TINJAUAN PUSTAKA
1
Ditinjau dari sudut psikis, orangtua perlu memahami bagaimana
mendidik anak agar di saat dewasa mereka memiliki kepribadian yang
baik dan memiliki pegangan agama yang kuat.
Terlihat jelas bahwa orang tua terutama ibu, yang lebih banyak bersama
anak sejak bayi, menjadi tokoh sentral dalam upaya pengembangan
minat dan bakat anak.
Lebih jauh (Arya, 2012), menjelaskan bahwa peran orang tua dalam
memotivasi bakat dan minat anak dapat dilakukan dengan cara :
Selain itu, menurut (Iskaradah, 2017), orang tua juga berperan dalam
pengembangan anak yang meliputi:
a. Memelihara kesehatan fisik dan mental anak
b. Meletakkan dasar kepribadian yang baik
c. Membimbing dan memotivasi anak untuk mengembangkan diri
d. Memberikan fasilitas yang memadai bagi pengembangan diri anak
e. Menciptakan suasana yang aman, nyaman dan kondusif bagi
pegembangan anak.
Secara teknis (Nur Hayati, 2016), membagi sikap orang tua yang
menunjang pengembangan potensi anak dengan yang menghambat
potensinya. Sikap orang tua yang menunjang potensi anak dapat dilihat
dari :
Oleh karena itu, sangat realistis bagi anak-anak untuk melawan dan
menjauh dari pengaruh negatifnya. Dari sudut pandang orang tua,
hampir semua anak mengetahui penggunaan gadget. Memberikan
kesempatan kepada anak untuk beraktifitas dengan mengedepankan
perkembangan gadget. Tentu orang tua harus bertanggung jawab. Saat
anak tidak diawasi dan temani, kemudian melakukan hal-hal yang tidak
diperlukan, seperti kunjungan situs porno, yang akan merusak otak
anak. Anak usia dini adalah peniru yang baik, anak-anak sangat polos
sehingga mudah diarahkan ke suatu hal yang negatif. Orang tua akan
secara ekstra mendampingi anaknya karena anak usia dini adalah usia
meniru, orang tua "Model percontohan" bagi anaknya. Anak-anak
melihat lebih banyak kesenangan orang tua saat menggunakan gadget,
semakin besar minat mereka terhadap gadget. Oleh karena itu, keluarga
menjadi garda depan perkembangan emosionalnya.
2.2 Gadget
dan sebagai puncak dari keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa
(frustasi).
hati.
: manusia, flora, dan fauna. Sosok pribadi manusia, tua atau muda,
lewat begitu saja di hadapannya, hal itu karena orang tersebut adalah
orang akan merasa tidak senang atau curiga jika personal space nya
batasan maya yang mengelilingi diri kita yang haram ditembus oleh
depan kita, maka kita akan merasa tidak nyaman atau tidak senang
Emosi Anak
1. Berlangsung singkat dan berakhir tiba-tiba
2. Terilhat lebih hebat/kuat
3. Bersifat sementara/dangkal
4. Lebih sering terjadi
5. Dapat diketahui dengan jelas dari tingkah lakunya
BB : Belum Berkembang
MB : Mulai Berkembang
Dikalangan anak yang lebih tua, rasa takut terpusat pada bahaya
yang fantastis, adikodrati (supernatural) , dan samar- samar, pada
gelap dan makhluk imajinatif yang diasosiasikan dengan gelap
pada kematian atau luka, pada berbagai elemen terutama Guntur
dan kilat, serta pada karakter dalam dongeng, film, buku komik,
dan televise. Anak yang lebih tua mempunyai berbagai ketakutan
yang berhubungan dengan diri atau status, mereka takut gagal,
takut dicemoohkan, dan takut berbeda dari anak anak yang lain.
2.3.6.2 Rasa Marah
Rasa marah adalah ekspresi yang lebih sering diungkapkan pada
masa anak-anak jika dibandingkan dengan rasa takut. Alasannya
ialah karena rangsangan yang menimbulkan rasa marah lebih
banyak, dan pada usia yang dini anak-anak mengetahui bahwa
kemarahan merupakan cara yang efektif untuk memperoleh
perhatian atau memenuhi keinginan mereka. Sebaliknya, reaksi
takut semakin berkurang karena kemudian anak-anak menyadari
bahwa umumnya tidak ada perlunya merasa takut.
Anak usia 3-7 tahun menjadi marah karena kondisi yang banyak
kesamaannya dengan kondisi yang menimbulkan kemarahan.
Mereka terutama tidak menyukai gangguan terhadap milik
mereka, dan selalu melawan anak lain yang mencoba meraih milik
mereka atau mengganggu mereka selagi bermain. Mereka marah
jika mainan atau obyek lainnya tidak sebagaimana yang mereka
kehendaki dan jika mereka melakukan kesalahan dalam hal yang
mereka lakukan. Mereka juga marah jika disuruh melakukan
sesuatu yang enggan mereka lakukan pada saat itu.
2.3.6.3 Rasa Cemburu
Rasa cemburu adalah reaksi normal terhadap kehilangan kasih
sayang yang nyata, dibayangkan, atau ancaman kehilangan kasih
sayang. Rasa cemburu timbul dari kemarahan yang menimbulkan
sikap jengkel dan ditujukan kepada orang lain. Pola rasa cemburu
seringkali berasal dari rasa takut yang dikombinasikan dengan rasa
marah. Orang yang cemburu merasa tidak tentram dalam
hubungannya dengan orang yang dicintai dan takut kehilangan
status dalam hubungan kasih saying itu. Situasi yang
menimbulkan rasa cemburu selalu merupakan situasi social.
2.3.6.4 Dukacita
Dukacita adalah trauma psikis, suatu kesengsaraan emosional
yang disebabkan oleh hilangnya sesuatu yang dicintai. Dalam
bentuk yang lebih ringan keadaan ini dikenal sebagai kesusahan
atau kesedihan. Terlepas dari insensitas dan umur tatkala hal
tersebut dialami, dukacita adalah salah satu dari emosi yang paling
tidak menyenangkan.
Bagi anak-anak umumnya, dukacita bukan emosi yang sangat
umum. Ada tiga alasan mengenai hal ini. Pertama, para orang tua,
guru, dan orang dewasa lainnya berusaha mengamankan anak
tersebut dari berbagai aspek dukacita yang menyakitkan karena
hal itu dianggap dapat merusak kebahagian masa anak-anak dan
dapat menjadi dasar bagi masa dewasa yang tidak bahagia.
Kerangka konsep ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan peran orang
tua tentang penggunaan gadget pada anak terhadap perkembangan emosional
anak usia 5-7 tahun. Penelitian ini menggunakan dua variable, yaitu variable
independen dan dependen. Variabel independen, yaitu peran orang tua tentang
penggunaan gadget dan variable dependen, yaitu perkembangan emosional anak
usia (5-7 tahun). Kedua variable ini akan diteliti secara kolerasi untuk
mengetahui hubungan dari kedua variable tersebut.
4. Faktor Belajar
Peran Orang Tua di Era Digital
a. Meniru
1. Batasi waktu bermain gadget b. Coba – coba
2. Mengihindarkan kecanduan
c. Pengondisian
3. Beradaptasi dengan zaman
d. Bimbingan
e. Pengawasan
Keterangan :
: Hubungan
2.5 Hipotesis
METODOLOGI PENELITIAN
3.4.1 Populasi
Poulasi target adalah unit dimana suatu hasil akan diterapkan
(digeneralisir). Idealnya penelitian dilakukan pada populasi, karena
dapat melihat gambaran seluruh populasi sebagi unit dimana hasil
penelitian akan diterapkan (Dharma, 2013).
Populasi pada penilitian ini didapatkan data anak usia 5-7 tahun pada
tahun 2020 yang berkunjung ke posyandu di Wilayah Kerja Puskemas
Pekauman Banjarmasin sebanyak 119 anak usia 5-7 tahun.
3.4.2 Sampel
Sampel penelitian sebagai unit yang lebih kecil lagi adalah sekelompok
individu yang merupakan bagian dari popolasi terjangkau dimana
peneliti langsung mengumpulkan data atau melakukan
pengamatan/pengukuran pada unit ini (Dharma, 2013).
Sampel penelitian ini adalah Orang tua yang mempunyai anak usia 5-7
yang menggunakan gadget di Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman
Banjarmasin tahun 2021 dan yang mau diteliti adalah hubungan peran
orang tua dalam penggunaan gadget terhadap perkembangan emosional
anak usia 5-7 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman
Banjarmasin tahun 2021.
3.5.1 Tempat
Penelitian ini akan dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman
Banjarmasin
3.5.2 Waktu Penelitian
Sesuai dengan kalender skripsi prodi S1 Keperawatan 2020/2021
penelitian akan dilakukan sekitar bulan April-Juni 2021.
Bersikap
“acceptance” dan 1,8,10 3,13,15 6
control yang baik
Bersikap Respontif
pada kebutuhan 4,6,7 - 3
anak
Memberikan
Peran Orang kebebasan kepada
Tua dalam anak dan
Penggunaan mendorong anak 2,11 14,9 4
Gadget untuk menyatakan
pendapat atau
pertanyaan
Memberikan
dampak atau
penjelasan tentang
5,12 - 2
perbuatan yang
baik dan yang
buruk
Total 10 5 15
3.6.2 Perkembangan Emosional
Variabel ini dikumpulkan dengan menggunakan instrument pengumpulan
data berupa kuesioner yang berjumlah 15 soal. Kuesioner ini
menggunakan kuesioner baku yang sudah dimodifikasi (Kemenkes 2012).
Responden menjawab pernyataan yang alternative jawabannya sudah
disediakan dalam lembar kuesioner dengan memberikan tanda ceklis (√)
pada alternative jawaban yang dianggap tepat. Skala ukur yang digunakan
untuk penskoran angket adalah dengan menggunakan skala likert. Skala
ini menggunakan sejumlah item pertanyaan yang terdiri dari pernyataan
yang bersifat favorable dan unfavorable. Pernyataan-pernyataan tersebut
memiliki 4 alternatif jawaban, keempat alternative jawaban tersebut
adalah Selalu (SL), Sering (SR), Jarang (JR), dan Tidak Pernah (TP).
Nomor Item
Variabel Indikator Jumlah
Favourable Unfavourable
Perkembanga Mengekpresikan
n Emosional emosi melalui non
7,8,9 1,3
verbal maupun
verbal
Menyeleksi dan
Memodifikasi - 2,5,6
emosi
Memahami
pengetahuan emosi
11,12,13 4
datar dan parameter
penyebab emosi
Mengapresiasi
emosi yang
14,15 -
komplek secara
akurat
Total 8 7 15
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah cara yang digunakan peneliti dalam pengumpulkan data
penelitian. Beberapa langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam
pengumpulan data adalah sebagai berikut :
6 ∑ b i2
ρ=1−
n ( n2−1 )
Keterangan :
P = Nilai Korelasi Spearman Rank
b = Jumlah kuadrat selisih rangking variable x dan y atau RX-RY
n = Junlah sampel
a. Ho ditolak : Jika p value < 0,05, artinya ada hubungan variable
peran orang tua terhadap penggunaan gadget dengan variable
perkembangan emosional anak usia 5-7 tahun
b. Ha diterima : Jika p value > 0,05 artinya tidak ada hubungan
variable peran orang tua terhadap penggunaan gadget dengan
variable perkembangan emosional anak usia 5-7 tahun.
Tabel 3.4 Koefesien Korelasi (r)
Dalam hubungan kedua belah pihak, masing-masing pihak terikat oleh hak dan
kewajibannya. Peneliti harus berpegang pada sikap ilmiah dan memperhatikan
etika penelitian pada saat melakukan penelitian atau melaksanakan tugas
penelitian, walaupun penelitian yang dilakukan mungkin tidak merugikan atau
merugikan objek penelitian.
Dalam penelitian ini nama responden tidak dicantumkan pada lembar data
yang dimana hal tersebut bertujuan agar kerahasiaan identitas responden
tetap terjaga. Lembar pengumpulan data hanya akan diberikan kode-kode.