Anda di halaman 1dari 7

DESA SIAGA

28 Juni 2018 | Dilihat 150592 Kali

Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta
kemauan serta kemauan untuk untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana, dan
kegawadaruratan, kesehatan secara mandiri.

Desa yang dimaksud di sini adalah kelurahan atau istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas – batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan yang diakui dan dihormati dalam Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tujuan Desa Siaga

Tujuan Umum dan Tujuan Khusus

Tujuan umum desa siaga adalah terwujudnya masyarakat desa yang sehat, peduli, dan tanggap
terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya.

Tujuan khususnya adalah sebagai berikut :

 Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan.


 Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap risiko dan bahaya yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah, kegawadaruratan dan sebagainya)
 Peningkatan kesehatan lingkungan di desa. Meningkatnya kemampuan dan kemauan
masyarakat desa untuk menolong diri sendiri di bidang kesehatan.

Ciri-Ciri Desa Siaga

1. Minimal Memiliki pos kesehatan desa yang berfungsi memberi pelayanan dasar ( dengan
sumberdaya minimal 1 tenaga kesehatan dan sarana fisik bangunan, perlengkapan & peralatan
alat komunikasi ke masyarakat & ke puskesmas )
2. Memiliki sistem gawat darurat berbasis masyarakat
3. Memiliki sistem pembiayaan kesehatan secara mandiri
4. Masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat

Sasaran Pengembangan

Sasaran pengembangan desa siaga adalah mempermudah strategi intervensi, sasaran ini
dibedakan menjadi tiga yaitu sebagai berikut :

1. Semua individu dan keluarga di desa yang diharapkan mampu melaksanakan hidup sehat,
peduli, dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya
2. Pihak- pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga
atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh
masyarakat termasuk tokoh agama, tokoh perempuan dan pemuda, kader serta petugas
kesehatan
3. Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan memberi dukungan kebijakan, peraturan
perundang –undangan, dana, tenaga, sasaran, dll, seperti kepala desa, camat, pejabat terkait,
LSM, swasta, donatur, dan pemilik kepentingan lainnya.

Kriteria Pengembangan

Dalam pengembangan desa siaga akan meningkat dengan membagi menjadi empat kriteria.

1. Tahap bina. Tahap ini forum masyarakat desa mungkin belum aktif, tetapi telah ada forum atau
lembaga masyaratak desa yang telah berfungsi dalam bentuk apa saja misalnya kelompok
rembuk desa, kelompok pengajian, atau kelompok persekutuan do’a.
2. Tahap tambah. Pada tahap ini, forum masyarakat desa talah aktif dan anggota forum
mengembangkan UKBM sesuai kebutuhan masyarakat , selain posyandu. Demikian juga dengan
polindes dan posyandu sedikitnya sudah oada tahap madya.
3. Tahap kembang. Pada tahap ini, forum kesehatan masyarakat telah berperan secara aktif,dan
mampu mengembangkan UKBMsesuai kebutuhan dengan biaya berbasis masyarakat.Jika
selama ini pembiyaan kesehatan oleh masyarakat sempat terhenti karena kurangnya
pemahaman terhadap sistem jaminan,masyarakat didorong lagi untuk mengembangkan sistem
serupa dimulai dari sistem yang sederhana dan di butuhkan oleh masyarakat misalnya tabulin.
4. Tahap Paripurna,tahap ini,semua indikator dalam kriteria dengan siaga sudah terpenuhi.
Masyarakat sudah hidup dalam lingkungan seha tserta berperilaku hidup bersih dan sehat.

Keberhasilan Program

Indikator keberhasilan pengembangan desa siaga dapat diukur dari 4 kelompok indikator, yaitu :
indikator input, proses, output dan outcome (Depkes, 2009).

1. Indikator Input

 Jumlah kader desa siaga.


 Jumlah tenaga kesehatan di poskesdes.
 Tersedianya sarana (obat dan alat) sederhana.
 Tersedianya tempat pelayanan seperti posyandu.
 Tersedianya dana operasional desa siaga.
 Tersedianya data/catatan jumlah KK dan keluarganya.
 Tersedianya pemetaan keluarga lengkap dengan masalah kesehatan yang dijumpai dalam warna
yang sesuai.
 Tersedianya data/catatan (jumlah bayi diimunisasi, jumlah penderita gizi kurang, jumlah
penderita TB, malaria dan lain-lain).

2. Indikator proses

 Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa (bulanan, 2 bulanan dan sebagainya).


 Berfungsi/tidaknya kader desa siaga.
 Berfungsi/tidaknya poskesdes.
 Berfungsi/tidaknya UKBM/posyandu yang ada.
 Berfungsi/tidaknya sistem penanggulangan penyakit/masalah kesehatan berbasis masyarakat.
 Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.
 Ada/tidaknya kegiatan rujukan penderita ke poskesdes dari masyarakat.

3. Indikator Output

 Jumlah persalinan dalam keluarga yang dilayani.


 Jumlah kunjungan neonates (KN2).
 Jumlah BBLR yang dirujuk.
 Jumlah bayi dan anak balita BB tidak naik ditangani.
 Jumlah balita gakin umur 6-24 bulan yang mendapat M P-AS I.
 Jumlah balita yang mendapat imunisasi.
 Jumlah pelayanan gawat darurat dan KLB dalam tempo 24 jam.
 Jumlah keluarga yang punya jamban.
 Jumlah keluarga yang dibina sadar gizi.
 Jumlah keluarga menggunakan garam beryodium.
 Adanya data kesehatan lingkungan.
 Jumlah kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit menular tertentu yang menjadi masalah
setempat.
 Adanya peningkatan kualitas UKBM yang dibina.

4. Indikator outcome

 Meningkatnya jumlah penduduk yang sembuh/membaik dari sakitnya.


 Bertambahnya jumlah penduduk yang melaksanakan PHBS.
 Berkurangnya jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia.
 Berkurangnya jumlah balita dengan gizi buruk.
Cara Mengatasi Hipertensi
Ditulis Oleh dr. Johanes David Hendrijanto / dr. Vito Anggarino Damay, SpJP (K), M.Kes, FIHA, FICA

26 Apr 2023

Dilihat 19

Hipertensi merupakan suatu kondisi ketika tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan/atau diastolik
≥ 90 mmHg pada orang dewasa.1 Prevalensi hipertensi di Indonesia pada tahun 2018 berdasarkan
Riskesdas setinggi 34.1% pada populasi dewasa.2

Kondisi hipertensi sendiri seringkali tidak disadari oleh penderita, diperkirakan 46% orang
dewasa tidak menyadari kondisi ini, dan hipertensi juga masih menjadi penyebab utama
kematian dini di seluruh dunia.3

Faktor Resiko Penyebab Hipertensi

Ada banyak faktor resiko yang menyebabkan hipertensi, dan beberapa faktor resiko ini dapat
dicegah, seperti kebiasaan merokok, diabetes, kelebihan berat badan atau obesitas, jarangnya
melakukan aktivitas fisik, konsumsi garam berlebihan, serta konsumsi alkohol.4

Kondisi lain yang tidak dapat dicegah yang menjadi faktor resiko hipertensi juga seperti adanya
riwayat keluarga hipertensi, usia tua > 65 tahun, serta ketika ada kondisi penyerta seperti
penyakit ginjal.3

Apakah ketika seseorang memiliki hipertensi langsung harus konsumsi obat? Tidak, seringkali
ketika seseorang mengalami hipertensi, dokter akan menyarankan terlebih dahulu untuk
dilakukan pola modifikasi gaya hidup sehat baik untuk pencegahan hipertensi serta untuk
mendukung tata laksana hipertensi ketika sudah konsumsi obat.

Modifikasi gaya hidup dengan rutin sendiri dapat mengurangi hingga 15% kejadian komplikasi
pada hipertensi.5

Baca juga Gejala Hipertensi dan Cara Mengatasinya

Cara mencegah Hipertensi

Pola pencegahan yang dapat kita lakukan sendiri contohnya seperti:3


 Olahraga teratur setidaknya mininmal 30 menit setiap hari atau 150 menit per minggu. Olahraga
yang dapat dilakukan seperti senam aerobik, jalan atau berlari, bersepeda, serta berenang
 Menjaga berat badan ideal dengan menjalani gaya hidup sehat dan mengatur pola makan atau
menurunkan berat badan pada kondisi kelebihan berat badan atau obesitas
 Pola makan yang sehat dengan konsumsi makanan seimbang, menghindari makanan tinggi
garam, lemak jenuh dan kolesterol. Membatasi konsumsi garam tidak melebihi 1 sendok teh per
hari. Memperhatikan atau membatasi makanan cepat saji juga perlu dilakukan, karena makanan
cepat saji umumnya memiliki kandungan garam yang cukup tinggi
 Konsumsi buah – buahan segar, sayuran, ikan, serta penggunaan minyak olive juga disarankan.
Konsumsi kopi tanpa gula, teh hijau atau teh hitam juga dapat dilakukan
 Menghindari kebiasaan merokok serta paparan terhadap asap rokok (perokok pasif)
 Menghindari konsumsi alkohol

Kita juga dapat melakukan pengecekan rutin terhadap tekanan darah kita secara mandiri di
rumah.

Tetapi tetap disarankan untuk kontrol secara rutin ke dokter umum atau dokter spesialis jantung
jika memiliki riwayat atau faktor resiko dari hipertensi itu sendiri, karena gejala hipertensi
sendiri seperti nyeri kepala, nyeri dada, pusing, sulit bernafas, mual, muntah, penglihatan kabur,
irama jantung tidak normal, seringkali kondisi ini dapat muncul ketika tekanan darah sudah
mencapai ≥180/≥120 mmHg dan kondisi ini seringkali sudah mengalami komplikasi karena
hipertensi itu sendiri, sehingga penting untuk kontrol sebelum gejala muncul.3

Pada akhirnya mengapa penting sekali untuk kita mencegah kondisi hipertensi? Karena kondisi
hipertensi sendiri selain menjadi penyebab utama kematian dini, juga memiliki banyak
komplikasi yang memiliki tingkat kematian yang cukup tinggi seperti penyakit jantung koroner,
serangan jantung, stroke, gagal ginjal kronis, atrial fibrilasi, serta kematian.3,5

Dalam mencapai keberhasilan pencegahan hipertensi dan keberhasilan mengontrol kondisi


hipertensi dibutuhkan adanya kerja sama pasien dengan dokter atau kedisiplinan pasien dalam
mengatur pola hidup sehat. Lebih baik mencegah sebelum mengobati.

Artikel ini ditulis dan ditinjau oleh : dr. Johanes David Hendrijanto / dr. Vito Anggarino Damay,
SpJP (K), M.Kes, FIHA, FICA

Sumber :

1. Williams B, Mancia G, Spiering W, Agabiti Rosei E, Azizi M, Burnier M, et al. 2018 ESC/ESH
Guidelines for the management of arterial hypertension. European Heart Journal.
2018;39(33):3021–104.
2. Erni Astutik, Septa Indra Puspikawati, Desak Made Sintha Kurnia Dewi, Ayik Mirayanti Mandagi,
Susy Katikana Sebayang. Prevalence and risk factors of high blood pressure among adults in
Banyuwangi coastal communities, Indonesia. Ethiopian Journal of Health Sciences. 2020;30(6).
3. Hypertension [Internet]. World Health Organization. World Health Organization; 2023 [cited
2023Apr19]. Source
4. Mills KT, Stefanescu A, He J. The Global Epidemiology of Hypertension. Nature Reviews
Nephrology. 2020;16(4):223–37.
5. Iqbal AM, Jamal SF. Essential Hypertension. [Updated 2022 Jul 4]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Source

Pencegahan Stunting Pada Anak


28 Maret 2019 | Dilihat 286434 Kali

Belakangan stunting sedang hangat diperbincangkan banyak orang, khususnya para ibu.
Berdasarkan WHO, stunting adalah gangguan tumbuh kembang anak yang disebabkan
kekurangan asupan gizi, terserang infeksi, maupun stimulasi yang tak memadai.

Jumlah penderita stunting di Indonesia menurut hasil Riskesdas 2018 terus menurun. Tetapi
langkah pencegahan stunting sangat perlu dilakukan, apa sajakah caranya? Simak selengkapnya
berikut ini.

1. Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil


Tindakan yang relatif ampuh dilakukan untuk mencegah stunting pada anak adalah selalu
memenuhi gizi sejak masa kehamilan. Lembaga kesehatan Millenium Challenge Account
Indonesia menyarankan agar ibu yang sedang mengandung selalu mengonsumsi makanan
sehat nan bergizi maupun suplemen atas anjuran dokter. Selain itu, perempuan yang
sedang menjalani proses kehamilan juga sebaiknya rutin memeriksakan kesehatannya ke
dokter atau bidan.
2. Beri ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan
Veronika Scherbaum, ahli nutrisi dari Universitas Hohenheim, Jerman, menyatakan ASI
ternyata berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak berkat kandungan gizi mikro
dan makro. Oleh karena itu, ibu disarankan untuk tetap memberikan ASI Eksklusif
selama enam bulan kepada sang buah hati. Protein whey dan kolostrum yang terdapat
pada susu ibu pun dinilai mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi yang
terbilang rentan.
3. Dampingi ASI Eksklusif dengan MPASI sehat
Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu sudah bisa memberikan makanan
pendamping atau MPASI. Dalam hal ini pastikan makanan-makanan yang dipilih bisa
memenuhi gizi mikro dan makro yang sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk
mencegah stunting. WHO pun merekomendasikan fortifikasi atau penambahan nutrisi ke
dalam makanan. Di sisi lain, sebaiknya ibu berhati-hati saat akan menentukan produk
tambahan tersebut. Konsultasikan dulu dengan dokter.
4. Terus memantau tumbuh kembang anak
Orang tua perlu terus memantau tumbuh kembang anak mereka, terutama dari tinggi dan
berat badan anak. Bawa si Kecil secara berkala ke Posyandu maupun klinik khusus anak.
Dengan begitu, akan lebih mudah bagi ibu untuk mengetahui gejala awal gangguan dan
penanganannya.
5. Selalu jaga kebersihan lingkungan
Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan akan serangan penyakit, terutama kalau
lingkungan sekitar mereka kotor. Faktor ini pula yang secara tak langsung meningkatkan
peluang stunting. Studi yang dilakukan di Harvard Chan School menyebutkan diare
adalah faktor ketiga yang menyebabkan gangguan kesehatan tersebut. Sementara salah
satu pemicu diare datang dari paparan kotoran yang masuk ke dalam tubuh manusia.
Semoga informasi ini membantu para ibu mencegah stunting dan meningkatkan kualitas
kesehatan anak.

Anda mungkin juga menyukai