Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Survey mawas diri (SMD) adalah kegiatan pengenalan,
pengumpulan dan pengkajian masalah kesehatan oleh tokoh
masyarakat dan kader setempat dibawah bimbingan petugas kesehatan
( Depkes RI, 2007). Tujuan Survey mawas diri adalah agar masyarakat
lebih mengenal kesehatan yang ada di desa dan menimbulkan minat
atau kesadaran untuk mengetahui masalah kesehatan dan pentingnya
permasalahan tersebut untuk di atasi.
Metode mawas diri diciptakan oleh Yayasan Indonesia Sejahtera,
salah satu LSM yang banyak bergerak dibidang pembinaan kesehatan
masyarakat didaerah pedesaan. Mawas diri sering dipakai oleh berbagai
instansi yang terkait dengan program kesehatan dengan melakukan
beberapa modifikasi sesuai dengan keperluannya masing-masing.
Mawas diri harfiah berarti melihat kedalam diri sendiri untuk mengenali
secara sadar berbagai kelemahan dan kekurangan yang dihadapi.
Apabila seseorang telah sampai pada tingkat mawas diri, maka dengan
sendirinya ia akan melakukan tindakan untuk menanggulanginya
dengan penuh kesadaran dan dengan menggunakan segala potensi
yang dimilikinya.
Kesehatan sebagai hak asasi manusia ternyata belum menjadi milik
setiap penduduk Indonesia karena berbagai hal seperti kendala terbatas
kemampuannya serta yang berpengetahuan dan berpendapatan
rendah masih perlu diperjuangkan secara terus menerus dengan cara
mendekatkan akses pelayanan kesehatan dan memberdayakan
kemampuan mereka sendiri. Disamping itu kesadaran masyarakat
bahwa kesehatan merupakan investasi bagi peningkatan kualitas
sumberdaya manusia juga masih harus dipromosikan melalui sosialisasi
dan advokasi kepada para pengambil kebijakan dan pemangku
kepentingan (stakeholder) di berbagai jenjang administrasi.
Menyimak kenyataan tersebut, kiranya diperlukan upaya terobosan
yang benar-benar memiliki daya ungkit yang besar untuk peningkatan
derajat kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia. Sehubungan
dengan hal tersebut, Kementerian Kesehatan menyadari bahwa untuk
mencapai Visi Indonesia Sehat sangat bertumpu pada pencapaian Desa
Sehat sebagai basisnya.
Upaya kesehatan promotif adalah suatu kegiatan dan atau
serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan
kegiatan yang bersifat promosi kesehatan. Pemberdayaan masyarakat
ialah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi,
memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan. Dari batasan ini
dapat diuraikan bahwa secara bertahap tujuan pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan adalah agar tumbuhkesadaran,
pengetahuan dan pemahaman akan kesehatan bagi individu, kelompok
atau masyarakat, serta timbul kemauan atau kehendak sebagai bentuk
lanjutan dari kesadaran dan pemahaman terhadap kesehatan.
Timbulnya kemampuan masyarakat di bidang kesehatan berarti
masyarakat, baik secara individu maupun 1 kelompok telah mampu
mewujudkan niat kesehatan mereka dalam bentuk perilaku sehat. Upaya
pemberdayaan masyarakat jika dilaksanakan secara optimal dapat
mendukung tercapainya visi “Indonesia Sehat”. Cara agar tercapainya
Kelurahan Sehat adalah:Mewujudkan masyarakat untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat, Menciptakan kewaspadaan dan partisipasi masyarakat
di bidang kesehatan, Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
mengenal dan mengatasi permasalahan kesehatan, Menciptakan
dukungan tokoh masyarakat dan perangkat Kelurahan dalam
pembangunan kesehatan masyarakat di Kelurahan, Mewujudkan
pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh masyarakat dan
tenaga profesional kesehatan.
B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengenal, mengumpulkan dan mengkaji masalah kesehatan


yang dilakukan oleh kader dan tokoh masyarakat setempat di bawah
bimbingan kepala Desa/Kelurahan, petugas Puskesmas, Bidan di Desa.
2. Tujuan Khusus

1) Mengumpulkan data, masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku.

2) Mengkaji dan menganalisis masalah kesehatan, lingkungan, dan


perilaku.

3) Menginventarisasi sumber daya masyarakat yang dapat


mendukung upaya mengatasi masalah kesehatan.
4) Diperolehnya dukungan kepala desa/kelurahan dan pemuka
masyarakat dalam pelaksanaan penggerakan dan pemberdayaan
masyarakat .

C. Manfaat

1. Bagi Masyarakat Dan Desa/Kelurahan

1) Masyarakat sadar akan adanya masalah.


2) Mengetahui besarnya masalah.
2. Bagi PUSKESMAS
1) Menggali sumber daya yang ada / dimiliki desa.
2) Dasar untuk menyusun pemecahan masalah

D. Sasaran
Sasaran SMD adalah semua rumah yang ada di desa/kelurahan
atau menetapkan sampel rumah dilokasi tertentu (10% dari Jumlah KK).
Sampel dihitung menggunakan tabel morgan dan kretjie.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Defenisi SMD

Bentuk kegiatan pemberdayaan masyarakat adalah


penggerakan dan pengorganisasian masyarakat. Dalam kegiatan
ini, peran petugas puskesmas adalah sebagai fasilitator,yang
tugasnya adalah membantu, membimbing serta mendampingi
masyarakat dalam melakukan kegiatannya. Adapun jenis kegiatan
pemberdayaan masyarakat secara umum adalah
menyelenggarakan pertemuan atau forum komunikasi,pengenalan
masalah kesehatan,penentuan prioritas masalah kesehatan,
survei mawas diri (SMD),musyawarah masyarakat desa (MMD),
menyusun rencana kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan,
penggorganisasian masyarakat serta pelaksanaan kegiatan sesuai
rencana yang telah disusun tersebut.
Survei mawas diri adalah kegiatan pengenalan,
pengumpulan dan pengkajian masalah kesehatan yang dilakukan
oleh kader dan tokoh masyarakat setempat di bawah
bimbingan kepala Desa/Kelurahan, petugas Puskesmas, Bidan di
Desa.
SMD dilakukan oleh kader dan toma. Frekuensi SMD
sesuai dengan hasil kesepakatan pada saat pertemuan desa,
minimal dilakukan 1 kali setahun.

B. Pengolahan dan Analisis Data Hasil SMD

Tim pelaksana SMD dengan bimbingan bidan di desa dan


petugas Puskesmas melakukan pengolahan data hasil SMD,
sehingga diketahui berbagai masalah kesehatan di desa
tersebut.
C. Waktu Pelaksanaan SMD
SMD dilaksanakan di bulan dan tahun yang sama secara
serentak.
D. Pelaksanaan SMD
1. Petugas Puskesmas, Bidan di desa dan kader/kelompok :
pengenalan instrumen (daftar pertanyaan), penentuan
sasaran, penentuan cara memperoleh informasi.
2. Melaksanakan SMD.
3. Pengolahan Data.
E. Cara Penyajian Data SMD
1. Secara Tekstular
2. Secara Tabular

F. Pengertian MMD

MMD adalah pertemuan perwakilan warga desa untuk


membahas hasil Survei Mawas Diri (SMD) dan merencanakan
penanggulangan masalah kesehatan yang diperoleh dari hasil
SMD (Wrihatnolo, 2007).
G. Tujuan MMD

a. Masyarakat mengenal masalah kesehatan diwilayahnya

b. Masyarakat bersepakat untuk menanggulangi masalah


kesehatan melalui pelaksanaan desa siaga dan poskesdes.
c. Masyarakat menyusun rencana kerja untuk menanggulangi
masalah kesehatan, melaksanakan desa siaga dan
poskesdes.
H. Peserta MMD

MMD harus dihadiri oleh pemuka masyarakat desa,


petugas Puskesmas, dan sektor terkait di tingkat desa dan
kecamatan (seksi-seksi pemerintahan dan pembangunan,
BKKBN, Pertanian, Agama, dan lain-lain).
I. Tempat dan waktu pelaksanaan MMD

MMD dilaksanakan di Balai Desa atau tempat pertemuan


lain yang ada di desa, MMD dilaksanakan segera setelah SMD
dilaksanakan.
J. Cara pelaksanaan

a. Pembukaan dilakukan oleh Kepala Desa/Lurah dengan


menguraikan tujuan MMD dan menghimbau seluruh peserta
agar aktif mengemukakan pendapat dan pengalaman
sehingga membantu pemecahan masalah yang dihadapi
bersama.

b. Perkenalan peserta yang dipimpin oleh kader untuk


menimbulkan suasana keakraban.

c. Penyajian hasil survei oleh kader selaku tim pelaksana


MMD.

d. Perumusan dan penentuan prioritas masalah kesehatan


atas dasar pengenalan masalah kesehatan dan hasil SMD
dilanjutkan dengan rekomendasi teknis dari petugas
kesehatan di desa / bidan di desa.

e. Menggali dan menemu-kenali potensi yang ada di


masyarakat untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

f. Penyusunan rencana kerja penanggulangan masalah


kesehatan yang dipimpin oleh kepala desa/lurah.

g. Penyimpulan hasil MMD berupa penegasan tentang


rencana kerja oleh Kepala Desa/Lurah.

h. Penutup.
BAB III
ANALISIS MASALAH
A. Keadaan Geografis
Berdasarkan data keadaan geografis wilayah Puskesmas
Dulupi terdiri dari tiga Desa delapan belas Dusun. Dan masing-
masing Desa masih memiliki Dusun yang terletak sangat jauh dari
pusat Desa dan termasuk daerah terpencil. Diantaranya Dusun
Tilemba di Desa Kotaraja, Dusun Labuhan Timur di Desa Tabongo
dan Dusun Langge dan Sambati di Desa Dulupi. Secara
keseluruhan wilayah desa termasuk daerah pegunungan dan
dataran dengan sumber pertaniannya, dan daerah kelautan dengan
sumber potensi perikanannya. Memiliki luas ± 112,3 km2 atau
sebesar 34, 4% dari luas wilayah Kecamatan Dulupi berdasarkan
data BPS, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Puskesmas Pangi


2. Sebelah timur berbatasan dengan Puskesmas Tilamuta
3. Sebelah selatan berbatasan dengan Puskesmas Paguyaman
Pantai
4. Sebelah barat berbatasan dengan Puskesmas Paguyaman

B. Jumlah sampel SMD Puskesmas Dulupi


Sebelum dilaksanakannya Survei Mawas Diri (SMD), terlebih
dahulu dilakukan upaya pendekatan terhadap perangkat Desa
dalam bentuk pertemuan pra SMD yang bertujuan untuk
memberikan penjelasan mengenai dan pemaparan lembar
kuesioner SMD di Puskesmas Dulupi. Kuesioner dibuat dengan
suatu pertanyaaan yang terstruktur meliputi komponen dasar yang
mempengaruhi kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku, akses
terhadap pelayanan kesehatan, dan kependudukan.
Adapun pengambilan sampel SMD menggunakan tabel Morgan dan
Kretjie sebesar 10% dari jumlah penduduk.

JUMLAH
NO NAMA DESA POPULASI
SAMPEL

1 DULUPI 1106 KK 100 KK

2 TABONGO 576 KK 102 KK

3 KOTARAJA 621 KK 100 KK

Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Besar Sampel

C. Hasil Survei Mawas Diri

a) Desa Dulupi

 Prioritas masalah berdasarkan hasil Survey

JUMLAH KK HASIL
NO PERMASALAHAN YANG DI
SURVEY YA TIDAK

YANG MEMILIKI SPAL


1. 100 KK 21 KK 79 KK
PERMANEN
YANG MEMILIKI SARANA
2. 100 KK 3 KK 47 KK
TPS PERMANEN
PENDERITA PENYAKIT
TIDAK MENULAR YANG
3. 100 KK 86 KK 14 KK
BEROBAT SECARA
TERATUR

Tabel 2. Prioritas masalah Desa Dulupi

Berdasarkan hasil survey dari 100 KK yang disurvei masih banyak


masyarakat yang belum memiliki sarana pembuangan air limbah
permanen dengan jumlah survei 79 KK sedangkan kepemilikan
tempat pembuangan sampah permanen hanya dimiliki oleh 3 KK
saja. Pada penderita PTM yang berobat secara teratur menunjukkan
hasil yang baik dimana dari 100 KK yang disurvei 89 KK diantaranya
rutin memeriksakan diri ke puskesmas dan berobat secara teratur.
Berikut tabel sebaran permasalahan Desa Dulupi berdasarkan Dusun :

Tabel 3. Kepemilikan SPAL berdasarkan Dusun

JUMLAH RUMAH TANGGA YANG MEMILIKI SPAL (Saluran Pembuangan Air Limbah)

HASIL SURVEY

DUSUN SASARAN
Tidak Memiliki
SPALPermanen Tidak Permanen
SPAL

Jambura 18 KK 9 KK 9 KK 0

Teratai 11 KK 4 KK 6 KK 1 KK

Sambati 16 KK 4 KK 12 KK 0

Batu Potong 20 KK 0 20 KK 0

Langge 21 KK 0 21 KK 0

Huata 14 KK 4 KK 10 KK 0

Berdasarkan tabel didapatkan data Dusun Batupotong dan Langge


tidak memiliki SPAL Permanen keseluruhan KK yang disurvei.

Tabel 4. Kepemilikan TPS berdasarkan Dusun


JUMLAH RUMAH TANGGA YANG MEMILIKI TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH

HASIL SURVEY
DUSUN SASARAN
Permanen Tidak Permanen Tidak Memiliki

Jambura 18 KK 0 18 KK 0

Teratai 11 KK 3 KK 8 KK 0

Sambati 16 KK 0 0 16 KK

Batu Potong 20 KK 0 0 20 KK

Langge 21 KK 0 21 KK 0

Huata 14 KK 0 0 14 KK

Tabel 5. Penderita PTM berobat teratur

JUMLAH RUMAH TANGGA YANG MENDERITA PENYAKIT TIDAK


MENULAR

HASIL SURVEY

DUSUN SASARAN Tidak berobat


Berobat teratur
teratur

Jambura 18 KK 18 KK 0

Teratai 11 KK 11 KK 0

Sambati 16 KK 16 KK 0

Batu Potong 20 KK 20 KK 0

Langge 21 KK 7 KK 14

Huata 14 KK 14 KK 0

 Prioritas masalah berdasarkan hasil intervensi PIS-PK

Tabel 6. Intervensi PIS-PK

JUMLAH YG
NO PERMASALAHAN HASIL (%)
DISURVEY

1. PERILAKU MEROKOK 1106 KK 26,9 %

2. HIPERTENSI 705 Jiwa 43,75 %

Dari hasil intervensi PIS-PK tahun 2022 didapatkan


permasalahan perilaku merokok masih tinggi di kalangan
masyarakat Desa Dulupi dengan presentase 26,9% dimana dari
1106 KK yang di intervensi 298 diantaranya perokok aktif. Pada
indikator penderita hipertensi yang berobat teratur 43,75%
diantaranya mangkir.

b) Desa Tabongo
 Prioritas Masalah berdasarkan hasil survei

Tabel 7. Prioritas masalah Desa Tabongo

JUMLAH HASIL
NO PERMASALAHAN SASARAN YG
DISURVEY YA TIDAK

1 WARGA YANG MEMILIKI KARTU JAMKES 102 KK 85 KK 17 KK

2 PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF 32 bayi 18 bayi 14 bayi

3 KUNJUNGAN K1 MURNI 6 bumil 5 bumil 1 bumil

4 YANG MEMILIKI SPAL PERMANEN 102 KK 20 KK 82 KK

5 YANG MEMILIKI SARANA TPS PERMANEN 102KK 27 KK 75 KK

PENDERITA PENYAKIT TIDAK MENULAR YANG


6 102 KK 94 KK 8 KK
BEROBAT SECARA TERATUR

Dari hasil survey priorritas masalah Desa Tabongo didapatkan


Kepemilikan SPAL permanen masih rendah dengan capaian dari
102 KK yangi disurvey 82 KK diantaranya tidak memiliki SPAL
yang memenuhi syarat. Rendahnya pemberian ASI Ekslusif
dapat terbaca dari tabel diatas dimana dari 32 bayi yang di
survey 14 bayi diantaranya tidak mendapatkan ASI ekslusif.
Berikut tabel sebaran permasalahan kesehatan Desa Tabongo :

Tabel 8. Kepemilikan Jaminan Kesehatan


JUMLAH RUMAH TANGGA YANG MEMILIKI KARTU BPJS/KIS

HASIL SURVEY
DUSUN SASARAN
YA TIDAK

Kemiri 20 KK 17 KK 3 KK

Waga 9 KK 8 KK 1 KK

Pobila 0 0 0

Labuan Timur 21 KK 20 KK 1 KK

Labia 20 KK 13 KK 7 KK

Paria 12 KK 12 KK 0

Mekar 20 KK 15 KK 5 KK

Dari tabel diatas didapatkan hasil sebanyak 7KK tidak memiliki


jaminan kesehatan yang berada di Dusun labia.

Tabel 9. Bayi Asi Ekslusif

JUMLAH RUMAH TANGGA YANG MEMILIKI BAYI ASI EKSKLUSIF


HASIL SURVEY
DUSUN SASARAN
YA TIDAK
Kemiri 8 bayi 3 Bayi 5 Bayi
Waga 3 bayi 0 3 Bayi
Pobila 0 0 0
Labuan
10 bayi 8 Bayi 2 Bayi
Timur
Labia 1 bayi 1 Bayi 0
Paria 6 bayi 5 bayi 1 bayi
Mekar 4 bayi 1 Bayi 3 Bayi

Dari tabel diatas Dusun kemiri memiliki capaian bayi tidak lulus
ASI Ekslusif dibandingkan 6 dusun lainnya dengan hasil survei 5
Bayi tidak mendapatkan ASI Ekslusif.

Tabel 10. Kunjungan K1 Murni


JUMLAH IBU HAMIL YANG MELAKUKAN KUNJUNGAN k1 MURNI

HASIL SURVEY
DUSUN SASARAN
YA TIDAK

Kemiri 2 bumil 2 bumil 0

Waga 2 bumil 1 bumil 1 bumil

Pobila 0 0 0

Labuan Timur 1 bumil 1 bumil 0

Labia 1 bumil 1 bumil 0

Paria 0 bumil 0 bumil 0

Mekar 0 bumil 0 bumil 0

Berdasarkan hasil survey pada keluarga yang memiliki ibu hamil


didalamnya didapatka hasil dari 5 Ibu hamil 1 diantaranya tidak
melakukan kunjungan pemeriksaan di usia kehamilan 0-12
Minggu yang terdapat di Dusun Waga.

Tabel 11. Kepemilikan Sarana Pembuangan Air Limbah

JUMLAH RUMAH TANGGA YANG MEMILIKI SPAL(Saluran Pembuangan Air


Limbah)

HASIL SURVEY
DUSUN SASARAN Tidak Tidak
Permanen
Permanen Memiliki

Kemiri 20 KK 0 KK 20 KK 0

Waga 9 KK 3 KK 2 KK 4 KK

Pobila 0 0 0

Labuan
21 KK 3 KK 1 KK 17 KK
Timur
Labia 20 KK 1 KK 0 KK 19 KK

Paria 12 KK 5 KK 4 KK 3 KK

Mekar 20 KK 11 KK 9 KK 0

Dari hasil survei kepemilikan sarana pembuangan air limbah permanen


menunjukkan Dusun Labuhan Timur sebanyak 17 KK tidak memiliki SPAL
dan Dusun Labia tertinggi dengan 19 KK dari 20 KK yang di survei.

Tabel 12. Penderita PTM Berobat Teratur

JUMLAH RUMAH TANGGA YANG MNEDERITA PENYAKIT TIDAK


MENULAR
HASIL SURVEY

DUSUN SASARAN Berobat Secara Tidak Berobat


teratur Teratur

Kemiri 1 KK 1 KK 0
Waga 7 KK 2 KK 5 KK
Pobila 0 0 0
Labuan Timur 13 KK 13 KK 0
Labia 20 KK 20 KK 0
Paria 5 KK 4 KK 1 KK
Mekar 11 KK 8 KK 3 KK

Tabel 13. Rumah Tangga yang memiliki TPS permanen

JUMLAH RUMAH TANGGA YANG MEMILIKI TEMPAT SAMPAH

HASIL SURVEY
DUSUN SASARAN Tidak Tidak
Permanen
Permanen Memiliki
Kemiri 20 KK 0 KK 20 KK 0
Waga 9 KK 1 KK 7 KK 1 KK
Pobila 0 0 0 0
Labuan Timur 21 KK 0 21 KK 0
Labia 20 KK 0 0 20 KK
Paria 12 KK 1 KK 10 KK 1 KK
Mekar 20 KK 3 KK 15 KK 2 KK

Berdasarkan hasil survei Dusun Labia dari 20 KK yang


disurvei keseluruhannya tidak memiliki sarana TPS.

 Prioritas masalah berdasarkan hasil intervensi PIS-PK

 Tabel 14. Hasil Intervensi PIS-PK


JUMLAH YG
NO PERMASALAHAN HASIL
DISURVEY

1. PERILAKU MEROKOK 576 KK 26,16 %

2. HIPERTENSI 576 KK 32,08 %

3. MENGGUNAKAN KB 576 KK 20,27 %

Berdasarkan hasil intervensi PIS-PK didapatkan 3 teratas


permasalahan kesehatan yakni:

1. Perilaku merokok dari 576 KK yang diintervensi 26,16 %


diantaranya perokok aktif

2. Penderita Hipertensi tidak berobat sesuai standar 31,08%

3. Cakupan KB masih rendah dengan presentase 20,27%

c) Desa Kotaraja

 Prioritas masalah berdasarkan hasil survei

Tabel 15. Prioritas Masalah Berdasarkan Survei

JUMLAH HASIL
NO PERMASALAHAN SASARAN
DISURVEY YA TIDAK

1. PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF 21 Bayi 2 Bayi 19 Bayi

2. KUNJUNGAN K1 MURNI 8 bumil 7 bumil 1 bumil

3. YANG MEMILIKI SPAL


100 KK 9 KK 69 KK
PERMANEN

4. YANG MEMILIKI SARANA TPS


100 KK 1 KK 99 KK
PERMANEN

Berdasarkan hasil survei di Desa Kotaraja tabel diatas


menunjukkan permasalahan kesehatan lingkungan masih
mendominasi sama halnya dengan 2 desa lainnya dimana
permasalahan kepemilikan sarana pembuangan air limbah
dan sarana tempat pembuangan sampah permanen masih
rendah,dari 100 KK yang dikunjungi sebanyak 69 KK tidak
memiliki SPAL dan 99 KK tidak memiliki TPS permanen.

Pemberian ASI Ekslusif pun masih rendah dari 21 Bayi yang


di survei 19 diantaranya tidak ASI Ekslusif.

Berikut tabel sebaran permasalahan kesehatan Desa


Kotaraja :

Tabel 16. Bayi yang Mendapatkan ASI Ekslusif

JUMLAH RUMAH TANGGA YANG MEMILIKI BAYI ASI EKSKLUSIF


HASIL SURVEY
DUSUN SASARAN
YA TIDAK
Tabongo 4 Bayi 0 Bayi 4 Bayi
Hialio Kiki 3 bayi 0 bayi 3 Bayi
DTM 8 bayi 0 bayi 8 Bayi
Moliliulo 5 bayi 1 bayi 4 Bayi
Tilemba 1 bayi 1 bayi 0

Berdasarkan tabel diatas dari total 21 bayi yang disurvei 19


diantaranya tidak ASI Ekslusif.

Tabel 17. Kepemilikan Sarana Pembuangan Air Limbah

JUMLAH RUMAH TANGGA YANG MEMILIKI SPAL (Saluran


Pembuangan Air Limbah)
HASIL SURVEY

DUSUN SASARAN Tidak


Tidak
SPALPermanen Memiliki
Permanen
SPAL
Tabongo 20 KK 0 KK 20 KK 0
Hialio 20 KK 1 KK 19 KK 0
Kiki
DTM 20 KK 8 KK 0 KK 12 KK
Moliliulo 20 KK 0 KK 10 KK 10 KK
Tilemba 20 KK 0 KK 20 KK 0

Dari tabel diatas Dusun DTM dan Moliliulo merupakan dusun dengan
kepemilikan SPAL terendah.

Tabel 18. Kepemilikan Tempat Pembuangan Sampah

JUMLAH RUMAH TANGGA YANG MEMILIKI TEMPAT


PEMBUANGAN SAMPAH
HASIL SURVEY
Tidak
DUSUN SASARAN Tempat
Tidak Memiliki
Sampah
Permanen Tempat
Permanen
Sampah
Tabongo 20 KK 1 KK 19 KK 0
Hialio Kiki 20 KK 0 KK 20 KK 0
DTM 20 KK 0 KK 20 KK 0
Moliliulo 20 KK 0 KK 20 KK 0
Tilemba 20 KK 0 KK 20 KK 0

Berdasarkan hasil survey keseluruhan masyarakat Desa Kotaraja


memiliki SPAL tidak permanen.

Tabel 19. Hasil Intervensi PIS-PK

JUMLAH YG
NO PERMASALAHAN HASIL
DISURVEY

Anggota Keluarga
1. yang tidak merokok
621 KK 22,17%

Anggota Keluarga
2. yang menggunakan 621 KK 16,95 %
KB
Dari hasil intervensi PIS-PK ditemukan permasalahan di 2
Indikator PIS-PK yakni :
1. Anggota keluarga yang tidak merokok hanya 22,17%
2. Keluarga menggunakan KB hanya 16,95%

D. Rekomendasi Pemecahan Masalah


a) Desa Dulupi
 DESA DULUPI MENJADI TARGET DESA ODF BULAN
AGUSTUS 2023 (harapannya dukungan camat, kepala desa,
dan kepala dusun untuk percepatan 3 Dusun BABS yang
masih tinggi Batu Potong, Huata, Langge)

 Kerjasama antara Kader, PKK Desa dan Pemerintah Desa


untuk MENDUKUNG kegiatan Kesehatan Remaja dan Ibu
Hamil sebagai upaya penurunan AKI dan AKB

 Menegakkan KTR (KAWASAN TANPA ASAP ROKOK) di


Kantor Desa dan Tempat-Tempat Umum karena sudah di
atur dalam Peraturan Daerah Kab.Boalemo

 Respon Cepat dari Pihak Desa untuk Intervensi Kasus Balita


Gizi Kurang

 Pengadaan Alat Antropometri KIT setiap Posyandu untuk


peningkatan KUALITAS pelayanan POSYANDU

 Menggerakkan TP-PKK Desa, Dasawisma dan Kader untuk


pendampingan ASI Ekslusif

 TP-PKK Desa diharapkan dapat membuat kembali KEBUN


PKK DESA untuk peningkatan pemanfaatan tanaman TOGA

 Mempertahankan DESA DENGAN CAPAIAN 100% UCI

b) Desa Tabongo
 Kerjasama Kader, Pemerintah Desa untuk MENDUKUNG
kegiatan Kesehatan Remaja dan Ibu Hamil sebagai upaya
penurunan AKI dan AKB (Optimalisasi TIM TGC)
 Menegakkan KTR (KAWASAN TANPA ASAP ROKOK) di
Kantor Desa dan Tempat-Tempat Umum karena sudah di
atur dalam Peraturan Daerah Kab.Boalemo

 Respon Cepat dari Pihak Desa untuk Intervensi Kasus


Balita Gizi Kurang

 Pengadaan Alat Antropometri KIT setiap Posyandu untuk


peningkatan KUALITAS pelayanan POSYANDU

 Menggerakkan TP-PKK Desa, Dasawisma dan Kader untuk


pendampingan ASI Ekslusif

 Mempertahankan DESA dengan 100% UCI

c) Desa Kotaraja

 Pemilahan SAMPAH PLASTIK RUMAH TANGGA

 Kerjasama Kader, Pemerintah Desa untuk MENDUKUNG


kegiatan Kesehatan Remaja dan Ibu Hamil sebagai upaya
penurunan AKI dan AKB

 Menegakkan KTR (KAWASAN TANPA ASAP ROKOK) di


Kantor Desa dan Tempat-Tempat Umum karena sudah di
atur dalam Peraturan Daerah Kab.Boalemo

 Respon Cepat dari Pihak Desa untuk Intervensi Kasus


Balita Gizi Kurang

 Pengadaan Alat Antropometri KIT setiap Posyandu untuk


peningkatan KUALITAS pelayanan POSYANDU

 Menggerakkan TP-PKK Desa, Dasawisma dan Kader untuk


pendampingan ASI Ekslusif

 TP-PKK Desa diharapkan dapat membuat kembali KEBUN


PKK DESA untuk peningkatan pemanfaatan tanaman
TOGA

 Mempertahankan DESA DENGAN CAPAIAN 100% UCI


 Pembentukan POSYANDU PRIMA

BAB IV
PENUTUP

Demikian laporan hasil survei kesehatan dan rencana intervensi


kesehatan warga Kecamatan Medan Amplas, yang terlaksana dengan
baik, berkat kerjasama antara warga Kelurahan, perangkat Kelurahan,
dan instansi yang terkait. Dengan kerjasama yang baik tersebut akan
didapatkan alternatif pemecahan masalah dari masalah-masalah yang
timbul pada warga desa, dan kemudian diambil alternatif pemecahan
masalah terbaik. Besar harapan kami dengan adanya kegiatan ini
dapat memberikan manfaat bagi seluruh pihak yang terkait dalam
mewujudkan Kecamatan Medan Amplas menjadi kecamatan sehat.
Untuk selanjutnya diharapkan warga desa dan perangkat desa
aktif melanjutkan dan membina kegiatan-kegiatan kesehatan yang
telah ada secara berkesinambungan, guna tercapai Kelurahan dan
Kecamatan sehat.

Anda mungkin juga menyukai