PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan nasional bertujuan untuk meningkatkan hidup sehat bagi
setiap penduduk agar dapat meningkatkan derajat kesehatan yang optimal (SKN, 1981).
Salah satu upaya untuk mencapainya adalah melalui kesehatan utama yang merupakan
rangkaian masyarakat yang dilakukan berdasarkan gotong royong dan swadaya untuk
mendorong diri mereka sendiri, mengenal dan memecahkan masalah masyarakat dalam
bidang kesehatan atau yang berkaitan, agar mampu memelihara dan meningkatkan
kehidupan yang sejahtera (Depkes, 1992).
Kebidanan Komunitas merupakan salah satu bentuk pelayanan profesional yang
bertujuan pada komunitas dengan penekanan kelompok resiko tinggi, dalam upaya mencapai
derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan
menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dengan melibatkan
komunitas sebagai mitra perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan.
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang ditunjukan
kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dengan upaya
mencapai derajat kesehatan yang optimal melelui pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan, menjamin keterjangkuan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan dilibatkan
klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan
(Safrudin, 2009; h. 1-2)
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan desa siaga ?
2. Apa yang dimaksud dengan Polindes ?
3. Apa yang dimaksud dengan Posyandu ?
4. Apa yang dimaksud dengan kelas ibu hamil?
5. Apa yang dimaksud dengan P4K ?
C. Tujuan
1. Untuk menegetahui Apa yang di maksud dengan desa siaga
2. Untuk menegetahui Apa yang di maksud dengan polindes
3. Untuk menegetahui Apa yang di maksud dengan posyandu
4. Untuk menegetahui Apa yang di maksud dengan kelas ibu hamil
5. Untuk menegetahui Apa yang di maksud dengan P4K.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Desa Siaga
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah
kesehatan, bencana, serta kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri.
Tujuan umum : terwujudnya masyarakat desa yang sehat, peduli, serta tanggap
terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya.
Tujuan khusus :
Sebuah desa telah menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memenuhi
kriteria minimal berikut ini :
Proses awal untuk menjadikan suatu desa menjadi desa siaga adalah dengan
memiliki forum desa atau lembaga kemasyarakatan yang aktif serta memiliki
sarana atau akses pelayanan kesehatan dasar. Ada empat tingkat/tahapan
yang harus dilalui dengan mengembangkan desa siaga yaitu sebagai berikut:
a. Tahap bina
Pada tahap ini telah ada forum masyarakat desa akan tetapi
kemungkinan belum aktif. Forum masyarakat desa yang ada biasanya
dalam bentuk kelompok-kelompok misalnya kelompok yasinan,pengajian
dan sebagainya. Demikian juga dengan posyandu dan polindes, masih
dalam tahap pertama.Pembinaan intensif dari petugas kesehatan dan
sector lainnya sangat diperlukan dalam bentuk pendampingan.
b. Tahap tumbuh
Pada tahap ini, forum kesehatan masyarakat telah berperan lebih aktif
dan mampu mengembangkan UKBM. System kewaspadaan ndini dari
masyarakat dalam menghadapi bencana dan kejadian luar biasa telah
berjalan meskipun begitu, pembinaan dan pendampingan harus tetap
diberikan agar dapat menuju kepada tahap paripurna
d. Tahap paripurna
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari desa siaga pada tahap ini pada
indicator dalam criteria desa siaga sudah terpenuhi masyarakat mampu
hidup dan perilaku sehat.Masyarakat mandiri terhadap masalah kesehatan
yang mengancam dan kemungkinan bencana-bencana kesehatan. Pada
tahap ini pendampingan tidak perlu lagi, karena masyarakat benar-benar
mandiri
a. Pemilihan pengurus dan kader desa siaga, pemilihan pengurus dan kader
desa siaga dilakukan melalui pertemuan khusus para pimpinana formal
desa dan tokoh masyarakat serta beberapa wakil masyarakat. Pemilihan
dilakukan secara musyawarah dan mufakat, sesuai dengan tata cara dan
kriteria yang berlaku, dengan difasilitasi oleh puskesmas.
b. Orientasi/pelatihan kader desa siaga, sebelum melaksanakan tugasnya,
kepada pengelola dan kader desa yang telah ditetapkan perlu diberikan
orientasi/pelatihan. Orientasi/pelatihan dilaksanakan oleh puskesmas
sesuai dengan pedoman orientasi/pelatihan yang berlaku. Materi
orientasi/pelatihan mencakup kegiatan yang akan dilaksanakan didesa
dalam rangka pengembangan desa siaga(sebagaimana telah dirumuskan
dalam rncana operasional). Yaitu antara lain pengelolaan desa siaga secara
umum, pembangunan dan pengelolaan pelayanan kesehatan dasar seperti
poskesdes(jika diperlukan) pengelolaan UKBM, serta hal-hal lain seperti
kehamilan dan persalinan sehat, siap antara jaga, keluarga sadar gizi,
posyandu, kesehatan lingkungan, pencegahan penyakit menular,
penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB-PLP)
kegawatdaruratan sehari-hari, kesiapsiagaan berencana, kejadian luar
biasa,warung obat desa (WOD) , diversifikasikan pertanian tanaman pangan
dan pemanfaatan pekarangan melalui tanaman obat keluarga (TOGA) ,
(PHBS ) dan lain-lain
c. Pengembangan Pelayanan Kesehatan Dasar dan UKBM. Dalam hal ini
pengembangan Poskesdes(Jika diperlukan) bisa dikembangkan dari UKBM
yang sudah ada, khususnya Polindes. Apabila tidak ada Polindes, maka
perlu dibahas dan dicantumkan dalam rencana kerja pengembangan
Poskesdes. Dengan demikian sudah diketahui bagaimana pelayanan
kesehatan dasar tersebut akan diadakan, membangun baru dengan fasilitas
dari pemerintah, membangun baru dengan bantuan dari
donator,membangun baru dengan adanya swadaya masyarakat ,
mengembangkan bangunan polindes yang ada, atau memodifikasi
bangunan lain yang ada. Bilamana Poskesdes sudah berhasil
diselenggarakan, kegiatan dilanjutkan dengan membentuk UKBM-UKBM
yang diperlukan dan belum ada didesa yang bersangkutan, atau
merevitalisasi yang sudah ada tetapi kurang/tidak aktif.Dengan telah adanya
pelayanan kesehatan dasar dan UKBM serta terlatihnya kader dan
terbentuknya Forum Desa Siaga , maka desa yang bersangkutan telah
dapat ditetapkan sebagai Desa Siaga Aktif. Setelah desa siaga resmi
dibentuk,dilanjutkan dengan pelaksanaan kegiatan Desa Siaga secara rutin
sesuai dengan criteria Desa Siaga yaitu Pengembangan system surveilans
berbasis masyarakat, pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan
kegawatdaruratan dan bencana,penggalangan dana,pemberdayaan
masyarakat menuju Kadarzi dan PHBS , serta penyehat
lingkungan.Pelayanan Kesehatan dasar melalui Poskesdes(bila ada) dan
pelayanan UKBM seperti Posyandu dan lain lain digiatkan dengan
berpedoman kepada panduan yang berlaku.kegiatan-kegiatan di Desa
Siaga utamanya dilakukan oleh kader kesehatan yang dibantu tenaga
kesehatan profesional (Bidan,perawat,tenaga gizi dan sanitarian). Secara
berkala kegiatan Desa Siaga dibimbing dan dipantau oleh Puskesmas, yang
hasilnya dipakai sebagai masukan untuk perencanaan dan pengembangan
desa siaga selanjutnya secara lintas sektoral.
6. Pendekatan pengembangan desa siaga
Agar percepatan pengembangan desa siaga cepat tercapai maka ada
beberapa strategi yang dilakukan oleh tim pengembangan desa siaga,
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pemberdayaan
Pada prinsipnya konsep desa siaga adalah pemberdayaan,dimana
peran serta dari masyarakat adalah yang utama. Langkah awal yang
dilakukan dalam pemberdayaan tersebut dengan membantu kelompok
masyarakat mengenali masalah-masalah yang mengganggu kesehatan
sehingga masalah tersebut menjadi masalah bersama.Kemudian masalah
tersebut dimusyawarahkan untuk dipecahkan bersama.Pembinaan desa
siaga dilakukan dengan penggerakan segenap komponen yang ada dalam
masyarakat agar secara mandiri dan berkesinambungan, mencegah dan
mengatasi masalah kesehatannya dan mengenali potensi yang dimiliki
guna mengatasinya.Mengajak msyarakat agar terlibat secara mandiri dalam
desa siaga juga dilakukan dengan melakukan penyuluhan-penyuluhan
semisal pada saat ada pelaksanaan posyandu.Petugas kesehatan dari
puskesmas sangat memberi andil yang sangat besar dalam pengembangan
desa siaga dengan strategi pemberdayaan tersebut.
b. Bina Suasana(Empowerment)
Bina suasana adalah upaya menciptakan suasana atau lingkungan
social yang mendorong individu, Keluarga dan masyarakat agar berperan
dalam pengembangan desa siaga.Bina suasana dilakukan dengan
pemberian informasi tentang desa siaga melalui leaflet.Misal yang telah
dilakukan dengan adalah pembagian selebaran informasi tentang demam
berdarah Dengue dengan pendekatan konsep desa siaga. Hal lain yang
juga dilakukan adalah memotivasi kader-kader kesehatan di desa agar
mampu mempunyai pengaruh untuk menciptakan opini positif tentang desa
siaga kepada masyarakat. Pemasangan papan desa siaga juga adalah
salah satu strategi bina suasana, hal ini dilakukan agar desa siaga menjadi
familiar ditengah-tengah masyarakat.
c. Advokasi
Advokasi terus dilakukan oleh tim teknis pengembangan desa siaga
dan tim promosi kesehatan oleh tenaga kesehatan puskesmas. Pendekatan
juga dilakukan kepada stakeholder yang terkait guna memberkan
dukungan, kebijakan,dana,tenaga,sarana dan prasarana
d. Kemitraan
Bentuk kemitraan untuk pengembangan desa siaga masih dalam tahap
penjajakan. Tim teknis desa siaga telah melakukan pendekatan terhadap
pihak ketiga(pihak swasta) agar dapat mengambil peran dalam
pengembangan desa siaga. Tentunya ada manfaat bagi pihak swasta yang
ditawarkan jika desa siaga berjalan dengan baik.
4. Kunjungan Rumah
Adalah kegiatan kunjungan bidan ke rumah ibu hamil dalam rangka untuk
membantu ibu, suami dan keluarganyamembuat perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi. Disamping itu, untuk memfasilitasi ibu nifas dan suaminya
dalam memutuskan penggunaan alat/obat kontrasepsi setelah persalinan sesuai
rencana yang telah disepakati bersama oleh pasangan tersebut.
5. Persalinan oleh Nakes dan Kesiagaan
Persalinan oleh Nakes adalah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
terampil sesuai standar. Sedangkan kesiagaan adalah kesiapan dan
kewaspadaan dari suami, keluarga, masyarakat/ organisasi masyarakat, kader,
dukun dan bidan dalam menghadapi persalinan dan kegawatdaruratan obstetri
dan neonatal.
6. Tabulin dan Dasolin
Tabulin dalah dana/barang yang disimpan oleh keluarga atau pengelola Tabulin
secara bertahap sesuai dengan kemampuan yang pengelolaannya sesuai
kesepakatan serta penggunaannya untuk segala bentuk pembiayaan saat ANC,
persalinan dan kegawatdaruratan. Dasolin adalah dana yang dihimpun dari
masyarakat secara sukarela dengan prinsip gotong royong sesuai dengan
kesepakatan bersama dengan tujuan membantu pembiayaan mulai ANC,
persalinan dan kegawatdaruratan.
7. Ambulan Desa dan Donor Darah
Ambulan desa adalah alat transportasi dari masyarakat sesuai kesepakatan
bersama yang dipergunakan untuk mengantar calon ibu bersalin ke tempat
persalinan termasuk ke tempat rujukan, bias berupa mobil, ojek, becak, sepeda,
tandu, perahu, dll. Calon Donor Darah adalah orang-orang yang dipersiapkan oleh
ibu, suami, keluarga dan masyarakat yang sewaktu-waktu bersedia
menyumbangkan darahnya untuk keselamatan ibu melahirkan.
Melalui Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K
dengan stiker yang ditempelkan di rumah ibu hamil, maka setiap ibu hamil akan
tercatat, terdata dan terpantau secara tepat. Dengan data dalam stiker, suami,
keluarga, kader, dukun, bersama bidan di desa dapat memantau secara intensif
keadaan dan perkembangan kesehatan ibu hamil. Selain itu agar ibu hamil
mendapatkan pelayanan yang sesuai standar pada saat antenatal, persalinan dan
nifas sehingga proses persalinan sampai dengan nifas termasuk rujukannya dapat
berjalan dengan aman dan selamat.
1. Indikator Program
a. Persentase desa melaksanakan P4K dengan stiker.
b. Persentase ibu hamil mendapat stiker.
c. Persentase ibu hamil berstiker mendapat pelayanan antenatal sesuai
standar.
d. Persentase ibu hamil bersetiker bersalin di tenaga kesehatan
e. Persentase ibu hamil bersalin dan nifas berstiker yang mengalami komplikasi
tertangani.
f. Persentase penggunaan metode KB pasca persalinan
g. Persentase ibu bersalin di nakes mendapat pelayanan nifas
a. Penempelan stiker P4K di setiap rumah ibu hamil dimaksudkan agar ibu hamil
terdata, tercatat dan terlaporkan keadaannya oleh bidan dengan melibatkan
peran aktif unsur-unsur masyarakat seperti kader, dukun dan tokoh
masyarakat.
b. Masyarakat sekitar tempat tinggal ibu mengetahui ada ibu hamil dan apabila
sewaktu-waktu membutuhkan pertolongan, masyarakat siap sedia untuk
membantu. Dengan demikian, ibu hamil yang mengalami komplikasi tidak
terlambat untuk mendapat penanganan yang tepat dan cepat.
1. Orientasi P4K dengan Stiker untuk pengelola program dan stakeholder terkait
di tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota, Puskesmas.
2. Sosialisasi di tingkat desa kepada kader, dukun, tokoh agama, tokoh
masyarakat, PKK serta lintas sektor di tingkat desa.
Forum Komunikasi
1. Orientasi P4K dengan Stiker untuk pengelola program dan stakeholder terkait di
tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota, Puskesmas
2. Sosialisasi di tingkat desa kepada kader, dukun, tokoh agama, tokoh masyarakat,
PKK serta lintas sektor di tingkat desa.
3. Pertemuan bulanan di tingkat desa(Forum Desa Siaga, Forum KIA, Pokja Posyandu
,dll) yang melibatkan Kades,Toma,Toga, Kader dengan difasilitasi oleh BdD, yang
dipimpin oleh kades membahas tentang : Mendata jumlah ibu hamil di wilayah desa
(Updating setiap bulan), Membahas dan menyepakati calon donor darah, tranportasi
dan pembiayaan ( Jamkesmas, Tabulin ), Membahas tentang pembiayaan
pemberdayaan masyarakat (ADD, PNPM, GSI, Pokjanal Posyandu, dll)
4. BdD bersama dengan kader atau dukun melakukan kontak dengan ibu hamil, suami
dan keluarga untuk sepakat dalam pengisian stiker termasuk pemakaian KB pasca
persalinan
5. BdD bersama kader Mengisi dan menempel Stiker di rumah ibu hamil.BdD
Memberikan Konseling pada ibu hamil, suami dan keluarga tentang P4K terutama
dalam menyepakati isi dalam stiker sampai dengan KB pasca persalinan yang harus
tercatat dalam Amanah Persalinan yang dilakukan secara bertahap yang di pegang
oleh petugas kesehatan dan Buku KIA yang di pegang langsung oleh ibu hamil, dll
6. BdD Memberikan Pelayanan saat itu juga sesuai dengan standar ditambah dengan
pemeriksaan laboratorium (Hb, Urine, bila endemis malaria lakukan pemeriksaan
apus darah tebal, PMTCT, dll)
7. Setelah melayani , BdD merekap hasil pelayanan ke dalam pencatatan Kartu Ibu,
kohort ibu, PWS KIA, Peta sasaran Bumil, Kantong Persalinan, termasuk kematian
ibu , bayi lahir dan mati di wilayah desa (termasuk dokter dan bidan praktek swasta
di desa tsb ).
8. Setelah melayani , BdD merekap hasil pelayanan ke dalam pencatatan Kartu Ibu,
kohort ibu, PWS KIA, Peta sasaran Bumil, Kantong Persalinan, termasuk kematian
ibu , bayi lahir dan mati di wilayah desa (termasuk dokter dan bidan praktek swasta
di desa tsb ).
9. Melaporkan hasil tersebut setiap bulan ke Puskesmas.
10. Pemantauan Intensif dilakukan terus pada ibu hamil, bersalin dan nifas.
11. Stiker dilepaskan sampai 40 hari pasca persalinan dimana ibu dan bayi yang
dilahirkan aman dan selamat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Progam-progra pemerintah yang berkaitan dengan peran serta masyarakat di
komunitas telah di laksanakan di Puskesmas Gunungsari seperti desa siaga,
polindes, posyandu, kelas ibu hamil P4K dan lain-lain walaupun terdapat beberapa
indiator yang belum tercapai dengan baik karena masih memiliki hambatan.
B. Saran
Selaku petugas kesehatan akan lebih baik jika menjalin kerjasama dan
komunikasi yang baik dengan masyarakat sehingga program-program pemerintah
yang melibatkan masyarakat bisa berjalan dengan baik dan lancar , begitupun
dengan masyarakat juga harus bekerjasama dengan petugas kesehatan dan aktif
untuk menanyakan hal-hal yang belum di pahami yang berhubungan dengan
program tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Hamdani, M.,SKM, M.Kes. 2015. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta ; Tim