evaluasi terapi secara mikrobiologis. Apabila BTA tetap
positif setelah bulan ke-2 terapi kategori I atau bulan ke-3 terapi kategori II,
dinyatakan tidak konversi yang tetap dapat melanjutkan terapi lini 1, tetapi perlu
dirujuk untuk pemeriksaan TCM. Apabila BTA tetap positif setelah bulan ke-5 terapi,
dinyatakan gagal terapi, sehingga tidak dapat melanjutkan terapi lini 1 dan perlu
melakukan pemeriksaan TCM.

5. Tracing Peserta Ujian CPNS Kabupaten Serang


15 Oktober 2021
- Latar Belakang
Coronavirus disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit infeksi saluran
pernapasan yang disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome virus corona
2 (SARS-CoV-2), atau sering disebut virus Corona. Virus ini merupakan patogen
zoonotik yang memiliki tingkat mutasi tinggi, dan dapat menetap pada manusia dan
binatang dengan presentasi klinis beragam, mulai dari asimptomatik, gejala ringan
sampai berat, sampai kematian. COVID-19 telah ditetapkan sebagai pandemi global
pada tanggal 11 Maret 2020 oleh WHO. Kasus COVID-19 pertama kali dilaporkan
terjadi di Kota Wuhan Cina, kemudian dalam waktu kurang dari setahun telah
menyebar ke seluruh negara di dunia. Kematian akibat COVID-19 dapat dikaitkan
dengan kondisi acute respiratory distress syndrome (ARDS) atau syok sepsis.
Untuk memutus rantai penularan Covid-19, pemerintah berupaya untuk
menerapkan disiplin 3M yakni memakai masker dengan benar, menjaga jarak dan
hindari kerumunan, dan mencuci tangan pakai sabun dengan rutin. Selain itu, saat ini
pemerintah juga sedang menggencarkan praktik 3T, yakni tindakan melakukan tes
COVID-19 (testing), penelusuran kontak erat (tracing), dan tindak lanjut berupa
perawatan pada pasien COVID-19 (treatment). Tracing (Telusur) adalah proses
mengidentifikasi siapa saja orang-orang yang telah berkontak dengan pasien positif
Covid-19. Yang perlu dilakukan pada tracing yaitu: mengidentifikasi waktu dan
tempat dari orang-orang yang berkontak dengan pasien Covid-19, menginformasikan
orang-orang yang mungkin terpapar virus covid-19, dan mengisolasi orang-orang
yang terjangkit Covid-19 untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
- Permasalahan
Hingga Juli 2021, mortalitas akibat COVID-19 secara global lebih dari 4.000.000. Case
fatality rate (CFR) COVID-19 di dunia adalah 2,15%. Sedangkan di Indonesia, angka
kematian akibat COVID-19 pada Juli 2021 sekitar 76.000 kasus. Sehingga CFR COVID-
19 di Indonesia lebih tinggi daripada dunia, yaitu 2,58%. Walaupun mayoritas
kasus COVID-19 pada anak adalah asimptomatis atau bergejala ringan, 18,4/100.000
anak usia 0-4 tahun serta 10,6/100.000 anak usia 5-17 tahun membutuhkan
perawatan di rumah sakit, dan sepertiga diantaranya bahkan membutuhkan ruang
rawat intensif.
- Perencanaan & Pemilihan Intervensi
Tingginya angka kematian akibat Covid-19 mendorong pemerintah untuk
memperkuat upaya perubahan perilaku di masyarakat yakni dengan kampanye 3M,
sedangkan 3T dengan melakukan deteksi awal penyebaran COVID-19 dengan testing
dan tracing yang tepat sasaran, sementara untuk treatment pemerintah
memperkuat manajemen perawatan pada pasien COVID-19.
Tracing dilakukan dengan pemeriksaan swab antigen kepada para peserta ujian
CPNS satu hari sebelum dilakukannya ujian. Pemeriksaan dilakukan hanya kepada
para peserta ujian CPNS yang mendaftar ke pemerintahan Kabupaten Serang.
- Pelaksanaan
Kegiatan dilakukan di PKM Kramat pada tanggal 15 Oktober 2021, dengan susunan
acara sebagai berikut :
o Melakukan pendaftaran peserta dengan menyerahkan fotokopi KTP dan kartu
Ujian P3K
o Melakukan pencatatan
o Mengambil sampel swab antigen
o Melaporkan hasil pemeriksaan swab antigen
Jumlah peserta ujian CPNS yang diswab: 11 orang, hasil: negatif
Swab antigen umum: 1 orang, hasil: negatif
- Monitoring & Evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan memantau ada tidaknya gejala pada
pasien dan menganalisa hasil pemeriksaan.

F6 – Upaya Pengobatan Dasar


1. Hipertensi
15 September 2021
- Latar Belakang
Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia baik negara maju
maupun negara berkembang. Menurut WHO, sekitar 40% dari orang yang berusia
lebih dari 25 tahun memiliki hipertensi pada tahun 2008. Dalam World Health
Statistik tahun 2012, WHO melaporkan bahwa sekitar 51% dari kematian akibat
stroke dan 45% dari penyakit jantung koroner disebabkan oleh hipertensi. Faktor
risiko utama untuk hipertensi, termasuk riwayat keluarga, gaya hidup, pola makan
yang buruk, merokok, jenis kelamin, stres, ras, usia, dan pola tidur. Hipertensi
disebut juga “silent killer” karena pada sebagian kasus tidak menunjukkan gejala
apapun. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di arteri yang bersifat sistemik
dan berlangsung terus-menerus untuk jangka waktu yang lama. Hipertensi tidak
terjadi tiba-tiba, melainkan melalui proses yang berlangsung cukup lama. Hipertensi
didefinisikan sebagai rata-rata tekanan sistolik ≥140 mmHg, dan tekanan darah
diastolik yaitu ≥90 mmHg. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
hipertensi adalah tekanan darah yang ≥140/90 mmHg dengan dua kali pengukuran.
- Permasalahan
Meningkatnya pengidap hipertensi di Indonesia, khususnya di wilayah kerja
Puskesmas Kramatwatu serta minimnya pengetahuan masyarakat mengenai
pengobatan hipertensi secara menyeluruh selain dari obat-obatan (perubahan gaya
hidup, pola makan, dan olahraga).
- Perencanaan & Pemilihan Intervensi
Diperlukan intervensi pada penderita hipertensi dengan perawatan secara individual
seperti melakukan pengobatan serta deteksi dini dan melakukan perubahan pada
gaya hidup dan pola makan. Rencana yang akan dilakukan adalah anamnesis,
pemeriksaan fisik, penatatalaksanaan. Pengobatan ini disesuaikan dengan keadaan
pasien dan disertai dengan edukasi yang adekuat dan penetapan target personal dari
pasien.
- Pelaksanaan
Pada tanggal 15 September 2021, dilakukan pengobatan terhadap pasien Tn. W, 57
tahun, TD: 163/98 mmHg
Tatalaksana farmakologis:
o Paracetamol 3x500 mg
o Amlodipine 1x10 mg
o Vit B complex 1x1 PO
Terapi non-farmakologis:
o Edukasi pasien untuk mengurangi konsumsi kopi dan garam, tidur cukup
o Edukasi pasien untuk minum obat teratur sekali sehari setiap malam
o Edukasi pasien mengenai komplikasi darah tinggi jika tidak dikontrol seperti
serangan jantung, jantung bengkak, sakit ginjal, stroke, dan gangguan
penglihatan
o Edukasi untuk mengurangi konsumsi garam maksimal per hari 2 sendok the
o Edukasi untuk berhenti merokok dan mengurangi konsumsi makanan yang
berlemak serta tinggi kolesterol
o Edukasi untuk melakukan olahraga atau latihan aerobik 30-60 menit 3x seminggu
secara rutin
o Edukasi untuk melakukan kontrol tekanan darah secara rutin 1 bulan sekali
- Monitoring & Evaluasi
Monitoring dilakukan secara berkala saat pasien kontrol 1 bulan sekali. Evaluasi
apakah pengobatan sudah adekuat dan perubahan pola hidup sudah dilakukan
dengan baik.

2. Diabetes Melitus Tipe-2


9 September 2021
- Latar Belakang
Penyakit diabetes melitus menjadi penyebab utama kebutaan, penyakit jantungm
gagal ginjal, premature, dll. Organisasi Internasional Diabetes Federation (IDF)
memperkirakan sedikitnya terdapat 463 juta orang pada usia 20-79 tahun di dunia
menderita diabetes pada tahun 2019 atau setara dengan angka prevalensi sebesar
9,3% dari total penduduk pada usia yang sama. Prevalensi diabetes diperkirakan
meningkat seiring penambahan umur penduduk menjadi 19,9% atau 111,2 juta
orang pada umur 65-79 tahun. Angka diprediksi terus meningkat hingga mencapai
578 juta di tahun 2030 dan 700 juta di tahun 2045. Indonesia menempati urutan ke-
7 diantara 10 negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak, yaitu sebesar
10,7 juta. Prevalensi DM dari tahun ke tahun semakin meningkat terutama pada
kelompok yang berisiko tinggi untuk mengalami penyakit DM diantaranya yaitu
kelompok usia dewasa tua (lebih dari 40 tahun), kegemukan, tekanan darah tinggi,
riwayat keluarga DM, dan dislipidemia. Pengobatan DM selain minum obat, juga
harus diet dan olahraga teratur.
- Permasalahan
Meningkatnya pengidap diabetes mellitus (DM) di Indonesia, khususnya di wilayah
kerja Puskesmas Kramatwatu serta minimnya pengetahuan masyarakat mengenai
pengobatan DM secara menyeluruh selain dari obat-obatan (perubahan gaya hidup,
pola makan, dan olahraga).
- Perencanaan & Pemilihan Intervensi
Diperlukan intervensi pada penderita DM dengan perawatan secara individual
seperti melakukan pengobatan serta deteksi dini dan melakukan perubahan pada
gaya hidup dan pola makan. Rencana yang akan dilakukan adalah anamnesis,
pemeriksaan fisik, penatatalaksanaan. Pengobatan ini disesuaikan dengan keadaan
pasien dan disertai dengan edukasi yang adekuat dan penetapan target personal dari
pasien.
- Pelaksanaan
Pada tanggal 9 September 2021, dilakukan pengobatan terhadap Ny. J, 56 tahun,
GDS 261 mg/dl
Tatalaksana
Farmakologis:
o Metformin 3x500 mg PO
o Vit B complex 1x1 tab PO
Non farmakologis:
o Edukasi kepada pasien bahwa penyakit gula merupakan penyakit menahun,
tujuan pengobatannya adalah mengontrol kadar gula darah, serta bagaimana
pentingnya minum obat teratur
o Edukasi pasien untuk mengatur pola hidup dengan berolahraga 3x seminggu
minimal durasi 30 menit, mengurangi makanan dan minuman yang manis dengan
kadar gula atau karbohidrat tinggi, menurunkan berat badan apabila berlebih,
serta rutin kontrol gula darah 1 bulan sekali
o Edukasi mengenai tanda bahaya komplikasi dari DM yang perlu diperhatikan
seperti baal tidak kunjung membaik, sesak nafas, dan keluhan bengkak pada kaki
atau tangan
- Monitoring & Evaluasi
o Evaluasi terapi dan gejala dengan cara kontrol rutin ke dokter minimal 1 bulan
sekali
o Pasien di anjurkan untuk melakukan pemeriksaan HbA1c untuk evaluasi terapi
dan pola hidup sehat setiap 3 bulan

3. Diare
9 September 2021
- Latar Belakang
Diare adalah kondisi dimana terdapat perubahan pada konsistensi tinja menjadi cair
dan peningkatan frekuensi BAB menjadi >3x. Pada umumnya, diare terjadi akibat
makanan dan minuman yang terpapar virus, bakteri, atau parasit. Diare merupakan
salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Berdasarkan data informasi profil
kesehatan Indonesia tahun 2017 dari Kemenkes RI, jumlah kasus diare seluruh
Indonesia adalah sekitar 7 juta, dan paling banyak terjadi di provinsi Jawa Barat
dengan 1,2 juta kasus. Diare juga merupakan salah satu masalah kesehatan yang
paling umum terjadi pada bayi dan anak-anak. Diare dapat berlangsung beberapa
hari (akut), namun pada sebagian kasus dapat memanjang hingga berminggu-minggu
(kronis). Pada umumnya, diare tidak berbahaya jika tidak terjadi dehidrasi. Namun,
jika disertai dehidrasi, penyakit ini bisa menjadi fatal, dan penderitanya perlu segera
mendapat pertolongan medis. Beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko
seseorang terserang diare, seperti: jarang mencuci tangan setelah ke toilet,
penyimpanan dan persiapan makanan yang tidak bersih, jarang membersihkan dapur
dan toilet, sumber air yang tidak bersih, makan makanan sisa yang sudah dingin,
serta tidak mencuci tangan dengan sabun.
- Permasalahan
Meningkatnya kasus diare pada anak di wilayah kerja Puskesmas Kramatwatu serta
minimnya pengetahuan masyarakat mengenai bahaya diare serta pentingnya
menjaga kebersihan.
- Perencanaan & Pemilihan Intervensi
Penatalaksanaan kasus bertujuan mengidentifikasi masalah klinis pada pasien dan
keluarga serta faktor-faktor yang berpengaruh, menyelesaikan masalah klinis pada
pasien dan keluarga, dan mengubah perilaku kesehatan pasien dan keluarga serta
partisipasi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan. Rencana yang akan
dilakukan adalah anamnesis, pemeriksaan fisik, penatatalaksanaan, serta edukasi
untuk mencegah diare dan bahaya diare. Pengobatan ini disesuaikan dengan
keadaan pasien dan disertai dengan edukasi yang adekuat dan penetapan target
personal dari pasien.
- Pelaksanaan
Pada tanggal 9 September 2021, dilakukan pengobatan terhadap An. D, 3 tahun 2
bulan, 15 kg
Terapi Farmakologis:
o Oralit 100-200 cc setiap BAB cair, berikan sebanyak 6 sachet
o Zink 1x20 mg PO selama 10-14 hari
o Paracetamol sirup 120 mg/5 ml 3x1 cth PO bila demam
Terapi non farmakologis:
o Edukasi mengenai cara menyeduh oralit dan cara pemberiannya
o Edukasi untuk tetap melanjutkan makan dan minum diteruskan, porsi sedikit
namun frekuensi lebih sering (setiap 3-4 jam)
o Edukasi untuk mengurangi makanan berserat seperti sayur/buah selama masih
BAB cair
o Edukasi untuk mencuci bahan makanan hingga bersih sebelum dimasak, mencuci
tangan sebelum makan, dan tidak jajan sembarangan
o Edukasi bahwa diare pada anak sering disebabkan oleh virus sehingga tidak
membutuhkan antibiotic
o Edukasi mengenai tanda bahaya diare: anak lemas, diberi minum sangat
kehausan atau tidak minum sama sekali, muntah terus-menerus, atau jika tidak
membaik dalam 3 hari, segera bawa ke IGD
- Monitoring & Evaluasi
Monitoring dilakukan secara berkala. Evaluasi apakah pengobatan sudah adekuat.

4. Skabies
16 Oktober 2021
- Latar Belakang
Skabies merupakan kondisi yang menyebabkan rasa gatal pada kulit akibat
terdapatnya tungau yang menggali ke dalam kulit. Tungau ini disebut Sarcoptes
scabiei. Prevalensi skabies di Indonesia berdasarkan data dari puskesmas seluruh
Indonesia tahun 2018 adalah 5,6%-12,95% dan menduduki urutan ketiga dari 12
penyakit kulit terbanyak. Faktor yang mengakibatkan tingginya prevalensi skabies
antara lain kelembapan yang tinggi, rendahnya sanitasi, kepadatan, malnutrisi,
higiene personal yang buruk, pengetahuan, sikap dan perilaku yang kurang
mendukung pola hidup sehat. Meskipun skabies bukan merupakan keadaan yang
fatal atau mengancam jiwa, tetapi penyakit ini dapat menjadi berat dan persisten,
yang dapat mengarah ke kelemahan tubuh dan infeksi kulit sekunder.
Scabies merupakan penyakit yang menular dan dapat menyebar secara cepat.
Penularan dapat terjadi melalui kontak fisik dengan anggota keluarga, kelompok
perawatan anak, ruang kelas di sekolah, panti, atau penjara. Karena sifat
menularnya, penanganan scabies direkomendasikan dilakukan untuk seluruh
anggota keluarga atau kelompok yang tinggal berdekatan. Pelayanan kesehatan
primer memegang peranan penting pada penyakit skabies dalam hal penegakan
diagnosis, terapi yang tepat, dan edukasi komunitas dalam pencegahan penyakit dan
menularnya penyakit. Skabies dapat ditangani dengan cepat. Pengobatan dapat
dioleskan pada kulit untuk membunuh tungau yang menyebabkan skabies serta
telurnya, walaupun gatal dapat tetap dirasakan hingga beberapa minggu.
- Permasalahan
o Di Indonesia, penyakit ini masih menjadi masalah tidak saja di daerah terpencil,
tetapi juga di kota-kota besar
o Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai pengobatan Skabies secara
menyeluruh dan komprehensif.
- Perencanaan & Pemilihan Intervensi
Diperlukan intervensi pada penderita Skabies dengan perawatan secara individual
seperti melakukan pengobatan serta deteksi dini dan melakukan perubahan pada
gaya hidup. Penatalaksanaan kasus bertujuan mengidentifikasi masalah klinis pada
pasien dan keluarga serta faktor-faktor yang berpengaruh, menyelesaikan masalah
klinis pada pasien dan keluarga, dan mengubah perilaku kesehatan pasien dan
keluarga serta partisipasi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan. Rencana
yang akan dilakukan adalah anamnesis, pemeriksaan fisik, penatalaksanaan.
Pengobatan ini disesuaikan dengan keadaan pasien dan disertai dengan edukasi yang
adekuat dan penetapan target personal dari pasien.
- Pelaksanaan
Dilakukan pengobatan terhadap pasien An. MG, 16 tahun, 51 kg, 150 cm, pada
tanggal 16 Oktober 2021
Terapi farmakologis:
o Krim permetrin 5% di seluruh tubuh, diamkan selama 8 jam, kemudian di bilas
o CTM 3x4 mg
Terapi non-farmakologi:
o Pengobatan harus dilakukan secara bersamaan pada seluruh orang yang tinggal
dalam rumah
o Persiapan untuk pengobatan:
 Seluruh pakaian yang ada dalam lemari dimasukkan kedalam kantong plastic,
dan diikat. Sisakan pakaian untuk 3 hari kedepan
 Jemur seluruh pakaian yang sudah ada dalam plastic selama 3 hari kedepan
 Pada hari terakhir penjemuran (malam), oleskan obat pada seluruh orang
yang tinggal dirumah
 Mandi seluruh badan sebelum memakai obat
 Oleskan obat krim permethrin 5% secara merata pada seluruh badan, baik
yang gatal ataupun tidak gatal, kecuali muka. Pemakaian obat harus dibantu
dengan orang lain. Diamkan selama 10 jam
 Pagi hari sebelum mandi, turunkan sprei, sarung bantal, gorden, dan karpet.
Jemur sofa dan peralatanm rumah lainnya, atau semprot dengan insektisida
 Mandi seluruh badan hingga bersih
 Kenakan pakaian yang telah dijemur selama 3 hari tadi
 Penyuluhan mengenai kebersihan perorangan dan lingkungan
 Tidak menggunakan peralatan pribadi secara bersama-sama dan alas tidur
diganti bila ternyata pernah digunakan oleh penderita scabies
 Menghindari kontak langsung dengan penderita skabies
- Monitoring & Evaluasi
Monitoring dilakukan secara berkala saat pasien kontrol. Evaluasi apakah
pengobatan sudah adekuat.

5. Demam Dengue
10 September 2021
- Latar Belakang
Demam dengue atau dengue fever (DF) adalah demam akut akibat terinfeksi virus
dengue, yang ditularkan melalui air liur nyamuk genus Aedes. Demam berdarah
dengue atau dengue haemorrhagic fever (DHF), serta dengue shock syndrome (DSS)
merupakan manifestasi klinis infeksi virus dengue yang berat. Epidemiologi demam
dengue atau dengue fever (DF) menjadi beban kesehatan dunia, karena penyebaran
penyakit virus dengan vektor nyamuk Aedes sp ini terjadi paling cepat di dunia. 
Penyakit ini umumnya lebih sering ditemukan pada wilayah tropis dan subtropis.
Beberapa bagian negara, seperti Amerika Selatan, Afrika, Timur Tengah, dan Asia,
merupakan beberapa area endemis dengue. Deteksi demam dengue yang cepat
dapat menurunkan tingkat fatalitas menuju demam dengue berat sampai di bawah
1%. Insidensi demam dengue semakin meningkat setiap tahunnya. Sebanyak 390
juta kasus infeksi virus dengue yang dilaporkan setiap tahunnya di seluruh dunia.
Sekitar 96 juta kasus demam dengue memiliki gejala yang signifikan. Kasus dengue
pada dua dekade terakhir juga dilaporkan meningkat sebesar 8 kali lipat. Keadaan
epidemi dengue umumnya terjadi pada benua Amerika, Asia, Afrika, dan Australia.
Serotipe virus dengue yang menyebabkan demam dengue selalu berubah setiap
kejadian luar biasa Insidensi demam dengue di Indonesia meningkat secara signifikan
dalam lima dekade terakhir. Insidensi demam berdarah dengue (DBD) atau dengue
haemorrhagic fever (DHF) di Indonesia per Juli 2020 dilaporkan sebesar 71.633
kasus. Jumlah kasus terbanyak adalah di Jawa Barat diikuti dengan Bali dan Jawa
Timur, yaitu 10.722, 8.930, dan 5.948 kasus. Pada tahun 2018 dan 2019, insidensi
DBD berjumlah 65.602 dan  138.127 kasus. Dibandingkan dengan tahun 2018, kasus
DBD meningkat secara signifikan. Sekitar 960‒4.032 kasus kematian akibat DHF di
dunia dilaporkan pada periode tahun 2000‒ 2015. Mortalitas demam dengue yang
tidak diobati adalah sekitar 10‒20%. Namun apabila diobati, mortalitas dapat
menurun sampai <1%.
Penatalaksanaan DF biasanya cukup perawatan suportif. Seperti infeksi virus
umumnya, DF bersifat self-limiting disease dengan gejala sembuh sendiri tanpa
terapi. Namun, beberapa pasien mengalami gejala berat menjadi DHF dan
memerlukan perawatan khusus di rumah sakit. Tujuan perawatan adalah untuk
menyembuhkan dan mencegah DSS. Negara Indonesia termasuk negara endemis DF,
oleh karena itu upaya preventif lebih diutamakan dalam penanggulangan penyakit
ini. Pencegahan penyakit DF dengan cara memutus rantai penularan penyakit, yaitu
memberantas nyamuk Aedes dan sarang nyamuk, menghindari gigitan nyamuk, dan
memberikan vaksin dengue. Partisipasi masyarakat dibutuhkan agar strategi
pencegahan dan pengendalian penyakit yang dicanangkan pemerintah dapat
tercapai.
- Permasalahan
Meningkatnya kasus demam dengue di wilayah kerja Puskesmas Kramatwatu dan
minimnya pengetahuan masyarakat mengenai bahaya demam berdarah serta
bagaimana mencegah penularan penyakit dengue.
- Perencanaan & Pemilihan Intervensi
Diperlukan intervensi pada penderita demam dengue dengan perawatan secara
individual seperti melakukan pengobatan. Penatalaksanaan kasus bertujuan
mengidentifikasi masalah klinis pada pasien dan keluarga serta faktor-faktor yang
berpengaruh, menyelesaikan masalah klinis pada pasien dan keluarga, dan
mengubah perilaku kesehatan pasien dan keluarga serta partisipasi keluarga dalam
mengatasi masalah kesehatan. Rencana yang akan dilakukan adalah anamnesis,
pemeriksaan fisik, penatalaksanaan. Pengobatan ini disesuaikan dengan keadaan
pasien dan disertai dengan edukasi yang adekuat dan penetapan target personal dari
pasien.
- Pelaksanaan
Pada tanggal 10 September 2021, dilakukan pengobatan terhadap pasien An. S, 7
tahun, 22 kg, 120 cm.
Terapi farmakologis:
o Paracetanol sirup 250 mg/5 ml 3x1 cth PO bila demam
o Vit B comp 1x1 PO
o Vit C 1x1 PO
o Antasida sirup 3x1 cth PO bila nyeri perut
Terapi non farmakologis:
o Bedrest, istirahat cukup
o Banyak minum air putih/jus
o Edukasi pasien mengenai tanda gawat demam berdarah: muntah terus-menerus,
nyeri tekan ulu hati, sesak/terdapat kumpulan cairan, penurunan kesadaran,
serta pembesaran hepar >2 cm. Jika ada, segera ke IGD terdekat
o Periksa H2TL ulang
- Monitoring & Evaluasi
Monitoring dilakukan secara berkala saat pasien kontrol. Evaluasi apakah
pengobatan sudah adekuat. Edukasi dan promosi kesehatan perlu dilakukan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam upaya untuk mengendalikan dan
mencegah penularan virus dengue, dengan cara membasmi nyamuk melalui
pemberantasan sarang nyamuk. Saran: perlu dilakukan intervensi lebih lanjut
terhadap kejadian demam dengue di wilayah kerja puskesmas kramatwatu untuk
memutus rantai penularan penyakit dan mencegah KLB.

F7 – Mini Project
- Latar Belakang
- Permasalahan
- Perencanaan & Pemilihan Intervensi
- Pelaksanaan
- Monitoring & Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai