Anda di halaman 1dari 18

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Tentang Promosi Kesehatan (Group Process) Yaitu


Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) Desa Siaga

Disusun Oleh
Kelompok 1

• Dewiyani • Lia Apriani Syadiah


• Didah Damayanti • Tatang Mulyana
• Dian Puspita Sidik • Tania Salsabila Salwa
• Dhimas Andhika • Tubagus Achmad Soleh
Rahman • Vina Azzahra
• Fenny Astri Endha
Desa Siaga
Desa siaga adalah suatu kondisi masyarakat
tingkat desa yang memiliki kemampuan dalam
menemukan permasalahan yang ada, kemudian
merencanakan & melakukan pemecahannya
sesuai potensi yg dimilikinya, serta selalu siap
siaga dalam menghadapi masalah kesehatan ,
bencana , dan kegawatdaruratan.
Desa siaga adalah desa yang
penduduknya memiliki kesiapan sumber
daya dan kemampuan
serta kemauan untuk mencegah dan
mengatasi masalah-masalah
kesehatan(bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan) secara
mandiri.
Tujuan Umum

Terwujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, peduli,


dan tanggap terhadap masalah-masalah kesehatan, bencana, dan
kegawatdaruratan di desanya.
Tujuan Desa siaga

Tujuan Khusus
• Optimalisasi peran PKD. • Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang
• Terbentuknya FKD yang pentingnya kesehatan dan melaksanakan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan
berperan aktif menggerakan Sehat).
• Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong
pembangunan kesehatan.
dirinya sendiri di bidang kesehatan.
• Berkembangnya kegiatan PMD • Meningkatnya kesehatan di lingkungan desa
,pokja gotong royong, • Meningkatnya kesiagaan dan kesiapsediaan masyarakat desa terhadap risiko
• Upaya kesehatan ,Survailance dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah
dan Pembiayaan kesehatan. penyakit, dsb).

• Menurunkan angka kematian ibu dan anak.


• Meningkatkan pertolongan persalinan oleh nakes.
• Meningkatkan kepesertaan KB.
Kriteria Desa siaga
Suatu desa dikatakan menjadi desa siaga apabila memenuhi
kriteria berikut (Depkes, 2006) :

Memiliki 1 orang tenaga bidan yang menetap


didesa tersebut dan sekurang-kurangnya 2 orang
kader desa.

Memiliki minimal 1 bangunan pos kesehatan desa


(poskesdes) beserta peralatan dan perlengkapannya.
Poskesdes tersebut dikembangkan oleh masyarakat yang dikenal dengan
istilah upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang
melaksanakan kegiatan-kegiatan minimal :

Pengamatan Penanggulangan Kesiapsiagaan Pelayanan Kegiatan


epidemiologis penyakit menular penanggulangan kesehatan pengembangan
penyakit menular dan dan yang bencana dasar, sesuai seperti promosi
yang berpotensi berpotensi menjadi dan kegawatdaruratan dengan kesehatan,
menjadi kejadian luar KLB serta kesehatan kompetensinya kadarzi, PHBS,
biasa serta faktor- kekurangan gizi. penyehatan
faktor risikonya. lingkungan dan
lain-lain.
Tahapan perkembangan Desa siaga

01
Pada tahap 1, dilakukan sosialisasi dan survei mawas diri (SMD), dengan
kegiatan antara lain : Sosialisasi, Pengenalan kondisi desa, Membentuk
kelompok masyarakat yang melaksanakan SMD, pertemuan pengurus, kader
dan warga desa untuk merumuskan masalah kesehatan yang dihadapi dan
menentukan masalah prioritas yang akan diatasi.

Pada tahap 2, dilakukan pembuatan rencana kegiatan. Aktivitasnya, terdiri


dari penentuan prioritas masalah dan perumusan alternatif pemecahan
masalah. Aktivitas tersebut, dilakukan pada saat musyawarah masyarakat

02
2 (MMD-2). Selanjutnya, penyusunan rencana kegiatan, dilakukan pada
saat musyawarah masyarakat 3 (MMD-3). Sedangkan kegiatan antara lain
memutuskan prioritas masalah, menentukan tujuan, menyusun rencana
kegiatan dan rencana biaya, pemilihan pengurus desa siaga, presentasi
rencana kegiatan kepada masyarakat, serta koreksi dan persetujuan
masyarakat.
Tahapan perkembangan Desa siaga

03
Tahap 3, merupakan tahap pelaksanaan dan monitoring, dengan
kegiatan berupa pelaksanaan dan monitoring rencana kegiatan.

04
Tahap 4, yaitu : kegiatan evaluasi atau penilaian, dengan kegiatan
berupa pertanggung jawaban
Langkah-langkah pengembangan Desa siaga

Pengembangan Tim Petugas

Tujuan Iangkah ini adalah mempersiapkan para petugas kesehatan yang berada di
wilayah Puskesmas, baik petugas teknis maupun petugas administrasi. Persiapan
pada petugas ini bisa berbentuk sosialisasi, pertemuan atau pelatihan yang
bersifat konsolidasi, yang disesuaikan dengan kondisi setempat.
Keluaran atau output dan Iangkah ini adalah para petugas yang memahami tugas
dan fungsinya, serta siap bekerjasama dalam satu tim untuk melakukan
pendekatan kepada pemangku kepentingan dan masyarakat.
Pengembangan Tim di Masyarakat

Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan


para petugas, tokoh masyarakat, serta masyarakat,
agar mereka tahu dan mau bekerjasama dalam satu
tim untuk mengembangkan Desa Siaga.
Dalam langkah ini termasuk kegiatan advokasi
kepada para penentu kebijakan, agar mereka mau
memberikan dukungan, baik berupa kebijakan atau
anjuran, serta restu, maupun dana atau sumber
daya laIn, sehingga pengembangan Desa Siaga
dapat berjalan dengan lancar. Sedangkan
pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat
bertujuan agar mereka memahami dan mendukung,
khususnya dalam membentuk opini publik guna
menciptakan iklim yang kondusif bagi
pengembangan Desa Siaga.
Survei Mawas Diri

Survei Mawas Diri (SMD) atau Telaah Mawas Diri (TMD)


atau Community Self Survey (CSS) bertujuan agar pemuka-
pemuka masyarakat mampu melakukan telaah mawas diri
t itle desanya. Survei ini harus dilakukan oleh pemuka-
untuk
o ur pemuka masyarakat setempat dengan birnbingan tenaga
Y
kesehatan. Dengan demikian, diharapkan mereka menjadi
sadar akan permasalahan yang dihadapi di desanya, serta
title niat dan tekad untuk mencari solusinya, termasuk
Your bangkit
membangun Poskesdes sebagai upaya mendekatkan
pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa. Untuk
titlitu,
e sebelumnya perlu dilakukan pemilihan dan pembekalan
keterampilan bagi mereka.
Keluaran atau output dan SMD ini berupa identifikasi
titl masalah-masalah kesehatan serta daftar potensi di desa yang
e
dapat didayagunakan dalam mengatasi masalah-masalah
kesehatan tersebut, termasuk dalam rangka rnembangun
Poskesdes.
Musyawarah Masyarakat Desa ( MMD )

Tujuan penyelenggaraan musyawarah masyarakat desa (MMD) ini adalah mencari alternatif
penyelesaian masalah kesehatan dan upaya membangun Poskesdes, dikaitkan dengan
potensi yang dimiliki desa. Di samping itu, juga untuk menyusun rencana jangka panjang
pengembangan Desa Siaga.

Peserta musyawarah adalah tokoh-tokoh masyarakat, termasuk tokoh-tokoh perempuan dan generasi
muda setempat. Bahkan sedapat rnungkin dilibatkan pula kalangan dunia usaha yang mau mendukung
pengembangan Desa Siaga dan kelestariannya (untuk itu diperlukan advokasi).

Data serta temuan lain yang diperoleh pada saat SMD disajikan, utamanya adalah
daftar masalah kesehatan, data potensi, serta harapan masyarakat. Hasil pendataan
tersebut dimusyawarahkan untuk penentuan prioritas, dukungan dan kontribusi apa
yang dapat disumbangkan oleh masing-masing individu/ institusi yang diwakilinya,
serta langkah-Iangkah solusi untuk pembangunan Poskesdes dan pengembangan
masing-masing Desa Siaga.
Indikator keberhasilan
pengembangan Desa siaga

Indikator keberhasilan pengembangan desa


siaga dapat diukur dari 4 kelompok indikator,
yaitu : indikator input, proses, output dan
outcome (Depkes, 2009).

1. Indikator Input
• Jumlah kader desa siaga.
• Jumlah tenaga kesehatan di poskesdes.
• Tersedianya sarana (obat dan alat) sederhana.
• Tersedianya tempat pelayanan seperti posyandu.
• Tersedianya dana operasional desa siaga.
• Tersedianya data/catatan jumlah KK dan keluarganya.
• Tersedianya pemetaan keluarga lengkap dengan masalah
kesehatan yang dijumpai dalam warna yang sesuai.
• Tersedianya data/catatan (jumlah bayi diimunisasi,
jumlah penderita gizi kurang, jumlah penderita TB,
malaria dan lain-lain).
Indikator keberhasilan
pengembangan Desa siaga

2. Indikator Proses
 
• Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa
(bulanan, 2 bulanan dan sebagainya).
• Berfungsi/tidaknya kader desa siaga.
• Berfungsi/tidaknya poskesdes.
• Berfungsi/tidaknya UKBM/posyandu yang ada.
• Berfungsi/tidaknya sistem penanggulangan
penyakit/masalah kesehatan berbasis masyarakat.
• Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk
kadarzi dan PHBS.
• Ada/tidaknya kegiatan rujukan penderita ke
poskesdes dari masyarakat.
Indikator keberhasilan
pengembangan Desa siaga

3. Indikator Output
 
• Jumlah persalinan dalam keluarga yang dilayani.
• Jumlah kunjungan neonates (KN2).
• Jumlah BBLR yang dirujuk.
• Jumlah bayi dan anak balita BB tidak naik ditangani.
• Jumlah balita gakin umur 6-24 bulan yang mendapat M P-AS I.
• Jumlah balita yang mendapat imunisasi.
• Jumlah pelayanan gawat darurat dan KLB dalam tempo 24 jam.
• Jumlah keluarga yang punya jamban.
• Jumlah keluarga yang dibina sadar gizi.
• Jumlah keluarga menggunakan garam beryodium.
• Adanya data kesehatan lingkungan.
• Jumlah kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit menular
tertentu yang menjadi masalah setempat.
• Adanya peningkatan kualitas UKBM yang dibina
Indikator keberhasilan
pengembangan Desa siaga

4. Indikator Outcome
 
• Meningkatnya jumlah penduduk yang sembuh/membaik dari
sakitnya.
• Bertambahnya jumlah penduduk yang melaksanakan PHBS.
• Berkurangnya jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia.
• Berkurangnya jumlah balita dengan gizi buruk.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai