Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan nasional bertujuan untuk meningkatkan hidup sehat bagi
setiap penduduk agar dapat meningkatkan derajat kesehatan yang optimal (SKN, 1981).
Salah satu upaya untuk mencapainya adalah melalui kesehatan utama yang merupakan
rangkaian masyarakat yang dilakukan berdasarkan gotong royong dan swadaya untuk
mendorong diri mereka sendiri, mengenal dan memecahkan masalah masyarakat dalam
bidang kesehatan atau yang berkaitan, agar mampu memelihara dan meningkatkan
kehidupan yang sejahtera (Depkes, 1992).
Kebidanan Komunitas merupakan salah satu bentuk pelayanan profesional yang
bertujuan pada komunitas dengan penekanan kelompok resiko tinggi, dalam upaya mencapai
derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan
menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dengan melibatkan
komunitas sebagai mitra perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan.
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang ditunjukan
kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dengan upaya
mencapai derajat kesehatan yang optimal melelui pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan, menjamin keterjangkuan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan dilibatkan
klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan
(Safrudin, 2009; h. 1-2)
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan desa siaga ?
2. Apa yang dimaksud dengan Polindes ?
3. Apa yang dimaksud dengan Posyandu ?
4. Apa yang dimaksud dengan kelas ibu hamil?
5. Apa yang dimaksud dengan P4K ?

C. Tujuan
1. Untuk menegetahui Apa yang di maksud dengan desa siaga
2. Untuk menegetahui Apa yang di maksud dengan polindes
3. Untuk menegetahui Apa yang di maksud dengan posyandu
4. Untuk menegetahui Apa yang di maksud dengan kelas ibu hamil
5. Untuk menegetahui Apa yang di maksud dengan P4K.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Desa Siaga

Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah
kesehatan, bencana, serta kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri.

1. Tujuan desa siaga

Tujuan umum : terwujudnya masyarakat desa yang sehat, peduli, serta tanggap
terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya.

Tujuan khusus :

a. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang


pentingnya kesehatan masyarakat.
b. .Meningkatnya kewaspadaan dan kesiap siagaan masyarakat desa tentang
pentingnya kesehatan (bencana, wabah, kegawatdaruratan dan sebagainya)
c. Meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan perilaku hidup
bersih dan sehat
d. Meningkatnya kesehatan lingkungan desa
e. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong diri
sendiri di bidang kesehatan

2. Sasaran pengembangan desa siaga

Sasaran pengembangan desa siaga dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu sebagai


berikut :

a. Semua individu dan keluarga di desa, yang diharapkan mampu


melaksanakan hidup sehat, serta peduli dan tanggap terhadap
permasalahan kesehatan di wilayahnya atau desanya
b. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku
individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi
perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh masyarakat, termasuk tokoh
agama, tokoh perempuan dan pemuda, kader desa serta petugas
kesehatan
c. Pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan
perundang-undang tenaga, saran dan lain-lain, seperti kepala desa, camat,
para pejabat terkait baik negeri maupun swasta, para donatur dan
pemangku kepentingan lainnya.

3. Kriteria desa siaga

Sebuah desa telah menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memenuhi
kriteria minimal berikut ini :

a. Memiliki pelayanan kesehatan dasar.

Bagi desa yang tidak memiliki akses ke puskesmas/puskesmas


pembantu dapat dikembangkan pos kesehatan desa (poskesdes)

b. Mempunyai forum masayarakat desa

Forum masyarakat desa adalah suatu perkumpulan yang terdiri atas


perwakilan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan warga/perbaikan desanya. Forum ini bisa berupa
kelompok rembung desa, perkumpulan yasinan, majelis taklim, serta
kelompok doa, yang pada intinya sudah berfungsi sebagai wadah
kegiatan dan menampung kebutuhan masyarakat. Perkumpulan ini
secara berkala membahas berbagai permasalahan kesehatan dan cara
mengatasinya dengan upaya mendiri masyarakat di desa.

c. Mempunyai sedikitnya dua jenis upaya kesehatan bersumber daya


masyarakat (UKBM) sesuai kebutuhan masyarakat setempat (misalnya
posyandu dan polindes). Yang didasarkan atas kehendak dan kebtuhan
masyarakat, sehingga keberadannya se bersamasuai dengan desa
siaga. Jenis UKBM dan stratanya (pratama, madya, purnama dan
mandiri) di tiap desa tidak harus sama, karena UKBM dipilih oleh
masyarakat.
d. Ada pembinaan dari puskesmas yang mampu memberikan pelayanan
kegawatdaruratan bagi ibu hamil, bersalin, nifas serta bayi baru lahir.

Pembinaan desa siaga dilakukan oleh puskesmas dan pelayanan


obstetri nasional emergensi dasar (PONED). Hal tersebut penting dalam
jaringan rujukan. Dalam pembinaan desa siaga ini diharapkan
masyarakat paham dan mengetahui cara mendeteksi ibu hamil dengan
risiko tinggi, persalinan, nifas, bayi baru lahir sampai usia 1 tahun, serta
mengetahui kemana dan bagaimana merujuknya ke puskesmas atau
RS, bila diperlukan

e. Ada pengamatan kesehatan terus menerus yang berbasis masyarakat

Masyarakat paham serta bersedia mengamati hal-hal penting yang


dapat mengancam kesehatan masyarakat dan melaporkannya kepada
petugas kesehatan. Pengamatan ini bertujuan untuk meminimalisasi
terjadinya korban. Masalah kesehatan yang diamati meliputi penyakit
menular dan penyakit tidak menular

f. Ada sistem siaga terhadap bencana oleh masayarakat. Masyarakat


harus memahami sesuatu mengenai bencana. Bencana adalah semua
kejadian yang menyebabkan kerusakan, hilangnya nyawa manusia,
serta penurunan tingkat kesehatan pelayanan kesehatan yang
menimpa suatu wilayah. Masyarakat yang siaga bencana adalah
masyarakat yang paham dan bersedia bertindak terhadap adanya
ancaman atau kejadian yangdapat membahayakan harta atau jiwa
masyarakat
g. Ada pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat. Mengingat desa
siaga dibentuk atas kehendak dan bertujuan untuk kepentingan
masyarakat, maka pembiayaan yang terkait dengan kegiatan desa
siaga juga ditanggung bersama oleh masyarakat. Guna meningkatkan,
menjaga, serta memulihkan kesehatan diperlukan peran serta
masyarakat dalam pengadaan dan meskipun ada bantuan dari
pemerintah
h. Mempunyai lingkungan yang sehat. Masyarakat memahami dan mau
mempraktikan berbagai perilaku yang mendorong atau mendukung
tercapainya keadaan yang bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-
hari
i. Masyarakat yang berprilaku hidup bersih dan sehat. Masyarakat dapat
hidup dilingkungan sehat serta paham dan bersedia mengupayakan
lingkungan yang sehat serta menjaganya agar tetap dan tambah sehat.
Pengertian sehat ditandai dengan sifat bersih, nyaman, tidak
membahayakan dan membuat manusia menjadi sehat. Lingkungan
sehat mencakup kebutuhan dasar seperti tanah, air, udara yang
mencakup sarana prasarana sekitar kehidupan sehari-hari seperti
perumahan.

4. Tahapan desa siaga

Proses awal untuk menjadikan suatu desa menjadi desa siaga adalah dengan
memiliki forum desa atau lembaga kemasyarakatan yang aktif serta memiliki
sarana atau akses pelayanan kesehatan dasar. Ada empat tingkat/tahapan
yang harus dilalui dengan mengembangkan desa siaga yaitu sebagai berikut:

a. Tahap bina

Pada tahap ini telah ada forum masyarakat desa akan tetapi
kemungkinan belum aktif. Forum masyarakat desa yang ada biasanya
dalam bentuk kelompok-kelompok misalnya kelompok yasinan,pengajian
dan sebagainya. Demikian juga dengan posyandu dan polindes, masih
dalam tahap pertama.Pembinaan intensif dari petugas kesehatan dan
sector lainnya sangat diperlukan dalam bentuk pendampingan.

b. Tahap tumbuh

Forum masyarakat desa mulai aktif mengembangkan UKBM sesuai


dengan kebutuhan masyarakat.Posyandu dan polindes sudah berada pada
tahap madya. Pendampingan dari tim kecamatan atau sector lain (LSM)
masih diperlukan untuk mengembangkan kualitas. Pembinaan puskesmas
PONET dIperlukan sehingga semua ibu hamil,persalinan,nifas serta bayi
baru lahir resiko tinggi atau bayi yang mengalami komplikasi dapat ditangani
dengan baik. Masyarakat juga sudah mulai dalam artinya masyarakat sudah
mampu mengamati penyakit menular dan tidak menular,serta factor resiko
dilingkungan secara terus menerus dan melaporkan kepada petugas
kesehatan setempat
c. Tahap kembang

Pada tahap ini, forum kesehatan masyarakat telah berperan lebih aktif
dan mampu mengembangkan UKBM. System kewaspadaan ndini dari
masyarakat dalam menghadapi bencana dan kejadian luar biasa telah
berjalan meskipun begitu, pembinaan dan pendampingan harus tetap
diberikan agar dapat menuju kepada tahap paripurna

d. Tahap paripurna

Tahap ini merupakan tahap terakhir dari desa siaga pada tahap ini pada
indicator dalam criteria desa siaga sudah terpenuhi masyarakat mampu
hidup dan perilaku sehat.Masyarakat mandiri terhadap masalah kesehatan
yang mengancam dan kemungkinan bencana-bencana kesehatan. Pada
tahap ini pendampingan tidak perlu lagi, karena masyarakat benar-benar
mandiri

5. Pelaksanaan kegiatan desa siaga

Secara operasional pembentukan desa siaga dilakukan dengan kegiatan


sebagai berikut:

a. Pemilihan pengurus dan kader desa siaga, pemilihan pengurus dan kader
desa siaga dilakukan melalui pertemuan khusus para pimpinana formal
desa dan tokoh masyarakat serta beberapa wakil masyarakat. Pemilihan
dilakukan secara musyawarah dan mufakat, sesuai dengan tata cara dan
kriteria yang berlaku, dengan difasilitasi oleh puskesmas.
b. Orientasi/pelatihan kader desa siaga, sebelum melaksanakan tugasnya,
kepada pengelola dan kader desa yang telah ditetapkan perlu diberikan
orientasi/pelatihan. Orientasi/pelatihan dilaksanakan oleh puskesmas
sesuai dengan pedoman orientasi/pelatihan yang berlaku. Materi
orientasi/pelatihan mencakup kegiatan yang akan dilaksanakan didesa
dalam rangka pengembangan desa siaga(sebagaimana telah dirumuskan
dalam rncana operasional). Yaitu antara lain pengelolaan desa siaga secara
umum, pembangunan dan pengelolaan pelayanan kesehatan dasar seperti
poskesdes(jika diperlukan) pengelolaan UKBM, serta hal-hal lain seperti
kehamilan dan persalinan sehat, siap antara jaga, keluarga sadar gizi,
posyandu, kesehatan lingkungan, pencegahan penyakit menular,
penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB-PLP)
kegawatdaruratan sehari-hari, kesiapsiagaan berencana, kejadian luar
biasa,warung obat desa (WOD) , diversifikasikan pertanian tanaman pangan
dan pemanfaatan pekarangan melalui tanaman obat keluarga (TOGA) ,
(PHBS ) dan lain-lain
c. Pengembangan Pelayanan Kesehatan Dasar dan UKBM. Dalam hal ini
pengembangan Poskesdes(Jika diperlukan) bisa dikembangkan dari UKBM
yang sudah ada, khususnya Polindes. Apabila tidak ada Polindes, maka
perlu dibahas dan dicantumkan dalam rencana kerja pengembangan
Poskesdes. Dengan demikian sudah diketahui bagaimana pelayanan
kesehatan dasar tersebut akan diadakan, membangun baru dengan fasilitas
dari pemerintah, membangun baru dengan bantuan dari
donator,membangun baru dengan adanya swadaya masyarakat ,
mengembangkan bangunan polindes yang ada, atau memodifikasi
bangunan lain yang ada. Bilamana Poskesdes sudah berhasil
diselenggarakan, kegiatan dilanjutkan dengan membentuk UKBM-UKBM
yang diperlukan dan belum ada didesa yang bersangkutan, atau
merevitalisasi yang sudah ada tetapi kurang/tidak aktif.Dengan telah adanya
pelayanan kesehatan dasar dan UKBM serta terlatihnya kader dan
terbentuknya Forum Desa Siaga , maka desa yang bersangkutan telah
dapat ditetapkan sebagai Desa Siaga Aktif. Setelah desa siaga resmi
dibentuk,dilanjutkan dengan pelaksanaan kegiatan Desa Siaga secara rutin
sesuai dengan criteria Desa Siaga yaitu Pengembangan system surveilans
berbasis masyarakat, pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan
kegawatdaruratan dan bencana,penggalangan dana,pemberdayaan
masyarakat menuju Kadarzi dan PHBS , serta penyehat
lingkungan.Pelayanan Kesehatan dasar melalui Poskesdes(bila ada) dan
pelayanan UKBM seperti Posyandu dan lain lain digiatkan dengan
berpedoman kepada panduan yang berlaku.kegiatan-kegiatan di Desa
Siaga utamanya dilakukan oleh kader kesehatan yang dibantu tenaga
kesehatan profesional (Bidan,perawat,tenaga gizi dan sanitarian). Secara
berkala kegiatan Desa Siaga dibimbing dan dipantau oleh Puskesmas, yang
hasilnya dipakai sebagai masukan untuk perencanaan dan pengembangan
desa siaga selanjutnya secara lintas sektoral.
6. Pendekatan pengembangan desa siaga
Agar percepatan pengembangan desa siaga cepat tercapai maka ada
beberapa strategi yang dilakukan oleh tim pengembangan desa siaga,
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pemberdayaan
Pada prinsipnya konsep desa siaga adalah pemberdayaan,dimana
peran serta dari masyarakat adalah yang utama. Langkah awal yang
dilakukan dalam pemberdayaan tersebut dengan membantu kelompok
masyarakat mengenali masalah-masalah yang mengganggu kesehatan
sehingga masalah tersebut menjadi masalah bersama.Kemudian masalah
tersebut dimusyawarahkan untuk dipecahkan bersama.Pembinaan desa
siaga dilakukan dengan penggerakan segenap komponen yang ada dalam
masyarakat agar secara mandiri dan berkesinambungan, mencegah dan
mengatasi masalah kesehatannya dan mengenali potensi yang dimiliki
guna mengatasinya.Mengajak msyarakat agar terlibat secara mandiri dalam
desa siaga juga dilakukan dengan melakukan penyuluhan-penyuluhan
semisal pada saat ada pelaksanaan posyandu.Petugas kesehatan dari
puskesmas sangat memberi andil yang sangat besar dalam pengembangan
desa siaga dengan strategi pemberdayaan tersebut.
b. Bina Suasana(Empowerment)
Bina suasana adalah upaya menciptakan suasana atau lingkungan
social yang mendorong individu, Keluarga dan masyarakat agar berperan
dalam pengembangan desa siaga.Bina suasana dilakukan dengan
pemberian informasi tentang desa siaga melalui leaflet.Misal yang telah
dilakukan dengan adalah pembagian selebaran informasi tentang demam
berdarah Dengue dengan pendekatan konsep desa siaga. Hal lain yang
juga dilakukan adalah memotivasi kader-kader kesehatan di desa agar
mampu mempunyai pengaruh untuk menciptakan opini positif tentang desa
siaga kepada masyarakat. Pemasangan papan desa siaga juga adalah
salah satu strategi bina suasana, hal ini dilakukan agar desa siaga menjadi
familiar ditengah-tengah masyarakat.
c. Advokasi
Advokasi terus dilakukan oleh tim teknis pengembangan desa siaga
dan tim promosi kesehatan oleh tenaga kesehatan puskesmas. Pendekatan
juga dilakukan kepada stakeholder yang terkait guna memberkan
dukungan, kebijakan,dana,tenaga,sarana dan prasarana
d. Kemitraan
Bentuk kemitraan untuk pengembangan desa siaga masih dalam tahap
penjajakan. Tim teknis desa siaga telah melakukan pendekatan terhadap
pihak ketiga(pihak swasta) agar dapat mengambil peran dalam
pengembangan desa siaga. Tentunya ada manfaat bagi pihak swasta yang
ditawarkan jika desa siaga berjalan dengan baik.

7. Kegiatan Pokok Desa Siaga


a. Survellans sumber daya masyarakat: melalui forum desa siaga , masyarakat
dihimbau memberikan sebagai tambahan biaya operasional poskesdes.
Desa siaga juga bias mengembangkan kegiatan peningkatan pendapat.
Misalnya dengan koperasi desa. Mobilisasi sumber daya masyarakat sangat
penting agar desa siaga berkelanjutan(sustainable)
b. Kegiatan khusus : desa siaga dapat mengembangkan kegiatan khusus yang
efektif mengatasi masalah kesehatan yang diprioritaskan. Dasar penentuan
kegiatan tersebut adalah pedoman standar yang sudah ada program
tertentu, seperti malaria,TBC, dan lain-lain dalam mengembangkan
kegiatan khusus ini, pengurus desa siaga dibantu oleh fasilitator dan pihak
puskesmas.
c. Monitoring kinerja: monitoring menggunakan peta rumah tangga sebagai
bagian dari surveillans rutin. Setiap rumah tangga akan diberi kartu
kesehatan keluarga untuk diisi sesuai dengan keadaan dalam keluarga
tersebut. Kemudian pengurus desa siaga atau kader secara berkala
mengumpulkan data dari kartu kesehatan keluarga untuk dimasukkan
kedalam peta desa.
d. Manajemen keuangan : desa siaga akan mendapat dana hibah (block grant)
setiap tahun dari DHS-2 guna mendukung kegiatannya. Besarnya sesuai
dengan proposal yang diajukan dan proposal tersebut sebelumnya sudah
direview oleh dewan kesehatan desa, kepala desa, fasilitator dan
puskesmas. Untuk menjaga teransparasi dan akuntabilitas, penggunaan
dana tersebut harus dicatat dan dilaporkan sesuai dengan pedoman yang
ada.
B. POLINDES
1. Pengertian Polindes
Merupakan salah satu bentuk UKBM (Usaha Kesehatan Bagi Masyarakat) yang
didirikan masyarakat oleh masyarakat atas dasar musyawarah, sebagai
kelengkapan dari pembangunan masyarakat desa, untuk memberikan pelayanan
KIA-KB serta pelayanan kesehatan lainnya sesuai dengan kemampuan Bidan.
(Ambarwati retna,2009).
Suatu tempat yang didirikan oleh masyarakat atas dasar musyawarah sebagai
kelengkapan dari pembangunan kesmas untuk memberikan pelayanan Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB) dikelola oleh bidan desa (bides)
bekerjasama dengan dukun bayi dibawah pengawasan dokter puskesmas
setempat.
Pondok Bersalin Desa (Polindes) adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang merupakan wujud nyata bentuk peran
serta masyarakat didalam menyediakan tempat pertolongan persalinan dan
pelayanan kesehatan ibu dan anak lainnya, termasuk KB di desa. (Dinkes, 1999)
2. Unsus unsur polindes
a. Adanya bidan di desa
b. Bangunan atau ruang untuk pelayanan KIA-KB dan pengobatan sederhana
c. Adanya partisipasi masyarakat
3. Fungsi polindes
a. Sebagai tempat pelayanan KIA-KB dan pelayanan kesehatan lainnya.
b. Sebagai tempat untuk melakukan kegiatan pembinaan, penyuluhan dan
c. konseling KIA.
d. Pusat kegiatan pemberdayaan masyarakat.
4. Tujuan Polindes
a. Meningkatnya jangkauan dan mutu pelayanan KIA-KB termasuk
b. pertolongan dan penanganan pada kasus gagal.
c. Meningkatnya pembinaan dukun bayi dan kader kesehatan.
d. Meningkatnya kesempatan untuk memberikan penyuluhan dan
e. konseling kesehatan bagi ibu dan keluarganya.
f. Meningkatnya pelayanan kesehatan lainnya sesuai dengan kewenangan
g. bidan.
5. Kegiatan Polindes
a. Memeriksa kehamilan, termasuk memberikan imunisasi TT pada bumil
b. dan mendeteksi dini resiko tinggi kehamilan.
c. Menolong persalinan normal dan persalinan dengan resiko sedang.
d. Memberikan pelayanan kesehatan ibu nifas dan ibu menyusui.
e. Memberikan pelayanan kesehatan neonatal, bayi, anak balita dan anak
f. prasekolah, serta imunisasi dasar pada bayi.
g. Memberikan pelayanan KB.
h. Mendeteksi dan memberikan pertolongan pertama pada kehamilan dan
i. persalinan yang beresiko tinggi baik ibu maupun bayinya.
j. Menampung rujukan dari dukun bayi dan dari kader (posyandu, dasa
k. wisma).
l. Merujuk kelainan ke fasilitas kesehatan yang lebih mampu.
m. Melatih dan membina dukun bayi maupun kader (posyandu, dasa
n. wisma).
o. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang gizi ibu hamil dan anak serta
p. peningkatan penggunaan ASI dan KB.
q. k.Mencatat serta melaporkan kegiatan yang dilaksanakan kepada
r. puskesmas setempat.
6. Sasaran Polindes
a. Bayi berusia kurang dari 1 tahun
b. Anak balita usia 1 sampai dengan 5 tahun
c. Ibu hamil
d. Ibu menyusui
e. Ibu nifas
f. Wanita usia subur
g. Kader
h. Masyarakat setempat
7. Sistem Rujukan Di Polindes
Sistem rujukan di polindes dapat dilakukan:
1) ke puskesmas(kecamatan)
2) rumah sakit tipe C/D(kabupaten)
3) rumah sakit tipe B(propinsi)
4) rumah sakit tipe A(pusat)
8. Syarat Terbentuknya Polindes
a. Tersedianya bidan di desa yang bekerja penuh untuk mengelola polindes.
b. Tersedianya sarana untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi Bidan, antara
lain bidan kit, IUD kit, sarana imunisasi dasar dan imunisasi ibu hamil,
timbangan, pengukur Tinggi Badan, Infus set dan cairan D 5 %, NaCl 0,9 %,
obat obatan sederhana dan uterotonika, buku-buku pedoman KIA, KB dan
pedoman kesehatan lainnya, inkubator sederhana.
c. Memenuhi persyaratan rumah sehat, antara lain penyediaan air bersih,
ventilasi cukup, penerangan cukup, tersedianya sarana pembuangan air
limbah, lingkungan pekarangan bersih, ukuran minimal 3 x 4 m2.
d. Lokasi mudah dicapai dengan mudah oleh penduduk sekitarnya dan mudah
dijangkau oleh kendaraan roda 4.
e. Ada tempat untuk melakukan pertolongan persalinan dan perawatan
postpartum minimal 1 tempat tidur.
9. Kategori tingkat perkembangan polindes
a. Pratama
1) Fisik : belum ada bangunan tetap, belum memenuhi syarat
2) Tempat tinggal bidan : tidak tinggal di desa yang bersangkutan
3) Pengelolaan polindes : tidak ada kesepakatan
4) Cakupan persalinan : < 10%
5) Sarana air bersih : tersedia air bersih, tapi dilengkapi sumber
6) Air dan MCK
7) Cakupan kemitraaan bidan dan dukun bayi : < 25%
8) Kegiatan KIE untuk kelompok sasaran :<6%
9) Dana sehat / JPKM : < 50 %
b. Madya
1) Fisik : belum ada bangunan tetap, memenuhi syarat
i. Tempat tinggal bidan : > 3 km
ii. Pengelolaan polindes : ada, tidak tertulis
2) Cakupan persalinan : 10 15 %
3) Sarana air bersih : tersedia air bersih, belum ada sumber air,
tapi ada MCK
4) Cakupan kemitraaan bidan dan dukun bayi : 25 -49 %
5) Kegiatan KIE untuk kelompok sasaran : 6 8 kali
6) Dana sehat / JPKM : < 50 %
c. Purnama
1) Fisik : ada bangunan tetap, belum memenuhi syarat
Tempat tinggal bidan : 1 3 km
Pengelolaan polindes : ada dan tertulis
2) Cakupan persalinan : 20 29 %
3) Sarana air bersih : tersedia air bersih, sumber air dan MCK
4) Cakupan kemitraaan bidan dan dukun bayi : 50 74 %
5) Kegiatan KIE untuk kelompok sasaran : 9 12 kali
6) Dana sehat / JPKM : < 50 %
d. Mandiri
1) Fisik : belum ada bangunan tetap, memenuhi syarat
a. Tempat tinggal bidan : < 1 km
b. Pengelolaan polindes : ada dan tertulis
2) Cakupan persalinan : > 30%
3) Sarana air bersih : tersedia air bersih, tapi dilengkapi sumber
4) Air dan MCK disertai SPAL
5) Cakupan kemitraaan bidan dan dukun bayi : < 75 %
6) Kegiatan KIE untuk kelompok sasaran : < 12 kali
7) Dana sehat / JPKM : e 50 %

10. Prinsip-prinsip polindes


a. Merupakan bentuk UKBM di bidang KIA-KB
b. Polindes dapat dirintis didesa yang telah mempunyai bidan yang
c. tinggal di desa
d. Memiliki tingkat peran serta masyarakat yang tinggal, berupa penyediaan
tempat untuk pelayanan KIA, khususnya pertolongan persalinan,
pengelolaan polindes, penggerakan sasaran dan dukungan terhadap
pelaksanaan tugas bidan didesa.
e. Dalam pembangunan fisik polindes dapat berupa ruang/ kamar yang
memenuhi persyaratan sehat, dilengkapi sarana air bersih,
maupunperalatan minimalyang dibutuhkan
f. Kesepakatan dengan masyarakat dalam hal tanggung jawab
g. Penyediaan dan pengelolaan tempat, dukungan operasional dan tariff
h. Pelayanankesehatan dipolindes.
i. Menjalin kemitraan dengan dukun bayi.
j. Adanya polindes tidak berarti bidan hanya member pelayanan di dalam
gedung.
C. POSYANDU
1. Pengertian Posyandu
Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih tehnologi dan pelayanan kesehatan
masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya
manusia sejak dini.(Ambarwati Retna, 2009)
Pengertian posyandu adalah sistem pelayanan yang dipadukan antara satu
program dengan program lainnya yang merupakan forum komunikasi pelayanan
terpadu dan dinamis seperti halnya program KB dengan kesehatan atau berbagai
program lainnya yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat (BKKBN, 1989).
Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu , hal ini bertujuan untuk
memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat karena di posyandu
tersebut masyarakat dapat memperolah pelayanan lengkap pada waktu dan tempat
yang sama (Depkes RI, 1990).
Posyandu dipandang sangat bermanfaat bagi masyarakat namun keberadaannya
di masyarakat kurang berjalan dengan baik, oleh karena itu pemerintah
mengadakan revitalisasi posyandu. Revitalisasi posyandu merupakan upaya
pemberdayaan posyandu untuk mengurangi dampak dari krisis ekonomi terhadap
penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Kegiatan ini juga bertujuan
untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam menunjang upaya
mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta kesehatan ibu dan anak
melalui peningkatan kemampuan kader, manajemen dan fungsi posyandu
(Depdagri, 1999).
Kegiatan revitalisasi posyandu pada dasarnya meliputi seluruh posyandu dengan
perhatian utamanya pada posyandu yang sudah tidak aktif/rendah stratanya
(pratama dan madya) sesuai kebutuhan, posyandu yang berada di daerah yang
sebagian besar penduduknya tergolong miskin, serta adanya dukungan materi dan
non materi dari tokoh masyarakat setempat dalam menunjang pelaksanaan
kegiatan posyandu. Dukungan masyarakat sangat penting karena komitmen dan
dukungan mereka sangat menentukan keberhasilan dan kesinambungan kegiatan
posyandu (Depkes RI, 1999).
Kontribusi posyandu dalam meningkatkan kesehatan bayi dan anak balita sangat
besar, namun sampai saat ini kualitas pelayanan posyandu masih perlu
ditingkatkan. Keberadaan kader dan sarana yang ada merupakan modal dalam
keberlanjutan posyandu. Oleh karena itu keberadaan posyandu harus terus
ditingkatkan sehingga diklasifikasikan menjadi 4 jenis yaitu posyandu pratama,
madya, purnama, dan mandiri
2. Tujuan Posyandu
a. Menurunkan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR
c. Mempercepat penerimaan norma keluarga kecil sehat dan sejahtera.
d. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
e. kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang kemampuan
f. hidup sehat.
g. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
h. dalam usaha meningkatkan cakupan penduduk dan geografis
i. Peningkatan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih
j. teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat.
3. Kegiatan Posyandu
Beberapa kegiatan diposyandu diantaranya terdiri dari lima kegiatan Posyandu
(Panca Krida Posyandu), antara lain:
1) Kesehatan Ibu dan Anak
Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan menyusui, serta
bayi,anak balita dan anak prasekolah
Memberikan nasehat tentang makanan guna mancegah gizi buruk
karenakekurangan protein dan kalori, serta bila ada pemberian
makanan tambahanvitamin dan mineral
Pemberian nasehat tentang perkembangan anak dan cara stimilasiny
Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan
program KIA.
2) Keluarga Berencana
Pelayanan keluarga berencana kepada pasangan usia subur dengan
perhatiankhusus kepada mereka yang dalam keadaan bahaya karena
melahirkan anak berkali-kali dan golongan ibu beresiko tinggi
Cara-cara penggunaan pil, kondom dan sebagainya
3) Immunisasi
Imunisasi tetanus toksoid 2 kali pada ibu hamil dan BCG, DPT 3x, polio 3x,
dan campak 1x pada bayi.
4) Peningkatan gizi
Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat
Memberikan makanan tambahan yang mengandung protein dan kalori
cukup kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun dan kepada ibu yang
menyusui.
Memberikan kapsul vitamin A kepada anak-anak dibawah umur 5
tahun.
5) Penanggulangan Diare
Lima kegiatan Posyandu selanjutnya dikembangkan menjadi tujuh kegiatan
Posyandu (Sapta Krida Posyandu), yaitu:
Kesehatan Ibu dan Anak
Keluarga Berencana
Immunisasi
Peningkatan gizi
Penanggulangan Diare
6) Sanitasi dasar
Cara-cara pengadaan air bersih, pembuangan kotoran dan air limbah yang
benar, pengolahan makanan dan minuman.
7) Penyediaan Obat essensial
4. Sasaran Posyandu
Bayi berusia kurang dari 1 tahun
Anak balita usia 1 sampai dengan 5 tahun
Ibu hamil
Ibu menyusui
Ibu nifas
Wanita usia subur.
5. Pengelola Posyandu
Penanggungjawab umum : Kades/Lurah
Penggungjawab operasional : Tokoh Masyarakat
Ketua Pelaksana : Ketua Tim Penggerak PKK
Sekretaris : Ketua Pokja IV Kelurahan/desa
Pelaksana : Kader PKK, yang dibantu Petugas KB
Kes (Puskesmas).
6. Pembentukan Posyandu
a. Langkah langkah pembentukan :
Pertemuan lintas program dan lintas sektoral tingkat kecamatan.
Survey mawas diri yang dilaksanakan oleh kader PKK di bawah
bimbingan teknis unsur kesehatan dan KB .
Musyawarah masyarakat desa membicarakan hasil survey mawas diri,
sarana dan prasarana posyandu, biaya posyandu
Pemilihan kader Posyandu.
Pelatihan kader Posyandu.
Pembinaan.
b. Kriteria pembentukan Posyandu
Pembentukan Posyandu sebaiknya tidak terlalu dekat dengan Puskesmas
agar pendekatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat lebih tercapai
sedangkan satu Posyandu melayani 100 balita.
7. Kriteria kader Posyandu
Dapat membaca dan menulis.
Berjiwa sosial dan mau bekerja secara relawan.
Mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat.
Mempunyai waktu yang cukup.
Bertempat tinggal di wilayah Posyandu.
Berpenampilan ramah dan simpatik.
Diterima masyarakat setempat.
8. Pelaksanaan Kegiatan Posyandu.
Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh Kader, Tim Penggerak
PKK Desa/Kelurahan serta petugas kesehatan dari Puskesmas, dilakukan
pelayanan masyarakat dengan system 5 meja yaitu :
Meja I : pendaftaran dan penyuluhan
Meja II :Penimbangan bayi dan balita.
Pelayanan ibu menyusui , ibu hamil, PUS
Meja III : pengisian KMS
Meja IV :Penyuluhan perorangan pada ibu hamil, menyusui, PUS
Meja V : pelayanan KB kesehatan

D. KELAS IBU HAMIL


Program kelas ibu hamil adalah salah satu bentuk pendidikan prenatal yang
dapat meningkatkan pengetahuan ibu hamil, terjadi perubahan perilaku positif
sehingga ibu memeriksakan kehamilan dan melahirkan ke tenaga kesehatan dengan
demikian akan meningkatkan persalinan ke tenaga kesehatan dan menurunkan angka
kematian ibu dan Anak (www. Dep kes). Kegiatan Kelas Ibu Hamil merupakan sarana
untuk belajar kelompok tentang kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka
yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu-ibu mengenai
kehamilan, persalinan, perawatan nifas dan perawatan bayi baru lahir, melalui praktik
dengan menggunakan buku KIA (Kesehatan Ibu anak) (Depkes, 2009 : vii).
Pada akhir proyek kerjasama Buku KIA The Ensuring Quality Of MCH Service
Through MCH Handbook Departemen Kesehatan Republik Indonesia Japan
International Cooperation Agency (JICA) tahun 1998-2003, telah dikembangkan paket
Kelas Ibu oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, yang terdiri dari : Buku
Pedoman Kelas Ibu Hamil, Buku Skenario Kelas Ibu dan Media Alat bantu (Lembar
Balik) dan senam Ibu Hamil. Kegiatan Kelas Ibu itu disusun sebagai upaya untuk
meningkatkan cakupan dan pemanfaatan Buku KIA dalam pelayanan kesehatan Ibu
dan Anak (Depkes, 2009 : ix).
Kelas Ibu merupakan salah satu kegiatan penting dalam penerapan Buku KIA
dimasyarakat sebagai upaya pembelajaran ibu, suaminya dan keluarga agar
memahami Buku KIA melalui metode kegiatan belajar bersama dalam kelas yang di
fasilitasi oleh petugas kesehatan untuk mempersiapkan ibu hamil menghadapi
persalinan yang aman dan nyaman. Beberapa kegiatan seperti senam ibu hamil,
latihan pernafasan pada persalinan dan cara menyusui bayi juga diberikan minat ibu-
ibu hamil agar datang mengikuti Kelas Ibu Hamil tersebut (Depkes RI : 2009).
Hamil adalah Keadaan uterus mengandung embrio (Sumarmo Markam
2008:92).Pemerintah menargetkan 90% kunjungan antenatal care ke tenaga
kesehatan atau bidan (Depkes 2009) (Diakses pada tanggal 14 Maret 2010).
Pemerintah menganjurkan 4 kali pemeriksaan selama hamil: yang pertama satu kali
kunjungan selama trimester I, sebelum minggu ke-14, yang kedua satu kali kunjungan
selama trimester II, diantara minggu ke-14 sampai minggu ke-28, yang ketiga Dua kali
kunjungan selama trimester III, antara minggu ke-28 sampai dan setelah minggu ke-
36. (Rita Yulifah 2009 : 64).
Kelas Ibu Hamil ini di adakan karena makin banyaknya angka kematian Ibu
(AKI).Angka Kematian Ibu adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil
atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat
persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya dan bukan
karena sebab-sebab lain, per100.000 kelahiran hidup. Seluruh rangkaian hasil proses
pelaksanaan Kegiatan Kelas Ibu Hamil sebaiknya dibuatkan laporan. Pelaporan hasil
pelaksana Kelas Ibu Hamil dijadikan sebagai dokumen, sehingga dapat dijadikan
sebagai bahan informasi dan pembelajaran pihak-pihak yang berkepentingan.
Pelaporan disusun pada setiap selesai melaksanakan Kelas Ibu Hamil. Isi laporan
memuat tentang: waktu pelaksanaan, jumlah peserta, proses pertemuan, masalah dan
hasil capaian pelaksanaan, hasil evaluasi.
Pelaporan dilakukan secara berkala dan berjenjang dari bidan atau tenaga kesehatan
pelaksana Kelas Ibu Hamil ke puskesmas-Dinas Kesehatan Kabupaten-Dinas
Kesehatan Propinsi-Departemen Kesehatan.Pelaporan oleh bidan atau pelaksana
pertemuan Kelas Ibu Hamil dilakukan setiap selesai pertemuan atau setiap angkatan
pelaksanaan Kelas Ibu Hamil, kabupaten dan provinsi pelaporan disusun setiap 3
(tiga) bulan sekali dan laporan tahunan.
Salah satu tool (alat) program kesehatan yang diharapkan turut berperan
dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat kehamilan, persalinan dan
nifas adalah buku Kesehatan Ibu dan Anak (buku KIA). Buku KIA adalah suatu buku
yang berisi catatan kesehatan Ibu dan Anak serta informasi cara menjaga kesehatan
dan mengatasi anak sakit. Namun tidak semua ibu mau/bisa membaca buku KIA,
Penyebabnya bermacam-macam, ada ibu yang tidak punya waktu untuk membaca
buku KIA, atau malas membaca buku KIA, sulit mengerti isi buku KIA, ada pula ibu
yang tidak dapat membaca. Oleh sebab itu ibu hamil perlu diajari tentang isi buku KIA
dan cara menggunakan buku KIA. Salah satu solusinya yaitu melalui penyelenggaraan
Kelas Ibu Hamil.
E. P4K
Pada tahun 2007 Menteri Kesehatan mencanangkan Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan stiker yang merupakan "upaya
terobosan" dalam mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir
melalui kegiatan peningkatan akses dan kualitas pelayanan, yang sekaligus
merupakan kegiatan yang membangun potensi masyarakat, khususnya kepedulian
masyarakat untuk persiapan dan tindak dalam menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir.
Dasar Hukum
Dasar Hukum diselenggarakannya P4K ini, antara lain:
1) Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan.
2) Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
3) Undang-undang No. 32 tentang Pemerintah Daerah.
4) Keputusan Menteri Kesehatan No. 900 tahun 2002 tentang registrasi dan
Praktek Bidan.
5) Keputusan Menteri No. 741 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
6) Keputusan Menteri Kesehatan No. 284 tahun 2004 tentang Buku KIA.
7) Keputusan Menteri Kesehatan No. 564 tahun 2006 tentang Pedoman
Pelaksanaaan Pengembangan Desa Siaga.
8) Surat Edaran Menteri Kesehatan No. 295 tahun 2008 tentang Percepatan
Pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K) dengan Stiker.
9) Surat Edaran Menteri Kesehatan dalam Negeri No. 441.7/1935.SJ tahun 2008
tentang Percepatan Pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan Stiker.
1. P4K dengan Stiker
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) merupakan
suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa dalam rangka peningkatan peran
aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman
dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil, termasuk perencanaan
penggunaan KB pascapersalinan dengan menggunakan stiker sebagai media
notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan
kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir.
2. Pendataan ibu hamil dengan stiker
Pendataan ibu hamil dengan stiker adalah suatu pendataan, pencatatan dan
pelaporan keadaan ibu hamil dan bersalin di wilayah kerja bidan melalui
penempelan stiker di setiap rumah ibu hamil dengan melibatkan peran aktif unsur-
unsur masyarakat di wilayahnya (kader, forum peduli KIA/Pokja posyandu dan
dukun ).
3. Forum Peduli KIA
Adalah suatu forum partisipatif masyarakat yang melakukan pertemuan rutin
bulanan, bertujuan mengorganisir kegiatan P4K dan menjalin kerjasama dengan
bidan dan difasilitasi oleh bidan di desa dan puskesmas.

4. Kunjungan Rumah
Adalah kegiatan kunjungan bidan ke rumah ibu hamil dalam rangka untuk
membantu ibu, suami dan keluarganyamembuat perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi. Disamping itu, untuk memfasilitasi ibu nifas dan suaminya
dalam memutuskan penggunaan alat/obat kontrasepsi setelah persalinan sesuai
rencana yang telah disepakati bersama oleh pasangan tersebut.
5. Persalinan oleh Nakes dan Kesiagaan
Persalinan oleh Nakes adalah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
terampil sesuai standar. Sedangkan kesiagaan adalah kesiapan dan
kewaspadaan dari suami, keluarga, masyarakat/ organisasi masyarakat, kader,
dukun dan bidan dalam menghadapi persalinan dan kegawatdaruratan obstetri
dan neonatal.
6. Tabulin dan Dasolin
Tabulin dalah dana/barang yang disimpan oleh keluarga atau pengelola Tabulin
secara bertahap sesuai dengan kemampuan yang pengelolaannya sesuai
kesepakatan serta penggunaannya untuk segala bentuk pembiayaan saat ANC,
persalinan dan kegawatdaruratan. Dasolin adalah dana yang dihimpun dari
masyarakat secara sukarela dengan prinsip gotong royong sesuai dengan
kesepakatan bersama dengan tujuan membantu pembiayaan mulai ANC,
persalinan dan kegawatdaruratan.
7. Ambulan Desa dan Donor Darah
Ambulan desa adalah alat transportasi dari masyarakat sesuai kesepakatan
bersama yang dipergunakan untuk mengantar calon ibu bersalin ke tempat
persalinan termasuk ke tempat rujukan, bias berupa mobil, ojek, becak, sepeda,
tandu, perahu, dll. Calon Donor Darah adalah orang-orang yang dipersiapkan oleh
ibu, suami, keluarga dan masyarakat yang sewaktu-waktu bersedia
menyumbangkan darahnya untuk keselamatan ibu melahirkan.
Melalui Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K
dengan stiker yang ditempelkan di rumah ibu hamil, maka setiap ibu hamil akan
tercatat, terdata dan terpantau secara tepat. Dengan data dalam stiker, suami,
keluarga, kader, dukun, bersama bidan di desa dapat memantau secara intensif
keadaan dan perkembangan kesehatan ibu hamil. Selain itu agar ibu hamil
mendapatkan pelayanan yang sesuai standar pada saat antenatal, persalinan dan
nifas sehingga proses persalinan sampai dengan nifas termasuk rujukannya dapat
berjalan dengan aman dan selamat.

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan Stiker

1. Indikator Program
a. Persentase desa melaksanakan P4K dengan stiker.
b. Persentase ibu hamil mendapat stiker.
c. Persentase ibu hamil berstiker mendapat pelayanan antenatal sesuai
standar.
d. Persentase ibu hamil bersetiker bersalin di tenaga kesehatan
e. Persentase ibu hamil bersalin dan nifas berstiker yang mengalami komplikasi
tertangani.
f. Persentase penggunaan metode KB pasca persalinan
g. Persentase ibu bersalin di nakes mendapat pelayanan nifas

Output Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi dengan Stiker Output


yang di harapkan sebagai berikut:

a. Semua ibu hamil terdata dan rumahnya tertempel stiker P4K.


b. Bidan memberikan pelayanan antenatal sesuai dengan standar.
c. Ibu hamil dan keluarganya yang mempunyai rencana
d. persalinan termasuk KB yang dibuat bersama dengan penolong persalinan.
e. Bidan menolong persalinan sesuai standar.
f. Bidan memberikan pelayan nifas sesuai standar
g. Keluarga menyiapkan biaya persalinan, kebersihan dan kesehatan lingkungan
(sosial).
h. Adanya keterlibatan tokoh masyarakat baik formal maupun non formal dan forum
peduli KIA/Pokja posyandu dalam rencana persalinan, termasuk KB
pascapersalinan sesuai dengan perannya masing-masing.
i. Ibu mendapatkan pelayanan kontrasepsi pascapersalinan. Adanya kerjasama
yang mantap antara bidan, petugas pustu, forum peduli KIA/Pokja posyandu dan
(bila ada) dukun bayi pendamping persalinan.
Tujuan dan Manfaat Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K)

Tujuan pemasangan Stiker P4K, antara lain:

a. Penempelan stiker P4K di setiap rumah ibu hamil dimaksudkan agar ibu hamil
terdata, tercatat dan terlaporkan keadaannya oleh bidan dengan melibatkan
peran aktif unsur-unsur masyarakat seperti kader, dukun dan tokoh
masyarakat.
b. Masyarakat sekitar tempat tinggal ibu mengetahui ada ibu hamil dan apabila
sewaktu-waktu membutuhkan pertolongan, masyarakat siap sedia untuk
membantu. Dengan demikian, ibu hamil yang mengalami komplikasi tidak
terlambat untuk mendapat penanganan yang tepat dan cepat.

Manfaat Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), antara


lain :

a. Mempercepat berfungsinya desa siaga.


b. Meningkatkan cakupan pelayanan ANC sesuai standar.
c. Meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terampil.
d. Meningkatkan kemitraan bidan dan dukun.
e. Tertanganinya kejadian komplikasi secara dini. Meningkatnya peserta KB
pascapersalinan.
f. Terpantaunya kesakitan dan kematian ibu dan bayi.
g. Menurunnya kejadian kesakitan dan kematian ibu dan bayi.

Tahap Kegiatan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)


dengan Pemasangan Stiker

Tahap Kegiatan dalam Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan


Komplikasi (P4K) adalah sebagai berikut:

1. Orientasi P4K dengan Stiker untuk pengelola program dan stakeholder terkait
di tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota, Puskesmas.
2. Sosialisasi di tingkat desa kepada kader, dukun, tokoh agama, tokoh
masyarakat, PKK serta lintas sektor di tingkat desa.

Operasionalisasi P4K dengan Stiker di Tingkat Desa

1. Memanfaatkan pertemuan bulanan tingkat desa/kelurahan.


2. Mengaktifkan Forum Peduli KIA.
3. Kontak dengan ibu hamil dan keluarga dalam pengisian stiker.
4. Pemasangan stiker di rumah ibu hamil.
5. Pendataan jumlah ibu hamil di wilayah desa.
6. Pengelolaan donor darah dan sarana transportasi/ambulan desa.
7. Penggunaan, pengelolaan dan pengawasan Tabulin/Dasolin.
8. Pembuatan dan Penandatanganan Amanat Persalinan.

Rekapitulasi Pelaporan seperti Melaporkan hasil tersebut setiap bulan ke Puskesmas.

Forum Komunikasi

Untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan P4K di masing-masing tingkat wiayah dari


Puskesmas, Kabupaten/Kota dan Provinsi mempunyai wadah Forum Komunikasi
yang meliputi Lintas Program dan Lintas Sektor.

Langkah Langkah Pelaksanaan P4K Dengan Pemasangan Stiker :

1. Orientasi P4K dengan Stiker untuk pengelola program dan stakeholder terkait di
tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota, Puskesmas
2. Sosialisasi di tingkat desa kepada kader, dukun, tokoh agama, tokoh masyarakat,
PKK serta lintas sektor di tingkat desa.
3. Pertemuan bulanan di tingkat desa(Forum Desa Siaga, Forum KIA, Pokja Posyandu
,dll) yang melibatkan Kades,Toma,Toga, Kader dengan difasilitasi oleh BdD, yang
dipimpin oleh kades membahas tentang : Mendata jumlah ibu hamil di wilayah desa
(Updating setiap bulan), Membahas dan menyepakati calon donor darah, tranportasi
dan pembiayaan ( Jamkesmas, Tabulin ), Membahas tentang pembiayaan
pemberdayaan masyarakat (ADD, PNPM, GSI, Pokjanal Posyandu, dll)
4. BdD bersama dengan kader atau dukun melakukan kontak dengan ibu hamil, suami
dan keluarga untuk sepakat dalam pengisian stiker termasuk pemakaian KB pasca
persalinan
5. BdD bersama kader Mengisi dan menempel Stiker di rumah ibu hamil.BdD
Memberikan Konseling pada ibu hamil, suami dan keluarga tentang P4K terutama
dalam menyepakati isi dalam stiker sampai dengan KB pasca persalinan yang harus
tercatat dalam Amanah Persalinan yang dilakukan secara bertahap yang di pegang
oleh petugas kesehatan dan Buku KIA yang di pegang langsung oleh ibu hamil, dll
6. BdD Memberikan Pelayanan saat itu juga sesuai dengan standar ditambah dengan
pemeriksaan laboratorium (Hb, Urine, bila endemis malaria lakukan pemeriksaan
apus darah tebal, PMTCT, dll)
7. Setelah melayani , BdD merekap hasil pelayanan ke dalam pencatatan Kartu Ibu,
kohort ibu, PWS KIA, Peta sasaran Bumil, Kantong Persalinan, termasuk kematian
ibu , bayi lahir dan mati di wilayah desa (termasuk dokter dan bidan praktek swasta
di desa tsb ).
8. Setelah melayani , BdD merekap hasil pelayanan ke dalam pencatatan Kartu Ibu,
kohort ibu, PWS KIA, Peta sasaran Bumil, Kantong Persalinan, termasuk kematian
ibu , bayi lahir dan mati di wilayah desa (termasuk dokter dan bidan praktek swasta
di desa tsb ).
9. Melaporkan hasil tersebut setiap bulan ke Puskesmas.
10. Pemantauan Intensif dilakukan terus pada ibu hamil, bersalin dan nifas.
11. Stiker dilepaskan sampai 40 hari pasca persalinan dimana ibu dan bayi yang
dilahirkan aman dan selamat.
BAB III

INI ISINYA YANG HASIL WAWANCARA OK !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Progam-progra pemerintah yang berkaitan dengan peran serta masyarakat di
komunitas telah di laksanakan di Puskesmas Gunungsari seperti desa siaga,
polindes, posyandu, kelas ibu hamil P4K dan lain-lain walaupun terdapat beberapa
indiator yang belum tercapai dengan baik karena masih memiliki hambatan.
B. Saran
Selaku petugas kesehatan akan lebih baik jika menjalin kerjasama dan
komunikasi yang baik dengan masyarakat sehingga program-program pemerintah
yang melibatkan masyarakat bisa berjalan dengan baik dan lancar , begitupun
dengan masyarakat juga harus bekerjasama dengan petugas kesehatan dan aktif
untuk menanyakan hal-hal yang belum di pahami yang berhubungan dengan
program tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Hamdani, M.,SKM, M.Kes. 2015. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta ; Tim

Pratiwi, Delvita. 2012. Makalah Desa Siaga. http://delvita-


pratiwi.blogspot.co.id/2012/06/makalah-desa-siaga.html. di akses pada tanggal 10 april 2017

Anda mungkin juga menyukai