Anda di halaman 1dari 21

Desa Siaga

2.1 Konsep Dasar Desa Siaga


Langkah nyata untuk mewujudkan sasaran RPJMN 2004-2009, telah diterbitkan
SK Menkes No. 564/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pembangunan Desa Siaga,
dengan mengambil kebijakan bahwa “seluruh desa di Indonesia menjadi Desa Siaga pada
akhir tahun 2008”.

2.1.1 Pengertian Desa Siaga


Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya
dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah
kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, secara mandiri.
Desa yang dimaksud di sini dapat berarti Kelurahan atau negeri atau istilah-
istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah, yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal-usul dan adapt-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam
sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu
untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat
seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan
KLB, kejadian bencana, kecelakaan, dan lain-lain, dengan memanfaatkan potensi
setempat, secara gotong-royong.

2.1.2 Tujuan Desa Siaga


Tujuan dari dibentuknya Desa Siaga adalah:
 Mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa.
 Menyiapsiagakan masyarakat untuk menghadapi masalah-masalah yang
berhubungan dengan kesehatan masyarakat.
 Memandirikan masyarakat dalam mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat.
2.1.3 Sasaran dan Kriteria Pengembangan Desa Siaga
A. Sasaran
Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran pengembangan Desa Siaga
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Semua individu dan keluarga di desa, yang diharapkan mampu melaksanakan
hidup sehat, serta perduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di
wilayah desanya.
b. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku individu dan keluarga
atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut,
seperti tokoh masyarakat, termasuk tokoh agama, tokoh perempuan dan pemuda;
kader; serta petugas kesehatan.
c. Pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan
perundang-undangan, dana, tenaga, sarana, dan lain-lain, seperti Kepala Desa,
Camat, para pejabat terkait, swasta, para donatur, dan pemangku kepentingan
lainnya.
B. Kriteria
Sebuah desa telah menjadi Desa Siaga apabila desa tersebut memiliki sekurang-
kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa.

2.2 Program-program yang Terdapat Dalam Desa Siaga


Inti dari kegiata Desa Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan
mampu untuk hidup sehat. Oleh karena itu dalam pengembangannya diperlukan langkah-
langkah pendekatan edukatif. Yaitu upaya mendampingi (memfasilitasi) masyarakat
untuk menjalani proses pembelajaran yang berupa proses pemecahan masalah-masalah
kesehatan yang dihadapinya.
Untuk menuju Desa Siaga perlu dikaji berbagai kegiatan bersumberdaya
masyarakat yang ada dewasa ini seperti Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, Dana Sahat,
Siap-Antar-Jaga, dan lain-lain sebagai embrio atau titik awal pengembangan menuju
Desa Siaga. Dengan demikian, mengubah desa menjadi Desa Siaga akan lebih cepat bila
di desa tersebut telah ada berbagai Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM).
Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) Dalam Desa Siaga
Pengertian Poskendes
Poskesdes adalah upaya UKBM yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan /
menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa.
Poskesdes dapat dikatakan sebagai sarana kesehatan yang merupakan pertemuan
antara upaya-upaya masyarakat dan dukungan pemerintah.
Pelayanannya meliputi upaya-upaya promotif, preventif, dan kuratif yang
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (terutama bidan) dengan melibatkan kader atau tenaga
sukarela lainnya.

Kegiatan Poskendes
Poskesdes diharapkan dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan
bagi masyarakat desa, sekurang-kurangnya:
 Pengamatan epidemiologis sederhana terhadap penyakit, terutama penyakit menular dan
penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, dan faktor-faktor resikonya (termasuk status
gizi) serta kesehatan ibu hamil yang beresiko.
 Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi
menimbulkan KLB, serta faktor-faktor resikonya (termasuk kurang gizi).
 Kesiapsiagaan dan penanggualangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan.
 Pelayanan medis dasar, sesuai dengan kompetensinya.
 Kegiatan-kegiatan lain, yaitu promosi kesehatan untuk peningkatan keluarga sadar gizi,
peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), penyehatan lingkungan, dan lain-lain,
merupakan kegiatan pengembangan.
Poskesdes juga diharapkan sebagai pusat pengembangan atau revitalisasi berbagai
UKBM lain yang dibutuhkan masyarakat desa (misalnya Warung Obat Desa, Kelompok
Pemakai Air, Arisan Jamban Keluarga dan lain-lain). Dengan demikian, Poskesdes sekaligus
berperan sebagai coordinator dan UKBM-UKBM tersebut.
Sumber Daya Poskendes
Poskesdes diselenggarakan oleh tenaga kesehatan (minimal seorang bidan), dengan
dibantu oleh sekurang-kurangnya dua orang kader.
Untuk menyelenggarakan Poskesdes harus tersedia sarana fisik bangunan,
perlengkapan, dan peralatan kesehatan. Guna kelancaran komunikasi dengan masyarakat dan
dengan sarana kesehatan (khususnya Puskesmas), Poskesdes seyogyanya memiliki juga
sarana komunikasi (telepon, ponsel, atau kurir).
Pembangunan saranan fisik Poskesdes dapat dilaksanakan melalui berbagai cara,
yaitu dengan urutan alternative sebagai berikut:
a. Mengembangkan Pondok Bersalin Desa (Polindes) yang telah ada menjadi Poskesdes.
b. Memanfaatkan bangunan yang sudah ada, yaitu misalnya Balai RW, Balai Desa, Bali
Pertemuan Desa, dan lain-lain.
c. Membangun baru, yaitu dengan pendanaan dari Pemerintah (Pusat atau Daerah), donator,
dunia usaha, atau swadaya masyarakat.

2.3.Pelaksanaan Desa Siaga


a. Persiapan
Dalam tahap persiapan, hal-hal yang perlu dilakukan adalah:
Pusat:
 Penyusunan pedoman.
 Pembuatan modul-modul pelatihan.
 Penyelenggaraan Pelatihan bagi Pelatih atau Training of Trainers (TOT).
Provinsi:
 Penyelenggaraan TOT (tenaga kabupaten / Kota).
Kabupaten / Kota:
 Penyelenggaraan pelatihan tenaga kesehatan.
 Penyelenggaraan pelatihan kader.

b. Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan, hal-hal yang perlu dilakukan adalah:
Pusat:
 Penyediaan dana dan dukungan sumber daya lain.
Provinsi:
 Penyediaan dana dan dukungan sumber daya lain.
Kabupaten / Kota:
 Penyediaan dana dan dukungan sumber daya lain.
 Penyiapan Puskesmas dan Rumah Sakit dalam rangka penanggualangan bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan.
Kecamatan:
 Pengembangan dan Pembinaan Desa Siaga.
c. Pemantauan dan Evaluasi
Dalam tahap pemantauan dan evaluasi, hal-hal yang perlu dilakukan adalah:
Pusat:
 Memantau kemajuan dan mengevaluasi keberhasilan pengembangan Desa Siaga.
Provinsi:
 Memantau kemajuan pengembangan Desa Siaga.
 Melaporkan hasil pemantauan ke pusat.
Kabupaten / Kota:
 Memantau kemajuan pengembangan Desa Siaga.
 Melaporkan hasil pemantauan ke Provinsi.
Kecamatan:
 Melakukan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS).
 Melaporkan pengembangan ke Kabupaten /Kota.

d. Pendekatan Pengembangan Desa Siaga


Pengembangan Desa Siaga dilaksanakan dengan membantu / memfasilitasi
masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran melalui siklus atau spiral pemecahan
masalah yang terorganisasi (pengorganisasian masyarakat), yaitu dengan menempuh tahap-
tahap:
 Mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, dan sumber daya yang dapat dimanfaatkan
untuk mengatasi masalah.
 Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternatif-alternatif pemecahan masalah.
 Menetapkan alternative pemecahan masalah yang layak, merencanakan dan
melaksanakannya.
 Memantau, mengevaluasi dan membina kelestarian upaya-upaya yang telah dilakukan.

Meskipun di lapangan banyak variasi pelaksanaanya, namun secara garis besar


langkah-langkah pokok yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut:

 Pengembangan Tim Petugas


Langkah ini merupakan awal kegiatan, sebelum kegiatan-kegiatan lainnya
dilaksanakan. Tujuan langkah ini adalah mempersiapkan para petugas kesehatan yang berada
di wilayah Puskesmas, baik petugas teknis maupun petugas administrasi. Persiapan pada
petugas ini bisa berbentuk sosialisasi, pertemuan atau pelatihan yang bersifat konsolidasi,
yang disesuaikan dengan kondisi setempat.
Keluaran (output) dan langkah ini adalah para petugas yang memahami tugas dan
fungsinya, serta siap bekerjasama dalam satu tim untuk melakukan pendekatan kepada
pemangku kepentingan masyarakat.

 Pengembangan Tim di Masyarakat


Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan para petugas, tokoh masyarakat,
serta masyarakat, agar mereka tahu dan mau bekerjasama dalam satu tim untuk
mengembangkan Desa Siaga.
Dalam langkah ini termasuk kegiatan advokasi kepada para penentu kebijakan, agar
mereka mau memberikan dukungan, baik berupa kebijakan atau anjuran, serta restu, maupun
dana atau sumber dana yang lain, sehingga pembangunan Desa Siaga dapat berjalan dengan
lancar. Sedangkan pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat bertujuan agar mereka
memahami dan mendukung, khususnya dalam membentuk opini publik guna menciptakan
iklim yang kondusif bagi pengembangan Desa Siaga.
Jadi dukungan yang diharapkan dapat berupa dukungan moral, dukungan financial
atau dukungan material, sesuai kesepakatan dan persetujuan masyarakat dalam rangka
pengembangan Desa Siaga.
Jika di daerah tersebut telah terbentuk wadah-wadah kegiatan masyarakat di bidang
kesehatan seperti Konsil Kesehatan Kecamatan atau Badan Penyantun Puskesmas, Lembaga
Pemberdayaan Desa, PKK, serta organisasi kemasyarakatan lainnya, hendaknya lembaga-
lembaga ini diikut sertakan dalam setiap persemuan dan kesepakatan.

 Survei Mawas Diri


Survey Mawas Diri (SMD) atau Telaah Mawas Diri (TMD) atau Community Self
Survey (CSS) bertujuan agar pemuka-pemuka masyarakat mampu melakukan telaah mawas
diri untuk desanya. Survey ini harus dilakukan oleh pemuka-pemuka masyarakat setempat
dengan bimbingan tenaga kesehatan. Dengan demiian, mereka menjadi sadar akan
permasalahan yang dihadapi di desanya, serta bangkit niat dan tekad untuk mencari
solusinya, termasuk membangun Poskesdes sebagai upaya mendekatkan pelayanan kesehatan
dasar kepada masyarakat desa. Untuk itu, sebelumnya perlu dilakukan pemilihan dan
pembekalan keterampilan bagi mereka.
Keluaran atau output dan SDM ini berupa identifikasi masalah-masalah kesehatan
serta daftar potensi di desa yang dapat didayagunakan dalam mengatasi masalah-masalah
kesehatan tersebut, termasuk dalam rangka membangun Poskesdes.

 Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)


Tujuan penyelenggaraaan musyawarah masyarakat desa (MMD) ini adalah mencari
alternative penyelesaian masalah kesehatan dan upaya membangun Poskesdes, diakitkan
dengan potensi yang dimiliki desa. Di samping itu, juga untuk menyusun rencana jangka
panjang pengembangan Desa Siaga.
Inisiatif penyelenggaraan musyawarah sebaiknya berasal dari tokoh masyarakat
yang telah sepakat mendukung pengembangan Desa Siaga. Peserta musyawarah adalah
tokoh-tokoh masyarakat, termasuk tokoh-tokoh perempuan dan generasi muda setempat.
Bahkan sedapat mungkin dilibatkan pula kalangan dunia usaha yang mau mendukung
pengembangan Desa Siaga dan kelestariannya (untuk itu diperlukan advokasi).
Data serta temuan lain yang diperoleh pada saat SMD disajikan, utamanya dalah
daftar masalah kesehatan, data potensial, serta harapan masyarakat. Hasil pendataan tersebut
dimusyawarahkan untuk penentuan prioritas, dukungan dan kontribusi apa yang dapat
disumbangkan oleh masing-masing individu / institusi yang diwakilinya, serta langkah-
langkah solusi untuk pembangunan Poskesdes dan pengembangan masing-masing Desa
Siaga.

e. Pelaksanaan Kegiatan
Secara operasional pembentukan Desa Siaga dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut:
 Pemilihan Pengurus dan Kader Desa Siaga
Pemilihan pengurus dan kader Desa Siaga dilakukan melalui pertemuan khusus para
pemimpin formal desa dan tokoh masyarakat serta beberapa wakil masyarakat. Pemilihan
dilakukan secara musyawarah dan mufakat, sesuai dengan tata cara dan kriteria yang berlaku,
dengan difasilitasi oleh Puskesmas.

 Orientasi / Pelatihan Kader Desa Siaga


Sebelum melaksanakan tugasnya, kepada pengelola dan kader desa yang telah
ditetapkan perlu diberikan orientasi atau pelatihan. Orientasi / pelatihan dilaksanakan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota sesuai dengan pedoman orientasi / pelatihan yang
berlaku. Materi orientasi / pelatihan yang berlaku. Materi orientasi / pelatihan mencakup
kegiatan yang akan dilaksanakan di desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga
(sebagaiman telah dirumuskan dalam Rencana Operasional). Yaitu meliputi pengelolaan
Desa Siaga secara umum, pembangunan dan pengelolaan Poskesdes, pengembangan dan
pengelolaan UBKM lain, serta hal-hal penting terkait seperti kehamilan dan persalinan sehat,
Siap-Antar-Jga, Keluarga Sadar Gizi, Posyandu, kesehatan lingkungan, pencegahan penyakit
menular, penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB-PLP),
kegawatdaruratan sehari-hari, kesiap-siagaan bencana, kejadian luar biasa, warung obat desa
(WOD), dversifikasi pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan melalui Taman
Obat Keluarga (TOGA), kegiatan surveilans, PHS, dan lain-lain.

 Pengembangan Poskesdes dan UKBM lain


Dalam hal ini, pembangunan Poskesdes bisa dikembangkan dari Polindes yang
sudah ada.Apabila tidak ada Polindes, maka perlu dibahas dan dicantumkan dalam rencana
kerja tentang alternative lain pembangunan Poskesdes. Dengan demikian diketahui
bagaimana Poskesdes tersebut akan diadakan , membangun baru dengan fasilitas dari
pemerintah, membangun baru dengan bantuan dari donator, membangun baru dengan
swadaya masyarakat, atau memodifikasi bangunan lain yang ada.
Bilamana Poskesdes sudah berhasil diselenggarakan, kegiatan dilanjutkan dengan
membentuk UKBM-UKBM yang diperlukan dan belum ada di desa yang bersangkutan, atau
merevitalisasi yang sudah ada tetapi kurang / tidak aktif.

 Penyelenggaraan Kegiatan Desa Siaga


Dengan telah adanya Poskesdes, maka desa yang bersangkutan telah dapat
ditetapkan sebagai Desa Siaga. Setelah Desa Siaga resmi dibentuk, dilanjutkan dengan
pelaksanaan kegiatan Poskesdes secara rutin, yaitu pengembangan sistem surveilans berbasis
masyarakat, pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawat-daruratan dan
bencana, pemberantasan penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB.,
penggalangan dana, pemberdayaan masyarakat menuju KADARZI dan PHBS, penyehatan
lingkungan, serta pelayanan kesehatan dasar (bila diperlukan). Selain itu, diselenggarakan
pula pelayanan UKBM-UKBM lain seperti Posyandu dan lain-lain dengan berpedoman
kepada panduan yang berlaku.
Secara berkala kegiatan Desa Siaga dibimbing dan dipantau oleh Puskesmas, yang
hasilnya dipakai sebagai masukan untuk perencanaan dan pengembangan Desa Siaga
selanjutnya secara lintas sektoral.

f. Pembinaan dan Peningkatan


Mengingat permasalahan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kinerja sektor lain,
serta adanya keterbatasan sumber daya, maka untuk memajukan Desa Siaga perlu adanya
pengembangan jejaring kerjasama dengan berbagai pihak. Perwujudan dan pengembangan
jejaring Desa Siaga dapat dilakukan melalui Temu Jejaring UKBM secara internal di dalam
desa sendiri dan atau Temu Jejaring antar Desa Siaga (minimal sekali dalam setahun). Upaya
ini selain untuk memantapkan kerjasama, juga diharapkan dapat menyediakan wahana tukar-
menukar pengalaman dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi bersama. Yang juga
tidak kalah pentingnya adalah pembinaan jejaring lintas sektor, khususnya dengan program-
program pembangunan yang bersasaran Desa.
Salah satu kunci keberhasilan dan kelestarian Desa Siaga adalah keaktifan para
kader. Oleh karena itu, dalam rangka pembinaan perlu dikembangkan upay-upayauntuk
memenuhi kebutuhan para kader agar tidak drop out. Kader-kader yang memiliki motivasi
memuaskan kebutuhan sosial psikologinya harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk
mengembangkan kreatifitasnya. Sedangkan kader-kader yang masih dibebani dengan
pemenuhan kebutuhan dasarnya, harus dibantu untuk memperoleh pendapatan tambahan,
misalnya dengan pemberian gaji / intensif atau difasilitasi agar dapat berwirausaha.
Untuk dapat melihat perkembangan Desa Siaga, perlu dilakukan pemantauan dan
evaluasi. Berkaitan dengan itu, kegiatan-kegiatan di Desa Siaga perlu dicatat oleh kader,
misalnya dalam Buku Register UKBM (contohnya: kegiatan Posyandu dicatat dalam buku
Register Ibu dan Anak Tingkat Desa atau RIAD dalam Sistem Informasi Posyandu).

2.4 Peran Jajaran Kesehatan dan Pemangku Kepentingan Terkait


Peran Jajaran Kesehatan
a. Peran Puskesmas
Dalam rangka pengembangan Desa Siaga, Puskesmas merupakan ujung tombak dan
bertugas ganda yaitu sebagai penyelenggara PONED dan penggerak masyarakat desa. Namun
demikian, dalam menggerakkan masyarakat desa, Puskesmas akan dibantu oleh Tenaga
Fasilitator dari Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota yang telah dilatih Provinsi.
Adapun peran Puskesmas adalah sebagai berikut:
 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar, termasuk Pelayanan Obstetrik dan Neonatal
Emergensi Dasar (PONED).
 Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim tingkat kecamatan dan desa dalam rangka
pengembangan Desa Siaga.
 Memfasilitasi pengembangan Desa Siaga dan Poskesdes.
 Melakukan monitoring Evaluasi dan pembinaan Desa Siaga.

b. Peran Rumah Sakit


Rumah Sakit memegang peranan penting sebagai sarana rujukan dan pembina
teknis pelayanan medik. Oleh karena itu, dalam hal ini peran Rumah Sakit adalah:
 Menyelenggarakan pelayanan rujukan, termasuk Pelayanan Obstetrik dan Neonatal
Emergensi Komprehensif (PONEK).
 Melaksanakan bimbingan teknis medis , khususnya dalam rangka pengembangan
kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan dan bencana di Desa Siaga.
 Menyelenggarakan promosi kesehatan di Rumah Sakit dalam rangka pengembangan
kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan dan bencana.

c. Peran Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota


Sebagai penyelia dan pembina Puskesmas dan Rumah Sakit, peran Dinas Kesehatan
Kabupaten / Kota meliputi:
 Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim di tingkat Kabupaten / Kota dalam rangka
pengembangan Desa Siaga.
 Merevitalisasi Puskesmas dan jaringannya sehingga mampu menyelenggarakan pelayanan
kesehatan dasar dengan baik, termasuk PONED, dan pemberdayaan masyarakat.
 Merevitalisasi Rumah Sakit sehingga mampu menyelenggarakan pelayanan rujukan dengan
baik, termasuk PONEK, dan promosi kesehatan di Rumah Sakit.
 Merekrut / menyediakan calon-calaon fasilitator untuk dilatih menjadi Fasilitator
Pengembangan Desa Siaga.
 Menyelenggarakan pelatihan bagi petugas kesehatan dan kader.
 Melakukan advokasi ke berbagai pihak (pemangku kepentingan) tingkat Kabupaten / Kota
dalam rangka pengembangan Desa Siaga.
 Bersama Puskesmas melakukan pemantauan, evaluasi dan bimbingan teknis terhadap Desa
Siaga.
 Menyediakan anggaran dan sumber daya lain bagi kelestarian Desa Siaga.

d. Peran Dinas Kesehatan Provinsi


Sebagai penyelia dan pembina Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan Kabupaten /
Kota, Dinas Kesehatan Provinsi berperan:
 Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim di tingkat provinsi dalam rangka
pengembangan Desa Siaga.
 Membantu Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota mengembangkan kemampuan melalui
pelatihan-pelatihan teknis, dan cara-cara lain.
 Membantu Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota mengembangkan kemampuan Puskesmas dan
Rumah Sakit di bidang konseling, kunjungan rumah, dan pengorganisasian masyarakat serta
promosi kesehatan, dalam rangka pengembangan Desa Siaga.
 Menyelenggarakan pelatihan Fasilitator Pengembangan Desa Siaga dengan metode kalakarya
(interrupted training).
 Melakukan advokasi ke berbagai pihak (pemangku kepentingan) tingkat provinsi dalam
rangka pengembangan Desa Siaga.
 Bersama Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota melakukan pemantauan, evaluasi dan
bimbingan teknis terhadap Desa Siaga.
 Menyediakan anggaran dan sumber daya lain bagi kelestarian Desa Siaga.

e. Peran Departemaen Kesehatan

Sebagai aparatur tingkat Pusat, Departemaen Kesehatan berperan dalam:


 Menyusun konsep dan pedoman pengembangan Desa Siaga, serta mensosialisasikan dan
mengadvokasikannya.
 Memfasilitasi revitalisasi Dinas Kesehatan, Puskesmas, Rumah Sakit, serta Posyandu dan
UKBM-UKBM lain.
 Memfasilitasi pembangunan Poskesdes dan pengembangan Desa Siaga.
 Memfasilitasi pengembangan sistem surveilans, sistem informasi / pelaporan, serta sistem
kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan dan bencana berbasis masyarakat.
 Memfasilitasi ketersediaan tenaga kesehatan untuk tingkat desa.
 Menyelenggarakan pelatihan bagi pelatih (TOT).
 Menyediakan dana dan dukungan sumber daya lain.
 Menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi.
Peran Pemangku Kepentingan Terkait
Pemangku kepentingan lain, yaitu para pejabat Pemerintah Daerah, pejabat lintas
sektor, unsur-sunsur organisasi / ikatan profesi, pemuka masyarakat, tokoh-tokoh agama,
PKK, LSM, dunia usaha, swasta dan lain-lain, diharapkan berperan aktif juga di semua
tingkat administrasi.

a. Pejabat-pejabat Pemerintah Daerah


 Memberikan dukungan kebijakan, sarana dan dana untuk penyelenggaraan Desa Siaga.
 Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan Poskesdes /
Puskesmas / Pustu dan berbagai UBKM yang ada (Posyandu, Polindes, dan lain-lain).
 Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan Desa Siaga secara teratur dan lestari.

b. Tim Penggerak PKK


 Berperan aktif dalam pengembangan dan penyelenggaraan UBKM di Desa Siaga (Posyandu
dan lain-lain).
 Menggerakkan masyarakat untuk mengelola, menyelenggarakan dan memanfaatka UBKM
yang ada.
 Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan dalam rangka menciptakan kadarzi dan PHBS.

c. Tokoh Masyarakat
 Menggali sumber daya untuk kelangsungan penyelenggaraan Desa Siaga.
 Menaungi dan membina kegiatan Desa Siaga.
 Menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan Desa Siaga.

d. Organisasi Kemasyarakatan / LSM / Dunia Usaha / Swastas


 Beperan aktif dalam penyelenggaraan Desa Siaga.
 Memberikan dukungan sarana dan dana untuk pengembangan dan penyelenggaraan Desa
Siaga.
2.5 Indikator Keberhasilan Desa Siaga
Keberhasilan upaya Pengembangan Desa Siaga dapat dilihat dari empat kelompok
indikatornya, yaitu: indikator masukan, indikator proses, indikator keluaran, dan indikator
dampak.

Adapun uraian untuk masing-masing indikator adalah sebagai berikut:


a. Indikator Masukan
Indikator masukan adalah indikator untuk mengukur seberapa besar masukan telah
diberikan dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator masukan terdiri atas hal-hal
berikut:
 Ada / tidaknya Forum Masyarakat Desa.
 Ada / tidaknya Poskesdes dan sarana bangunan serta perlengkapannya.
 Ada / tidaknya UBKM yang dibutuhkan masyarakat.
 Ada / tidaknya tenaga kesehatan (minimal bidan).

b. Indikator Proses
Indikator proses adalah indikator untuk mengukur seberapa aktif upaya yang
dilaksanakan di suatu Desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator proses terdiri
atas hal-hal berikut:
 Frekuensi pertemuan Forum Masyarakat Desa.
 Berfungsi / tidaknya Poskesdes.
 Berfungsi / tidaknya UBKM yang ada.
 Berfungsi / tidaknya Sistem Kegawatdaruratan dan Penanggulangan Kegawatdaruratan dan
Bencana.
 Berfungsi / tidaknya Sistem Surveilans berbasis masyarakat.
 Ada / tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS

c. Indikator Keluaran
Indikator keluaran adalah indikator untuk mengukur seberapa besar hasil kegiatan
yang dicapai di suatu Desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator keluaran
terdiri atas hal-hal berikut:
 Cakupan pelayanan kesehatan dasar Poskesdes.
 Cakupan pelayanan UBKM-UBKM lain.
 Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang dilaporkan.
 Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.

d. Indikator Dampak.
Indikator dampak adalah indikator untuk mengukur seberapa besar dampak dan
hasil kegiatan di Desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator dampak terdiri atas
hal-hal berikut:
 Jumlah penduduk yang menderita sakit.
 Jumlah penduduk yang menderita gangguan jiwa.
 Jumlah ibu yang melahirkan dan meninggal dunia.
 Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia.
 Jumlah balita dengan gizi buruk.
RW SIAGA

Budaya Di berbagai wilayah di Indonesia terutama dalam masyarakat yang masih


memegang teguh budaya tradisional (patrilineal), misalnya budaya jawa, menganggap istri
adalah konco wingking (teman di belakang) yang artinya derajat kaum lelaki lebih tinggi
dibandingkan dengan kaum perempuan, tugas perempuan hanyalah melayani kebutuhan dan
keinginan suami saja. Anggapan seperti ini memengaruhi perlakuan suami terhadap
kesehatan reproduksi perempuan. Suami lebih dominan dalam mengambil keputusan dan
tidak bertanggung jawab dalam beberapa hal seperti ber-KB serta adanya perbedaan kualitas
dan kuantitas makanan suami yang biasanya lebih baik dibandingkan istri dan anaknya
karena beranggapan bahwa suami adalah pencari nafkah dan sebagai kepala rumah tangga
sehingga asupan zat gizi untuk ibu yang sedang hamil, menyusui, dan anak menjadi
berkurang.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengubah budaya tradisional tersebut antara lain sebagai
berikut :

1. Menyosialisasikan persepsi tentang kesetaraan gender sejak dini melalui lembaga


formal, misalnya sekolah formal maupun non-formal atau melalui program lain yang ada
dalam kelompok masyarakat lalu mengaplikasikannya kedalam praktik kehidupan sehari-
hari.

2. Memberikan penyuluhan pada sarana atau tempat-tempat berkumpul dan berinteraksi


para lelaki, misalnya tempat kerja dan forum komunikasi desa.

3. Memberikan informasi sesering mungkin dengan stimulus yang menarik perhatian,


misalnya melalui poster.

4. Masyarakat Indonesia pada umumnya masih mempunyai perasaan malu dengan


lingkungan sekitar, sehingga perlu dipikirkan suatu aturan atau kegiatan yang dapat
memotivasi kepala keluarga untuk segera merealisasikan kepedulikan kepada istrinya.

5. Satgas GSI di tingkat desa perlu membuat tanda sedemikian rupa dengan warna terang
(merah, hijau, kuning) dan ditempelkan di rumah warga yang memiliki ibu hamil yang perlu
mendapatkan perhatian lebih dan kewaspadaan.

Pendapatan pada umunya masyarakat Indonesia sebagian besar


penghasilannya (75-100%) digunakan untuk membiayai keperluan hidup. Persoalan
ekonomi merupakan prioritas utama. Pendapatan keluarga hanya berfokus kepada
pemenuhan kebutuhan hidup, sehingga hampir tidak ada penyisihan dana untuk
kesehatan. Ibu hamil jarang diperiksakan ke pelayanan kesehatan karena tidaka
adanya biaya.

Melihat permasalahan ekonomi di atas, prioritas kegiatan GSI di tingkat


keluarga dalam pemberdayaan suami tidak hanya terbatas kepada kegiatan yang
bersifat anjuran (advocacy), akan tetapi lebih bersifat holistik. Kegiatan tersebut tidak
hanya menjawab permasalahan kesehatan ibu secara nasional, akan tetapi yang lebih
penting adalah dapat menyentuh dan ikut menyelesaikan persoalan mendasar di
tingkat keluarga.

Pemberdayaan suami perlu dikaitkan dengan pemberdayaan ekonomi


keluarga, sehingga kepala keluarga tidak mempunyai alasan untuk tidak
memperhatikan kesehatan istri karena masalah keuangan. Pemberdayaan ekonomi
keluarga dapat dilakukan salah satunya dengan jalan membentuk kelompok usaha
yang didasarkan pada sumber daya yang tersedia di sekitarnya serta mencari solusi
pemasarannya misalnya kelompok usaha alat rumah tangga.

Tingkat Pendidikan Wawasan pengetahuan suami dipengaruhi tingkat


pendidikan suami sebagai kepala rumah tangga. Semakin rendah tingkat pendidikan
suami, akses terhadap informasi kesehatan perempuan semakin berkurang, suami
akan sulit dalam mengambil keputusan yang efektif.

Dengan demikian perlu diperkenalkan pandangan baru untuk memberdayakan


kaum suami dengan mendasarkan pengertian bahwa :

Ø Suami memainkan peranan penting, terutama dalam pengambilan keputusan yang


berkenan dengan kesehatan reproduksi pasangannya.

 Suami sangat berkepentingan terhadap kesehatan reproduksi pasangannya.

Ø Saling pengertian serta adanya keseimbangan peranan antara kedua pasangan dapat
membantu meningkatkan perilaku yang kondusif terhadap peningkatan kesehatan reproduksi.

Ø Pasangan yang selalu berkomunikasi tentang rencana keluarga maupun kesehatan


reproduksi antara satu dengan yang lainnya akan mendapatkan keputusan yang lebih efektif
dan lebih baik.

2.2 Penyebab Kematian Ibu Hamil

Keterlambatan sering kali berkontribusi terhadap kematian ibu ketika terjadi komplikasi
kehamilan. Tiga jenis keterlambatan yang berisiko terhadap kesehatan ibu, yaitu terlambat
untuk mencari pertolongan, terlambat mendapatkan pertolongan, terlambat mendapatkan
pelayanan pada fasilitas kesehatan, dan terlambat mendapatkan pertolongan yang memadai
pada fasilitas kesehatan. Suami dan anggota keluarga lainnya memegang peranan yang
penting dalam mendapatkan pelayanan sesegera mungkin.

Suami biasanya menjadi pemegang keputusan ketika kondisi istri dalam keadaan
membutuhkan pertolongan kesehatan segera. Suami juga yang memutuskan transportasi apa
yang digunakan untuk mencapai tempat pelayanan kesehatan. Suami dapat menghindari
keterlambatan tersebut dengan cara mengenali gejala-gejala persalinan imminen dan
persalinan dengan komplikasi.

Kebanyakan kematian ibu yang terjadi antara tiga hari setelah persalinan, disebabkan karena
adanya infeksi atau perdarahan. Hasil penelitian terbaru menemukan kematian ibu dapat
dicegah bila suami dapat mengenal komplikasi-komplikasi potensial setelah persalinan dan
selalu siaga untuk mencari pertolongan jika hal tersebut terjadi. Suami juga berperan agar
istrinya mendapatkan makanan yang bergizi.
Pada masa menyusui, seorang ibu membutuhkan vitamin A tambahan untuk menjaga agar
vitamin-vitamin yang diperlukan dapat diterima dengan baik oleh bayinya. Selama periode
pasca persalinan, suami dapat membantu pekerjaan rumah tangga yang berat seperti
mengumpulkan kayu dan air serta menjaga anak-anak. Mereka juga dapat mendorong istri
untuk memberi ASI agar dapat menolong kontraksi uterus. Pada akhirnya, suami harus mulai
memikirkan metode kontrasepsi, baik berupa metode sementara untuk memberikan jarak
terhadap kelahiran yang berikutnya atau bila mungkin vasektomi jika tidak menginginkan
anak lagi.

2.3 Peran dan Keterlibatan Suami Dalam Kehamilan

Dukungan dan peran serta suami dalam masa kehamilan terbukti meningkatkan kesiapan ibu
hamil dalam menghadapi proses persalinan, bahkan jaga produksi ASI. Keterlibatan suami
sejak awal kehamilan, sudah pasti akan mempermudah dan meringankan pasangan dalam
menjalani dan mengatasi berbagai perubahan yang terjadi pada tubuhnya akibat hadirnya
sesosok ”manusia mungil” didalam perutnya. Bahkan, keikutsertaan suami secara aktif dalam
masa kehamilan, menurut sebuah penelitian yang dimuat dalam artikel berjudul ”What Your
Parthner Might Need From You During Pregnancy” terbitan Allina Hospitals & Clinics
(tahun 2001), Amerika Serikat, keberhasilan istri dalam mencukupi kebutuhan ASI untuk si
bayi kelak sangat ditentukan oleh seberapa besar peran dan keterlibatan suami dalam masa-
masa kehamilan.

Partisipasi suami yang dapat dilakukan antara lain meliputi :

1. Membantu mempertahankan dan meningkatkan kesehatan istri yang sedang hamil.

2. Memberikan perhatian dan kasih sayang kepada istri.

3. Mengajak dan mengantar istri untuk memeriksakan kehamilan ke fasilitas kesehatan


terdekat minimal 4 kali selama kehamilan.

4. Memenuhi kebutuhan gizi bagi istrinya agar tidak terjadi anamia gizi dan memperoleh
istirahat yang cukup.

5. Mempelajari gejala komplikasi pada kehamilan seperti darah tinggi, kaki bengkak,
perdarahan, konsultasi dalam melahirkan, keracunan dalam kehamilan, infeksi dan
sebagainya.

6. Menyiapkan biaya melahirkan dan biaya transportasi.

7. Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap sedini mungkin bila
terjadi hal-hal yang menyangkut kesehatan kehamilan dan kesehatan janin misal perdarahan
dan lain-lain.

8. Menentukan tempat persalinan (fasilitas kesehatan) sesuai dengan kemampuan dan


kondisi daerah masing-masing.
v Trimester pertama

Selama hamil, ada begitu banyak perubahan pada tubuh isti, yang paling menonjol adalah
perubahan emosinya. Apa sebabnya? Kadar hormon estrogen dan progesteron didalam
tubuhnya berubah. Tak mengherankan bila moodnya berubah-ubah terus. Kalau sudah begini,
siapa lagi, selain suaminya. Suamilah yang paling tepat untuk membantu melalui masa-masa
ini.

Beberapa hal yang bisa terjadi pada trimester pertama :

à Sering mual-mual dan muntah, terutama pada pagi hari , karena mengalami morning
sickness.

à Menjadi cepat lelah dan mudah mengantuk.

à Mungkin tiba-tiba meminta atau menginginkan sesuatu yang ”aneh” atau biasa disebut
ngidam.

à Semula tampak gembira, namun dalam beberapa detik bisa mendadak menangis tersedu-
sedu, merasa tertekan dan sedih , tanpa sebab yang jelas atau karena masalah sepele.

Yang dapat suami lakukan :

Bawakan krekers dan air putih atau jus buah ke tempat tidur. Sehingga, begitu istri bangun
dan morning sickness mendera, keluhan yang dirasakannya langsung hilang., berkat perhatian
dan kasih sayang yang suami berikan.

Buatlah istri merasa nyaman, sehingga dapat beristirahat dan cukup tidur. Misalnya, memutar
lagu-lagu yang lembut.

Bersiaplah menghadapi ”ujian” untuk mengukur seberapa besar cinta suami kepada istri.
Jangan kaget bila istri menginginkan sesuatu yang ”aneh” di tengah malam. Karena istri
sedang ngidam. Bila mampu, tak ada salahnya memenuhi permintaannya. siapa tau suami
”lulus ujian” dengan nilai cemerlang nantinya.

Tunjukan rasa bahagia dan antusias terhadap janin dalam kandungan. Sapaan
ekspresif terhadap si kecil, misalnya ”hallo, lagi ngapain di situ?” atau seruan ”Woa…”
sudah merupakan dukungan mental yang menyenangkan hati. Juga, ungkapkan perasaan cinta
Anda padanya karena pada saat-saat seperti ini istri membutuhkan perhatian dan kasih sayang
suami lebih dari biasanya.

v Trimester kedua

Masa-masa bahagiaInilah saatnya istri merasakan nikmatnya masa-masa kehamilan.


Makanya, suami tidak sebegitu tersiksanya ketimbang trimester lalu. Dan, mulai ikut
merasakan gerakan janin mau tidak mau akan ”menyentil” suami. Sekarang ini suami baru
bisa ”benar-benar” merasakan peran baru sebagai calon ayah.

Beberapa hal yang bisa terjadi pada trimester kedua :


 Emosi cenderung lebih stabil dan keluhan morning sickness juga jauh berkurang.
 Si kecil mulai sudah mulai “beraksi”.
 Merasa bahagia dengan kehamilannya sehingga lebih bersemangat melakukan latihan
(olahraga ringan sesuai anjuran dokter) serta beraktivitas.
 Cukup nyaman dengan keadaannya, sehingga mulai timbul keingginan untuk
menikmati hubungan seks.

Yang dapat suami lakukan :

 Tetap menunjukkan kalau Anda mengerti dan memahami benar perubahan emosi
yang cepat serta perasaan lebih peka yang dialaminya, sebab ini wajar dan alami
terjadi pada ibu hamil.
 Dampingi dan antarlah selalu pasangan setiap kali berkunjung ke dokter kandungan
untuk memeriksakan kandungannya.
 Dampingi dan berpatisipasilah secara aktif di kelas senam hamil (senam Lamaze)
bersamanya.
 Ajaklah dia untuk kembali menikmati hubungan seks.

v Trimester ketiga

Takut dan cemas menghadapi hari-H Masa ini merupakan masa-masa penantian yang
“melelahkan”. “Perjalanan” menuju persalinan tinggal hitungan hari saja. Itu sebabnya, Anda
akan lebih banyak berperan sebagai a shoulder to cry on.

Beberapa hal yang bisa terjadi pada trimester ketiga :

à Semakin dekat dengan hari-H, biasanya dia merasa semakin takut dan cemas.

à Merasa penampilannya tidak menarik karena perubahan bentuk fisiknya.

à Sering mengeluh sakit, pegal, ngilu, dan berbagai rasa tidak nyaman pada tubuhnya,
terutama pada punggung dan panggul, karena bayi sudah semakin besar dan sudah mulai
menyiapkan diri untuk lahir.

à Mengeluh sulit tidur karena perutnya yang semakin membesar itu akan membuatnya
tidak nyaman ketika berbaring.

Yang dapat suami lakukan :

1. Bantu pasangan untuk mengatasi rasa cemas dan takut dalam menghadapi proses
persalinan. Misalnya, dengan mengalihkan perhatiannya dengan cara mengajaknya berbelanja
keperluan si kecil.

2. Pujilah kalau dia tetap cantik dan menarik, berbagai perubahan fisik tidak sedikitpun
mengurangi kadar cinta Anda padanya.

3. Bantulah meringankan berbagai keluhan. Misalnya, dengan memijat pegal-pegal di


belakang tubuhnya.

4. Bersiaplah untuk membantu dan menemaninya saat dia sulit tidur


2.4 Peran Suami Dalam Mencegah Atau Mengobati Komplikasi Kehamilan

Suami memainkan banyak peran kunci selama kehamilan dan persalinan istri serta
setelah bayi lahir. Keputusan dan tindakan mereka berpengaruh terhadap kesakitan dan
kesehatan, kehidupan dan kematian ibu dan bayinya.

Langkah awal yang dapat dilakukan oleh laki-laki dalam mempromosikan keselamatan
ibu adalah merencanakan keluarganya. Pembatasan kelahiran dan membuat jarak kelahiran
paling sedikit 2 tahun, baik untuk menjaga kesehatan ibu dan anak, mengingat setiap
kehamilan membawa resiko kesehatan yang potensial untuk ibu, walaupun ibu tersebut
terlihat sehat dan berisiko rendah kehamilan yang tidak direncanakan sering kali menjadi
berisiko karena akan membawa mereka untuk aborsi. Komplikasi aborsi yang tidak aman
menyebabkan 50.000 hingga 100.000 kematian setiap tahun.

2.5 Dukungan Suami Dalam Kehamilan


Agar istri bisa menjalani kehamilan yang sehat dan nyaman,dukungan suami mutlak
diperlukan. Saat hamil, istri akan mengalami perubahan, Secara fisik ia akan menjadi lebih
gemuk. Fisiologisnya juga mengalami berbagai perubahan yang mempengaruhi pola perilaku
dan emosinya. Karena itu,selama istri hamil, suami harus selau siaga yaitu siaga untuk
bersabar, memahami, memperhatikan, membantu dan melayani istri. Bersabar, mengapa ?
Mungkin sebagai suami anda sering mendengar cerita tentang wanita yang hamil muda.
Sebagian dari mereka sering mengalami morning sicknes yaitu mual2 dan muntah2 di pagi
hari. Tak jarang pada sore haripun wanita juga mengalami hal yang demikian. Bahkan ada
yang lebih parah lagi mual dan muntah hampir sepanjang hari.

Meskipun anda sudah sering mendengar tentang berbagai cerita itu biasanya anda tetap
akan kaget, saat istri anda mengalaminya.Anda mungkin tak hanya kaget,tetapi juga
jengkel,karena beberapa hal atau rutinitas yang biasanya istri anda bisa lakukan, kini tidak
bisa dilakukannya. Memasak dan membersihkan rumah misalnya mungkin harus tertunda
saat istri anda sedang mengalami khas kehamilan. Tidak itu saja, saat anda ingin
mengajaknya ‘berjima’ mungkin ia enggan baik karena kondisi tubuhnya yang kurang
nyaman,atau kekhawatirannya terhadap keselamatan bayi yang ia kandung. Karena
itulah,anda harus bersabar. Pahamilah kondisi istri, karena sesungguhnya ia sendiri pun tak
ingin mengalami kondisi2 yang ganjil itu, tapi ia harus menjalani sebagai konsekuensi dari
perjuangan menjadi seorang ibu.

Pahamilah Perubahannya

Anda harus menyesuaikan selera istri dengan menghargai masakannya dan tidak
mencela.
Sebagaimana dikatakan Trethowan dan Dickness (1972) wanita hamil sering mengalami
dullet-taste (selera yang bodoh) selama hamil. Istri anda, mungkin jadi sangat suka masakan
yang asin sekali,asam,atau citarasa lain yang tajam. Bisa pula ia jadi tidak suka pada
makanan yang sebelumnya ia sukai. Terimalah kondisi istri dan bersikaplah bijak bila
seleranya kurang sesuai dengan selera anda dan anak-anak.
Berilah Perhatian

Istri membutuhkan perhatian dari suami sebagai orang yang dicintainya. Ia juga butuh
perasan dicintai oleh orang yang dicintainya,lebih-lebih ketika ia mengalami berbagai
perubahan saat pertama kali ia hamil. Seorang suami perlu memberikan perhatian pada
istrinya dengan tulus. Perhatian dan kasih saying selain memenuhi kebutuhan fisik dan psikis
yang primer juga bisa diwujudkan dengan tindakan-tindakan kecil. Misalnya mengucapkan
salam atau memberi kecupan. Perhatian suami yang tulus bisa menentramkan istri saat
keinginannya mencari buah yang sedang tidak musim tidak terpenuhi. Melalui perhatian yang
tulus,bersih, dan sungguh2 suami lebih mudah menyampaikan pengertian,ketika istri sedang
ngidam.

Berikan dorongan pada istri. Itu akan banyak memberi arti bagi istri dalam
beradaptasi dengan kehamilannya. Suami juga harus bisa menjadi teman bicara dan
pendengar yang baik, karena disaat hamil seperti itu istri butuh teman bicara yang mau
mendengar tentang ungkapan perasaana, tentang dirinya,bayinya dan masa depan bersama.
Sikap yang perlu anda tumbuhkan adalah empati terhadap kehamilan istri anda. Berusahalah
untuk memahami apa yang dirasakan istri anda sebagaimana ia merasakannya. Istri
mengharapkan agar anda mengerti bahwa hamil itu berat. Bahwa kecemasan menghinggapi
dirinya dan tak mudah menghilangkannya dengan kata sabar. Genggamlah tanggannya saat ia
berbicara dan dengarlah secara penuh apa saja keluhannya.

Membantu dan Melayani Istri

Hamil memberi beban berat pada istri. Perutnya membesar sehingga keseimbangan
badan berubah dan sulit mencari posisi tidur yang nyaman. Ditambah lagi beban kerja ginjal
yang meningkat, frekuensi kencing bertambah,mual-mual,sampai tegangan yang tidak
mengenakkan pada farji dan perut. Semua beban itu dialami sendiri oleh istri. Padahal, bayi
yang ada dalam kandungannya adalah anak anda berdua. Karena itu sudah sepatutnya sebagai
suami anda berusaha meringankan beban istri. Meringankan beban istri, bisa dengan
melakukan pekerjaan sehari-hari yang sederhana, mencuci pakaian atau menyapu halaman,
misalnya, istri seringkali tidak menuntut suaminya untuk mengambil alih semua pekerjaan
rumah tangga. Ia lebih membutuhkan ketulusan dan kesungguhan anda dalam membantu
meringankan bebannya. Selain itu anda juga bisa melayani istri misalnya dengan memijatnya
saat ia sedang mual-mual atau menyediakan dan menemaninya makan siang ia sedang
kehilangan selera makan. Yang terakhir, berterimakasihlah pada istri anda. Selama Sembilan
bulan sepuluh hari hampir dapat dipastikan istri tetap berusaha melakukan berbagai pekerjaan
rumah tangga, meskipun ia cukup terbebani dengan kehamilannya.

Dengan semangat pengapdian, pengorbanan, kasih sayang dan cintanya, istri tidak
menuntut apapun, kecuali perhatian dan kasih sayang anda. Karena itulah, sudah sepantasnya
bila anda berterima kasih kepadanya,meski ia tidak memintanya. Anda bisa mengungkapkan
terima kasih itu dalam berbagai bentuk, tetapi ungkapan dengan kata-kata jangan diabaikan.
Istri akan merasakan kebahagian yang menyentuh bila anda bisa mengucapkan terima kasih
dengan betul-betul tulus dan spontan.

Anda mungkin juga menyukai