PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya
dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-
masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan secara mandiri. Pada
intinya, desa siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu
hidup sehat. Untuk dapat dan mampu hidup sehat, masyarakat perlu
mengetahui masalah-masalah dan faktor-faktor yang dapat mempemgaruhi
kesehatannya, bak sebagai individu, keluarga, ataupun sebagai bagian dari
anggota masyarakat.
Beberapa deteremian yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat
adalah keturunan(heredity), keadaan gizi, gaya hidup, akses pelayanan
kesehatan dan lingkungan fisik dan nonfisik. Heredity memegang perandalam
penetuan sifat dan karakteristik fisiologis seorang individu, seperti postur
tubuh, warna kulit dan golongan darah. Lingkungan fisik meliputi lingkungan
yang ada disekitar manusia, seperti udara yang kita hirup, darurat dan laut
sebagai sumber kehidupan, termasuk rumah dan fasilitasnya serta
ketersediaan pelayanan umum (air bersih, listrik dan jalan raya). Sedangkan
faktor budaya akan mempengaruhi sikap seiring dengan program desa siaga
yang dicanangkan oleh Departemen Kesehatan RI, pendidikan dan profersi
keperawatan telah menerapkan standar perawatan komunitas yang mencakup
berbagai unsur dan komponen seperti yang ada pada konsep desa siaga.
Perawatan kesehatan masyarakat diterapkan untuk meningkatkan dan
memelihara kesehatan populasi dimana prakteknya tersebut bersifat umum
dan komprehensif yang ditujukan pada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakatnya yang memiliki kontribusimbagi kesehatan, pendidikan
kesehatan dan manajemen serta koordinasi dan kontinuitas pelayan holistik.
Masalah kesehatan masyarakat dapat bermula dari perilaku individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat diantaranya berkaitan dengan masalah
kesehatan lingkungan, kesehatanb ibu anak, kesehatan remaja serta kesehatan
lanjut usia, maupun pemanfatan fasilitas pelayanan kesehatan yang masih
sangat rendah seperti pemeriksaan kesehsatan, kehamilan, imunisasi,
posyandu dan lain sebagaiannya.,
Angka Kematian dan kesakitan ibu yang digunakan sebagai indikato dari
kesehatan masyarakat disuatu negara, menunujkkan adanya kesehatan di
Indonesia. Menurut survei Demografi dan Kesehatan Indonesia [SDKI 2007],
angka kematian ibu (AKI) adalah 228/100.000 kelahiran hidup tetapi rasio
tersebut meningkat menurut SDKI 2012 yaitu 359/100.000 kelahiran hidup.
Sebagaian besar persalinan ditingkat desa terjadi dirumah (44%) dimana 78%
terjadi dirumah sendiri dan rumah bidan, sementara hanya 67% dari persalinan
ditolong oleh petugas kesehatan yang terampil yang terdiri dari bidan (72%)
dan dokter (3%). Berdasarkan tersebut diatas, pendekatan pelayanan berbasis
masyarakat merupakan jalan keluar terhadap masalah akses dan ketersediaan
pelayanan serta kompetensi petugas akan sangat menentukan jaminan
pelayan yang berkualitas, aman, efektif, dan efesien.
Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara
berkembang, termasuk indonesia, disebabkan oleh, eklampsia (23%)
perdarahan pascapersalinan (22%), komplikasi pasca keguguran (12%) dan
sepsis (9%). Dengan program kesehatan dan teknologi kedokteran saat ini,
sebgaian besar penyebab utama kesakita kematian ibu tersebeut sebenarnya
dapat ditulanggi dan kematian ibu dapat dicegah. Negara di Asia dengan
pemasukan devisa yang terbatas seperti Srilangka, ternyata dapat menurunkan
Angka Kematian ibu (AKI) secara bermakna melalui strategi yang sederhana
yaitu semua persalinan harus dilakukan di fasilitas kesehatan dan ditolong oleh
petugas kesehatan yang terampil.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DESA SIAGA
2.1.1 PENGERTIAN DESA SIAGA
Desa siaga adalah suatu kondisimasyarakat tingkat desa yang memiliki
kemampuan dalam menemukan permasalahan yang ada, kemudian
merencanakan&melakukan pemecahannya sesuai potensi yang dimilkinya,
serta selalu siap siaga dalam menghadapi masalah kesehatan, bencana,
kegawatdaruratan.
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan seeta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah masalah
kesehatan ( bencana dan kegawatdaruratan kesehatan) secara mandiri. Desa
siaga ini merupakan program pemerintah indonesia untuk mewujudkan
Indonesia sehat 2010. Desa yang dimaksud dalam desa siaga adalah kelurahan/
istilah lain bagi kesatuan yang masyarakat hukum yang mempunyai batas batas
wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengukur kepentingan
masyarakat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
RI.
Desa Siaga adalah salah satu program Kementerian Kesehatan yang salah satu
fokus kegiatannya adalah mengurangi angka kematian Ibu, dengan
meningkatkan peran serta masyarakat setempat. Desa siaga adalah upaya
bersama masyarakat untuk mengatasi persoalan kesehatan khususnya
kesehatan ibu dan anak.
Si (siap), yaitu pendataan dan mengamati seluruh ibu hamil, siap mendampingi
ibu, siap menjadi donor darah, siap memberi bantuan kendaraan untuk
rujukan, siap membantu pendanaan, dan bidan wilayah kelurahan selalu siap
memberi pelayanan.
A (antar), yaitu warga desa, bidan wilayah, dan komponen lainnya dengan
cepat dan sigap mendampingi dan mengatur ibu yang akan melahirkan jika
memerlukan tindakan gawat-darurat.
Ga (jaga), yaitu menjaga ibu pada saat dan setelah ibu melahirkan serta
menjaga kesehatan bayi yang baru dilahirkan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa desa siaga adalah suatu keadaan dimana suatu
desa memiliki kemampuan dan kemauan untuk mengenal, menghadapi dan
mengatasi masalah kesehatan secara mandiri baik bencana maupun
kegawatdaruratan.
Menurut perkiraan WHO setiap tahun terjadi 500.000 kematian ibu yang
berhubungan dengan kehamilan dan persalinan, 99% di antaranya terjadi di
Negaranegara berkembang. Lebih dari separuhnya (300.000) terjadi di Asia,
yang hampir 3/4- nya di Asia Selatan. Risiko kematian maternal di negara maju
1 diantara 15-50, yang berarti peningkatan 200-250 kali. Kematian maternal
merupakan fungsi dari berbagai hal, bukan hanya dari faktor-faktor pelayanan
kesehatan saja. Kehamilan dan persalinan yang terlalu dini, kemiskinan,
ketidaktahuan, kebodohan, budaya diam kaum wanita, dan rendahnya status
wanita pada hal-hal tertentu. Transportasi yang sulit, ketidakmampuan
membayar pelayanan yang baik, dan pantangan tertentu pada wanita hamil
juga ikut berperan. ( Hadijono, 2006).
Kematian ibu atau AKI di daerah berkembang sebesar 240 adalah 15 kali
lebih tinggi dari pada di negara maju yaitu 16 per 100.000 kelahiran hidup atau
99% (284.000) kematian ibu secara global dan mayoritas di antaranya berada
di sub-Sahara Afrika (162.000 kematian ibu) dan Asia Selatan (83.000 kematian
ibu). Sub-Sahara Afrika memiliki angka kematian ibu (AKI) tertinggi yaitu 500
kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup (KH), sedangkan Asia Timur memiliki
yang terendah di antara negara berkembang yaitu 37 kematian ibu per
100.000 KH. Urutan AKI di negara berkembang adalah Asia Selatan
220/100.000 KH, Oceania 200/100.000 KH, South-East Asia 150/100.000 KH,
Amerika Latin dan karibia 80/100.000 KH, Afrika Utara 78/100.000 KH, Asia
Barat 71/100.000 KH, Caucasus dan Asia Tengah 46/100.000 KH.
Meskipun sebagian besar negara-negara Afrika sub-Sahara memiliki AKI
tinggi namun ada beberapa nergara yang memiliki AKI rendah berkisar antara
20-99/100.000 KH seperti: Mauritius (60/100.000 KH), Sao Tome Principe
(70/100.000 KH) dan Cabo Verde (79/100.000 KH) sedangkan negara-negara di
Afrika yang dikategorikan AKI moderat (100-299/100.000 KH) antara lain:
Botswana 160/100.000 KH, Djibouti 200/100.000 KH, Namibia 200/100.000 KH,
Gabon 230/100.000 KH, Equatorial Guinea 240/100.000 KH, Eritrea
240/100.000 KH dan Madagaskar 240/100.000 KH.(WHO et al., 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian ibu hamil diklasifikasi
sebagai berikut:
2.2.4 Faktor Medis
Faktor medis yang dipengaruhi oleh status reproduksi dan status
kesehatan ibu antara lain: umur, paritas, jarak kehamilan dan penyakit ibu,
anemia dan kurang gizi.
2.2.5 Umur ibu
Umur ibu saat kehamilan terakhir dihitung dalam tahun berdasarkan
tanggal lahir atau ulang tahun terakhir yang ada hubungannya dengan faktor
risiko dalam kehamilan. Indeks kehamilan risiko tinggi adalah usia ibu pada
waktu hamil terlalu muda yaitu kurang dari 16 tahun atau lebih dari 35 tahun
(Fortney dalam Manuaba 2001).
Total fertility rate (TFR) adalah jumlah total anak yang mungkin akan
dimiliki oleh seorang wanita sampai akhir periode reproduksinya selama usia
suburnya 15-49 tahun, atau disebut juga dengan rata-rata jumlah kelahiran per
wanita. (Merrill RM,2014).
2.2.6 Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang memperoleh janin yang
dilahirkan. Paritas yang tinggi memungkinkan terjadinya penyulit kehamilan
dan persalinan diantaranya dapat menyebabkan terganggunya transport O2
dari ibu ke janin sehingga terjadi asfiksia yang dapat dinilai dari APGAR Score
menit pertama setelah lahir. (Manuba, 2010).
Menurut Saifudin (2002) paritas/jumlah kehamilan 2 sampai 3 adalah
paritas yang paling aman dilihat dari sudut kematian ibu. Paritas kurang dari
satu dan usia ibu terlalu muda di kategorikan berisiko tinggi karena ibu belum
siap secara mental maupun secara medis sedangkan paritas diatas empat dan
usia ibu terlalu tua secara fisik ibu mengalami kemunduran untuk menjalani
kehamilan.
2.2.7 Jarak kehamilan
Jarak kehamilan yang terlalu dekat atau kurang dari dua tahun berisiko
terhadap kematian maternal dan tergolong dalam kelompok risiko tinggi untuk
mengalami perdarahan post partum. Jarak kehamilan yang disarankan pada
umumnya adalah dua tahun agar memungkinkan tubuh wanita dapat pulih
dari kebutuhan ekstra pada masa kehamilan dan laktasi. (Djaja dkk, (2001).
Gambar 2.5 Peta Maternal Mortality Rate World Wide (WHO, 2010).
3.1 KESIMPULAN
3.1.1 Adapun kesimpulan yang kami dapat dari penulisan makalah di
atas yaitu Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan
sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi
masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan,
secara mandiri. Adapun tujuan umumnya adalah terwujudnya desa dengan
masyarakat yang sehat, peduli, dan tanggap terhadap masalah-masalah
kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan di desanya. Sedangkan tujuan
khususnya antara lain:
Optimalisasi peran FKD.
Terbentuknya FKD yang berperan aktif menggerakan pembangunan
kesehatan.
Berkembangnya kegiatan PMD ,pokja gotong royong,
Upaya kesehatan ,Survailance dan Pembiayaan kesehatan.
Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang
pentingnya kesehatan dan melaksanakan PHBS (Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat).
Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan.
Meningkatnya kesehatan di lingkungan desa.
Meningkatnya kesiagaan dan kesiapsediaan masyarakat desa terhadap
risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
(bencana, wabah penyakit, dsb).
Menurunkan angka kematian ibu dan anak.
Meningkatkan pertolongan persalinan oleh nakes.
Meningkatkan kepesertaan KB.
3.1.2 Untuk menurunkan AKI, determinan dekat, determinan antara,
dan determinan jauh yang terkait dengan AKI harus dapat diatasi. Determinan
dekat yang berhubungan langsung dengan kematian ibu dapat diminimalisasi
apabila determinan antara yaitu status kesehatan ibu, akses terhadap
pelayanan kesehatan, dan perilaku penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan
dapat ditingkatkan. Upaya untuk menurunkan AKI tidak akan akan efektif jika
hanya mengandalkan program dari pemerintah tanpa peran serta semua
pihak. Dalam konteks ini, inovasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Kapuas Hulu dapat menjadi contoh bagi pemerintah daerah yang
lain untuk menggerakkan potensi yang ada dalam masyarakat agar berperan
serta dalam penurunan AKI. DPR RI melalui fungsi yang dimiliki juga dapat
berperan serta dalam menurunkan AKI dengan mengefektifkan fungsi
pengawasan melalui komisi terkait, yaitu Komisi VIII yang bermitra dengan
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Komisi IX
yang bermitra dengan Kementerian Kesehatan. DPR RI juga perlu memastikan
bahwa anggaran yang dialokasikan untuk program dan kegiatan yang ditujukan
untuk meningkatkan kesehatan ibu melalui dua kementerian tersebut telah
memadai.
3.2 SARAN
Dari pengertian dan tujuan adanya desa siaga sangatlah bermanfaat
bagi masyarakat khususnya dalam mempertahankan dan bahkan
meningkatkan derajat kesehatan diharapkan agar pelaksanaan desa siaga ini
kembali dilakukan dan disebarluaskan ke setiap wilayah di Indonesia. Desa
siaga inilah merupkan langkah awal yang sangat penting untuk dilakukan yang
akhirnya nanti akan mendukung pogram pemerintah dalam pencapaian
peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia dan dalam menurunkan
angka kematian ibu dan anak.
DAFTAR PUSTAKA